Pembentukan minyakbumi berasal dari tumpukan zat organic terutama plankton di dasar laut,
tertimbun denagn sedimen halus dan mengalami reduksi, sehinggga terawetkan. Biasanya terjadi
dalam suatu cekungan, dengan sedimentasi yang cepat. Dari proses ini maka akan terbentuk
source rock (disebut juga batuan induk merupakan batuan serpih yang banyak mengandung zat
organic dan berwarna hitam). Zat organic ini dapat berubah menjadi minyak dan gas bumi
karena gradient panasbumi dan gaya tektonik serta pembebanan, oleh temperature tinggi dan
tekanan. Kemudian batuan tersebut diperas dan bermigrasi ke batuan reservoir.
Konsep Batuan induk
Pada umumnya batuan induk dibayangkan sebagai batuan serpih berwarna gelap, kaya akan zat
organic dan biasanya diendapkan dalam lingkungan marine. Menurut penyelidikan (Patnode,
1941; Hunt dan Jameson, 1956) semua batuan sedimen mengandung zat organic terutama dalam
bentuk kerogen walaupun hidrokarbon dan aspal juga ditemukan (Smith, 1954). Formasi yang
kaya akan kerogen (oil shale)dapat didestilisasikan dengan temperature tinggi secara destruktif.
Menurut Philipi (1957) batuan induk mengandung 5-5000 ppm hidrokarbon pribumi
(indigenous). Identifikasi ini didasarkan pada metode ekstraksi minyakbumi, jika terdapat
korelasi antara zat organic dengan minyakbumi maka disebut indigenous. Apabila tidak, maka
minyak dindikasikan berasal dari migrasi. Minyakbumi yang bermigrasi keluar merupakan fraksi
kecil dari minyakbumi pada batuan induk. Batuan induk yang baik memiliki lebih dari 5000 ppm
kadar bahan organic larut dan memiliki hubungan yang linier antara bahan organic larut dan
karbon organik. Batu gamping juga dapat bertindak sebagai batuan induk, menurut Genham
(1962) secara umum gamping mengandung zat organic yang lebih sedikit dari serpih, tetapi zat
organic ini mengandung hidrokarbon yang lebih tinggi. Sedangkan dalam rsen, karbon dan
lempung memiliki jumlah hidrokarbon yang sama. Menurut Levorsen (1958) batuan induk yang
baik mengandung zak organic yang sedikit karena sebain besar zat organiknya telah
ditransformasikan menjadi minyakbumi .
Penentuan Batuan Induk
Haun (1977) menjelaskan criteria standar identifikasi batuan induk sebagai berikut:
1. TOC (Total Organic Carbon) kadar organic total merupakan presentase berat karbon
organic dalam suatu batuan
2. EOM (Extractable Organic Matter) merupakan zat organic yang dapat diektraksikan
dalam CS2 atau bitumina. Pada umumnya mengandung susunan kimia utama dari minyak
mentah. Perbandingan EOM/TOC paling rendah terdapat dalam batubara dan serpih
minyak.
3. CPI (Carbon Preference Index) adalah perbandingan antara volum anggota n-parafin
yang bernomor ganjil terhadap yang bernomor genap kisaran C21-C37. Nilai CPI tinggi
pada organisme hidup dan hidrokarbon resen. Batuan sedimen tua nialinya sekitar 1,
kebanyakan minyak mentah: 0.9-1.15. batuan induk yang baik memiliki nilai CPI kurang
dari 1.15.
4. CIR (Carbon Isotope Ratio) perbsndingsn isotop karbon C13/C12. Nilai CIR minyak bumi
ialah 1% (0.0109-0.0110)
5. LOM (Level Of Thermal Maturity) teori degradasi termal pembentukan minyakbumi
memiliki tingkatatan pematangan tertentu, yaitu kombinasi antara temperature dan
lamanya pemanasan.
Pendapat sekarang pada umumnya memperlihatkan bahwa setiap batuan halus (serpih, marl,
karbonat) terutama yang bersifat marin, dapat bertindak sebagai batuan induk terutama jika
berasosiasi dengan batuan reservoir. Hal ini mengindikasikan fasies mengendalikan minyak.
Fasies delta merupakan keadaan yang ideal karena merupakan tempat teekumpulnya zat organic
dan tempat terbentuknya batuan reservoir. Sifat minyak berbeda-beda pada fasies yang berbeda
pula.
Waktu Pembentukan Minyak dan Gasbumi
Waktu pembentukan minyak bumi bergantung pada factor mekanisme transformasi dan dan
mekanisme migrasi, akumulasi minyak serta keterdapatan perangkap. Pada umumnya
pembentukan minyakbumi dibedakan menjadi dua yaitu pembentukan cepat (early formation)
dan pembentukan lambat (late formation) .
Pembentukan Cepat
Anggapan ini didasarkan pada terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen, menunjukkan
minyak bumi terbentuk tidak lama setelah sedimentasi. Malahan akumulasi dapat terjadi dalam
puluhan ribu tahun saja (Kidwell dan Hunt, 1958). Kenyataannya semakin tertimbun sedimen,
lempung dan serpih semakin padat, sehingga akan lebih sulit untuk cairan dapat bermigrasi.
Stadium perkembangannya menurut Hedberg (1937 )
Stadium I : Penyusunan mekanis komponen mineral, kedalaman 0,01 meter. Penyusutan
porositas dari 90 % menjadi 75 %. Air bebas keluar.
Stadium II : Penyusunan mekanis berlangsung terus sampai akhirnya mineral lempung langsung
bersentuhan. Kedalaman 200 300 meter. Penyusutan porositas dari 75 % mrnjadi 35%. Sedimen
mengalami pengeluaran air secara besar-besaran dengan hanya sedikit air bebas yang tertinggal.
Stadium III : Deformasi mekanis komponen mineral. Kedalaman dari 320-2000 meter. Porositas
menyusut dari 35% menjadi 10%. Fluida dikeluarkan lebih lanjut dari ruang pori yang semakit
menciut.
Stadium IV : Gejala rekristalisasi di dalam batuan. Kedalaman sampai lebih dari 3000 meter.
Porositas menurun dibawah 10%. Hanya air yang diabsorbsi masih terdapat.
Pembentukan Lambat
Pembentukan minyak bumi ialah dari serpih yang kaya zat organic mengalami penimbunan, oleh
tekanan dan temperature tinggi minyakbumi bermigrasi. Tidak setiap minyak bumi harus
melewati stadium serpih, terdapat beberapa minyak bumi yang terbentuk sebelum
diagenesa/litifikasi. Terdapat perpedaan antara hidrokarbon di sedimen resen dan dalam
minyakbumi. Tidak terdapat dalam kisaran C2.C14 juga tidak ada aromat dari golongan
molekul rendah, sedangkan yang lebih rendah dari nonane (C9) pada umumnya tidak didapatkan
pada sedimen resen. Hidrokarbon berat terdapat jauh lebih sedikit dalam sedimen resen daripada
sedimen tua (Hunt, 1967). Hidokarbon dari seri paraffin memperlihatkan atom karbon bernomor
ganjil lebih dominan daripada genap. Suatu batuan induk dapat beberapa kali menghasilkan
minyakbumi., dengan sifat kimia dan migrasi yang berbeda pula (Welte, 1964). Welte juga
beranggapan terbentuknya minyakbumi berasal dari degradasi termis, bakteri hanya berperan
dalam proses pembusukan dan diagenesa permulaan tidak terbentuk dalam minyakbumi.
Minyakbumi terbentuk pada kedalaman 500- 600 meter, dengan kenaikan temperatur 64C
(disebabkan gradien geometris) bersamaan clengan kompaksi. Pada stadium ini dihasilkan
minyakbumi yang bermolekul berat, banyak mengandung iso-parafin, banyak menqandung
komponen oksigen dan sedikit banyak preferensi terhadap nomor atom C yang ganjil.
Mekanisme migrasi primer berlangsung dengan jalan micelle (Baker, 1962) berhubungan
dengan dekarboxilasi belum sernpurna, masih banyak ujung molekul yang bersifat hidrofil dan
hidrofob.
Karena kompaksi, koloid yang terbentuk dialirkan ke luar bersama air. Penurunan cekungan
mengakibatkan batuan induk mengalami peningkatan temperatur dan tekanan. Peningkatan
temperatur menyebabkan degradasi termal lebih lanjut, sehingga perbandingan iso-/n-parafin
menjadi lebih kecil, komponen hetero (oksigen antara lain) berkurang, dan berat molekul rata
rata hidrokarbon menjadi lebih kecil. Keadaan mi menghasilkan minyakbumi yang lebih ringan
dan meninggalkan suatu residu organik yang tak larut dalam batuan induk. Tekanan
menyebabkan porositas makin berkurang dan sebagai tenaga penggerak untuk migrasi.
PEMATANGAN MINYAK BUMI
PENGERTIAN PEMATANGAN
Langkah terakhir pembentukan minyak bumi terjadi dalam reservoir (atau sekitarnya) pada
waktu migrasi atau setelah migrasi primer selesai dan terjadi dalam urutan perubahan purnadiagenesa yang menghasilikan hidrokarbon dari senyawa yang lebih berat dengan berat molekul
rendah (Dott dan Reynolds 1969).
Semua perubahan bersifat kimia dan disebabkan perubahan geologi . Haeberle (1951) dan Hunt
(1958) berpendapat bahwa fasies menentukan jenis minyakbumi seperti misalnya perbedaan
derajat API. Proses perubahan lingkungan geology secara termodinamika juga mempengaruhi
susunan kimianya.
Minyak bumi muda dan matang bersifat naften atau aspal, banyak senyawa hidrokarbon dengan
berat molekul tinggi, berat jenis tinggi (derajat API rendah), perbandingan atom hidrogen
terhadap karbon rendah, dan pada umumnya banyak senyawa belerang, nitrogen dan oksigen,
serta kadar bensinnya rendah.
Minyak parafin dianggap lebih matang (mature), hasil proses pematangan minyak naften, dengan
berat molekul dan berat jenis rendah, perbandingan atom hidrogen terhadap karbon rendah,
sedikit mengandung belerang, nitrogen dan oksigen, kadar bensin tinggi, termodinamika rendah
dan energy bebas lebih stabil.
PROSES PEMATANGAN
Mengacu pada hipotesa:
1 TEORI PERBANDINGAN KARBON (CARBON RATIO). White (1915) menghubungkan
terladinya perubaban minyakbumi dengan metamorfisme regional. Minyakbumi yang bertingkat
paling rendah ditemukan di daerah dengan formasi yang mengandung endapan karbon yang
paling sedikit terubah. Minyakbumi yang tingkattannya lebih tinngi diteman di daerah dengan
pengubahan zat organik yang lebih lanjut. Jika pengubahan residu karbon melampaui 65 % atau
75% dan karbon tetap dalam batubara murni, maka distilat minyakbumi terdapat sebagai gas
pada temperatur batuan.
2 FRAKSINASI MINYAX DALAM BATUAN (DAY, 1916). Pematangan disebabkan karena
fraksinasi minyakbumi dalam serpih lempung/batuan induknya. Pada waktu migrasi,
hidrokarbon yang tidak jenuh (naften, arornat) akan melekat pada lempung karena kapilaritas.
3 HUBUNGAN BERAT JENIS (DERAJAT API) MINYAKBUMI TERHADAP UMUR DAN
KEDALAMAN. Pada umur yang sama, makin bawah terdapatnya minyakbumi makin
meningkat kadar fraksi ringan dan derajat API-nya (Barton, 1934). Pada kedalaman yang sama,
semakin tua umurnya semakin ringan minyakbuminya.
Semakin dalam terdapatnya minyak bumi dan makin tua umurnya maka semakin tinggi
perbandingan hydrogen/karbon. Dalam gas, semakin tua dan dalam gas semakin menurun
menurut
Phillipi
(1965)
adalah
proses
pematangan.
Dalam analisanya dari jenis hidrokarbon dalam batuan induk terhadap kedalaman didapatkan :
1. Kadar hidrokarbon bersama dengan perbandingannya hidrokarbon/karbon non karbonat
meningkat
kuat.
2. Peningkatan ini lambat pada permulaan, tetapi sangat menyolok dalam serpih Miosen Atas (15
juta
tahun).
3. susunan secara keseluruhan daripada hidrokarbon dengan titik didih di atas 325 derajat celcius
tidak kelihatan berubah dalam proses pembentukan minyak bumi, tetapi sangat menyolok dan
bersistem dalam susunan detailnya, antara lain lelebihan nomor atom karbon ganjil dalam
kisaran C27 - C33 makin menghilang, dan parafin normal dalam kisaran C18 - C22 terbentuk.
4. Konsentrasi total hidrokarbon dengan titik didih diatas 325 derajat celcius meningkat dengan
kedalaman dan umur, disertai pula peningkatan parafin normal dalam batuan serpih.
Pada permulaan, jumlah hidrokarbon yang terbentuk jauh lebih sedikit daripada daya penyerapan
zat organik non hidrokarbon, sehingga minyak (yang belum dewasa) yang mula-mula terbentuk
akan tinggal ditempat terbentuknya (dalam zat organik) sampai stadium proses pembentukan
minyak berikutnya. Jika jumlah minyak yang terbentuk melebihi daya penyerapan zat organik,
barulah minyak bumi akan dikeluarkan, dan minyak yang dikeluarkan telah matang.
Pendapat Phillipi (1965) ini menerangkan mengapa dalam lapisan semuda pliosen muda seperti
minyak yang didapatkan di California telah matang. Keberatan terhadap teori ini adalah, bahwa
minyak harus bermigrasi secara vertikal melalui serpih tebal yang rapat.
Evolusi Kerogen Menurut Tissot (1974)
Tissot berpendapat bahwa kerogen merupakan bahan baku hidrokarbon. Struktur umum dari
kerogen terdiri dari inti siklis yang berkondensasi secara majemuk yang mempunyai rantai-rantai
alkil dan diikat oleh ikatan heteroatom yang mengandung oksigen. Karena tekanan dan
temperature akibat pembebanan maka rantai hetero atom akan terpatahkan, dimulai denagn
gugusan labil karbonil dan kerboxil dalam urutan peningkatan energy penguraian. Oksigen
diubah menjadi CO2 dan H2O . Menurut Tissot evolusi kerogen terjadi melalui tiga jalur:
Jalur pertama (I) adalah kerogen yang tersusun atas struktur alifat, dengan H/C tinggi, O/C
rendah yang berasal dari gannggang endapan danau.
Jalur kedua (II) merupakan jenis exinit dari batubara
Jalur ketiga (III) adalah kerogen yang kaya struktur aromat, dengan O/C yang cukup tinggi (0.20.3) dan H/C yang relative lebih rendah.
Hubungan Antara Pengubahan/ Pematangan Termal Zat Organik Dengan Pembentukan Minyak
dan Gas Bumi
Terdapat hubungan antara pengubahan/ pematangan termal zat organik dengan pembentukan
minyak dan gas bumi, dalam proses ini dapat dibedakan antara pengubahan yang terjadi pada
waktu diagenesa dengan perubahan termal
Tranformasi Organik: Merupakan zat organic yang terkumpul dalam sedimen ketika diagenesa
mengalami perubahan. Pada waktu pengendapan, zat organik mengalami penguraian oleh
organisme aerob atau anaerob, tergantung atas oksigen. Dalam keadaan oksidasi dan energi
tinggi, yang tinggal hanyalah bagian yang tahan; seperti spora, kepala putik, kutikula. Keadaan
anaerob adalah relatif, karena untuk reduksi selalu diperlukan oksigen.
Berbagai jenis bahan zat organik yang tersebar dalam batuan sedimen sebelum dan sesudah
mengalami perubahan (taplin, 1969)
Bahan Primer ada dua yaitu sumber terestris dan sumber laut. Sumber terestris: kutikula tumbuhtumbuhan (daun, tangkai) dan spora, kepala putik tahan dalam air, fragmen kayu yang
terlignitkan, arang mineral, resin, ganggang plankton air tawar. Sumber Laut: Organisme
fitoplankton dan bentos (Bakteri, ganggang, fungi). Bahan yang terubah (waktu diagenesa):
dilihat dari indikator sapropiI; masa yang menggumpal setengah koheren yang tak beraturan
(sangat halus tersebar dalam lempung); bahan gondorukem bening, berpelat-pelat dan pegas.
Dilihat dari unsure sangat tahan: sisa kutikula berlempeng yang terubahkan dan lamban. Dari
hasil transformasi termal: Ekivalen yang telah menjadi hitam karena panas dari bahan utama
yang termodifikasi dengan karbon tinggi; pirobitumina dan partikel hangus yang tidak
berstruktur.
Pengubahan Termal Zat Organik Dan Tingkat Pematangan Termal (LOM)
Perubaban temperatur dapat menyebabkan metamorfisme dan sangat berpengaruh pada zat
organik yang terkandung dalam sedimen. Derajat metamorfisme disebut juga sebagai LOM
(level of organic maturation). Cara penentuan LOM adalah:
1. Index pengubahan termal TAI (Thermal Alteration Index): Metoda ini mempergunakan
penentuan warna secara visual dari pollen (serbuk kepala putik) dan zat organik lainnya, dari
warna kuning, cokiat sampai hitam.
Menurut Klermne (1972), kecepatan pembentukan minyakbumi dari pembebasan asam lemak
atau lipid dari kerogen merupakan suatu proses yang berhubungan dengan temperatur yang
bersifat exponensial. Dalam hal ini maka kedalaman dan gradien geotermal merupakan faktor
yang penting. Minyak mulai terbentuk pada temperatur 1500 F berupa minyak berat itu menjadi
makin ringan, dan pada temperatur di atas 350 F hanya terdapat gas saja. Porositas ternyata
menurun secara linier dengan kedalaman. Pada gradien geotermal tinggi, pembentuican
minyakbuni akan terjadi pada kedalaman yang dangkal (dimana porositas masih tinggi),
sehingga
dapat
menimbulkan
akumulasi
yang
besar
(Klemme,
1972).
MIGRASI
Menurut teori organic zat organic didapatkan tersebar dalam batuan serpih-lempung yang halus.
Untuk mendapatkan akumulasi komersil diperlukan adanya pengkonsentrasian, antara lain
dengan keluarnya tetes-tetes tersebut dalam batuan reservoir, dan bergerak ke perangkap.
Migrasi dibedakan menjadi:
Migrasi primer: keluarnya minyakbumi atau protopetrolium dari batuan induk menuju reservoir,
kompaksi dan pengaliran sangat mempengaruhi proses ini.
Migrasi sekunder: pergerakan fluida dalam lapisan penyalur untuk menuju tempat akumulasi.
Akumulasi merupakan tetes-tetes atau gumpalan minyak yang terperangkap dan berkumpul pada
suatu tempat.
Sarat fisika migrasi
1. Terdapat perbedaan tetes dengan fasa kontinu: kapilaritas / tegangan permukaan
menghalangi bergeraknya tetes.
2. Kapilaritas tetes dalam pori/ konstriksi; dalam keadaan statis pada tiap tonjolan terdapat
keseimbangan te4kanan sebelah-menyebelah selaput pemisah fasa.
Untuk memindahkan setiap tetes fluida diperlukan suatu tekanan pergeseran sebesar Pc =
dyne/cm2. Dengan Pc adalah perubahan tekanan kapiler,
merupakan jari-jari pori. Tekanan penggeseran bergantung pada besar pori , besar butir dan
tegangan permukaan. Semakin kecil butir semakin besar tekanan yang diperlukan. Agar minyak
dapat bermigrasi dalam pori-pori yang berisi air secara mekanik, diperlukan suatu fasa yang
kontinyu.
Sumber tenaga untuk migrasi
Migrasi primer
Migrasi primer adalah proses bergeraknya fluida dari batuan induk yang berupa batuan klastik
halus (serpih-lempung) dan zat organik terkumpul dan kemudian ditransformasi menjadi
minyakbumi, menuju ke batuan yang lebih berpori atau yang disebut lapisan penyalur ( carrier
bed ).
Hubungan antara migrasi primer dengan kompaksi, diagenesa dan dehidrasi
Dapat dibagi menjadi beberapa stadium:
Stadium I: air pori kelebihan dan air, air antara lapisan Kristal lempung dikeluarkan oleh tekanan
beban lapisan atasnya. Secara volum terjadi pengeluaran air paling banyak dari proses dehidrasi,
proses permulaan ini disebut kompaksi dan menyisakan 5-10% residual pore water. Interval
peralihan rendah, cairan dan hidrokarbon sama sama ditransport ke permukaan.
Stadium II: keadaan peningkatan kerapatan paket antara air antar-lapisan dan sedimen tinggal
dalam keadaan setengaa seimbang sambil mengabsorsi panas. Jika panas cukup maka akan
menggerakkan air dari salah satu lapisan ke dalam system keseluruhan. Terjadi interval
perlalihan didesak keluar oleh air formasi.
Stadium III: inkremen air yang terakhir, yang mendekati kerapatan air kapiler, secara berangsurangsur dikeluarkan dari pertengahan jaringan Kristal lempung dan pori-pori, sedangkan
temperature sedimen meningkat. Hidrokarbon tidak dapat bergerak pada kedalaman tingkat
penguburan.
Kedalaman permulaan migrasi primer
Didasarkan pada pematangan organic teori degradasi termal, migrasi batuan induk dapat dimulai
pada kedalaman antara 500-850 meter, parafinis dimulai 1500-2850 meter. Pada kedalaman 5065 minyak hanya terpanaskan pada droplet kecil karena penarikan kapilaritas.
Pengaruh gradient geothermal terhadap migrasi
1) Factor temperature, peningkatan temperature akan menurunkan viskositas tekanan dan
peningkatan volum, tekanan dan kelarutan.
Stadium I : Gas, minyak dan air diatas titik limpah, minyak dan gas kedua-duanya terus menerus
terjebak sedangkan air disingkirkan. Stadium ini berhenti jika antara muka minyak-air mencapai
titik limpah.
Stadium 2 : Stadium penyebaran selektif dan pengasiran gas. Gas terus dijebak, selagi minyak
melimpah keatas kemiringan. Stadium ini berakhir jika antara muka minyak-gas mencapai titk
limpah dan berhimpitan dengan antar muka minyak.
Stadium 3 : Stadium Akhir. Perangkap diisi oleh gas. Gas melimpah ketas selagi lebih banyak
gas yang masuk perangkap. Minyak melewati perangkap dan meneruskan perjalannya ke atas
kemiringan.
Gambar 1 : Differensiasi minyak dan gas dalam perangkap yang menyebabkan minyak
melimpah. (Gussow, 1951)
Pada gambar II, terlihat bagaimana mekanisme ini menyebabkan penyebaran akumulasi minyak
dan gas pada sejumlah perangkap yang berderetan dan pada ketinggian strukturil yang berbeda.
Terisinya suatu perangkap oleh gas, minyak dan sebagainya tergantung dari arah migrasi, dan
jumlah minyak dan gas yang bermigrasi.
Yang pertama ini dibandingkan sebagai E, D, dan C. Sedangkan untuk yang kedua diilustrasikan
oleh A, B dan C.
Terlihat pada gambar bahwa tergantung dari arah batuan induk, maka yang paling dekat akan
terisi oleh gas, sedangkan yang paling jauh diisi oleh air.
Perangkap I Diisi sampai titik limpah dan mempunyai tudung gas. Hanya minyak melimpah
keatas ke
Perangkap II.
Perangkap III dan IV penuh dengan air asin dan mengandung minyak atau gas.
Perangkap I seluruhnya diisi dengan gas, seluruh minyaknya telah terusir masuk keperangkap II.
Minyak sekarang melebihi perangkap I.
Perangkap II telah diisi minyak dan melimpahkan keatas kemiringan ke dalam perangkap III,
yang masih belum mengandung tudung gas.
Perangkap III mengandung hanya sedikit miinyak, sedangkan perangkap IV masih terisi air asin.
Perangkap I tak berubah dengan gas melimpah keatas kemiringan ke dalam perangkap II,
Minyak melewati perangkap I. Perangkap II sekarang mempunyai tudung gas dan
melimpahkannya ke atas kemiringan ke dalam perangkap III. Perangkap III sekarang telah terisi
dengan minyak tetapi masih tetap belum mempunyai tudung gas dan melimpahkan minyak
kedalam perangkap III. Perangkap IV masih terisi air asin.
Migrasi sama seperti untuk C, tetapi dalam keadaan hubungan struktur yang lain. Perhatikan
bahwa ketinggian kulminasi tidak mempunyai efek terhadap penjebakan selektif, ketinggian titik
limpah adalah yang mengendalikan. Ketinggian kulminasi diatas titik limpah menentukan kalau
minyak maximum.
Migrasi sama seperti untuk C. Disini semua kaulminasi berada pada ketinggian yang sama. Titik
limpah mengendalikan penjebakan differensial.
Gambar II. Penyebaran minyak dan gas pada deretan struktur karena penjebakan pemisahan
differensial (Menurut Gussow, 1951)
Dalam pengertian ini, minyak dan gas bumi akan berakumulasi jika bidang ekipotensial yang
tegak lurus terhadap garis gaya resultan gaya tadi menutup seluruhnya dari bawah suatu daerah
potensial rendah lokasi yang terisolir, misalnya suatu antiklin, suatu pelengkungan ataupun
struktur lainnya dimana lapisan reservoir dan lapisan penyekat diatas konkav kearah bawah.
Dengan konsepsi diatas, maka suatu akumulasi dapat terjadi serta hilang atau terusir, dengan
terdapatnya suatu gradient hidrodinamik yang pada setiap saat geologi arah serta besarnya (
vektornya dapat berubah ). Dalam keadaan itu maka paling tidak posisi batas air minyak atau
air gas itu miring. Akumulasi minyak dan gas bumi merupakan suatu keseimbangan yang
dinamis.
Hal hal tersebut dapat dipertimbangkan dari beberapa faktor sebagai berikut :
1) Waktu Pembentukan Perangkap.
Waktu pembentukan perangkap adalah waktu tercepat minyak dapat berakumulasi. Tetapi tentu
minyak dapat bermigrasi setiap waktu setelah pembentukan perangkap tadi. Dalam hal kondisi
patahan tumbuh, akumulasi dapat terjadi bersamaan dengan pembentukan batuan reservoir.
Juga hal yang sama berlaku untuk lensa lensa batuan reservoir.
Cara menentukan ada tidaknya perangkap pada waktu migrasi dan pembentukan minyak bumi
yaitu dengan membuat perangkap struktur yang digantungkan pada suatu lapisan sumur tersebut
sebagai datum. Dengan cara yang sama suatu peta struktur berkontur dapat dibuat dan ada
tidaknya tutupan pada zaman tersebut dapat ditentukan.
2) Perangkap Yang Terisi dan Kosong.
Terdapat kemungkinan perangkap yang terisi dibentuk terlebih dahulu dan perangkap yang
kosong terbentuk kemudian, setelah migrasi sekunder berhenti.
3) Expansi Gas.
Hal ini dikemukakan oleh leverson (1956) yang mendasarkannya pada hokum Boyle dan
Charles. Gas mengembang jika tekanan turun. Kedalaman (waktu) pada saat volum reservoir
sama dengan volum minyak dan gas sekarang pada tekanan dari temperature lebih rendah, adalah
kedalaman tercetak (waktu) pada saat akumulasi telah selesai.
4) Minyak dibawah Penjenuhan.
Anggapan dasar dari kriteria ini adalah bahwa minyak telah jenuh dengan gas pada waktu
akumulasi telah selesai. Jika terdapat reservoir dengan minyak yang tidak jenuh minyak ( tidak
ada tutup/ topi gas ) maka hal ini dapat diterangkan sebagai berikut. Pada pembebanan dan
penguburan setelah akumulas, maka minyak dalam reservoir akan tidak jenuh, karena
peningkatan tekanan akan melarutkan gas bebas kedalam minyak. Pada pengangkatan dan erosi
lapisan yang menutupi reservoir akan terjadi ha sebaliknya dan gas akan keluar membentuk topi
gas.Namun metode penentuan ini memiliki banyak kelemahan dan anggapan anggapannya
belum tentu benar.sehingga hasilnya meragukan ( hoshkin, 1960 ).
5) Topi Gas yang Berkelalaian
Hal ini diberikan oleh Levorsen ( 1950 ) untuk keadaan special. Topi gas yang tinggi dalam blok
yang turun dalam perangkap patahan menunjukkan akumulasi gas sebelum pematahan.
6) Difusi Gas Dalam Reservoir Yang Sebagian Terpisah dan Tak Jenuh.
( Zafferano, Capps dan Fry, 1963 ). Difusi gas akan terjadi diantara reservoir yang demikian dari
yang jenuh menuju yang kurang jenuh dan waktu yang diperlukan untuk hubungan sekarang
dapat dihitung.
7) Metoda Energi (oleh para Ilmuwan Uni Soviet ).
Adalah pengukuran kehilangan nilai energi dari minyak dalam reservoir sepanjang waktu.
8) Mineral Diagenesa
Mineral Diagenesa akan menurunkan porositas karena sementasi dan kompaksi. Jika Minyak
bumi yang terdapat menghalang halangi proses tersebut, maka jelas akumulasi terjadi sebelum
diagenesa dalam reservoir basah air yang ada didekatnya. Sering hal ini ditunjukkan oleh tekanan
tinggi dalam reservoir.
9) Sementasi Organik
Yang dimaksud sementasi Organik disini terutama adalah semen aspal. Waktu akumulasi adalah
sebelum pengorosian bidang ketidakselarasan.
Dari uraian tersebut diatas disimpulkan bahwa minyak bumi tidak terjadi pada waktu tertentu di
dalam evolusi minyak bumi. Setalah berakumulasi di suatu perangkap, minyak bumi dapat
bermigrasi lagi ke perangkap yang terbentuk kemudian. Sebagai contoh misalnya akumulasi
minyak bumi di daerah cepu (Soetantri dan lain-lain, 1973 ). Di daerah ini pelipatan utama dan
intensif terjadi pada akhir Pleistosen.
Akan tetapi kedalaman penguburan dari batuan induk yang meliputi struktur itu tidak
memungkinkan pembentukan dan migrasi minyak bumi ke struktur muda.
Dilain Pihak suatu fasa pelipatan yang lebih tua telah terjadi pada akhir pliosen dan kemudian
pada waktu transgresi pleistosen, penguburan telah cukup dalam untuk pembentukan dan migrasi
minyak bumi ke dalam sejumlah perangkap kecil yang telah ada terlebih dahulu. Jadi kombinasi
antara kedalaman pembebanan dan umur pelipatan dapat menentukan apakah suatu perangkap
itu terisi penuh atau tidak.