Lapkas 2 Pedsos
Lapkas 2 Pedsos
Lapkas 2 Pedsos
dengan perubahan fungsi. Saat ini terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mendeteksi keterlambatan perkembangan pada anak, salah satunya adalah Denver
Developmental Screening Test II (DDSTII).1-3 DDSTII mencakup kuesioner yang
ditujukan kepada orang tua dan juga meliputi evaluasi langsung terhadap kemampuan
anak untuk menilai empat domain perkembangan yaitu personal sosial, motorik halus,
motorik kasar dan bahasa untuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun.4-6Perkembangan
pada anak dievaluasi berdasarkan empat domain meliputi motorik kasar, motorik halus,
personal sosial dan kemampuan berbicara atau bahasa, dimana anak yang tidak
mencapai salah satu atau lebih dari domain perkembangan tersebut sesuai dengan umur
dapat dikategorikan mengalami keterlambatan perkembangan global atau
global
kejang, gangguan
LAPORAN KASUS
sebanyak 2 kali. Kejang merupakan kejang yang kedua kali, setelah demam turun
penderita tidak lagi mengalami kejang. Setelah kejang penderita sadar. Riwayat trauma
disangkal oleh ibu penderita, muntah dan diare sebelum sakit disangkal. Dalam keluarga
penderita tidak ada keluarga yang memiliki riwayat kejang, lingkar kepala dari data
rekam medik saat dirawat waktu usia 2 bulan hasil pemeriksaan menunjukkan lingkar
kepala normal
Penderita lahir dengan pertolongan biang kampung dan menurut ibunya tidak
diberi suntikan apapun setelah lahir, setelah lahir penderita langsung menangis. Penderita
sejak lahir dirawat oleh ibunya. Penerimaan keluarga terhadap keadaan penderita baik.
Ibu penderita saat ini masih berusia 18 tahun dan ayah penderita 21 tahun. Selama hamil
ibu penderita dalam keadaan sehat, tidak menggunakan obat-obatan. Pola asuh pada
penderita menurut ibunya adalah baik. Penderita berasal dari keluarga yang harmonis,
walaupun berasal dari keluarga yang kurang mampu. Penderita merupakan anak yang
diharapkan.
BAB dan BAK dalam batas normal
Riwayat antenatal
Saat hamil ibu penderita ANC tidak teratur 3 kali di puskesmas, imunisasi TT 2 x saat
kehamilan. Selama hamil ibu penderita dalam sehat dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
maupun jamu-jamuan. Ibu penderita juga mengaku tidak memelihara hewan peliharaan.
Penderita lahir secara normal di rumah dengan berat badan lahir 2500 gram, tidak
langsung menangis setelah lahir, ditolong oleh biang kampung.
Lingkar kepala pada waktu lahir tidak diukur.
Riwayat imunisasi :
Imunisasi yang telah didapatkan: BCG 1x, Polio 3x, DPT 3x, campak -, hepatitis B 3x.
Riwayat makanan :
ASI diberikan dari lahir sampai sekarang
PASI diberikan sejak lahir sampai 6 bulan
Bubur susu diberikan sejak 3 bulan sampai 8 bulan
Bubur halus diberikan sejak 10 bulan sampai sekarang
Riwayat sosio ekonomi :
Rumah penderita atapnya terbuat dari seng, dinding rumah terbuat dari papan, dan lantai
papan. Jumlah kamar ada 2 buah dan dihuni oleh 7 orang, terdiri dari 5 orang dewasa dan
2 orang anak anak. WC terletak di luar rumah, sumber penerangan PLN, sumber air
minum air sumur dan cara pengolahan sampah dibakar.
Ayah penderita bekerja sebagai petani. Ibu penderita tidak bekerja.
Ikhtisar Keturunan:
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : cukup
BB
: 7,5 kg
PB
: 70 cm
Status Gizi
WHO, Z-score
BB/TB : antara 2 SD dengan 1 SD
Kesimpulan : gizi baik
Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 07 April 2014
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
Berat badan
: 7,5 Kg
Panjang badan : 70 cm
Tanda Vital
Tekanan darah
Suhu tubuh
:36,6C
Kepala
: Compos Mentis
Mata
Telinga
: Liang telinga lapang, cerumen -/- , sekret -/Membran tympani warna putih, membran baik, perforasi -/pantulan cahaya +/+
Hidung
licin
: sianosis -/-
Tenggorok
Leher
Thorax
: Bentuk dada simetris, retraksi -/Suara pernafasan bronkovesikuler, ronki -/-. Wheezing -/-.
Bising jantung(-), HR = 110 x/mnt
5
Abdomen
: Bentuk datar, lemas, Hepar dan lien tidak teraba, bising usus
(+) normal, turgor kulit kembali cepat
Genitalia
Anggota gerak
Refleks-refleks
4 5
4 5
Pemeriksaan Denver
Personal sosial
Motorik halus
Bahasa
Motorik kasar
Data laboratorium yang berasal dari data rekam medik tanggal 28 juli 2013:
Hb
: 6,1 g/dl
Hematokrit
: 17 %
Leukosit
: 8.000 /mm3
Trombosit
: 151.000/mm3
Na
: 139 mEq/L
: 4,8 mEq/L
Cl
: 98 mEq/L
PT
: 18,7
APTT
: 22,2
; 13,4 g/dl
Hematokrit
: 36,5%
Leukosit
: 8.400 /mm3
Trombosit
: 232.000/mm3
6
Na
: 143 mEq/L
: 4 mEq/L
Cl
: 102 mEq/L
: 1,005
Eritrosit
:-
Leukosit
:-
Bilirubin
:-
Urobilirubin
:-
: lembek
Leukosit
: 0-2
Eritrosit
: 0-2
Darah samar : -
Diagnosa kerja
Hemiparese dextra
Mikrosefali
Penanganan: Nutrisi 637 Kcal/ hari, terdiri dari Protein 12 g/hr, cairan 950 cc/hari
diberikan dalam bentuk susu 3x 150 cc dan makanan lunak 3 x 1
porsi
Edukasi orang tua tentang keterlambatan perkembangan
Catch up imunisasi
Rencana pemeriksaan:
CT scan kepala
Konsul THT
7
Konsul Mata
Follow up
Tanggal : 14 April 2014
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat badan
: 7,5 Kg
Panjang badan : 70 cm
Tanda Vital
Tekanan darah
Suhu tubuh
: 36,9C
Kepala
Telinga
: Liang telinga lapang, cerumen -/- , sekret -/Membran tympani warna putih, membran baik, perforasi -/pantulan cahaya +/+
Hidung
Mulut
Tenggorok
bergerak baik
Leher
Thorax
: Bentuk dada simetris, retraksi -/Suara pernafasan bronkovesikuler, ronki -/-. Wheezing -/-.
Bising jantung(-), HR = 110 x/mnt
Abdomen
: Bentuk datar, lemas, Hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal , turgor kulit kembali cepat
Genitalia
Anggota gerak
Refleks-refleks
Fisioterapi
Okupasi Terapi
Kesimpulan
Diagnosa
Hemiparese dextra
Infark serebri
Hidrosefalus
Anjuran
Resume
Seorang bayi laki-laki usia 10 bulan dengan berat badan 7,5 kg dan panjang badan 70,
dibawa ke poliklinik tumbuh kembang RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou pada tanggal 07
April 2014 dengan keluhan utama belum bisa duduk sendiri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kompos mentis dengan suhu 36,60C.
Riwayat sakit berat sebelumnya yaitu pada saat penderita berusia 2 bulan dan dirawat di
rumah sakit selama 3 minggu dengan penurunan kesadaran dan kejang kemudian pada
saat berusia 10 bulan, bulan maret 2014 penderita kembali dirawat selama 1 minggu
karena kejang demam.
Pada pemeriksaan dengan Denver II didapatkan penderita mengalami
keterlambatan perkembangan global, kemudian dilakukan pemeriksaan CT Scan dengan
hasil infark serebri dan hidrosefalus.
Penderita kemudian dikonsulkan di bagian mata , THT dan Rehabilitasi Medik,
MASALAH KLINIS
Keterlambatan Perkembangan Global merupakan keterlambatan pada dua atau
lebih bidang perkembangan pada anak yang mencakup perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa dan personal sosial, pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun.
Adanya etiologi yang mendasari terjadinya keterlambatan perkembangan global
merupakan hal yang penting untuk menetapkan langkah penanganan. Etiologi
keterlambatan
dari
postnatal17
Kelainan serebrovaskular merupakan hal yang jarang terjadi pada anak. Kelainan
serebrovaskular terbagi atas 2 macam yaitu terganggunya aliran darah ke bagian otak dan
ruptur pembuluh darah dengan akibat terjadi perdarahan ke dalam otak. Jika terjadi
perdarahan intraserebral dapat berakibat berat.15 Perdarahan intraserebral juga dapat
disebabkan oleh komplikasi defisiensi vitamin K yang didapat.18,19
Pada penderita ini setelah dilakukan pemeriksaan CT scan pertama didapatkan adanya
perdarahan intraserebral, infark serebri sedangkan pada CT Scan kedua didapatkan
adanya infark serebri dan hidrosefalus
10
METODE PENELUSURAN
HASIL PENELUSURAN
Jordan dkk,20 melakukan penelitian terhadap 33 anak dengan perdarahan intraserebral
antara tahun 2001-2006. Penelitian dilakukan dengan pemeriksaan CT scan, pengukuran
jumlah volume perdarahan dan di observasi. Dari hasil analisis didapatkan bahwa anak
dengan volume perdarahan 4% dari total volume otak tenyata menunjukkan prognosis
neurologi yang buruk.( level of evidence 2b, rekomendasi B)
Beslow dkk,16 melakukan penelitian untuk mengetahui luaran dari perdarahan intra
serebral pada anak. Penelitian dilakukan Januari 2006 sampai juli 2008 Dari penelitian
ini didapatkan 22 penderita perdarahan intra serebral, dimana semua penderita adalah
normal sebelum terjadi perdarahan. Dari penelitian ini didapatkan 71% penderita
mengalami defisit neurologik dan 55% mengalami disabilitas yang signifikan. ( level of
evidence 2b, rekomendasi B).
Lo dkk,21 melakukan penelitian pada 59 anak dengan nontraumatik perdarahan intra
serebral. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan ekspertise dari hasil
CT Scan. Dari 59 sampel 20 diantaranya meninggal, 20 dieksklusi sehingga didapatkan
11
19 penderita yang diobservasi. Dari 19 penderita ini banyak yang menunjukkan gejala
defisit neurologi ringan sampai berat. Peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan volume
perdarahan di otak diprediksi dapat menyebabkan luaran perkembangan dan kualitas
hidup yang kurang dibanding anak normal. ( level of evidence 2b, rekomendasi B).
DISKUSI
12
penyumbatan terhadap aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat
pembentukkan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subarachnoid. Akibat dari penyumbatan ini terjadi dilatasi ruang CSS diatasnya. Tempat
yang sering mengalami penyumbatan adalah foramen Monroi, foramen Luschka dan
Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi dan anak adalah: kelainan bawaan, infeksi, neoplasma, dan
perdarahan. Gejala klinis hidosefalus biasanya timbul akibat peningkatan tekanan intra
kranial. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak bila sutura belum menutup.
Diagnosis hidrosefalus biasanya dapat ditegakkan secara klinis, pemeriksaan penunjang
yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis yaitu dengan CT Scan, MRI, dan
USG bila sutura belum menutup. 13-15
Mikrosefali didefinisikan sebagai tidak tumbuhya jaringan otak dengan
manifestasi retardasi, ukuran lingkar kepala kurang dari 2 standar deviasi nilai baku yang
sesuai dengan usia dan jenis kelamin walaupun bentuknya masih normal.
Etiologi dari mikrosefali adalah kongenital dan didapat yang terbagi antenatal, intranatal
dan pascanatal. Mikrosefali pascanatal dapat disebabkan ensefalitis, trauma kepala dan
perdarahan intrakranial. Baxter dkk,23 melakukan penelitian tentang mikrosefali dan
didapatkan dari anak dengan simptomatik mikrosefali, didapatkan bahwa riwayat
perdarahan intrakranial dapat menyebabkan terjadinya mikrosefali dan anak dengan
mikrosefali didapat menunjukkan adanya intelegensi yang lebih rendah dari anak
normal.23,24
Hemiparesis diartikan sebagai suatu gambaran kelemahan pada satu sisi tubuh.
Hemiparesis merupakan luaran periventrikular hemorrhagic infarction yang merupakan
komplikasi dari perdarahan intraserebral. Pada periventrikular hemorrhagic infarction
terdapat obstruksi aliran darah yang menuju matriks germinal yang menyebabkan
destruksi dari daerah motorik sistem saraf pusat yang mengakibatkan terjadinya defisit
neurologik berupa hemiparesis maupun quadriplegi.25
Vitamin K merupakan vitamin esensial yang larut dalam lemak.
16
Vitamin K
prothrombin kompleks kadarnya mencapai puncak pada usia 1-2 mingg dan mencapai
jumlah normal pada usia 6 bulan- 6 tahun. Perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin K dulu disebut hemorragik disease of the newborn .17-19
Perdarahan intrakranial terbagi atas empat yaitu: perdarahan subarachnoid (SAH),
perdarahan intra serebral, perdarahan intraventrikular dan perdarahan subdural.
Penderita perdarahan intraserebral merupakan kelompok resiko tinggi terjadinya iskemik
serebral yang dapat menjadi infark.
Pada kasus ini penderita bayi laki-laki berusia 10 bulan dengan berat badan: 7,5
kg dan Panjang badan: 70 cm yang awalnya datang dengan keluhan belum bisa duduk
sendiri. Penderita pernah dirawat pada saat usia 2 bulan dengan keluhan penurunan
kesadaran disertai kejang kemudian kembali dirawat pada saat usia 6 bulan dan demam
disertai kejang sebanyak 2 kali tanpa penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal, mikrosefali berdasarkan kurva lingkar kepala
Nellhaus dan didapatkan hemiparesis dextra.
Pada pasien ini setelah dilakukan skrining perkembangan dengan menggunakan
instrumen Denver Developmental Screening Test II atau yang biasa disingkat DDSTII.
Dari hasil skriring didapatkan bahwa penderita sudah bisa tertawa bila melihat orang,
bisa mempertahankan kepala tetap tegak pada saat tangannya ditarik dari posisi berbaring
ke posisi duduk tetapi belum bisa duduk sendiri, bisa memegang kubus pada tangan kiri
tapi tidak terlalu kuat menggenggam balok pada tangan kanan, sehingga dari skrining
DDSTII yang telah dilakukan pasien dapat didiagnosis mengalami keterlambatan
perkembangan global. Pasien ini telah dikonsulkan ke bagian rehabilitasi medik dan
telah dilakukan program latihan serta orang tua telah diedukasi untuk diajak bekerja sama
untuk rutin membawa penderita ke bagian rehabilitasi medik dan melanjutkan stimulasi
latihan dirumah dengan tujuan mengatasi keterlambatan perkembangannya.
Infark serebri penderita ini ditegakkan dari hasil CT Scan. Penderita sebelumnya
memliki riwayat perdarahan intrakranial yaitu perdarahan intraserebral dari hasil
ekspertise CT Scan yang dilakukan saat dirawat di rumah sakit pada saat penderita
berusia dua bulan sehingga infark pada pasien ini karena adanya perdarahan intrakranial.
Hidrosefalus pada pasien ini didasarkan adanya gambaran ventrikulomegali pada hasil
CT scan kepala. Secara klinis dari anamnesis belum menunjukkan gejala karena sutura
masih terbuka dan ventrikel yang belum begitu melebar, dari hasil konsul mata tidak
ditemukan peningkatan tekanan intrakranial demikian juga dengan hasil pengukuran
lingkar kepala masih menunjukkan hasil yang normal. Hidrosefalus pada penderita ini
14
jika dilihat secara etiologi berasal dari adanya perdarahan intrakranial yang dialami
sebelumya
Pada penderita ini dari anamnesis didapatkan bahwa pada saat usia 2 bulan
penderita dirawat dengan penurunan kesadaran dan kejang, dengan riwayat persalinan
di rumah dengan dibantu oleh biang kampung dan tanpa pemberian vitamin K profilaksis
saat baru lahir serta dari adanya gambaran ct scan kepala yang menunjukkan adanya
gambaran perdarahan intraserebral dan setelah diberi terapi vitamin K penderita
kemudian menunjukkan perbaikan.
Lingkar kepala pada saat penderita berusia 2 bulan adalah normal tetapi pada saat
usia 10 bulan didapatkan mikrosefali berdasarkan kurva Nellhaus. Mikrosefali pada
penderita ini disebabkan oleh perdarahan intrakranial pascanatal.
Hemiparesis pada pasien ini didapatkan dari pemeriksaan fisik dimana ditemukan
adanya kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Hemiparesis pada pasien ini merupakan
komplikasi dari perdarahan intraserebral yaitu periventrikular hemorrhagic infarction
Penderita ini mengalami keterlambatan perkembangan global, dimana bidang
yang mengalami keterlambatan adalah matorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal
sosial. Pada penderita ini keterlambatan perkembangan yang dialami disebabkan oleh
perdarahan intra serebral yang dialami oleh penderita pada saat berusia 2 bulan.
Perdarahan intraserebral pada penderita ini disebabkan oleh defisiensi vitamin K yang
disebut Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) akibat tidak diberikannya suntikan
vitamin K pada waktu lahir. HDN ini terbagi atas 3 yaitu bentuk dini, klasik dan lambat.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada HDN menunjukkan Waktu pembekuan
memanjang, PT dan PTT memanjang 15
Pada pasien ini dasar diagnosis APCD didasarkan dari anamnesis riwayat
kelahiran, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada waktu mengalami
penurunan kesadaran dari hasil laboratorium didapatkan masa protrombin plasma dan
masa tromboplastin parsial teraktivasi memanjang, kadar hemoglobin yang cenderung
setiap hari dan trombosit. Dari hasil pemeriksaan hapusan darah didapatkan adanya
anemia yang disebabkan oleh perdarahan. Penderita kemudian diterapi dengan injeksi
vitamin K selama 3 hari dan kesadaran kemudian perlahan-lahan pulih kembali.
Prognosis pada penderita ini adalah ad malam karena didapatkan adanya kelainan
intrakranial berupa infark serebri serta adanya mikrosefali, penderita berasal dari
keluarga dengan tingkat ekonomi yang lemah, berasal dari keluarga dengan ibu berusia
muda dan jarak rumah dengan RS jauh sehingga belum dapat dipastikan apakah
15
penderita tetap akan melanjutkan rehabilitasinya, tetapi keluarga ini merupakan keluarga
yang harmonis, saling mendukung satu sama lain sehingga dapat melakukan pola
pengasuhan anak yang baik dan penuh kasih sayang sehingga dengan adanya edukasi dan
rehabilitasi yang rutin dapat meningkatkan kemampuan aktivitas hidup harian anak
dimasa depan.
16
Ringkasan
Keterlambatan perkembangan global dapat didefinisikan sebagai keterlambatan
perkembangan yang meliputi 2 atau lebih bidang perkembangan yaitu motorik halus,
motorik kasar, kognisi, sosioemosional dan aktifitas kehidupan sehari-hari. Istilah
keterlambatan perkembangan global biasanya lebih ditujukkan pada anak usia kurang
dari 5 tahun. Untuk menetapkan diagnosis keterlambatan perkembangan global dapat
digunakan skrining tes. Ada berbagai alat skrining tes yang dapat digunakkan untuk
mengetahui adanya keterlambatan perkembangan, salah satu yang sering digunakkan
adalah Denver Developmental Screening Test II (DDSTII) yang berisi 4 domain
perkembangan anak yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan sosioemosional.
Keterlambatan perkembangan sendiri dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun
internal yang antara lain terdiri dari faktor prenatal, natal dan post natal. Pada penderita
ini faktor penyebab keterlambatan perkembangan global adalah dari post natal yaitu
karena defisiensi vitamin K yang menyebabkan terjadinya perdarahan intraserebral yang
dapat menyebabkan terjadinya infark serebri serta adanya hidrosefalus dan juga karena
keadaan sosioekonomi keluarga yaitu dengan ibu usia muda dan keadaan sosial ekonomi
yang kurang.
Penderita dengan keterlambatan perkembangan global membutuhkan penanganan
khusus, intervensi secara dini dan multidisipliner. Intervensi dini dapat mencakup terapi
okupasi, fisio terapi dan terapi wicara, penanganan spesialistik, serta konseling keluarga.
Intervensi dini merupakan penanganan yang penting dan
meningkatkan
kemampuan
anak
dengan
keterlambatan
serta
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
Poon JK, Larosa AC, Pai GS. Developmental Delay: Timely Identification and
Assessment. Indian Pediatr. 2010;47:415-22.
2.
3.
Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RA. Profil klinis dan etiologi pasien
keterlambatan perkembangan global di RS Cipto Mangunkusumo. Sari pediatr.
2008;10:255-61.
4.
Chamidah AT. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sari
pediatr. 2010;13:393-7.
5.
Pardo BR, Valejos SL, Lopez GV, Cordoba AR. Global neurodevelopmental
screening test for children <5 years of age in the United States and Latin America: a
systematic review and comparative analysis. Bol Med Hosp Infant Mex. 2012;69:54152.
6.
Sajedi F, vameghi R,Mohseni MA, Alizad V, Hemati GS, Shahshahani PS. Motor
developmental delay in 7500 Iranian infants: prevalence and risk factors. Iran J child
neurol. 2009;59:43-50.
7.
8.
9.
Crowley RW, Medel R, Dumont AS, Ilodigwe D, Kassel N, Mayer SA,et al.
Angiographic vasospasm is strongly correlated with cerebral infarction after
subarachnoid hemorrhage,. Stroke ;2011:919-923.
10. Vergouwen MD, Ilodigwe D, Macdonald RL. Cerebral infarction after subarachnoid
hemorrhage contributes to poor outcome by vasospasm dependent and independent
effects. Stroke;2011:924-929.
11. Islam A, rezaulamin M, rahman A, Hosain KK, Hosain . Fontanelle as an indicator of
hydrocephalus in early childhood. Bangladesh j of neurosc; 2011:83-86.
18
19
20
Foto pasien
21
22
23
24
25