DEPARTEMEN PERTANIAN
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
1
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS UJI PERFORMANS SAPI POTONG NASIONAL.
KESATU
KEDUA
KETIGA
MATHUR RIADY
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Menteri Pertanian Republik Indonesia;
2. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian;
3. Inspektur Jenderal Departemen Pertanian;
4. Kepala Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian;
5. Gubernur Provinsi di Seluruh Indonesia;
6. Bupati/Walikota di Seluruh Indonesia;
7. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan Provinsi di seluruh
Indonesia;
8. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan Kabupaten/Kota di
seluruh Indonesia;
9. Kepala Unit Pelaksana Teknis lingkup Ditjen Peternakan di Seluruh Indonesia.
3
LAMPIRAN :
PETUNJUK TEKNIS
UJI PERFORMANS SAPI POTONG NASIONAL
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kecukupan kebutuhan daging dalam negeri
salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memprogramkan
kegiatan peningkatan produktifitas sapi potong tingkat nasional secara
berkelanjutan melalui kegiatan uji performans sapi potong. Uji
performans adalah kegiatan metoda pengujian untuk memilih ternak
bibit berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran dan
penimbangan. Uji ini menjadi salah satu metoda pemilihan calon
pejantan atau induk unggul dalam satu kelompok ternak bibit yang
efektif sepanjang dukungan pencatatan identifikasi dan mutasi ternak
dapat dikontrol serta diawasi dengan baik. Melalui uji ini, pejantan sapi
potong dan betina unggul akan terpilih secara akurat, kemudian
diprogramkan untuk peremajaan (replacement) dan pada gilirannya
akan berdampak pada perbaikan produktifitas bibit ternak.
Uji performans sapi potong merupakan kegiatan rutin yang harus
dilaksanakan pada UPT Perbibitan Nasional atau UPT Daerah, Swasta,
Koperasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Peternakan
Rakyat yang telah memenuhi syarat. Dalam pelaksanaannya di
beberapa UPT dan ditingkat kelompok peternak, uji ini masih berjalan
secara parsial dan belum ada upaya kearah Standarisasi Nasional
terutama menyangkut sistem perkawinan dengan IB dan atau kawin
alam berdasarkan program pemuliaan yang antara lain meliputi
rekording secara utuh, distribusi semen, dan cara menghindari
terjadinya inbreeding.
Hal ini berakibat sulit untuk mendapatkan informasi kemajuan perbaikan
mutu genetik ternak sapi potong yang akurat. Indikasi dilapangan
menunjukan bahwa telah terjadi penurunan laju pertumbuhan, dan daya
reproduksi, jarak beranak semakin panjang serta berat umur ternak
dewasa tidak optimal. Apabila hal ini tidak diperbaiki bisa berimplikasi
Persyaratan peserta
Persyaratan peserta yang harus dipenuhi oleh peserta adalah
sebagai berikut :
1) bersedia mengikuti dan melakukan program Uji Performans yang telah ditentukan;
2) memiliki motivasi usaha dalam bidang pembibitan ternak ;
7
b. Berat lahir
Berat lahir adalah berat pedet yang diperoleh melalui
penimbangan pada saat kelahiran atau selambat-lambatnya
dilakukan 3 (tiga) hari setelah sapi lahir.
c. Berat sapih
Berat sapih adalah berat pedet yang diperoleh melalui
penimbangan pada umur 6 sampai 8 bulan dan distandarisasi
pada umur 205 hari.
Berat sapih dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
produksi susu dan sifat keibuan (maternal ability) induk dan
juga merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui potensi
genetik pertumbuhan pedet.
d. Berat umur 1 (satu) tahun
Berat umur 1 (satu) tahun adalah berat pedet yang diperoleh
melalui penimbangan pada umur 11 sampai 13 bulan dan
distandarisasi pada umur 365 hari.
Berat umur 1 (satu) tahun merupakan tampilan yang dicapai
oleh kemampuan ternak itu sendiri.
Berat umur 1 (satu) tahun juga menggambarkan pertambahan
berat yang dicapai ternak dari lahir sampai umur satu 1 tahun,
disamping itu juga terdapat hubungan genetik yang positif dan
tinggi antara sifat tersebut dengan berat sapih dan efisiensi
pertambahan berat.
e. Berat umur 1,5 tahun
Berat umur 1,5 tahun atau 18 (delapan belas) bulan adalah
berat sapi yang diperoleh melalui penimbangan pada umur 17
sampai 19 bulan dan distandarisasi pada umur 550 hari.
Pencatatan identitas dan pertumbuhan pedet sampai umur 1
(satu) tahun dilakukan dengan menggunakan kartu kelahiran
pedet sebagaimana tercantum dalam Lampiran form model 3.
Pengukuran berat badan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali
dengan menggunakan alat timbangan ternak, apabila tidak ada alat
timbangan ternak dapat digunakan pita ukur yang dikonversikan
dengan berat badan.
Standarisasi berat 205 hari dan berat 365 hari dilakukan sesuai
dengan petunjuk sebagaimana tercantum dalam Lampiran model 4.
Pencatatan dilakukan oleh rekorder sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing.
9
10
MATHUR RIADY
15
LAMPIRAN :
PETUNJUK TEKNIS
UJI PERFORMANS SAPI POTONG NASIONAL
No.
NOMOR KODE
JUDUL
1.
Model 1a.
2.
Model 1b.
3.
4.
5.
Form Model 3.
6.
Model 4.
7.
8.
9.
10.
Form Model 6.
11.
Model 7.
12.
Model 8.
13.
Model 9.
14.
Model 10.
DIREKTUR JENDERAL,
16
Lamp Model 1a
17
Lamp Model 1b
18
:
:
:
:
:
No. Tato
Kondisi reproduksi
Bila sudah kawin
Identitas Pejantan
Tanggal Kawin
:
:
:
:
Silsilah
.........................................................
.........................., ................. 20.....
Rekorder,
(...............................................)
19
20
Form Model 3.
: ................................................................................................
: ..................................... Kelamin ..................................
: ..............................................................
: ................................. No. Register ...........................................
No Telinga ............................................
BAPAK
Bangsa
Kode Semen
: ..................................................................................................
URAIAN
Tanggal
Pengukuran
/Timbang
Berat
(Kg)
Tinggi
Gumba
(Cm)
Lingkar
Dada
(Cm)
Tinggi
Panggul
(Cm)
1. Berat Lahir
2. Umur 205 hari
3. Umur 301365 hr
(...............................................)
21
Model 4.
PENYESUAIAN BERAT DAN PENERAPAN FAKTOR KOREKSI
Berat sapih (BS. 205).
Dalam menentukan berat sapih untuk keperluan seleksi perlu dilakukan beberapa
koreksi penyesuaian :
a. Faktor koreksi umur pedet :
Penimbangan pedet sapihan dilakukan pada saat tertentu, sedangkan saat
kelahiran selalu berbeda, maka pada saat penimbangan pedet-pedet akan
tidak sama umurnya. Untuk menghilangkan pengaruh umur yang berbeda
dilakukan penyesuaian ke umur 205 hari (BS. 205). Terlebih dahulu dicari
pertambahan berat badan harian berdasarkan data berat timbangan saat itu
dikurangi berat lahir kemudian dibagi umur saat ditimbang dalam hari. Kalau
rata-rata berat badan harian yang didapat dikalikan dengan 205 hari dan
ditambah berat lahir, maka akan diperoleh taksiran berat sapi umur 205 hari.
Berat nyata berat lahir saat ditimbang
BS.205 = ---------------------------------------------------- X 205 + berat lahir
Umur saat penimbangan (hari)
Apabila catatan berat lahir tidak tersedia, maka dapat dipergunakan berat
lahir rata-rata dari bangsa sapi tersebut.
FKUI = Faktor Koreksi Umur Induk.
b. Faktor koreksi umur induk (FKUI) :
Faktor ini penting karena induk berpengaruh terhadap berat sapih anaknya.
Terdapat dua cara untuk melakukan kolerasi yaitu dengan mempergunakan
faktor perkalian dan dengan faktor penambah, keduanya diperkenalkan oleh
USDA adalah sebagai sbb:
Tabel - 1. Faktor perkalian sebagai faktor koreksi umur induk untuk
penyesuaian berat sapih.
No.
Umur Induk (tahun)
Faktor Perkalian
1.
2
1,15
2.
3
1,10
3.
4
1,05
4.
5 10
1,00
5.
11 ke atas
1,05
(sumber : Warwick et al. 1979)
22
2
Pada kenyataan umur induk tidak dapat tepat 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun dan
seterusnya karena untuk memudahkan perlu dilakukan pengelompokan
umur seperti yang dianjurkan oleh USDA sebagai tabel -2. berikut ini.
Tabel - 2. Pengelompokan umur ke umur induk dalam tahun.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Kisaran umur
639 1003 hari
1004 1338 hari
1339 1703 hari
1704 4258 hari
2459 hari ke atas
Untuk menghitung umur induk dalam hari dapat dipergunakan tabel tabulasi
umur.
Cara lain untuk melakukan koreksi umur induk adalah dengan menghitung
sendiri faktor koreksi berdasarkan data yang ada pada setiap bangsa sapi
dan atau setiap BPTU.
c. Faktor koreksi jenis kelamin :
Faktor koreksi ini dapat ditiadakan apabila dalam analisis dipisahkan antara
pedet jantan dan pedet betina. Disamping itu dapat juga dipergunakan
faktor koreksi umur induk dengan faktor penambahan. Pada koreksi dengan
faktor penambahan sudah dibedakan antara koreksi untuk pedet jantan dan
pedet betina. Jadi dalam hal ini sex sudah diperhitungkan sekaligus. Cara
lain untuk melakukan koreksi jenis kelamin adalah dengan menghitung
sendiri faktor koreksi berdasarkan data yang ada.
Contoh misalkan rata-rata sapi pedet jantan = 94 kg dan rata-rata sapi pedet
betina = 87 kg. Maka faktor penyesuaian ke dasar pedet jantan untuk
betina
94
adalah : ---- = 1,08 dan merupakan faktor perkalian
87
Jadi bila pedet betina berat sapihnya = 90 kg, maka setelah dilakukan
koreksi jenis kelamin berat sapihnya adalah = 90 kg x 1,08 = 97,2 kg.
23
3
d. Faktor koreksi musim :
Pengaruh musim pada berat lahir maupun berat sapih pedet dapat
ditiadakan apabila dilakukan pengelompokan pedet-pedet, yaitu pedet-pedet
yang lahir dimusim kemarau atau apabila analisis dikerjakan untuk periode
kurang dari 6 bulan. Setiap 3 bulan sekali dilakukan penimbangan
perhitungan BS. 205:
Dengan demikian pengaruh musim akan terhapus. Jadi dalam menghitung
berat sapih terkoreksi dapat dipergunakan salah satu dari dua cara ini :
(i) Faktor penambah untukkoreksi umur induk :
Berat timbangan nyata - BL
BS.205 = ---------------------------------------- x 205 + BL.
Umur saat ditimbang (hari)
BL = Berat Lahir.
BS.205 terkoreksi umur induk = BS.205 + FKUI
(ii) Faktor perkalian untuk koreksi induk :
Berat timbangan nyata - BL
BS.205 = -------------------------------------- x 205 + BL.
Umur saat ditimbang (hari)
BS.205 terkoreksi umur induk = BS.205 x FKUI
= 105,03 x 1,05 kg = 110,28 kg.
2. Berat umur 1 tahun (365 hari) :
Berat yang dicapai pada umur 1 tahun menunjukkan performans yang
dicapai oleh kemampuan individu sendiri karena pengaruh induk sudah tidak
ada.
Kriteria seleksi berat umur 1 tahun adalah berat badan dengan
mempergunakan rumus sebagai berikut :
Berat timbangan nyata BS.205
BB.365 = ------------------------------------------ X 160 + BS.205
Jarak waktu antaranya (hari)
24
4
3. Perhitungan Pertambahan Berat Umur 12 18 bulan.
Pertambahan berat umur 12 18 bulan dihitung sebagai pertambahan berat
harian sebagai kriteria seleksi calon pejantan yang akan dipakai sebagai
pejantan.
Seleksi dilakukan pada stasiun uji performans terhadap sapi-sapi pilihan
yang berasal dari unit-unit. Sapi-sapi ini diberi perlakuan dan kondisi yang
sama sehingga perpedaan yang tampak diharapkan dapat mencerminkan
perbedaan mutu genetiknya.
Berat penimbangan akhir Berat penimbangan awal
PBH = ---------------------------------------------------------------------- kg.
Jarak waktu antaranya (hari)
Berat penimbangan akhir =
25
Form Model 6.
PEMERIKSAAN KUALITAS SEMEN
Macam Uji
A. Makroskopik.
1. Warna dan kekentalan.
2. Volume.
3. Gerak masa.
B. Mikroskopik.
1. Gerak.
2. Persen (%) hidup.
3. Persen (%) abnormal.
4. Konsentrasi spermatozoa per ml semen.
c. Uji Kimiawi.
1. pH semen.
26
Model 8.
ESTIMASI BREEDING VALUE (EBV)
(ESTIMASI NILAI PEMULIAAN (ENP)
Nilai Pemuliaan (NP) atau Breeding Value (BV) adalah penilaian dari mutu
genetik ternak untuk suatu sifat tertentu, yaitu diberikan secara relatif atas
kedudukannya di dalam populasinya.
Besarnya Nilai Pemuliaan (NP) atau Breeding Value (BV) dapat diestimasi
dengan rumus :
ENP = h (P P) + P
Keterangan :
ENP
= Estimasi Nilai Pemuliaan (Estimasi Breeding Value)
h = Angka pewarisan (heritabilitas) untuk sifat tertentu.
P = Performans Individu.
P = Rata-rata performans populasi dimana individu diukur.
Apabila Estimasi Nlai Pemuliaan individu atas dasar beberapa performansnya
(atas dasar pengamatan berulang), maka rumus tersebut akan menjadi :
ENP = h (n) (P P) + P
Apabila Estimasi Nilai Pemuliaan dihitung atas dasar performans dari
keluarganya, maka rumusnya menjadi :
ENP = h F(P P) + P
Apabila Estimasi Nilai Pemuliaan dihitung dari hasil Uji Zuriat, maka rumusnya
menjadi :
ENP = h PT (P P) + P
Keterangan :
h (n) = Angka pewarisan untuk Estimasi Nilai Pemuliaan berdasarkan
pengamatan berulang ulang.
h F = Angka pewarisan untuk Estimasi Nilai Pemuliaan berdasarkan
performans keluarga (famili).
h PT = Angka pewarisan untuk Uji Zuriat.
P
= Rata rata Performans Individu.
P
= Rata-rata performans populasi.
27
Model 9
EXPECTED PROGENY DIFFERENS
(EPD)
Expected Progeny Differens adalah suatu alat seleksi yang tersedia untk
menghasilkan kemajuan genetik didalam kelompoknya.
Expected Progeny Differens diestimasi berdasarkan kemampuan genetik
seekor pejantan berdasarkan prestasi anak-anaknya di dalam contemporarynya.
Sifat-sifat yang dieavluasi secara simultan atau salah satu saja, yaitu
meliputi berat lahir, berat sapih, berat yearling, tinggi gumba, lingkar scrotum
(jantan) dan luas pelvis (betina).
Expected Progeny Differens dihitung untuk suatu bangsa tertentu dalam
suatu populasi tertentu.
Perhitungan Expected Progeny Differens memerlukan beberapa faktor
koreksi dari umur induk dan sifat-sifat yang akan dievaluasi di dalam
contermporary-nya.
Contemporary Group, adalah group atau kelompok dari anak-anak pejantan
yang diuji terhadap prestasi dan anak-anak pejantan lain yang beranak pada
tempat, tahun dan musim yang sama.
Tabel-1. Contoh ringkasan Expected Progeny Diffrerens dari pejantan sapi Bali
pada berat lahir, sapih dan yearling.
Nama
Nomor
Berat
Pejantan
Registrasi
Lahir
A
+ 3,1
090804001
B
+ 1,0
100804002
C
-1,9
150804003
+2,0
Rata-rata bangsa :
Artinya :
Pejantan A mempunyai EPD berat sapih + 54 lb.
Pejantan B mempunyai EPD berat sapih + 21 lb.
Pejantan C mempunyai EPD berat sapih + 46 lb.
Berat
Sapih
+ 54
+ 21
+ 46
+ 28
Berat
Yearling
+ 108
+ 54
+ 92
+ 54
Hal ini menunjukkan bahwa pedet-pedet dari pejantan A secara ratarata,mempunyai harapan sebesar 33 lb berat dari pedet-pedet dari pejantan B
28
dan 8 lb lebih berat dari pedet-pedet pejantan C dan 26 lb lebih berat dari ratarata pedet dari pejantan dalam populasi atau bangsa. Jadi pejantan A
mempunyai EPD berat sapih realtif tinggi dari pejantan B dan C, tetapi
mempunyai EPD berat lahir yang lebih kecil dari pejantan B dan C sehingga
diharapkan tidak ada kesulitan beranak.
29
Model 10.
MOST PROBABLY PRODUCING ABILITY (MPPA)
ANALISA DAYA PRODUKSI INDUK.
Most Probably Producing Ability (MPPA) adalah penduga daya produksi induk.
MPPA dapat digunakan untuk menilai induk sapi potong. Nilai MPPA dari indukinduk suatu peternakan diurutkan dari tinggi ke rendah dan selanjutnya induk
diseleksi berdasarkan nilai MPPA. Data yang digunakan adalah berat sapih
anaknya, karena berat sapih anak terjadi pada generasi yang berbeda-beda,
maka yang digunakan adalah peringkat berat sapih.
Perhitungan MPPA menggunakan rumus :
nr
MPPA =
(P P ) + P
1 + (n 1) r
Keterangan :
n = Jumlah pengamatan ( jumlah anak yang terhitung dari seekor
induk)
r = Ripitabilitas/angka pengulangan
P = Rata rata produksi ternak yang ada
(merupakan berat sapih rata-rata dari 1 (satu) induk yang
bersangkutan).
P = rerata produksi rata-rata
(merupakan berat sapih rata-rata dari populasi atau rata-rata
peringkat berat sapih).
30