Anda di halaman 1dari 30

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

DEPARTEMEN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN


NOMOR : 73/PD.410/F/06/2007
TENTANG

PETUNJUK TEKNIS UJI PERFORMANS SAPI POTONG NASIONAL


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN,
Menimbang :

a. bahwa bibit ternak sapi potong merupakan salah satu


sarana produksi yang memiliki peran penting dan strategis
dalam upaya meningkatkan jumlah dan mutu produksi
ternak sapi potong;
b. bahwa salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan jumlah dan mutu produksi ternak sapi potong yang
unggul dan bermutu tinggi adalah dilakukannya proses uji
performans untuk memilih ternak bibit sapi potong berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif;
c. bahwa agar pelaksanaan uji performans tersebut dapat
lebih terarah, berhasil guna dan berdaya guna maka
dipandang perlu menetapkan
petunjuk teknis uji
performans sapi potong dengan Peraturan Direktur
Jenderal Peternakan.

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
1

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang


Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan
Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor
201, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang
Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional;
6. Keputusan Presiden Nomor 89/M Tahun 2005;
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia juncto
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia;
9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 170/Kpts/OT.210/3/
2002 tentang Pelaksanaan Standardisasi Nasional di
Bidang Pertanian juncto Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 379/Kpts/OT.140/10/2005;
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/
2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor
11/Permentan/ OT.140/2/2007;
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/9/
2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian juncto Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 12/Permentan/OT.140/2/2007;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36/Permentan/OT.
140/8/2006 tentang Sistem Perbibitan Ternak Nasional.

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS UJI PERFORMANS SAPI POTONG NASIONAL.

KESATU

Memberlakukan Petunjuk Teknis Uji Performans Sapi Potong


Nasional sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini;

KEDUA

Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU


merupakan acuan bagi petugas Pusat, Daerah dan masyarakat
yang melaksanakan kegiatan uji performans sapi potong;

KETIGA

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27062007
DIREKTUR JENDERAL,

MATHUR RIADY
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Menteri Pertanian Republik Indonesia;
2. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian;
3. Inspektur Jenderal Departemen Pertanian;
4. Kepala Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian;
5. Gubernur Provinsi di Seluruh Indonesia;
6. Bupati/Walikota di Seluruh Indonesia;
7. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan Provinsi di seluruh
Indonesia;
8. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia;
9. Kepala Unit Pelaksana Teknis lingkup Ditjen Peternakan di Seluruh Indonesia.
3

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

LAMPIRAN :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN


NOMOR
: 73/PD.410/F/06/2007
TANGGAL : 27 06 2007

PETUNJUK TEKNIS
UJI PERFORMANS SAPI POTONG NASIONAL
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kecukupan kebutuhan daging dalam negeri
salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memprogramkan
kegiatan peningkatan produktifitas sapi potong tingkat nasional secara
berkelanjutan melalui kegiatan uji performans sapi potong. Uji
performans adalah kegiatan metoda pengujian untuk memilih ternak
bibit berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran dan
penimbangan. Uji ini menjadi salah satu metoda pemilihan calon
pejantan atau induk unggul dalam satu kelompok ternak bibit yang
efektif sepanjang dukungan pencatatan identifikasi dan mutasi ternak
dapat dikontrol serta diawasi dengan baik. Melalui uji ini, pejantan sapi
potong dan betina unggul akan terpilih secara akurat, kemudian
diprogramkan untuk peremajaan (replacement) dan pada gilirannya
akan berdampak pada perbaikan produktifitas bibit ternak.
Uji performans sapi potong merupakan kegiatan rutin yang harus
dilaksanakan pada UPT Perbibitan Nasional atau UPT Daerah, Swasta,
Koperasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Peternakan
Rakyat yang telah memenuhi syarat. Dalam pelaksanaannya di
beberapa UPT dan ditingkat kelompok peternak, uji ini masih berjalan
secara parsial dan belum ada upaya kearah Standarisasi Nasional
terutama menyangkut sistem perkawinan dengan IB dan atau kawin
alam berdasarkan program pemuliaan yang antara lain meliputi
rekording secara utuh, distribusi semen, dan cara menghindari
terjadinya inbreeding.
Hal ini berakibat sulit untuk mendapatkan informasi kemajuan perbaikan
mutu genetik ternak sapi potong yang akurat. Indikasi dilapangan
menunjukan bahwa telah terjadi penurunan laju pertumbuhan, dan daya
reproduksi, jarak beranak semakin panjang serta berat umur ternak
dewasa tidak optimal. Apabila hal ini tidak diperbaiki bisa berimplikasi

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

pada ketergantungan impor dan laju penurunan populasi ternak yang


semakin tinggi.
Oleh karena itu agar pelaksanaan uji performans dapat lebih terarah,
berhasil guna dan berdaya guna maka perlu ditetapkan petunjuk teknis
ini.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud ditetapkankannya Petunjuk Teknis ini sebagai pedoman
bagi Unit Pelaksana Teknis di Pusat dan Daerah serta masyarakat
yang melakukan kegiatan uji performans.
2. Tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini untuk :
a. menghasilkan dan meningkatkan mutu bibit sapi potong;
b. meningkatkan manajemen sistem rekording sapi potong;
c. mengurangi ketergantungan impor bibit ternak.
C. Ruang lingkup petunjuk teknis uji performans sapi potong ini meliputi:
1. Pelaksanaan uji performans;
2. Tugas dan wewenang;
3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
D. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan :
1. Uji Performans adalah metode pengujian untuk memilih ternak bibit
berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif yang meliputi pengukuran,
penimbangan dan penilaian.
2. Uji Zuriat (Progeny Testing) sapi potong adalah metode pengujian
untuk mengetahui mutu genetik calon pejantan berdasarkan
penampilan keturunannya.
3. Bibit sapi Potong adalah semua sapi potong hasil proses penelitian
dan pengkajian dan atau sapi potong yang memenuhi persyaratan
tertentu untuk dikembangbiakkan.
4. Mani (semen) adalah spermatozoa dan plasma seminalis yang
berasal dari pejantan yang dapat digunakan untuk proses
pembuahan.
5. Pemuliaan ternak adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah
komposisi genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau
galur guna mencapai tujuan tertentu.
5

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

6. Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit


ternak untuk keperluan sendiri atau untuk diperjual belikan.
7. Rekording adalah suatu kegiatan yang meliputi identifikasi,
pencatatan produktivitas, pencatatan silsilah, reproduksi dan
manajemen.
8. Seleksi adalah kegiatan memilih tetua untuk menghasilkan
keturunan melalui pemeriksaan dan atau pengujian berdasarkan
kriteria dan tujuan tertentu, dengan menggunakan metode atau
teknologi tertentu.
9. Silsilah adalah catatan mengenai asal usul keturunan ternak yang
meliputi identitas dan tetuanya.
10. Standarisasi benih dan atau bibit adalah proses spesifikasi teknis
benih dan atau bibit yang dibakukan, disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat
mutu genetik, syarat-syarat kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa
yang akan datang untuk memberi kepastian manfaat yang akan
diperoleh.
11. Sertifikasi benih dan atau bibit adalah proses penerbitan sertifikat
benih dan atau bibit setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan
pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan.
12. Rekorder adalah petugas yang telah dididik khusus untuk
melakukan pekerjaan pencatatan data ternak sapi potong.
13. Stasiun Uji Performans yang selanjutnya disingkat SUP adalah
tempat untuk melakukan pengujian sapi-sapi calon pejantan dan
calon induk yang telah terseleksi dari beberapa lokasi dengan
pengelolaan yang seragam.
14. Expected Breeding Value yang selanjutnya disingkat EBV adalah
perkiraan nilai genetik ternak secara individu yang dapat digunakan
untuk seleksi.
15. Unit Pelaksana Teknis adalah Unit Pelaksana Teknis pembibitan
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan pemuliaan,
produksi, pemasaran dan pengembangan pembibitan ternak sapi
potong yang dimiliki pusat dan daerah.
6

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

16. Balai Inseminasi Buatan adalah Unit Pelaksana Teknis yang


mempuyai tugas melaksanakan produksi, pemasaran dan
pemantauan mutu semen unggul ternak serta pengembangan
inseminasi buatan yang dimiliki pusat dan daerah.
17. Balai Embrio Ternak adalah Unit Pelaksanan Teknis yang
mempunyai tugas melaksanakan produksi, pengembangan dan
distribusi embrio ternak yang dimiliki pusat dan daerah.
II. PELAKSANAAN UJI PERFORMANS
Untuk memilih ternak bibit yang memenuhi persyaratan dilakukan melalui
empat tahapan sebagai berikut :
A. Persiapan
1. Identifikasi lokasi
Identifikasi lokasi dilakukan untuk memilih dan menetapkan lokasi
pelaksanaan kegiatan uji performans dengan persyaratan sebagai
berikut :
a. daerah yang memiliki sapi potong murni;
b. padat ternak sapi potong yang merupakan daerah sumber bibit,
tersentralisir dan mudah dijangkau oleh petugas;
c. memiliki populasi sapi induk produktif sekurang-kurangnya 500
ekor;
d. membentuk populasi dasar dengan ketentuan sebagai berikut :
1) terdiri dari 4 - 5 unit/lokasi dalam satu kabupaten;
2) setiap Stasiun Uji Performans (SUP) dapat menangani dua
kabupaten.
2. Identifikasi Peserta Uji Performans.
Identifikasi peserta dilakukan untuk memilih dan menetapkan
peserta yang ikut kegiatan uji performans. Peserta uji performans
meliputi : peternakan rakyat, LSM, instansi pemerintah dan swasta
yang memenuhi beberapa ketentuan :
a.

Persyaratan peserta
Persyaratan peserta yang harus dipenuhi oleh peserta adalah
sebagai berikut :
1) bersedia mengikuti dan melakukan program Uji Performans yang telah ditentukan;
2) memiliki motivasi usaha dalam bidang pembibitan ternak ;
7

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

3) diutamakan peternak yang mengikuti program Village


Breeding Center (VBC) dan peternak yang tertarik dengan
usaha pembibitan ternak.
b. Penetapan Peserta
Penetapan peserta dilakukan oleh pelaksana pusat, dinas yang
membidangi fungsi peternakan di provinsi, dinas yang
membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota yang masingmasing ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan untuk
pelaksana pusat, Gubernur untuk pelaksana provinsi dan
Bupati/Walikota untuk pelaksana kabupaten/kota.
3. Identifikasi Ternak
Untuk menentukan identitas ternak yang akan diikutkan dalam uji
performans harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Ternak yang dipilih untuk program ini diutamakan bangsa
ternak lokal;
b. Ternak yang dipilih adalah sapi induk yang memenuhi kriteria
sesuai dengan standar pada bangsanya masing-masing;
c. Semua ternak yang ikut dalam kegiatan ini diberikan identitas
dan dicatat, antara lain : bangsa, umur dan jenis kelamin,
identitas ternak, catatan kelahiran, silsilah, berat badan, tinggi
gumba, tinggi pinggul, lingkar dada, panjang badan, nama dan
alamat peternak.
Skema operasional Uji Performans sebagaimana Model 1a dan 1b.
B. Pengukuran dan Pencatatan Ternak
Pengukuran dan pencatatan dilakukan terhadap semua ternak yang ikut
dalam program ini baik induk, pejantan maupun anak-anaknya.
Pengukuran dan pencatatan yang dilakukan meliputi :
1. Sapi induk
a. Identitas ternak ;
b. Perkawinan meliputi tanggal perkawinan, pejantan yang
digunakan, tanggal beranak, umur pertama beranak. Data
identifikasi, reproduksi sapi induk sebagaimana tercantum
dalam Lampiran form model 2a dan 2b.
2. Pedet
a. Identitas ternak

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

b. Berat lahir
Berat lahir adalah berat pedet yang diperoleh melalui
penimbangan pada saat kelahiran atau selambat-lambatnya
dilakukan 3 (tiga) hari setelah sapi lahir.
c. Berat sapih
Berat sapih adalah berat pedet yang diperoleh melalui
penimbangan pada umur 6 sampai 8 bulan dan distandarisasi
pada umur 205 hari.
Berat sapih dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
produksi susu dan sifat keibuan (maternal ability) induk dan
juga merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui potensi
genetik pertumbuhan pedet.
d. Berat umur 1 (satu) tahun
Berat umur 1 (satu) tahun adalah berat pedet yang diperoleh
melalui penimbangan pada umur 11 sampai 13 bulan dan
distandarisasi pada umur 365 hari.
Berat umur 1 (satu) tahun merupakan tampilan yang dicapai
oleh kemampuan ternak itu sendiri.
Berat umur 1 (satu) tahun juga menggambarkan pertambahan
berat yang dicapai ternak dari lahir sampai umur satu 1 tahun,
disamping itu juga terdapat hubungan genetik yang positif dan
tinggi antara sifat tersebut dengan berat sapih dan efisiensi
pertambahan berat.
e. Berat umur 1,5 tahun
Berat umur 1,5 tahun atau 18 (delapan belas) bulan adalah
berat sapi yang diperoleh melalui penimbangan pada umur 17
sampai 19 bulan dan distandarisasi pada umur 550 hari.
Pencatatan identitas dan pertumbuhan pedet sampai umur 1
(satu) tahun dilakukan dengan menggunakan kartu kelahiran
pedet sebagaimana tercantum dalam Lampiran form model 3.
Pengukuran berat badan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali
dengan menggunakan alat timbangan ternak, apabila tidak ada alat
timbangan ternak dapat digunakan pita ukur yang dikonversikan
dengan berat badan.
Standarisasi berat 205 hari dan berat 365 hari dilakukan sesuai
dengan petunjuk sebagaimana tercantum dalam Lampiran model 4.
Pencatatan dilakukan oleh rekorder sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing.
9

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Petugas yang ditunjuk untuk melakukan pencatatan adalah petugas


yang telah mengikuti pelatihan rekorder. Apabila petugas yang
bersangkutan belum ada, pimpinan unit kerja yang bersangkutan
dapat menunjuk petugas teknis terkait yang memahami tentang
rekording.
C. Seleksi
Seleksi merupakan tahap pemilihan ternak menjadi tetua untuk generasi
berikutnya yang dilakukan secara bertahap, berkesinambungan.
Tahapan seleksi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Seleksi Calon Pejantan
a. Seleksi calon pejantan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali
untuk memperoleh pejantan yang baik mutu genetiknya,
sehingga diharapkan sifat genetik yang baik dapat diwariskan
pada keturunannya. Seleksi dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk oleh Dinas yang terkait;
b. Dari seluruh calon pejantan yang dicatat pada umur sapih
dipilih 50% terbaik berdasarkan berat sapih 205 hari;
c. Terhadap pedet jantan yang terpilih tetap dipelihara dan akan
diberi identitas untuk dilakukan pengamatan dan pencatatan
sampai umur 1 (satu) tahun;
d. Pedet jantan yang tidak terpilih sebagai bakal calon pejantan
akan diafkir;
e. Pada saat pedet jantan terpilih berumur 1 (satu) tahun
dilakukan penimbangan. Berat umur 1 (satu) tahun ini
menggambarkan pertambahan berat yang dicapai sejak lahir
sampai umur 1 (satu) tahun;
f. Pedet jantan yang diseleksi untuk mengikuti Uji Performans di
SUP atau seleksi selanjutnya adalah 5 % dari pedet jantan
yang mempunyai berat umur 1 (satu) tahun (BB 365) pada
jenjang teratas.
Pejantan-pejantan yang terpilih dicatat pada Kartu Catatan Calon
Pejantan sebagaimana tercantum dalam Lampiran form model 5a.
2. Seleksi Calon Induk
a. Seleksi calon induk dilakukan setiap 3 bulan untuk mencari
pedet betina yang mempunyai berat 205 hari yang melebihi

10

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

rata-rata pedet betina dikelompoknya sebanyak 90%. Seleksi


dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Dinas yang terkait;
b. Seleksi ini digunakan untuk menilai induknya dan sebagai
usaha untuk mendapatkan induk unggul;
c. Pedet betina yang tidak terpilih tidak dilakukan afkir melainkan
tetap dipelihara untuk mempertahankan dan mengembangkan
populasi;
d. Pedet betina yang terpilih diberi identitas, dipantau
perkembangannya dan dilakukan pengamatan sampai umur
365 hari, untuk mendapatkan calon induk pada suatu lokasi,
dapat juga dibeli oleh UPTD.
Calon induk yang terpilih dicatat pada Kartu Catatan Calon Induk
sebagaimana tercantum dalam Lampiran form model 5b.
D. Pengujian
Pengujian dilakukan terhadap sapi-sapi yang dipilih atau lulus seleksi
dengan tujuan untuk memperoleh calon pejantan atau calon induk yang
terbaik. Ketentuan yang harus diikuti untuk melakukan pengujian di SUP
sebagai berikut:
1. Sapi-sapi yang terpilih dan dimasukkan SUP sebelum pengujian
berlangsung dikarantina untuk observasi kesehatan, vaksinasi dan
pengobatan cacing dan diberi waktu untuk beradaptasi kurang lebih
20 hari dengan lingkungan SUP.
2. Sapi-sapi yang akan mengikuti uji performans dipelihara dengan
diberi perlakuan dan kondisi yang sama sehingga perbedaan yang
tampak dapat mencerminkan mutu genetiknya.
3. Sapi calon pejantan pada saat masuk SUP harus ditimbang dan
pada saat umur 18 bulan ditimbang kembali, dengan jarak waktu
penimbangan awal sampai akhir minimal 140 hari. Hasil
pengukuran dicatat dengan menggunakan form sebagaimana
tercantum dalam Lampiran form model 5c.
4. Pada saat sapi calon pejantan berumur 20 bulan dilakukan
pengamatan terhadap :
a. Libido dan kualitas sperma (persyaratan kualitas sperma yang
harus dipenuhi sebagaimana tercantum dalam Lampiran form
model 6;
b. ukuran scrotum;
c. pengujian ketahanan panas, resistensi caplak dan efisiensi
pakan.
11

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

5. Sepuluh persen (10%) calon pejantan pada jenjang atas akan


dipilih dan akan dilakukan Uji Zuriat secara terbatas di SUP.
Sepuluh persen (10%) pada jenjang dibawahnya dikirim kembali ke
unit populasi dasar yang tidak memenuhi syarat untuk perkawinan
secara inseminasi buatan untuk dipakai sebagai pejantan,
selebihnya (80%) dikirim ke wilayah pengembangan produksi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran model 7.
6. Lama penggunaan pejantan di setiap unit 2 sampai 3 tahun untuk
menghindari terjadinya perkawinan silang dalam.
7. Untuk seleksi sapi betina di Unit Pelaksana Teknis yang
menangani fungsi perbibitan di Pusat dan Daerah : Induk yang
dikeluarkan sebanyak 20% per tahun dan akan digantikan dari anak
betina terbaik. Sisanya disebarkan sebagai bibit untuk
pengembangan di tempat lain.
8. Seleksi sapi betina untuk BET dapat diperoleh dari sapi-sapi induk
jenjang teratas di BPTU.
9. Persyaratan Kesehatan Hewan pada calon bibit.
Setiap calon bibit ternak yang telah memenuhi persyaratan mutu,
harus dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan sesuai dengan
Petunjuk Teknis Biosecuriti dan Kesehatan Hewan pada Ternak
Bibit.
10. Analisa data untuk memilih 5 % calon pejantan terbaik didasarkan
atas analisa EBV atau EPD sebagaimana tercantum dalam
Lampiran model 8 dan 9.
11. Analisa data untuk memilih induk terbaik didasarkan atas analisa
daya produksi induk Most Probably Producing Ability (MPPA)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran model 10.
III. KOORDINASI TEKNIS UJI PERFORMANS
Agar pelaksanaan Uji Performans Sapi Potong lebih terarah, terpadu,
terprogram, berhasil guna dan berdaya guna perlu dilakukan koordinasi
teknis dalam pelaksanaannya.
Direktorat Jenderal Peternakan melalui Direktorat Perbibitan mengkoordinir
instansi terkait di pusat dan daerah sebagai berikut :
A. Pusat.
1. Unit Pelaksana Teknis Perbibitan
a. memberikan informasi/sosialisasi kegiatan uji performans;
b. memberikan bimbingan teknis atau pembinaan kepada
peternak;
12

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

c. melakukan penjaringan ternak di unit/lokasi untuk dilakukan uji


performans;
d. memelihara dan melaksanakan proses kegiatan pengujian
terhadap bakal calon pejantan unggul;
e. menyiapkan tenaga recording dan melakukan recording;
f. menyampaikan hasil pelaksanaan uji performans kepada
Direktur Jenderal Peternakan;
2. Balai Besar Inseminasi Buatan/Balai Inseminasi Buatan
a. melaksanakan pertemuan teknis dengan stakeholder terkait;
b. memberikan bimbingan/pelatihan kepada petugas lapangan;
c. menjaring sapi pejantan unggul hasil uji dari SUP atau Pusat
Pembibitan Ternak. berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Dinas terkait;
d. memproduksi dan distribusi semen beku.
3. Balai Embrio Ternak (BET)
a. melaksanakan pertemuan teknis dengan stakeholder terkait;
b. menjaring sapi induk yang menduduki ranking teratas untuk
peremajaan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Dinas terkait;
c. melaksanakan perbanyakan bibit sapi unggul melalui embrio
transfer;
d. melaksanakan sterility control terhadap ternak-ternak betina
terseleksi.
B. Daerah.
1. Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan
di provinsi :
a. menetapkan lokasi kegiatan uji performans sapi potong
berdasarkan petunjuk dari Direktur Jenderal Peternakan;
b. melakukan seleksi ternak untuk mengikuti program uji
performans bersama dengan Dinas terkait di kabupaten/kota;
c. menyiapkan tenaga pencatat/ rekorder;
d. memonitor pelaksanaan pencatatan dan pengukuran ternak
yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk;
13

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

e. melaksanakan monitoring dan menyampaikan hasil


pelaksanaan
uji performans kepada Direktur Jenderal
Peternakan.
2. Dinas Peternakan atau dinas yang membidangi fungsi peternakan
di kabupaten/kota :
a. melakukan identifikasi ternak yang ikut program uji performans;
b. menetapkan peternak yang mengikuti program uji performans;
c. melakukan seleksi ternak untuk kegiatan uji performans yang
berkoordinasi dengan Dinas terkait di provinsi;
d. menyampaikan hasil pelaksanaan uji performans kepada
Kepala Dinas Peternakan atau yang membidangi fungsi
peternakan di provinsi.
3. Unit Pelaksana Teknis di Daerah (UPTD).
a. memberikan informasi/sosialisasi kegiatan uji performans;
b. melakukan penjaringan ternak di unit/lokasi untuk dilakukan uji
performans;
c. memelihara dan melaksanakan proses kegiatan pengujian
terhadap bakal calon pejantan unggul;
d. menyiapkan tenaga recording dan melakukan recording;
e. menyampaikan hasil pelaksanaan uji performans kepada
Kepala Dinas Peternakan yang membidangi fungsi peternakan
di provinsi dan atau kabupaten/kota.
IV. MONITORING DAN PENGAWASAN
Untuk memonitor dan mengawasi pelaksanaan uji performans tersebut
dilakukan monitoring dan pengawasan sebagai berikut :
1. Monitoring dan pengawasan pelaksanaan uji performans dilaku-kan
secara berkala di kabupaten/kota, provinsi dan stasiun uji performans
(SUP).
2. Monitoring sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan oleh
pejabat fungsional pengawas bibit ternak baik di Pusat maupun Dinas
Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di provinsi
atau kabupaten/kota.
14

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

4. Apabila belum ada pejabat fungsional pengawas bibit maka


pengawasan dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh pejabat
yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
V. PENUTUP
Demikian Petunjuk Teknis ini disusun untuk dapat digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan uji performans sapi potong. Petunjuk Teknis
ini akan disesuaikan dan disempurnakan kembali sesuai kebutuhan dan
perkembangan teknologi.
DIREKTUR JENDERAL,

MATHUR RIADY

15

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

LAMPIRAN :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN


NOMOR
: 73/PD.410/F/06/2007
TANGGAL : 27 06 2007

PETUNJUK TEKNIS
UJI PERFORMANS SAPI POTONG NASIONAL
No.

NOMOR KODE

JUDUL

1.

Model 1a.

Skema Operasional Seleksi Pejantan

2.

Model 1b.

Skema Operasional Seleksi Betina

3.

Form Model 2a.

Data Sapi Induk Program Uji Performans Sapi Potong

4.

Form Model 2b.

Data Reproduksi dan Produksi Sapi Induk

5.

Form Model 3.

Kartu Kelahiran Sapi Potong

6.

Model 4.

Penyesuaian Berat Badan dan Penerapan Faktor


Koreksi

7.

Form Model 5a.

Kartu Catatan Calon Pejantan

8.

Form Model 5b.

Kartu Catatan Calon Induk

9.

Form Model 5c.

Kartu Catatan Calon Pejantan di SUP

10.

Form Model 6.

Pemeriksaan Kualitas Semen

11.

Model 7.

Jumlah Sapi Pejantan yang diseleksi masuk SUP

12.

Model 8.

Estimation Breeding Value (EBP)

13.

Model 9.

Expected Progeny Differens (EPD)

14.

Model 10.

Most Probably Producing Ability (MPPA)

DIREKTUR JENDERAL,

Ir. MATHUR RIADY, MA


NIP 010110 372

16

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Lamp Model 1a

17

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Lamp Model 1b

18

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Form Model 2a.


DATA SAPI INDUK
PROGRAM UJI PERFORMANS SAPI POTONG
Propinsi : ..................., Kabupaten : .................., Kecamatan : .........................,
SUP. ......................................................................................................................
Identitas Pemilik :
- Nama Pemilik : ..........................................................................................
- No. ID
: ..........................................................................................
- Alamat Lengkap: ........................................................................................
* Desa/Lurah : ................................ RT/RW : .......................................
* Kecamatan : ................................ Kab/Kota : ...................................
Nama Sapi
Hasil dari
Tanggal lahir
Warna
Identitas sapi

:
:
:
:
:

................................. Breed : .........................................


Kawin alam / IB / ET
........................................................................................
.........................................................................................
- No. Eartag
-

No. Tato

Nomor dan Nama Bapak (Sire) : ............................


Nomor dan Nama Induk (Dam) : ............................

Kondisi reproduksi
Bila sudah kawin
Identitas Pejantan
Tanggal Kawin

:
:
:
:

Kawin / belum kawin.


Kawin alam / IB / ET.

Silsilah

.........................................................
.........................., ................. 20.....
Rekorder,

(...............................................)
19

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Form Model 2b.

20

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Form Model 3.

KARTU KELAHIRAN SAPI POTONG


Nama Sapi
Tanggal lahir
Warna
INDUK
Bangsa

: ................................................................................................
: ..................................... Kelamin ..................................
: ..............................................................
: ................................. No. Register ...........................................
No Telinga ............................................

BAPAK
Bangsa

: ................................. No. Code ...............................................

Kode Semen

: ..................................................................................................

Pemilik waktu sapi dilahirkan :


Nama
: ......................................................................................
Alamat
: ......................................................................................
Status Pemilikan
: ......................................................................................
Anak sapi ini terdaftar dengan
Nomor Register/Telinga : ......................................................................................
CATATAN PERTUMBUHAN
No

URAIAN

Tanggal
Pengukuran
/Timbang

Berat
(Kg)

Tinggi
Gumba
(Cm)

Lingkar
Dada
(Cm)

Tinggi
Panggul
(Cm)

Ket. Gejala Sakit,


Pengobatan, dll.

1. Berat Lahir
2. Umur 205 hari
3. Umur 301365 hr

..........................., ................ 20......


PETUGAS PENCATAT,

(...............................................)

21

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Model 4.
PENYESUAIAN BERAT DAN PENERAPAN FAKTOR KOREKSI
Berat sapih (BS. 205).
Dalam menentukan berat sapih untuk keperluan seleksi perlu dilakukan beberapa
koreksi penyesuaian :
a. Faktor koreksi umur pedet :
Penimbangan pedet sapihan dilakukan pada saat tertentu, sedangkan saat
kelahiran selalu berbeda, maka pada saat penimbangan pedet-pedet akan
tidak sama umurnya. Untuk menghilangkan pengaruh umur yang berbeda
dilakukan penyesuaian ke umur 205 hari (BS. 205). Terlebih dahulu dicari
pertambahan berat badan harian berdasarkan data berat timbangan saat itu
dikurangi berat lahir kemudian dibagi umur saat ditimbang dalam hari. Kalau
rata-rata berat badan harian yang didapat dikalikan dengan 205 hari dan
ditambah berat lahir, maka akan diperoleh taksiran berat sapi umur 205 hari.
Berat nyata berat lahir saat ditimbang
BS.205 = ---------------------------------------------------- X 205 + berat lahir
Umur saat penimbangan (hari)
Apabila catatan berat lahir tidak tersedia, maka dapat dipergunakan berat
lahir rata-rata dari bangsa sapi tersebut.
FKUI = Faktor Koreksi Umur Induk.
b. Faktor koreksi umur induk (FKUI) :
Faktor ini penting karena induk berpengaruh terhadap berat sapih anaknya.
Terdapat dua cara untuk melakukan kolerasi yaitu dengan mempergunakan
faktor perkalian dan dengan faktor penambah, keduanya diperkenalkan oleh
USDA adalah sebagai sbb:
Tabel - 1. Faktor perkalian sebagai faktor koreksi umur induk untuk
penyesuaian berat sapih.
No.
Umur Induk (tahun)
Faktor Perkalian
1.
2
1,15
2.
3
1,10
3.
4
1,05
4.
5 10
1,00
5.
11 ke atas
1,05
(sumber : Warwick et al. 1979)

22

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

2
Pada kenyataan umur induk tidak dapat tepat 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun dan
seterusnya karena untuk memudahkan perlu dilakukan pengelompokan
umur seperti yang dianjurkan oleh USDA sebagai tabel -2. berikut ini.
Tabel - 2. Pengelompokan umur ke umur induk dalam tahun.
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Kisaran umur
639 1003 hari
1004 1338 hari
1339 1703 hari
1704 4258 hari
2459 hari ke atas

Umur induk dalam tahun


2 tahun
3 tahun
4 tahun
5 10 tahun
11 tahun ke atas

(sumber : Hubbard. 1981).

Untuk menghitung umur induk dalam hari dapat dipergunakan tabel tabulasi
umur.
Cara lain untuk melakukan koreksi umur induk adalah dengan menghitung
sendiri faktor koreksi berdasarkan data yang ada pada setiap bangsa sapi
dan atau setiap BPTU.
c. Faktor koreksi jenis kelamin :
Faktor koreksi ini dapat ditiadakan apabila dalam analisis dipisahkan antara
pedet jantan dan pedet betina. Disamping itu dapat juga dipergunakan
faktor koreksi umur induk dengan faktor penambahan. Pada koreksi dengan
faktor penambahan sudah dibedakan antara koreksi untuk pedet jantan dan
pedet betina. Jadi dalam hal ini sex sudah diperhitungkan sekaligus. Cara
lain untuk melakukan koreksi jenis kelamin adalah dengan menghitung
sendiri faktor koreksi berdasarkan data yang ada.
Contoh misalkan rata-rata sapi pedet jantan = 94 kg dan rata-rata sapi pedet
betina = 87 kg. Maka faktor penyesuaian ke dasar pedet jantan untuk
betina
94
adalah : ---- = 1,08 dan merupakan faktor perkalian
87
Jadi bila pedet betina berat sapihnya = 90 kg, maka setelah dilakukan
koreksi jenis kelamin berat sapihnya adalah = 90 kg x 1,08 = 97,2 kg.
23

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

3
d. Faktor koreksi musim :
Pengaruh musim pada berat lahir maupun berat sapih pedet dapat
ditiadakan apabila dilakukan pengelompokan pedet-pedet, yaitu pedet-pedet
yang lahir dimusim kemarau atau apabila analisis dikerjakan untuk periode
kurang dari 6 bulan. Setiap 3 bulan sekali dilakukan penimbangan
perhitungan BS. 205:
Dengan demikian pengaruh musim akan terhapus. Jadi dalam menghitung
berat sapih terkoreksi dapat dipergunakan salah satu dari dua cara ini :
(i) Faktor penambah untukkoreksi umur induk :
Berat timbangan nyata - BL
BS.205 = ---------------------------------------- x 205 + BL.
Umur saat ditimbang (hari)
BL = Berat Lahir.
BS.205 terkoreksi umur induk = BS.205 + FKUI
(ii) Faktor perkalian untuk koreksi induk :
Berat timbangan nyata - BL
BS.205 = -------------------------------------- x 205 + BL.
Umur saat ditimbang (hari)
BS.205 terkoreksi umur induk = BS.205 x FKUI
= 105,03 x 1,05 kg = 110,28 kg.
2. Berat umur 1 tahun (365 hari) :
Berat yang dicapai pada umur 1 tahun menunjukkan performans yang
dicapai oleh kemampuan individu sendiri karena pengaruh induk sudah tidak
ada.
Kriteria seleksi berat umur 1 tahun adalah berat badan dengan
mempergunakan rumus sebagai berikut :
Berat timbangan nyata BS.205
BB.365 = ------------------------------------------ X 160 + BS.205
Jarak waktu antaranya (hari)

24

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

4
3. Perhitungan Pertambahan Berat Umur 12 18 bulan.
Pertambahan berat umur 12 18 bulan dihitung sebagai pertambahan berat
harian sebagai kriteria seleksi calon pejantan yang akan dipakai sebagai
pejantan.
Seleksi dilakukan pada stasiun uji performans terhadap sapi-sapi pilihan
yang berasal dari unit-unit. Sapi-sapi ini diberi perlakuan dan kondisi yang
sama sehingga perpedaan yang tampak diharapkan dapat mencerminkan
perbedaan mutu genetiknya.
Berat penimbangan akhir Berat penimbangan awal
PBH = ---------------------------------------------------------------------- kg.
Jarak waktu antaranya (hari)
Berat penimbangan akhir =

berat saat ditimbang pada umur kirakira18 bulan.


Berat penimbangan awal = berat saat ditimbang waktu masuk
SUP, kira-kira umur 12 bulan.
Jangka waktu antaranya = beda waktu (hari) antara saat
penimbangan akhir dengan saat
penimbangan awal
Perhitungan berat umur 18 bulan adalah sebagai berikut :
Berat penimbangan nyata B. 365
BB.550 = ----------------------------------------------- X 345 + BS. 205
Jarak waktu antaranya (hari)
Jarak waktu penimbangan awal dan penimbangan akhir minimal 140 hari.
Waktu yang dipergunakan calon pejantan di SUP adalah 5,5 -6 bulan yaitu
adaptasi 20 hari ditambah pengujian 140 hari.

25

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Form Model 6.
PEMERIKSAAN KUALITAS SEMEN
Macam Uji

A. Makroskopik.
1. Warna dan kekentalan.
2. Volume.
3. Gerak masa.
B. Mikroskopik.
1. Gerak.
2. Persen (%) hidup.
3. Persen (%) abnormal.
4. Konsentrasi spermatozoa per ml semen.
c. Uji Kimiawi.
1. pH semen.

26

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Model 8.
ESTIMASI BREEDING VALUE (EBV)
(ESTIMASI NILAI PEMULIAAN (ENP)
Nilai Pemuliaan (NP) atau Breeding Value (BV) adalah penilaian dari mutu
genetik ternak untuk suatu sifat tertentu, yaitu diberikan secara relatif atas
kedudukannya di dalam populasinya.
Besarnya Nilai Pemuliaan (NP) atau Breeding Value (BV) dapat diestimasi
dengan rumus :
ENP = h (P P) + P
Keterangan :
ENP
= Estimasi Nilai Pemuliaan (Estimasi Breeding Value)
h = Angka pewarisan (heritabilitas) untuk sifat tertentu.
P = Performans Individu.
P = Rata-rata performans populasi dimana individu diukur.
Apabila Estimasi Nlai Pemuliaan individu atas dasar beberapa performansnya
(atas dasar pengamatan berulang), maka rumus tersebut akan menjadi :
ENP = h (n) (P P) + P
Apabila Estimasi Nilai Pemuliaan dihitung atas dasar performans dari
keluarganya, maka rumusnya menjadi :
ENP = h F(P P) + P
Apabila Estimasi Nilai Pemuliaan dihitung dari hasil Uji Zuriat, maka rumusnya
menjadi :
ENP = h PT (P P) + P
Keterangan :
h (n) = Angka pewarisan untuk Estimasi Nilai Pemuliaan berdasarkan
pengamatan berulang ulang.
h F = Angka pewarisan untuk Estimasi Nilai Pemuliaan berdasarkan
performans keluarga (famili).
h PT = Angka pewarisan untuk Uji Zuriat.
P
= Rata rata Performans Individu.
P
= Rata-rata performans populasi.

27

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Model 9
EXPECTED PROGENY DIFFERENS
(EPD)
 Expected Progeny Differens adalah suatu alat seleksi yang tersedia untk
menghasilkan kemajuan genetik didalam kelompoknya.
 Expected Progeny Differens diestimasi berdasarkan kemampuan genetik
seekor pejantan berdasarkan prestasi anak-anaknya di dalam contemporarynya.
 Sifat-sifat yang dieavluasi secara simultan atau salah satu saja, yaitu
meliputi berat lahir, berat sapih, berat yearling, tinggi gumba, lingkar scrotum
(jantan) dan luas pelvis (betina).
 Expected Progeny Differens dihitung untuk suatu bangsa tertentu dalam
suatu populasi tertentu.
 Perhitungan Expected Progeny Differens memerlukan beberapa faktor
koreksi dari umur induk dan sifat-sifat yang akan dievaluasi di dalam
contermporary-nya.
 Contemporary Group, adalah group atau kelompok dari anak-anak pejantan
yang diuji terhadap prestasi dan anak-anak pejantan lain yang beranak pada
tempat, tahun dan musim yang sama.
Tabel-1. Contoh ringkasan Expected Progeny Diffrerens dari pejantan sapi Bali
pada berat lahir, sapih dan yearling.
Nama
Nomor
Berat
Pejantan
Registrasi
Lahir
A
+ 3,1
090804001
B
+ 1,0
100804002
C
-1,9
150804003
+2,0
Rata-rata bangsa :
Artinya :
Pejantan A mempunyai EPD berat sapih + 54 lb.
Pejantan B mempunyai EPD berat sapih + 21 lb.
Pejantan C mempunyai EPD berat sapih + 46 lb.

Berat
Sapih
+ 54
+ 21
+ 46
+ 28

Berat
Yearling
+ 108
+ 54
+ 92
+ 54

Hal ini menunjukkan bahwa pedet-pedet dari pejantan A secara ratarata,mempunyai harapan sebesar 33 lb berat dari pedet-pedet dari pejantan B
28

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

dan 8 lb lebih berat dari pedet-pedet pejantan C dan 26 lb lebih berat dari ratarata pedet dari pejantan dalam populasi atau bangsa. Jadi pejantan A
mempunyai EPD berat sapih realtif tinggi dari pejantan B dan C, tetapi
mempunyai EPD berat lahir yang lebih kecil dari pejantan B dan C sehingga
diharapkan tidak ada kesulitan beranak.

29

Petunjuk Teknis Uji Peformans Sapi Potong Nasional

Model 10.
MOST PROBABLY PRODUCING ABILITY (MPPA)
ANALISA DAYA PRODUKSI INDUK.
Most Probably Producing Ability (MPPA) adalah penduga daya produksi induk.
MPPA dapat digunakan untuk menilai induk sapi potong. Nilai MPPA dari indukinduk suatu peternakan diurutkan dari tinggi ke rendah dan selanjutnya induk
diseleksi berdasarkan nilai MPPA. Data yang digunakan adalah berat sapih
anaknya, karena berat sapih anak terjadi pada generasi yang berbeda-beda,
maka yang digunakan adalah peringkat berat sapih.
Perhitungan MPPA menggunakan rumus :
nr
MPPA =

(P P ) + P
1 + (n 1) r

Keterangan :
n = Jumlah pengamatan ( jumlah anak yang terhitung dari seekor
induk)
r = Ripitabilitas/angka pengulangan
P = Rata rata produksi ternak yang ada
(merupakan berat sapih rata-rata dari 1 (satu) induk yang
bersangkutan).
P = rerata produksi rata-rata
(merupakan berat sapih rata-rata dari populasi atau rata-rata
peringkat berat sapih).

30

Anda mungkin juga menyukai