Anda di halaman 1dari 4

Fenomena Hikayat 1001 Malam

Posted by PuJa on March 29, 2009


Heri Ruslan
http://www.republika.co.id/
Hikayat 1001 Malam yang merupakan sumbangsih peradab-an Islam, kini telah menjadi
cerita rakyat seluruh dunia. Sastra epik Arab di zaman kekhalifahan itu telah memberi
pengaruh yang besar dalam peradaban manusia terutama dalam bidang kebudayaan.
Buku ibu sastra tradisional Arab. Begitulah para sastrawan dunia menjuluki kitab alf
layla wa-layla (hikayat 1001 Malam). Karya sastra epik Arab terbaik yang amat
fenomenal itu merupakan buah karya para sastrawan Muslim di era keemasan. Meski
telah berusia 12 abad, hikayat 1001 Malam masih memiliki pengaruh yang besar terhadap
budaya Arab maupun non-Arab.
Karya sastra epik yang melegenda itu merupakan salah satu bukti kontribusi para
sastrawan Muslim di zaman kekhalifahan bagi jagad sastra dunia. Hikayat 1001 Malam
yang begitu fenomenal tak pernah mati digilas zaman. Cerita rakyat yang sangat
fenomenal itu selalu diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
lainnya dalam peradaban manusia.
Sejatinya hikayat 1001 Malam merupakan kumpulan cerita berbingkai yang sambungmenyambung dan menampilkan beragam tokoh yang berbeda-beda. Cerita rakyat yang
berkisah tentang berbagai legenda, dongeng, fabel, dan roman dengan beragam latar yang
berbeda seperti Baghdad, Basrah, Kairo, Damaskus, Cina, Yunani, India, Afrika Utara
dan Turki itu muncul pada abad ke-9 M. Ketika itu, Baghdad ibu kota Dinasti Abbasiyah
telah menjelma sebagai metropolis intelektual dunia. Selain dikenal sebagai kota ilmu
pengetahuan dan peradaban, di era kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M 803 M) Baghdad pun menjadi kota perdagangan yang sangat penting di dunia.
Kota itu menjadi tempat persinggahan para saudagar dari berbagai belahan dunia, seperti
India, Cina, Afrika serta Eropa. Konon, pada era itulah cikal-bakal hikayat 1001 Malam
mulai dirajut. Terdapat beragam versi tentang asalmuasal lahirnya karya sastra epik Arab
yang termasyhur itu. NJ Dawood dan William Harvey dalam bukunya berjudul Tales
from the Thousand and One Nights mengungkapkan, hikayat 1001 Malam merupakan
satra epik yang berasal dari tiga rumpun kebudayaan dunia, yakni India, Persia, dan Arab.
Masterpieces seni cerita bertutur itu berasal dari sebuah buku dari Persia yang hilang
berjudul Hazar Afsanah (Seribu Legenda), papar Dawood dan Harvey. Menurut
keduanya, buku cerita dari Persia itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada
tahun 850 M. Hazar Afsanah, imbuh keduanya, berisi tentang cerita rakyat India dan
Persia. Para pendongeng Muslim yang profesional membumbui dan mengadopsi cerita
itu dengan warna lokal Arab. Versi lainnya menyebutkan, hikayat 1001 Malam sebagai
kumpulan ceritera rakyat Arab. Adalah Abu Abdullah bin Abdus Al-Jasyayari seorang

pengarang Muslim terkemuka yang merangkai dan dan menulis kisah yang legendaris itu.
Kitab alf layla wa-layla yang ditulis Al-Jasyayari ide ceritanya berasal dari Hazar
Afsanah yang diterjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Pendapat lainnya menuturkan, do ngeng 1001 Malam yang dikenal dalam ba ha sa Persia
berjudul Hezar-o yek sab itu merupakan sebuah kumpulan cerita yang disusun selama
berabad-abad oleh be gitu banyak pengarang, penerjemah, dan sarjana. Cerita rakyat yang
mulai la hir antara abad ke-8 M hingga 9 M itu berawal dan berakar dari cerita rakyat
Arab dan Yaman Kuno, India Kuno, Asia Kecil Kuno, Persia Kuno, Mesir Kuno, Suriah
Kuno, dan era kekhalifahan Islam. Cerita rakyat India mewarnai dongeng 1001 Malam
melalui fabel Sansekerta kuno. Sedangkan, cerita rakyat Baghdad hadir dalam hikayat
yang populer itu melalui Kekhalifahan Abbasiyah.
Sosok Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Abu Nuwas - penyair terkemuka di era kekuasaan
Abbasiyah muncul dalam cerita rakyat yang begitu melegenda itu. Kumpulan cerita
rakyat itu mengangkat kisah tentang seorang ratu Sassanid bernama Scheherazade.
Dalam dongeng 1001 Malam itu, sang Ratu menceritakan serantai kisah-kisah yang
menarik pada suaminya, Raja Shahryar. Cerita demi cerita yang dikisahkan sang ratu
pada raja merupakan upaya cerdik yang dilakukannya untuk menunda hukuman mati atas
dirinya. Malam demi malam, Ratu Scheherazade bercerita pada sang raja.
Scheherezade mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan dan menggantung.
Sehingga, sang raja dibuat tertarik dan penasaran untuk mendengar kelanjutan kisah dari
sang ratu. Setiap kisah yang diceritakan ratu mampu membetot perhatian raja. Sang raja
pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati bagi Scheherazade.
Hikayat 1001 Malam mengandung beragam cerita seperti, kisah percintaan, tragedi,
komedi, syair, ejekan, serta beragam bentuk erotika. Sejumlah kisah yang termuat dalam
1001 Malam juga melukiskan tentang jin, tukang sihir, tempat-tempat legendaris yang
sering kali menampilkan tempat dan orangorang yang sesungguhnya. Khalifah Harun ArRasyid, Abu Nuwas dan Wazir (perdana menteri) Jafar Al-Barmaki juga menjadi tokoh
cerita. Popularitas Hikayat 1001 Malam semakin mengkilap lantaran diramikan dengan
kisah-kisah lainnya yang menarik seperti, Aladdin dan Lampu Wasiat, Ali Baba, Sinbad si
Pelaut, serta 40 Pencuri.
Namun, kisah-kisah yang justru cerita rakyat Timur Tengah yang asli itu tak muncul
dalam kitab alf layla wa-layla versi Arab. Kisah-kisah yang menarik itu justru baru
muncul dalam The Arabian Nights yang diterjemahkan seorang sarjana Prancis bernama
Jean Antonie Galland. Galland mengaku menulis kisah- kisah yang banyak diangkat ke
dalam film di berbagai negara itu setelah mendengarnya dari seorang penutur cerita asal
Aleppo, Suriah bernama Hanna Diab. Hikayat 1001 Malam yang merupakan sumbangsih
peradaban Islam, kini telah menjadi cerita rakyat seluruh dunia. Sastra epik Arab di
zaman kekhalifahan itu telah memberi pengaruh yang besar dalam peradaban manusia
terutama dalam bidang kebudayaan.

Dengan sederet kisah yang memikat, hikayat 1001 Malam telah memberi warna dalam
bidang sastra, film, musik dan permainan di berbagai belahan dunia. Itulah yang
membuat dongeng 1001 Malam tak lekang digerus zaman. Selalu menemani perjalanan
setiap generasi umat Manusia.
Dari versi Prancis hingga Portugis
Sejatinya, Jean Antonie Galland adalah seorang kolektor yang gemar berburu bendabenda antik. Perburuan barang antik yang dilakukan sarjana berkebangsaan Prancis itu
telah mengantarnya pada sebuah naskah kumpulan dongeng Arab yang menakjubkan.
Kumpulan dongeng yang dalam bahasa Arab berjudul kitab alf layla wa-laylaitu mampu
memikat Galland.
Sang kolektor benda antik itu begitu yakin naskah kumpulan dongeng Arab yang
ditemukannya begitu bernilai. Ia lalu menerjemahkan kitab dongeng 1001 Malam yang
dtemukannya itu ke dalam bahasa Prancis yang bertajuk Les Mille et une nuits, contes
arabes traduits en francais(Seribu satu malam cerita Arab yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Prancis).
Dongeng itu diterjemahkan ke dalam 12 jilid. Galland menerbitkan jilid pertama kisah
1001 Malam itu pada tahun 1704. Sedangkan, dua jilid terakhir diterbitkan pada tahun
1717. Dalam buku dongeng 1001 malam yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Prancis
itu, Galland memuat dongeng-dongeng Arab lainnya seperti, Aladin Lampu Ajaib, Ali
Baba, 40 Pencuri serta Sinbad si Pelaut. Dongeng itu tak tertulis dalam kitab 1001 Malam
asli versi Arab.
Galland memuat cerita rakyat Timur Tengah itu dari seorang tukang dongeng dari Allepo,
Suriah. Sejarah sastra mencatat, Galland sebagai orang pertama yang memperkenalkan
dongeng 1001 Malam kepada masya - r akat Eropa. Kisah yang memikat itu pun
mendapat sambutan hangat dari masyarakat Eropa. Berkat alihbahasa yang dilakukannya,
nama Galland pun berkibar di daratan Eropa.
Kisah 1001 Malam versi bahasa Inggris pun lalu muncul pada tahun 1885. Adalah
penerjemah terkemuka bernama Sir Richard Francis Burton yang melakukan alih bahasa
kitab alf layla wa- laylake dalam bahasa Inggris berjudul The Book of the Thousand
Nights and a Night. Pada tahun itu dia menerbitkan 10 volume dongeng 1001 Malam.
Kemudian, pada tahun 1886 dan 1888 Burton kembali menerbitkan enam volume
tambahan dongeng itu.
Hikayat 1001 Malam versi bahasa terbaru diterjemahkan Powys Mathers. Versi teranyar
itu didasarkan atas manuskrip Suriah abad ke-14 M yang terdapat di Bibliothque
Nationale. Pada tahun 2005, seorang sarjana Brasil Mamede Mustafa Jarouche mulai
menerbitkan Hikayat 1001 Malam dalam bahasa Portugis. Baru-baru ini, hikayat 1001
Malam juga telah terbit dalam bahasa Indonesia.

Mereka yang Terpengaruh Hikayat 1001 Malam


Hikayat 1001 Malam telah mampu menyihir para sastrawan barat di era modern. Mereka
yang kesihir kehebatan kitab alf layla wa- laylaitu antara lain:
GOETHE
memiliki hubungan emosional yang erat dengan cerita rakyat asal Timut Tengah ini.
Menu - rut Katharina Momsen, 1001 Malam mempunyai pengaruh kuat dalam karyakarya Goethe. Ia mulai tertarik dengan cerita-cerita itu sejak belia. Dalam beberapa
puisinya, Goethe banyak menyebut Syahrazaad (tokoh dalam Seribu Satu Malam).
Salah satu novel terkenalnya Wilhelm Meisters Wanderjahre (Tahun-tahun pengembaraan
di Wilhelm Meisters), menggunakan pola penceritaan Syahrazaad dalam 1001 Malam.
Goethe tak hanya terpengaruh dengan pola penulisan yang disajikan dongeng rakyat
Timur Tengah itu. Goethe juga kerap meminjam tema, judul cerita dan penokohan dari
Seribu Satu Malam. ?
EDGAR ALLAN POE
Dia menulis cerita 1002 Malam. Cerita itu sangat terpengaruh dengan Hikayat 1001
Malam yang sangat populer.
BILL WILLINGHAM
Dia adalah pencipta buku komik seri fabel. Willingham menggunakan cerita 1001 Malam
sebagai dasar cerita fabel yang dibuatnya yang berjudul 1001 Nights of Snowfall.
ALFRED TENNYSON DAN WILLIAM WORDSWORTHS
Dongeng 1001 Malam ternyta juga telah memberi inspirasi terhadap syair dan puisi di
Inggris. Puisi kedua penyair itu sangat dipengaruhi dongeng 1001 Malam. Pengaruh
cerita rakyat itu mempengaruhi Alfred Tennyson dalam puisinya berjudul Recollections
of the Arabian Nights(1830). Sedangkan puisi karya William Wordsworths yang
terinspirasi 1001 Malam berjudul The Prelude (1805).
Filed under: Canting

Anda mungkin juga menyukai