Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PERCOBAAN INGENHOUSZ

KELOMPOK 3/ P. BIOLOGI INTER 2013


Disusun Oleh:

1. Fatkhi Nur K

(13304241016)

2. Indah Nur W

(13304241018)

3. Fauzia Latifa

(13304241054)

4. Ruchyan Intani

(13304241073)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makhluk hidup memiliki beberapa ciri dan salah satu ciri tersebut adalah
membutuhkan makan serta mengeluarkan zat sisa. Jika dilihat dari ciri tersebut,
maka hal tersebut secara tidak langsung berhubungan dengan suatu mekanisme yang
terjadi pada makhluk hidup yaitu metabolisme. Pada mekaisme ini terjadi reaksireaksi kimia yang akan menyusun maupun menguraikan suatu senyawa-senyawa
tertentu. Proses penyusunan tersebut biasa disebut dengan anabolisme dan proses
penguraian disebut katabolisme. Salah satu contoh proses anabolisme adalah
fotosintesis. Fotosintesis merupakan peristiwa terbentuknya karbohidrat dan oksigen
yang berasal dari bahan-bahan seperti karbondioksida dan air. Fotosintesis dilakukan
oleh tumbuhan yang memiliki klorofil, oleh sebab itu klorofil sangat dibutuhkan
sebagai zat hijau daun yang terdapat di kloroplas tepatnya pada jaringan tiang atau
palisade dan bunga karang pada mesofil dan cahaya matahari sebagai tenaga
penggerak.
Kurangnya pengetahuan tentang proses fotosintesis dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya

baik

faktor

internal

maupun

faktor

eksternal

yang

melatarbelakangi dilakukannya percobaan tentang fotosintesis ini. Disamping itu


percobaan ini ingin membuktikan apakah benar atau tidak bahwa dalam proses
fotosintesis dihasilkan glukosa dan dilepaskan oksigen. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan pemahaman terhadap hal tersebut maka melakukan percobaan
fotosintesis (percobaan Ingenhousz). Pada percobaan ini adalah percobaan yang
menggunakan daun Hydrilla sp yang menyimpan klorofil. Dari percobaan ini maka
akan diketahui hubungan antara intensitas cahaya dengan laju fotosintesis. Oleh
karena itu, untuk mengetahui dan membuktikan hasil dari proses fotosintesis pada
tumbuhan menghasilkan O2 maka dilakukanlah percobaan Ingenhousz ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan intensitas cahaya matahari dengan laju fotosintesis?
2. Bagaimana pengaruh penambahan sunstrat terhadap laju fotosintesis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hubungan intensitas cahaya matahari dengan laju fotosintesis
2.

Untuk mengetahui pengaruh penambahan substrat terhadap laju fotosintesis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Percobaan Fotosintesis
a) Priestley (1772)
Usaha untuk memahami fotosintesis telah dilakukan sejak lama oleh para
ilmuwan. Awalnya, seorang ahli kimia Inggris bernama Joseph Priestley (1772)
menunjukkan bahwa tumbuhan mengeluarkan suatu gas yang membuat api lilin
dapat menyala walaupun dalam tabung gelas yang tertutup.

Keterangan:
Dalam sungkup tabung gelas tanpa tanaman, api
lilin yang dinyalakan cepat padam. Namun setelah
ke dalamnya disusupkan tanaman, pada beberapa
hari kemudian ternyata lilin dapat dinyalakan lagi.
Lilin tetap menyala selama gas dari tanaman itu
masih ada. Pada waktu itu, Dia belum tahu bahwa
gas itu adalah oksigen.

Gb. 1 : Prinsip dasar percobaan J. Priestley


b) Jan Ingenhousz (1779),
Dua ratus tahun kemudian, banyak peneliti tertarik untuk ikut menggali lebih
lanjut dari temuan Priestley tersebut. Jan Ingenhousz (1779), ahli fisiologi dari
German melakukan eksperimen dengan menggunakan tumbuhan air (Hydrila
verticilata). Dari percobaannya ditunjukkan tiga hal penting, meliputi :
Gb.2 : Percobaan Ingenhousz
1) gas yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu
ternyata adalah O2,
(2) cahaya matahari dibutuhkan untuk proses

tersebut,
(3) bagian yang berhijau daun

saja yang

mengeluarkan O2.

c) Jean Senebier dan Nicholas de Saussure


Seorang ahli botani dari Swiss, Jean Senebier menemukan bahwa CO2 juga
dibutuhkan untuk fotosintesis. Peneliti lain, ahli kimia dan ahli fisiologi Swiss yaitu
Nicholas de Saussure (1804) menunjukkan bahwa tanaman tumbuh dari air dan
CO2 yang diserapnya. Sachs (1860) menunjukkan bahwa fotosintesis menghasilkan
zat gula atau karbohidrat yang disebut amilum. Berdasar temuan-temuan itu maka
pemahaman tentang fotosintesis menjadi semakin lengkap. Fotosintesis kemudian
dirumuskan dalam persamaan reaksi kimia sbb :

n CO2 + n H2O + Energi Matahari ----------


klorofil

[ CH2O ]n + nO2
zat gula

d) Van Niel
Darimanakah gas O2 yang dilepaskan itu ? Semula orang mengira bahwa O2 yang
dikeluarkan adalah berasal dari pemecahan gas CO2.
Van Niel adalah orang pertama yang menyatakan bahwa O2 itu berasal dari
pemecahan air. Hal itu didasarkan dari hasil temuannya tentang fotosintesis bakteri
Sulfur (gb x2).
Gb x2 : bakteri sulfur
Dengan energi matahari, bakteri Sulfur ternyata juga
mampu menyusun zat gula dari CO2 dan gas belerang
(H2S), bukan dengan air (H2O) seperti pada tumbuhan.
Bakteri ini melepaskan S, yang tentu berasal dari
pemecahan H2S. Persamaan reaksinya dinyatakan sbb :

Energi Matahari
CO2 + H2S

[ CH2O ] + 2S + H2O
(zat gula)

Senada denan hal itu, maka Van Niel menduga bahwa O2 yang dilepaskan pada
fotosintesis tumbuhan adalah berasal dari pemecahan air (H2O).

e) Ruben dan Kamen


Tahun 1941, Ruben dan Kamen melakukan percobaan fotosintesis dengan
menggunakan air bertanda. Pada air tersebut, komponen O-nya diberi tanda yang
mudah dikenali dengan alat tertentu. Dengan cara ini, Dia berhasil membuktikan
bahwa gas yang dilepaskan itu adalah O2 yang bertanda. Oksigen itu tentu berasal
dari pemecahan air bertanda. Pemecahan air dengan energi cahaya yang diserap oleh
sel-sel daun yang berfotosintesis ini disebut fotolisis. Dengan demikian, persamaan
fotosintesis yang lengkap adalah sbb :

n CO2 + 2n H2O + Energi Matahari

[ CH2O ]n + n O2 + n H2O
klorofil

( zat gula )

Berdasar uraian di atas dapat kita tarik beberapa pengertian : (1) Fotosintesis
menggunakan energi matahari untuk menyusun zat gula sederhana. (2) Zat gula
disusun dari bahan dasar yaitu berupa H2O dan CO2. (3) Fotosintesis menghasilkan
bahan sisa berupa O2 dan H2O. (4) Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh
tumbuhan dan beberapa jenis bakteri. Fotosintesis menyusun zat gula dari air dan
karbon dioksida (CO2), sehingga sering disebut pula asimilasi karbon.

2. Definisi fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi
yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting
bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi
melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis
merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon
bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan
energi.[1] Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah
melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang
berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan
senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya
alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen
tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa
spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda,
sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury,
1995).
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil
yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai
membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma
yang mengandung enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut
tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air
(H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya.
Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah

cahaya, air, dan karbondioksida (Kimball, 1992).


3. Tempat dan Perangkat Alat Fotosintesis
Fotosintesis dapat diibaratkan suatu proses yang terjadi dalam sebuah pabrik.
Pada umumnya, pabrik tempat fotosintesis adalah daun. Sel-sel daun memiliki
kelengkapan alat untuk menangkap energi matahari. Pada tumbuhan tertentu yang tidak
berdaun seperti bangsa Kaktus, kelengkapan alat fotosintesisnya terdapat pada sel-sel
lapisan luar dari batangnya.
Di bagian manakah fotosintesis berlangsung ? Untuk memehami hal ini, coba
perhatikan contoh susunan anatomi daun tumbuhan Dikotil, pada gambar x3 berikut.
Daun tersusun atas beberapa lapis sel atau jaringan (gambar 3), meliputi :
(1) jaringan epidermis (atas dan bawah),
(2) jaringan tiang (palisade),
(3) jaringan bunga karang (spons),
(4) jaringan pengangkutan.
Jaringan tiang dan bunga karang
merupakan bagian yang disebut daging
daun (mesofil).
Gb3. Susunan anatomi daun

Bila diperhatikan sel-sel mesofilnya pada gambar 3. Di dalam sel-selnya terdapat


banyak alat berbentuk bulat atau lonjong yang berwarna hijau, yang disebut kloroplas.
Kloroplas paling banyak terdapat pada sel-sel jaringan tiangnya. Pada setiap selnya, dapat
memiliki 50 atau lebih kloroplas. Pada lapisan epidermisnya tidak ditemukan kloroplas,
kecuali pada sel penutup mulut daunnya.

Kloroplas
Kloroplas merupakan alat atau organela sel yang khas pada sel-sel daging daun.
Bentuknya bermacam-macam, tergantuing jenis tumbuhannya. Selain bulat atau lonjong,
ada juga yang berbentuk pita. Pada daun Hydrila, kloroplasnya bulat atau lonjong,
berukuran cukup besar dan mudah diamati dibawah mikroskop.
Gb. 4 : Kloroplas dan bagian-bagiannya
hijau karena banyak mengandung zat warna atau
pigmen hijau daun yang disebut klorofil. Ada dua
macam klorofil pada tumbuhan darat yaitu klorofil a
dan klorofil-b.

Kloroplas sel Hydrila


Bila diperhatikan skema sederhana susunan kloroplas
pada gambar x4-b berikut. Kloroplas tersusun dari dua
bagian, meliputi :
a. Bangunan seperti tumpukan piring, disebut grana
b. Bahan yang mengisi di luar grana, disebut matrik
stroma
Pada bagian grana, terdapat seluruh perangkat alat penangkap energi matahari.
Perangkat alat itu adalah ibarat antena penerima. Alat penerima tersebut berupa
kumpulan bermacam-macam zat pigmen. Pigmen adalah suatu zat yang berfungsi
menangkap atau memantulkan jenis sinar atau warna cahaya tertentu. Pigmen daun
paling banyak adalah klorofil. Sekelompok pigmen yang merupakan satu kesatuan alat
penerima energi cahaya ini disebut fotosistem.
Ada dua fotosistem yang dibutuhkan untuk mendukung satu proses fotosintesis,
yaitu fotosistem I dan II.
Komponen utama fotosistem adalah klorofil, khususnya klorofil a selain fotosistem, juga
ada komponen lain yang membantu mengalirkan energi matahari.
4. Proses
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah

daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk
melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis,
tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya
dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua
bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak
memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi
di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi
energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap
terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi
(ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari
reaksi terang. Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi
gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon
menjadi molekul gula. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya
panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses
fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak
(380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau
kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masingmasing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis.Hal ini terkait
pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis.Pigmen
yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang
gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai
contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b
menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil
a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara
langsung berperan dalam reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya
menyebabkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya
akan disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron. Proses ini merupakan awal
dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis.

5. Faktor penentu laju fotosintesis


Fotosintesis dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun
faktor dari luar. Faktor dalam antara lain adalah :
1) umur daun,
2) keadaan stomata
3) jenis tumbuhan.
Faktor luar antara lain adalah :
1) CO2 dan O2,
2) Ketersediaan air,
3) Kelembaban dan suhu udara
4) Keadaan cahaya.
Selain 4 faktor tersebut, bahan beracun juga akan mempengaruhi fotosintesis.
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat
memengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang
tidak memengaruhi secara langsung seperti terganggunya beberapa fungsi organ
yang penting bagi proses fotosintesis. Proses fotosintesis sebenarnya peka
terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu
lingkungan, konsentrasi karbondioksida (CO2). Faktor lingkungan tersebut
dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju
fotosintesis.
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi
optimum meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah
sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis
yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor
seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta ketersediaan nutrisi
memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara tidak

langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis. Pada

proses

fotosintesa,

terjadi

penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun untuk pembentukan bahan organik.
Fotosintesa hanya terjadi pada tanaman yang memiliki

sel

hijau

termasuk

pada

beberapa jenis bakteri (Darmawan dan Baharsyah, 1983)


Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbaga
i daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika,
sangat berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh adanya keragaman cahaya,
suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap spesies menunjukkan perbedaan yang besar pada
kondisi khusus yang optimum bagi mereka. Spesies yang tumbuh pada lingkungan
yang kaya sumberdaya mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi
daripada spesies yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air, hara, dan
cahaya yang terbatas. (Salisbury dan Ross, 1995).
Laju fotosintesis ditingkatkan tidak hanya oleh naiknya tingkat radiasi, tapi
juga oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata tertutu
p sebagian karena kekeringan. (Salisbury dan Ross, 1995).
Semua klorofil atau karotenoid terbenam atau melekat pada molekul protein
oleh ikatan nonkovalen. Secara keseluruhan, pigmen-pigmen kloroplas meliputi
separuh dari kandungan kandungan lipida total pada membran tilakoid, sisanya
adalah galaktolipida dan sedikit fosfolipida. Sterol sangat jarang dijumpai pada
membran tilakoid. (Lakitan, 1993).
Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang
melingkupi ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma. Membran tersebut
membentak suatu sistem membran tilakoid yang berwujud sebagai suatu bangunan
yang disebut kantung tilakoid.
Kantung-kantung tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa
yang disebut grana Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan
energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang
pembentukan glukosa sebagai produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma.
(Subandi, 2008).

Coba perhatikan grafik penyerapan


cahaya matahari oleh klorofil pada gambar x7.
Klorofil

menyerap

semua

warna sinar,

kecuali sinar hijau. Sinar yang paling


banyak diserap untuk fotosintesis adalah
sinar merah ( 700 nm) dan biru ( 450
nm). Jenis sinar yang lain juga diserab
energinya walaupun dalam tingkat yang
lebih rendah. Sinar hijau justru dipantulkan
oleh

klorofil,

sehingga

daun tampak

berwarna hijau.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain


gen, bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki klorofil.
Cahaya, beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya,
tanaman lain tidak memerlukan cahaya. Unsur N, Mg, Fe merupakan unsur-unsur
pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil. Air, bila kekurangan air akan terjadi
desintegrasi klorofil. (Subandi, 2008).
Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang
berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil ini
juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia
dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut
dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam
senyawa aseton (Devlin, 1975).
Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat
sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis
kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak
yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus
fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya.
Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b).
(Subandi, 2008)
Ketika intensitas cahaya rendah, perputaran gas pada fotosintesis lebih kecil daripada
respirasi. Pada keadaan di atas titik kompensasi yaitu konsentrasi karbondioksida yang

diambil untuk fotosintesis dan dikeluarkan untuk respirasi seimbang, maka peningkatan
intensitas cahaya menyebabkan kenaikan sebanding dengan laju fotosintesis. Pada
intensitas cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis menurun sedangkan pada
intensitas cahaya tinggi laju fotosintesis menjadi konstan (Loveless, 1991: 292.)

Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5C sampai
suhu 35C, di atas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu diatas 35C menyebabkan
kerusakan sementara atau permanen protoplasma yang mengakibatkan menurunnya
kecepatan fotosintesis, semakin tinggi suhu semakin cepat penurunan laju fotosintesis.
(Loveless, 1991: 294.)

BAB III
MATERI DAN METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat
1.

Beker gelas (1 liter)

2.

Tabung reaksi

3.

Corong gelas

4.

Kawat ( berjumlah 3 dengan panjang yang sama)

5.

Hand counter

6.

Stopwatch (HP)

7.

Aalat tulis

8.

Kamera

9.

Benang wol

10.

Penggaris

11.

Lux meter

b. Bahan
1. Daun Hydrilla sp
2. Air
3. Larutan NaHCO3

B. Prosedur Kerja
1. Mengambil beberapa daun Hydrilla sp dengan ukuran panjang yang sama.
2. Mengikat tidak terlalau kencang semua daun Hydrilla sp dengan menggunakan
benang wol.
3. Memasukkan tabung reaksi pada ujung corong kemudian meletakkan ikatan
daun Hydrilla sp dibawah corong tersebut, sehingga terbentuk suatu set alat
percobaan.
4. Meletakkan set alat tersebut ke dalam beker gelas dan mengisinya dengan air
sampai tabung reaksi terisi penuh oleh air.
5. Mengaitkan ketiga kawat antara bawah corong dengan beker gelas.
6. Mengamati gelembung yang muncul selama 20 menit dan menghitungnya
dengan menggunakan hand counter.

7. Setelah berlangsung selama 20 menit, menambahkan Larutan NaHCO3 ke


dalam beker gelas tersebut sebanyak 10 ml.
8. Mengamati perbedaan jumlah gelembung yang muncul dan menghitungnya
dengan menggunakan hand counter.

C. METODE
Variabel bebas

intensitas cahaya, pemberian NaHCO3

Variabel kontrol

tumbuhan air Hydrilla yang ditempatkan cahaya matahri

Variabel terikat

reaksi fotosintesis, indikatornya berupa banyaknya gelembung


yang dihasilkan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Cahaya Matahari


Gas yang ada pada gelembung udara tersebut merupakan gas oksigen (O2). Gas ini
terbentuk karena proses fotolisis di mana air diuraikan menjadi gas oksigen yang akan
muncul berupa gelembung-gelembung dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

a. Pengamatan Kelompok 1
No. Intensitas
cahaya
1.
7110 candela

No

Jumlah/

Produksi Gelembung

Keterangan

941 gelembung

Terkena
langsung

Volume

Gelembung

sinar

matahari

yang Keterangan

dihasilkan
Ditambah NaHCO3

Tanpa NaHCO3

3087

941

Terpapar

sinar

matahari langsung

Intensitas

cahaya=

7110 cd

Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 1 didapatkan hasil:


Dalam percobaan, kelompok mengambil tempat yang terkena sinar matahari langsung.
Pada intensitas cahaya yang tinggi yakni 7110 candela, jumlah gelembung yang dihasilkan
adalah 941 gelembung. Jumlah gelembung yang dihasilkan sangat banyak, hal ini
menandakan bahwa proses fotosintesis terjadi sangat cepat. Adanya pernyataan ini
menunjukkan bahwa percobaan sudah sesuai dengan teori, yakni intensitas cahaya yang tinggi
akan berbanding lurus dengan proses fotosintesis yang terjadi.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 1 dilakukan di tempat yang terkena sinar
matahari langsung atau tidak ternaungi. Diketahui intensitas cahaya yaitu 7110 candela.
Tanaman Hydrilla diamati selama 20 menit tanpa ada penambahan substrat NaHCO3,

didapatkan jumlah akhir gelembung yang dihasilkan yaitu 941. Dua puluh menit berikutnya,
percobaan dilakukan dengan menambahkan substrat NaHCO3, dihasilkan jumlah gelembung
yang lebih banyak yaitu 3087.
Jumlah gelembung pada pengamatan tanpa penambahan substrat semakin meningkat,
hal ini disebabkan semakin tinggi intensitas cahaya, maka semakin banyak ATP yang
terbentuk sehingga mempercepat fotosintesis, gelembung yang dihasilkan pun semakin
banyak. Jumlah gelembung yang dihasilkan pada saat pengamatan dengan penambahan
NaHCO3 lebih banyak dibandingkan jumlah gelembung tanpa penambahan substrat, hal ini
disebabkan NaHCO3 berfungsi sebagai katalis, yaitu senyawa yang dapat menambah unsur
CO2 di dalam air. Konsentrasi CO2 yang tinggi meningkatkan laju fotosintesis yang ditandai
dengan banyaknya jumlah gelembung. Hal ini sesuai dengan teori menurut Salisbury (1995)
yaitu fotosintesis dapat ditingkatkan oleh CO2 terutama pada saat stomata tertutup.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 1 dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari
langsung atau tidak ternaungi. Diketahui intensitas cahaya yaitu 7110 candela. Tanaman
Hydrilla diamati selama 20 menit tanpa ada penambahan substrat NaHCO3, didapatkan
jumlah akhir gelembung yang dihasilkan yaitu 941. Dua puluh menit berikutnya, percobaan
dilakukan dengan menambahkan substrat NaHCO3, dihasilkan jumlah gelembung yang lebih
banyak yaitu 3087.
Jumlah gelembung pada pengamatan tanpa penambahan substrat semakin meningkat,
hal ini disebabkan semakin tinggi intensitas cahaya, maka semakin banyak ATP yang
terbentuk sehingga mempercepat fotosintesis, gelembung yang dihasilkan pun semakin
banyak. Jumlah gelembung yang dihasilkan pada saat pengamatan dengan penambahan
NaHCO3 lebih banyak dibandingkan jumlah gelembung tanpa penambahan substrat, hal ini
disebabkan NaHCO3 berfungsi sebagai katalis, yaitu senyawa yang dapat menambah unsur
CO2 di dalam air. Konsentrasi CO2 yang tinggi meningkatkan laju fotosintesis yang ditandai
dengan banyaknya jumlah gelembung. Hal ini sesuai dengan teori menurut Salisbury (1995)
yaitu fotosintesis dapat ditingkatkan oleh CO2 terutama pada saat stomata tertutup.

b. Pengamatan Kelompok 2
No. Intensitas cahaya Produksi Gelembung
1.

7376 candela

Keterangan

808 gelembung

Terkena sinar matahari


langsung

794x100 illuminance (lux) = 7376 cd

No

Jumlah/

Volume

Gelembung

yang Keterangan

dihasilkan
Ditambah NaHCO3

Tanpa NaHCO3

964

808

Terpapar

sinar

matahari langsung

Intensitas cahaya=
7940 cd

Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 2 didapatkan hasil:


Dalam percobaan, kelompok mengambil tempat yang terkena sinar matahari langsung.
Pada intensitas cahaya yang tinggi yakni 7376 candela, jumlah gelembung yang dihasilkan
adalah 808 gelembung. Jumlah gelembung yang dihasilkan banyak, hal ini menandakan
bahwa proses fotosintesis terjadi dengan cepat. Adanya pernyataan ini menunjukkan bahwa
percobaan sudah sesuai dengan teori, yakni intensitas cahaya yang tinggi akan berbanding
lurus dengan proses fotosintesis yang terjadi.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 2 dilakukan di tempat yang terpapar sinar
matahari langsung atau tidak ternaungi dengan intensitas cahaya yaitu 7940 cd. Pada 20
menit pertama, tanaman Hydrilla diamati tanpa penambahan subsrat. Setelah 20 menit, jumlah
gelembung yang dihasilkan yaitu 808. Dua puluh menit berikutnya, tanaman Hydrilla diamati
dengan penambahan substrat NaHCO3.
Setelah dua puluh menit kedua, jumlah gelembung yang dihasilkan yaitu sebanyak
964 gelembung, lebih banyak dari jumlah gelembung yang dihasilkan pada saat substrat
belum ditambahkan. Hal ini karena penambahan NaHCO3 yang berfungsi sebagai katalis
yang menambah konsentrasi CO2 di dalam air. Konsentrasi CO2 yang tinggi dapat
meningkatkan laju fotosintesis, ditandai dengan bertambahnya jumlah gelembung yang

dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Salisbury (1995) yaitu fotosintesis dapat
ditingkatkan dengan CO2 terutama pada saat stomata tertutup.

c. Pengamatan Kelompok 3
No. Intensitas cahaya Produksi Gelembung
1.

6430 candela

No

Jumlah/

Keterangan

497 gelembung

Volume

Gelembung

Terkena sinar matahari


langsung

yang Keterangan

dihasilkan
Ditambah NaHCO3

Tanpa NaHCO3

Terpapar

sinar

matahari
langsung

Intensitas
cahaya= 6430 cd

Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 3 didapatkan hasil:


Dalam percobaan, kelompok mengambil tempat yang terkena sinar matahari langsung.
Pada intensitas cahaya yang cukup tinggi yakni 6430 candela, jumlah gelembung yang
dihasilkan adalah 497 gelembung. Jumlah gelembung yang dihasilkan cukup banyak, hal ini
menandakan bahwa proses fotosintesis terjadi cukup cepat. Adanya pernyataan ini
menunjukkan bahwa percobaan sudah sesuai dengan teori, yakni intensitas cahaya akan
berbanding lurus dengan proses fotosintesis yang terjadi. Namun, jumlah gelembung yang
dihasilkan sangat sedikit bila dibandingkan dengan kelompok 1 dan 2. Ketidaksesuaian ini
disebabkan oleh beberapa faktor:
a. Faktor alat
Kendala pada alat yang digunakan dalam praktikum diantaranya adalah peralatan yang
tidak steril dari kotoran dan peralatan yang terkontaminasi bahan kimia sehingga
mengganggu proses fotosintesis.

b. Faktor Praktikan
Keterbatasan pengamat dalam mengamati gelembung yang terjadi, kesalahan
praktikan dalam mengikatkan tali pada Hydrilla sp di mana tali yang diikat terlalu
ketat, dan kesalahan pengamat saat memasang kawat sehingga posisi corong gelas
tidak terangkat tinggi.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 3 dilakukan di tempat yang terpapar sinar
matahari langsung atau tidak ternaungi dengan intensitas cahaya yaitu 6430 cd. Pada 20
menit pertama, tanaman Hydrilla diamati tanpa penambahan subsrat. Setelah 20 menit, jumlah
gelembung yang dihasilkan yaitu 673. Dua puluh menit berikutnya, tanaman Hydrilla diamati
dengan penambahan substrat NaHCO3.
Setelah dua puluh menit kedua, jumlah gelembung yang dihasilkan yaitu sebanyak
497 gelembung, lebih banyak dari jumlah gelembung yang dihasilkan pada saat substrat
belum ditambahkan. Hal ini karena penambahan NaHCO3 yang berfungsi sebagai katalis
yang menambah konsentrasi CO2 di dalam air. Konsentrasi CO2 yang tinggi dapat
meningkatkan laju fotosintesis, ditandai dengan bertambahnya jumlah gelembung yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Salisbury (1995) yaitu fotosintesis dapat
ditingkatkan dengan CO2 terutama pada saat stomata tertutup.

c. Pengamatan Kelompok 4
No. Intensitas cahaya Produksi Gelembung
1.

2136 candela

Keterangan

1 gelembung

Tidak
terkena
matahari langsung

sinar

23x100 illuminance (lux) = 2136 cd


No

Jumlah/

Volume

Gelembung

yang Keterangan

dihasilkan
Ditambah NaHCO3

Tanpa NaHCO3

Tidak terpapar sinar


matahari langsung

Intensitas
2300 cd

Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 4 didapatkan hasil:

cahaya=

Dalam percobaan, kelompok mengambil tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung. Pada intensitas cahaya yang rendah yakni 2136 candela, jumlah gelembung yang
dihasilkan adalah 1 gelembung. Jumlah gelembung yang dihasilkan sedikit, hal ini
menandakan bahwa proses fotosintesis terjadi dengan lambat. Adanya pernyataan ini
menunjukkan bahwa percobaan sudah sesuai dengan teori, yakni intensitas cahaya yang
rendah akan berbanding lurus dengan proses fotosintesis yang terjadi.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 4, dilakukan ditempat yang tidak terpapar sinar
matahari langsung atau dibawah naungan. Intensitas cahaya yaitu 2300 cd. Pada 20 menit
pertama, percobaan dilakukan tanpa penambahan substrat NaHCO3, tanaman Hydrilla
menghasilkan gelembung sebanyak 1 gelembung. Pada 20 menit kedua, percobaan dilakukan
dengan penambahan substrat NaHCO3. Gelembung yang dihasilkan yaitu 2 gelembung, lebih
banyak dari gelembung yang dihasilkan pada perlakuan tanpa substrat NaHCO3. Hal ini
dikarenakan NaHCO3 berperan sebagai katalis yang menambah CO2 dalam air. Konsentrasi
CO2 yang tinggi dpata meningkatkan laju fotosintesis yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah gelembung. Hal ini sesuai denga teori menurut Salisbury (1995) yaitu fotosintesis
dapat ditingkatkan dengan CO2 terutama pada keadaan stomata tertutup.

d. Pengamatan Kelompok 5
No. Intensitas cahaya Produksi Gelembung
1.

1937 candela

Keterangan

2 gelembung

Tidak
terkena
matahari langsung

sinar

180 footcandles (fc) = 1937 cd

No

Jumlah/

Volume

Gelembung

yang Keterangan

dihasilkan
Ditambah NaHCO3

Tanpa NaHCO3

Tidak terpapar sinar


matahari langsung

Intensitas
1800 cd

Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 5 didapatkan hasil:

cahaya=

Dalam percobaan, kelompok mengambil tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung. Pada intensitas cahaya yang rendah yakni 1937 candela, jumlah gelembung yang
dihasilkan adalah 2 gelembung. Jumlah gelembung yang dihasilkan sedikit, hal ini
menandakan bahwa proses fotosintesis terjadi dengan lambat. Adanya pernyataan ini
menunjukkan bahwa percobaan sudah sesuai dengan teori, yakni intensitas cahaya yang
rendah akan berbanding lurus dengan proses fotosintesis yang terjadi.
Percobaan yang dilakukan kelompok 5 dilakukan di tempat yang tidak terpapar sinar matahari
langsung atau dibawah naungan dengan intensitas cahaya 1800 cd. Pada 20 menit pertama,
tanaman Hydrilla diberi perlakuan tanpa penambahan substrat NaHCO3. Gelembung yang
dihasilkan yaitu sebanyak 2 gelembung. Pada 20 menit kedua, tanaman Hydrilla diberi
perlakuan dengan penambahan substrat NaHCO3. Gelembung yang dihasilkan yaitu sebanyak
2 gelembung. Jumlah gelembung pada perlakuan pertama dan perlakuan kedua adalah sama
yaitu 2 gelembung, hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan penambahan substrat
NaHCO3 dapat mempercepat laju fotosintesis karena NaHCO3 berperan sebagai katalis yang
memroduksi CO2 di dalam air. Hal ini dapat terjadi karena kekurangtelitian pengamat dalam
menghitung jumlah gelembung yang tampak.

e. Pengamatan Kelompok 6
No. Intensitas cahaya Produksi Gelembung
1.

2229 candela

Keterangan

0 gelembung

Tidak
terkena
matahari langsung

sinar

2400 illuminance (lux) = 2229cd


No

Jumlah/

Volume

Gelembung

yang Keterangan

dihasilkan
Ditambah NaHCO3

Tanpa NaHCO3

Tidak terpapar sinar


matahari langsung

Intensitas
2400 cd

Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 6 didapatkan hasil:

cahaya=

Dalam percobaan, kelompok mengambil tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung. Pada intensitas cahaya yang rendah yakni 2229 candela, jumlah gelembung yang
dihasilkan adalah 0 gelembung. Jumlah gelembung yang dihasilkan tidak ada, hal ini
menandakan bahwa proses fotosintesis tidak terjadi. Adanya pernyataan ini menunjukkan
bahwa percobaan sudah sesuai dengan teori, yakni intensitas cahaya akan berbanding lurus
dengan proses fotosintesis yang terjadi.
Berdasarkan percobaan di atas, gelembung gas oksigen yang dihasilkan di tempat
yang banyak terkena sinar matahari akan menghasilkan gas oksigen yang lebih banyak
dibandingkan di tempat yang teduh. Hal itu disebabkan karena dalam proses fotosintesis
diperlukan cahaya matahari sebagai sumber energi dalam fotosintesis, khususnya dalam
fotolisis sehingga semakin mendapatkan cahaya maka semakin banyak air yang dipecah dan
semakin banyak pula gas oksigen yang dihasilkan.
Pada percobaan, tanaman hydrilla yang diletakkan di tempat yang terkena banyak cahaya
menyebabkan proses fotosintesisnya berlangsung cepat. Hal ini terjadi karena adanya cahaya
matahari yang mempunyai pengaruh besar dalam proses fotosintesis yaitu sebagai sumber
energi.
Pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 6 dilakukan di tempat yang tidak terpapar sinar
matahari langsung atau dibawah naungan dengan intensitas cahaya 2400 cd. Pada 20 menit
pertama, tanaman air Hydrilla diberi perlakuan tanpa tambahan substrat NaHCO3, tidak ada
gelembung yang dihasilkan. Pada 20 menit kedua, tanaman Hydrilla diberi perlakuan dengan
menambahkan substrat pada set percobaan. Tanaman Hydrilla menghasilkan gelembung
sebanyak 7, lebih banyak dari jumlah gelembung pada saat tidak diberi tambahan substrat
NaHCO3. Hal ini disebabkan NaHCO3 berperan sebagai katalis yang menambah konsentrasi
CO2 dalam air. Hal ini sesuai dengan teori menurut Salisbury (1995) yaitu laju fotosintesis
dapat ditingkatkan dengan menambah CO2.
Dari percobaan yang dilakukan oleh kelompok 1, 2, 3, 4, dan 6 tampak jumlah
gelembung yang dihasilkan pada perlakuan dengan penambahan substrat lebih banyak dari

pada jumlah gelembung yang dihasilkan pada perlakuan tanpa penambahan substrat
NaHCO3. Hal ini sudah sesuai dengan teori yaitu NaHCO3 berperan sebagai katalis yang
memproduksi CO2 dalam air sehingga meningkatkan laju fotosintesis. Peningkatan laju
fotosintesis ditandai dengan banyaknya jumlah gelembung yang dihasilkan oleh tanaman
Hydrilla. Pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 5, jumlah gelembung yang
dihasilkan pada kedua perlakuan adalah sama yaiu 2 gelembung. Hal ini tidak sesuai dengan
teori, dapat terjadi karena kekurangtelitian pengamat dalam menghitung jumlah gelembung
yang dihasilkan tanaman Hydrilla.
Dari percobaan yang dilakukan oleh kelompok 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 tampak perbedaan
yang cukup signifikan dilihat dari jumlah gelembung. Jumlah gelembung yang tampak pada
pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 1, 2, dan 3 baik pada perlakuan dengan ataupun
tanpa penambahan substrat NaHCO3 lebih banyak dari pada jumlah gelembung yang teramati
pada percobaan yang dilakukan oleh kelompok 4, 5 dan 6 baik pada perlakuan dengan
ataupun tanpa penambahan substrat.
Hal ini disebabkan oleh perlakuan pemberian naungan atau banyaknya intensitas
cahaya yang diberikan pada tanaman Hydrilla. Percobaan yang dilakukan oleh kelompok 1, 2,
dan 3 dilakukan di tempat yang tidak ternaungi dan memiliki intensitas cahaya yang tinggi.
Intensitas cahaya yang tinggi, sampai pada batas- batas tertentu dapat mempercepat laju
fotosintesis, dalam hal ini ditandai dengan jumlah gelembung yang dihasilkan pada percobaan
yang dilakukan oleh kelompok 1, 2, dan 3 yaitu lebih dari 400 gelembung. Sementara itu,
padda perrcobaan yang dilakukan oleh kelompok 4, 5, dan 6, jumlah gelembung yang
dihasilkan tidak lebih dari 10. Hal ini sesuai dengan teori yaitu fotosintesis terjadi dengan
cepat ditempat yang terkena cahaya, dibandingkan dengan diruangan atau ditempat yang tidak
terkena sinar matahari langsung (Lakitan, 2007)

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan oleh praktikan,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Hubungan antara intensitas cahaya dengan laju fotosintesis berbanding lurus,
artinya semakin tinggi intensitas cahaya, maka laju fotosintesis semakin cepat.
Sebaliknya, semakin rendah intensitas cahaya, maka proses fotosintesis semakin
lambat.
2. Penambahan NaHCO3 berpengaruh terhadap jumlah gelembung yang dihasilkan,
hal ini menunjukkan bahawa NaHCO3 berfungsi sebagai katalisator yang
mempercepat proses fotosintesis.

B. SARAN
1. Kondisi dari jumlah air, jumlah/ berat daun dan suhu air harus dibuat sama, karena
akan berpengaruh terhadap jumlah gelembung yang dihasilkan.
2.

Perlu dilakukan percobaan lanjutan, tentang pengaruh faktor luar terhadap laju
fotosintesis.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell dan Reece. 2002 Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Darmawan dan Baharsjah. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Jakarta : PT
Gramedia.
Dwijoseputro, D. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Jakarta : Gramedia.
Dwijoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tanaman. Jakarta : Gramedia.
Kimball, John. W. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Loveless, A.R. 1991. Principles of Plant Biology for the Tropics. UK: Logman Group
Limited.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai