dikatakan sangat kecil. Namun jika diukur berdasarkan persentase berat badan,
kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa, hampir dua kali
lipat. Makanan pertama dan utama bayi adalah ASI. ASI cocok sekali untuk
memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal, yakni karbohidrat yang berupa laktosa,
asam lemak tak jenuh ganda, protein laktalbumin yang mudah dicerna, kandungan
vitamin dan mineralnya banyak, rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan
kondisi ideal bagi penyerapan kalsium, dan mengandung zat anti infeksi (Arisman,
2004).
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik
maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat
perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana
dengan benar (Roesli, 2005).
Namun kegagalan dalam pemberian ASI ekslusif masih menjadi kendala
menurut (Diana Nur Afifah, 2007) dalam penelitiannya dari 12 subyek yang diteliti
hanya ada satu subjek (SPRS2) yang berhasil memberikan ASI secara eksklusif pada
bayinya, yaitu ibu yang melahirkan dengan bantuan bidan di RSUD Kota Semarang.
Subjek ternyata telah terbiasa menyusui anaknya, dari yang pertama hingga yang
ketiga. Sebelas subjek lainnya gagal memberikan ASI Eksklusif karena sebagian
besar telah memberikan prelaktal dan MP-ASI yang terlalu dini. Sebagian (50%)
subjek tidak mengetahui ASI Eksklusif. Mereka umumnya pernah mendengar tapi
tidak mengerti maksudnya. Ada juga yang pernah membaca buku KIA tapi lupa.
Pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif inilah yang terutama
menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif. Padahal pengetahuan merupakan
dasar utama manusia untuk melakukan sesuatu. Sebagian subjek tidak mengetahui
ASI Ekslusif sehingga mereka tidak mempunyai motivasi untuk memberikan ASI
Eksklusif. Namun mereka umumnya memiliki motivasi untuk menyusui bayinya. Hal
ini terlihat dari sebagian besar subjek berupaya untuk memperbanyak produksi ASInya dengan cara minum jamu atau wejah dan mengkonsumsi makanan yang
dapat dilanjutkan. Selain itu kebiasaan memberikan MP-ASI dini telah dilakukan
turun temurun dan tidak pernah menimbulkan masalah.
Faktor-faktor penguat berupa peranan tenaga kesehatan, dukun bayi, dan keluarga
sebagian besar bersifat negatif sehingga terjadi kegagalan pemberian ASI Eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 40-53.
Diana, N.A. 2007. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Ekslusif. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Hal. 12-15.
Roesli, U., 2005, Mengenal ASI Eksklusif, Trubus Agriwidya, Jakarta, hal. 2-47.