Lapkas 2 Pedsos

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Perkembangan didefinisikan sebagai bertambahnya kemampuan struktur dan


fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.1
secara secara simultan dengan

Proses perkembangan terjadi

pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai

dengan perubahan fungsi. Saat ini terdapat beberapa instrumen yang digunakan untuk
mendeteksi keterlambatan perkembangan pada anak, salah satunya adalah Denver
Developmental Screening Test II (DDSTII).1-3 DDSTII mencakup kuesioner yang
ditujukan kepada orang tua dan juga meliputi evaluasi langsung terhadap kemampuan
anak untuk menilai empat domain perkembangan yaitu personal sosial, motorik halus,
motorik kasar dan bahasa untuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun.4-6Perkembangan
pada anak dievaluasi berdasarkan empat domain meliputi motorik kasar, motorik halus,
personal sosial dan kemampuan berbicara atau bahasa, dimana anak yang tidak
mencapai salah satu atau lebih dari domain perkembangan tersebut sesuai dengan umur
dapat dikategorikan mengalami keterlambatan perkembangan global atau

global

delayed development.3-5 Prevalensi yang sebenarnya dari keterlambatan perkembangan


pada anak dan bayi tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan 5%-10%
mengalami masalah keterlambatan perkembangan.6-8
Infark serebri merupakan suatu keadaan yang jarang ditemukan pada bayi. Infark
serebri dapat terjadi karena banyak sebab antara lain meningitis bakteria, koagulopati
yang didapat maupun herediter, trauma dan hipoksik iskemia.9,10
Hidrosefalus didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana ventrikel otak
berdilatasi dengan/atau adanya dilatasi ruang subarachnoid yang disebabkan oleh
peningkatan volume cairan serebrospinal karena adanya gangguan absorpsi maupun
sekresi yang berlebihan. Insidens dari hidrosefalus pada bayi 1,2-5per 1000 kelahiran
hidup.11-13
Acquired prothrombin complex deficiency (APCD) adalah suatu gangguan
hematologi pada bayi yang disebabkan oleh tidak adekuatnya kadar vitamin K serum.
Vitamin K merupakan nutrisi esensial pada kaskade koagulasi. Neonatus merupakan
golongan resiko tinggi terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi vitamin
K, dimana perdarahan intrakranial dapat terjadi pada 50% kasus oleh karena itu
pemberian vitamin K profilaksis telah menjadi standar perawatan bayi baru lahir. 14-17
1

Perdarahan intrakranial merupakan penyebab penting terjadinya morbiditas pada


bayi, dimana intraserebral hemoragik atau perdarahan intraserebral merupakan
perdarahan terbanyak, yaitu kurang lebih 50% dari total perdarahan intrakranial.
Perdarahan intraserebral dapat menyebabkan kematian pada 33% kasus dan
menyebabkan defisit permanen sekitar 40%, diantaranya adalah

kejang, gangguan

kognitif dan motorik.16


Berikut ini akan dibahas sebuah kasus pada seorang bayi laki-laki yang dibawa
ke poliklinik tumbuh kembang RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 07 April 2014.

LAPORAN KASUS

bayi SS adalah bayi laki-laki berusia 10 bulan yang bertempat tinggal di


Ranoketang II jaga 1 yang dibawa ke poliklinik tumbuh kembang RSU Prof. dr. R.D.
Kandou pada tanggal 07 April 2014.
.
Anamnesis
(alloanamnesis oleh ibu kandung penderita)
Penderita dibawa oleh ibunya ke poliklinik tumbuh kembang dengan keluhan belum bisa
duduk sendiri.
Saat ini penderita belum bisa duduk sendiri. Penderita sudah dapat berguling sendiri ke
sisi kiri dan kanan. Jika berguling ke sisi kanan penderita tidak dapat kembali ke posisi
terlentang seperti semula dan membutuhkan bantuan untuk dapat membalikkan
badannya. Penderita bisa mendengar dan menoleh jika namanya dipanggil. Menurut
ibunya penderita tidak mengalami gangguan perkembangan sebelum sakit, penderita
sudah bisa menatap wajah ibunya dan tersenyum.
Sebelumnya pada bulan Juli 2013, pada saat berusia 2 bulan penderita pernah
dirawat di RSUP Prof. dr. R.D. Kandou dengan keluhan kejang dan penurunan
kesadaran, penderita lalu didiagnosis sebagai Acquired prothrombin complex deficiency .
Penderita kemudian dilakukan CT scan dengan hasil intracerebral hemorrhage
frontoparietalis sinistra. Penderita dirawat selama 3 minggu. Sejak pulang dari RS
penderita tidak pernah mengalami kejang lagi. Kemudian pada bulan maret 2014, saat
berusia 10 bulan penderita kembali dirawat di RS Kalooran Amurang dan dirujuk ke
RSU Prof. dr. R.D. Kandou, dirawat selama 8 hari karena demam yang disertai kejang
2

sebanyak 2 kali. Kejang merupakan kejang yang kedua kali, setelah demam turun
penderita tidak lagi mengalami kejang. Setelah kejang penderita sadar. Riwayat trauma
disangkal oleh ibu penderita, muntah dan diare sebelum sakit disangkal. Dalam keluarga
penderita tidak ada keluarga yang memiliki riwayat kejang, lingkar kepala dari data
rekam medik saat dirawat waktu usia 2 bulan hasil pemeriksaan menunjukkan lingkar
kepala normal
Penderita lahir dengan pertolongan biang kampung dan menurut ibunya tidak
diberi suntikan apapun setelah lahir, setelah lahir penderita langsung menangis. Penderita
sejak lahir dirawat oleh ibunya. Penerimaan keluarga terhadap keadaan penderita baik.
Ibu penderita saat ini masih berusia 18 tahun dan ayah penderita 21 tahun. Selama hamil
ibu penderita dalam keadaan sehat, tidak menggunakan obat-obatan. Pola asuh pada
penderita menurut ibunya adalah baik. Penderita berasal dari keluarga yang harmonis,
walaupun berasal dari keluarga yang kurang mampu. Penderita merupakan anak yang
diharapkan.
BAB dan BAK dalam batas normal

Riwayat antenatal
Saat hamil ibu penderita ANC tidak teratur 3 kali di puskesmas, imunisasi TT 2 x saat
kehamilan. Selama hamil ibu penderita dalam sehat dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
maupun jamu-jamuan. Ibu penderita juga mengaku tidak memelihara hewan peliharaan.
Penderita lahir secara normal di rumah dengan berat badan lahir 2500 gram, tidak
langsung menangis setelah lahir, ditolong oleh biang kampung.
Lingkar kepala pada waktu lahir tidak diukur.

Riwayat tumbuh kembang


Pertama kali membalik badan 6 bulan
Pertama kali tengkurap 8 bulan
Pertama kali duduk - bulan
Pertama kali merangkak - bulan
Pertama kali berdiri - bulan
Pertama kali berjalan - bulan
Pertama kali tertawa 3 bulan
Pertama kali berceloteh 5 bulan
3

Pertama kali memanggil mama tidak spesifik 8 bulan

Riwayat imunisasi :
Imunisasi yang telah didapatkan: BCG 1x, Polio 3x, DPT 3x, campak -, hepatitis B 3x.

Riwayat makanan :
ASI diberikan dari lahir sampai sekarang
PASI diberikan sejak lahir sampai 6 bulan
Bubur susu diberikan sejak 3 bulan sampai 8 bulan
Bubur halus diberikan sejak 10 bulan sampai sekarang
Riwayat sosio ekonomi :
Rumah penderita atapnya terbuat dari seng, dinding rumah terbuat dari papan, dan lantai
papan. Jumlah kamar ada 2 buah dan dihuni oleh 7 orang, terdiri dari 5 orang dewasa dan
2 orang anak anak. WC terletak di luar rumah, sumber penerangan PLN, sumber air
minum air sumur dan cara pengolahan sampah dibakar.
Ayah penderita bekerja sebagai petani. Ibu penderita tidak bekerja.

Riwayat penyakit keluarga :


Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga

Ikhtisar Keturunan:

Ayah penderita berusia 21 tahun dan sekarang dalam keadaan sehat


Ibu penderita berusia 18 tahun dan sekarang dalam keadaan sehat
4

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : cukup
BB

: 7,5 kg

PB

: 70 cm

Status Gizi

Kesadaran: compos mentis

WHO, Z-score
BB/TB : antara 2 SD dengan 1 SD
Kesimpulan : gizi baik

Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 07 April 2014
Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

Berat badan

: 7,5 Kg

Panjang badan : 70 cm

Tanda Vital

Tekanan darah

:90/60 mmHg, Frekuensi nadi : 110 x/mnt, reguler, isi cukup

Suhu tubuh

:36,6C

Kepala

: Compos Mentis

Frekuensi nafas: 36 x/mnt, teratur

: Mesocephal, Bentuk bulat, lonjong, rambut hitam tidak mudah


dicabut, UUB datar, LK 42,5 cm (< -2 SD kurva nellhaus), head
lag (-)

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,


Pupil bulat isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya +/+,

Telinga

: Liang telinga lapang, cerumen -/- , sekret -/Membran tympani warna putih, membran baik, perforasi -/pantulan cahaya +/+

Hidung

: Mukosa licin warna merah muda, concha baik, permukaan

licin

polip -/- ,Sekret -/Mulut

: sianosis -/-

Tenggorok

: Muara orofaring licin, warna merah muda, Tonsil T1-T1


hiperemis -/-, Arkus anterior et posterior baik, pallatum molle
bergerak baik

Leher

: Pembesaran KGB -/-

Thorax

: Bentuk dada simetris, retraksi -/Suara pernafasan bronkovesikuler, ronki -/-. Wheezing -/-.
Bising jantung(-), HR = 110 x/mnt
5

Abdomen

: Bentuk datar, lemas, Hepar dan lien tidak teraba, bising usus
(+) normal, turgor kulit kembali cepat

Genitalia

: laki-laki, tidak dijumpai kelainan

Anggota gerak

:Akral hangat, lembab, perfusi kapiler < 2 detik, atrofi -/-,

Refleks-refleks

: Refleks fisiologis +/+ di keempat ekstremitas


Refleks patologis +/+ Babinsky, Oppenheim
Kekuatan otot

4 5
4 5

Pemeriksaan Denver
Personal sosial

: sesuai usia 6 bulan

Motorik halus

: sesuai usia 9 bulan

Bahasa

: sesuai usia 6 bulan

Motorik kasar

: sesuai usia 6 bulan

Data laboratorium yang berasal dari data rekam medik tanggal 28 juli 2013:
Hb

: 6,1 g/dl

Hematokrit

: 17 %

Leukosit

: 8.000 /mm3

Trombosit

: 151.000/mm3

Na

: 139 mEq/L

: 4,8 mEq/L

Cl

: 98 mEq/L

PT

: 18,7

APTT

: 22,2

Hasil CT scan 29 Juli 2013 :

Intracerebral hemorrhage frontoparietalis sinistra

Hasil laboratorium 7 April 2014


Hb

; 13,4 g/dl

Hematokrit

: 36,5%

Leukosit

: 8.400 /mm3

Trombosit

: 232.000/mm3
6

Na

: 143 mEq/L

: 4 mEq/L

Cl

: 102 mEq/L

Hasil urinalisis 7 april 2014


BJ

: 1,005

Eritrosit

:-

Leukosit

:-

Bilirubin

:-

Urobilirubin

:-

Hasil Feses Lengkap 7 april 2014


Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi

: lembek

Leukosit

: 0-2

Eritrosit

: 0-2

Darah samar : -

Diagnosa kerja

Keterlambatan perkembangan global

Hemiparese dextra

Mikrosefali

Riwayat Acquired Prothrombin Complex Disorder

Penanganan: Nutrisi 637 Kcal/ hari, terdiri dari Protein 12 g/hr, cairan 950 cc/hari
diberikan dalam bentuk susu 3x 150 cc dan makanan lunak 3 x 1
porsi
Edukasi orang tua tentang keterlambatan perkembangan
Catch up imunisasi

Rencana pemeriksaan:

CT scan kepala

Konsul THT
7

Konsul Mata

Konsul Rehabilitasi medik

Follow up
Tanggal : 14 April 2014
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos Mentis

Berat badan

: 7,5 Kg

Panjang badan : 70 cm

Tanda Vital

Tekanan darah

: 90/60 mmHg, Frekuensi nadi : 96 x/mnt, reguler, isi cukup

Suhu tubuh

: 36,9C

Kepala

: mesocephal, Bentuk bulat, lonjong, rambut hitam tidak mudah

Frekuensi nafas: 36 x/mnt, teratur

dicabut, UUB datar, LK 42,5 cm cm (< -2 SD kurva nellhaus),


head lag (-)
Mata

: Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, Pupil bulat isokor,


diameter 3 mm, refleks cahaya +/+,

Telinga

: Liang telinga lapang, cerumen -/- , sekret -/Membran tympani warna putih, membran baik, perforasi -/pantulan cahaya +/+

Hidung

: Mukosa licin warna merah muda, concha baik, permukaan licin


polip -/- ,Sekret -/-

Mulut
Tenggorok

: sianosis -/:Muara orofaring licin, warna merah muda, Tonsil T1-T1


hiperemis

-/-, Arcus anterior et posterior baik, pallatum molle

bergerak baik
Leher

: Pembesaran KGB -/-

Thorax

: Bentuk dada simetris, retraksi -/Suara pernafasan bronkovesikuler, ronki -/-. Wheezing -/-.
Bising jantung(-), HR = 110 x/mnt

Abdomen

: Bentuk datar, lemas, Hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal , turgor kulit kembali cepat

Genitalia

:Laki-laki, tidak dijumpai kelainan

Anggota gerak

: Akral hangat, lembab, perfusi kapiler < 2 detik, atrofi -/-,

Refleks-refleks

: Refleks fisiologis +/+ di keempat ekstremitas


Refleks patologis +/+ Babinsky, Oppenheim
Kekuatan otot 4 5
4 5

Hasil Konsul Rehabilitasi Medik

Fisioterapi

: infra merah pd ekstremitas dextra

Okupasi Terapi

Latihan penguatan otot-otot trunkus dextra

Latihan keseimbangan duduk dengan permainan

Latihan sensori integrasi

Latihan penguatan ekstremitas superior dan inferior dextra

Hasil konsul THT

Kesimpulan

: Membran tympani baik

Hasil konsul mata

tidak didapatkan tanda peningkatan tekanan intra kranial

CT scan kepala 7 April 2014

Infark serebri + hidrosefalus

Diagnosa

Keterlambatan perkembangan global

Hemiparese dextra

Infark serebri

Hidrosefalus

Riwayat Acquired Prothrombin Complex Disorder


9

Anjuran

-Terapi rehabilitasi medik dilanjutkan


-Edukasi keluarga untuk memperhatikan asupan gizi anak serta
melakukan stimulasi latihan di rumah

Resume
Seorang bayi laki-laki usia 10 bulan dengan berat badan 7,5 kg dan panjang badan 70,
dibawa ke poliklinik tumbuh kembang RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou pada tanggal 07
April 2014 dengan keluhan utama belum bisa duduk sendiri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kompos mentis dengan suhu 36,60C.
Riwayat sakit berat sebelumnya yaitu pada saat penderita berusia 2 bulan dan dirawat di
rumah sakit selama 3 minggu dengan penurunan kesadaran dan kejang kemudian pada
saat berusia 10 bulan, bulan maret 2014 penderita kembali dirawat selama 1 minggu
karena kejang demam.
Pada pemeriksaan dengan Denver II didapatkan penderita mengalami
keterlambatan perkembangan global, kemudian dilakukan pemeriksaan CT Scan dengan
hasil infark serebri dan hidrosefalus.
Penderita kemudian dikonsulkan di bagian mata , THT dan Rehabilitasi Medik,

MASALAH KLINIS
Keterlambatan Perkembangan Global merupakan keterlambatan pada dua atau
lebih bidang perkembangan pada anak yang mencakup perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa dan personal sosial, pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun.
Adanya etiologi yang mendasari terjadinya keterlambatan perkembangan global
merupakan hal yang penting untuk menetapkan langkah penanganan. Etiologi
keterlambatan

dari

perkembangan dapat diklasifikasikan sebagai: prenatal, natal, dan

postnatal17
Kelainan serebrovaskular merupakan hal yang jarang terjadi pada anak. Kelainan
serebrovaskular terbagi atas 2 macam yaitu terganggunya aliran darah ke bagian otak dan
ruptur pembuluh darah dengan akibat terjadi perdarahan ke dalam otak. Jika terjadi
perdarahan intraserebral dapat berakibat berat.15 Perdarahan intraserebral juga dapat
disebabkan oleh komplikasi defisiensi vitamin K yang didapat.18,19
Pada penderita ini setelah dilakukan pemeriksaan CT scan pertama didapatkan adanya
perdarahan intraserebral, infark serebri sedangkan pada CT Scan kedua didapatkan
adanya infark serebri dan hidrosefalus
10

Berdasarkan hal tersebut di ajukan pertanyaan klinis.


Bagaimana luaran perkembangan dari anak dengan riwayat perdarahan intraserebral?

METODE PENELUSURAN

Untuk menjawab masalah klinis, dilakukan penelusuran kepustakaan secara online


menggunakan instrumen pencari Pubmed, Highwire, dan Cochrane Library. Kata kunci
yang digunakan adalah intracranial hemorrhage, developmental outcome, child dengan
menggunakan batasan: studi yang dilakukan pada manusia, publikasi bahasa Inggris, kata
kunci terdapat pada judul atau abstrak.
Dengan metode tersebut, pada awalnya didapatkan 174 artikel kemudian
dilakukan penelusuran lebih lanjut menurut publikasi berupa uji klinis, uji klinis
terandomisasi, meta-analisis, dan review. Selanjutnya dilakukan seleksi secara manual
pada daftar pustaka yang relevan. Setelah penelusuran judul dan abstrak artikel-artikel
tersebut, didapatkan 3 artikel uji kohort yang relevan dengan masalah. Levels of evidence
ditentukan berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh Oxford Centre for Evidencebased Medicine Levels of Evidence.

HASIL PENELUSURAN
Jordan dkk,20 melakukan penelitian terhadap 33 anak dengan perdarahan intraserebral
antara tahun 2001-2006. Penelitian dilakukan dengan pemeriksaan CT scan, pengukuran
jumlah volume perdarahan dan di observasi. Dari hasil analisis didapatkan bahwa anak
dengan volume perdarahan 4% dari total volume otak tenyata menunjukkan prognosis
neurologi yang buruk.( level of evidence 2b, rekomendasi B)
Beslow dkk,16 melakukan penelitian untuk mengetahui luaran dari perdarahan intra
serebral pada anak. Penelitian dilakukan Januari 2006 sampai juli 2008 Dari penelitian
ini didapatkan 22 penderita perdarahan intra serebral, dimana semua penderita adalah
normal sebelum terjadi perdarahan. Dari penelitian ini didapatkan 71% penderita
mengalami defisit neurologik dan 55% mengalami disabilitas yang signifikan. ( level of
evidence 2b, rekomendasi B).
Lo dkk,21 melakukan penelitian pada 59 anak dengan nontraumatik perdarahan intra
serebral. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan ekspertise dari hasil
CT Scan. Dari 59 sampel 20 diantaranya meninggal, 20 dieksklusi sehingga didapatkan
11

19 penderita yang diobservasi. Dari 19 penderita ini banyak yang menunjukkan gejala
defisit neurologi ringan sampai berat. Peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan volume
perdarahan di otak diprediksi dapat menyebabkan luaran perkembangan dan kualitas
hidup yang kurang dibanding anak normal. ( level of evidence 2b, rekomendasi B).

DISKUSI

Perkembangan pada anak merupakan suatu proses yang kompleks dan


berkelanjutan mulai dari masa konsepsi sampai dewasa.1-3 Perkembangan pada anak
dievaluasi berdasarkan empat aspek meliputi motorik kasar, motorik halus, personal
sosial dan kemampuan berbicara atau bahasa, dimana anak yang tidak mencapai
keterampilan keempat aspek tersebut sesuai umur dapat dikategorikan menderita
Keterlambatan Perkembangan atau Delayed Development.4-6 Tumbuh kembang anak
merupakan suatu proses tumbuh menjadi besar dan bertambah matang dalam segala
aspek baik fisik, emosi, intelektual maupun psikososial. Apabila terdapat suatu masalah
dalam proses tersebut akan berakibat terhambatnya perkembangan anak untuk mencapai
tingkat yang sesuai usianya. Apabila gangguan ini berlanjut akan menimbulkan
kecacatan yang menetap pada anak. Namun apabila sejak dini telah terdeteksi, maka kita
dapat melakukan intervensi sesuai kebutuhan anak.2-5
Faktor usia ibu juga berperan terhadap perkembangan perkembangan anak.
Menjadi orang tua pada usia dini disertai keterampilan yang kurang dalam mengasuh
anak sebagaimana yang dimiliki orang yang lebih dewasa dapat menyebabkan anak
beresiko mengalami perlakuan salah dan penelantaran. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu usia muda beresiko mengalami keterlambatan
perkembangan, kesulitan belajar dan gangguan perilaku.22
Infark serebri pada bayi umumnya merupakan komplikasi dari perdarahan
intrakranial. Patogenesis terjadinya infark sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa penelitian mencoba menghubungkan adanya vasospasme setelah perdarahan
intrakranial dan iskemik yang kemudian dapat menjadi infark. Infark serebri dapat
menyebabkan gangguan neurologik berat atau bahkan dapat menyebabkan kematian
pada 50% penderita. 12

12

Hidrosefalus dapat diartikan sebagai adanya dilatasi dari ventrikel dengan/atau


ruang subarachnoid yang disebabkan oleh peningkatan volume cairan serebrospinal yang
biasanya disebabkan oleh gangguan absorpsi atau adanya obstruksi, atau karena sebab
yang jarang yaitu sekresi yang

berlebihan. Hidrosefalus terjadi bila terdapat

penyumbatan terhadap aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat
pembentukkan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subarachnoid. Akibat dari penyumbatan ini terjadi dilatasi ruang CSS diatasnya. Tempat
yang sering mengalami penyumbatan adalah foramen Monroi, foramen Luschka dan
Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi dan anak adalah: kelainan bawaan, infeksi, neoplasma, dan
perdarahan. Gejala klinis hidosefalus biasanya timbul akibat peningkatan tekanan intra
kranial. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak bila sutura belum menutup.
Diagnosis hidrosefalus biasanya dapat ditegakkan secara klinis, pemeriksaan penunjang
yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis yaitu dengan CT Scan, MRI, dan
USG bila sutura belum menutup. 13-15
Mikrosefali didefinisikan sebagai tidak tumbuhya jaringan otak dengan
manifestasi retardasi, ukuran lingkar kepala kurang dari 2 standar deviasi nilai baku yang
sesuai dengan usia dan jenis kelamin walaupun bentuknya masih normal.
Etiologi dari mikrosefali adalah kongenital dan didapat yang terbagi antenatal, intranatal
dan pascanatal. Mikrosefali pascanatal dapat disebabkan ensefalitis, trauma kepala dan
perdarahan intrakranial. Baxter dkk,23 melakukan penelitian tentang mikrosefali dan
didapatkan dari anak dengan simptomatik mikrosefali, didapatkan bahwa riwayat
perdarahan intrakranial dapat menyebabkan terjadinya mikrosefali dan anak dengan
mikrosefali didapat menunjukkan adanya intelegensi yang lebih rendah dari anak
normal.23,24
Hemiparesis diartikan sebagai suatu gambaran kelemahan pada satu sisi tubuh.
Hemiparesis merupakan luaran periventrikular hemorrhagic infarction yang merupakan
komplikasi dari perdarahan intraserebral. Pada periventrikular hemorrhagic infarction
terdapat obstruksi aliran darah yang menuju matriks germinal yang menyebabkan
destruksi dari daerah motorik sistem saraf pusat yang mengakibatkan terjadinya defisit
neurologik berupa hemiparesis maupun quadriplegi.25
Vitamin K merupakan vitamin esensial yang larut dalam lemak.

16

Vitamin K

dibutuhkan dalam posttransisional gamma carboxilation dari faktor pembekuan II,VII,


IX, X. Neonatus menerima vitamin K dalam jumlah sedikit dari ibunya pada persalinan
13

prothrombin kompleks kadarnya mencapai puncak pada usia 1-2 mingg dan mencapai
jumlah normal pada usia 6 bulan- 6 tahun. Perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin K dulu disebut hemorragik disease of the newborn .17-19
Perdarahan intrakranial terbagi atas empat yaitu: perdarahan subarachnoid (SAH),
perdarahan intra serebral, perdarahan intraventrikular dan perdarahan subdural.
Penderita perdarahan intraserebral merupakan kelompok resiko tinggi terjadinya iskemik
serebral yang dapat menjadi infark.
Pada kasus ini penderita bayi laki-laki berusia 10 bulan dengan berat badan: 7,5
kg dan Panjang badan: 70 cm yang awalnya datang dengan keluhan belum bisa duduk
sendiri. Penderita pernah dirawat pada saat usia 2 bulan dengan keluhan penurunan
kesadaran disertai kejang kemudian kembali dirawat pada saat usia 6 bulan dan demam
disertai kejang sebanyak 2 kali tanpa penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal, mikrosefali berdasarkan kurva lingkar kepala
Nellhaus dan didapatkan hemiparesis dextra.
Pada pasien ini setelah dilakukan skrining perkembangan dengan menggunakan
instrumen Denver Developmental Screening Test II atau yang biasa disingkat DDSTII.
Dari hasil skriring didapatkan bahwa penderita sudah bisa tertawa bila melihat orang,
bisa mempertahankan kepala tetap tegak pada saat tangannya ditarik dari posisi berbaring
ke posisi duduk tetapi belum bisa duduk sendiri, bisa memegang kubus pada tangan kiri
tapi tidak terlalu kuat menggenggam balok pada tangan kanan, sehingga dari skrining
DDSTII yang telah dilakukan pasien dapat didiagnosis mengalami keterlambatan
perkembangan global. Pasien ini telah dikonsulkan ke bagian rehabilitasi medik dan
telah dilakukan program latihan serta orang tua telah diedukasi untuk diajak bekerja sama
untuk rutin membawa penderita ke bagian rehabilitasi medik dan melanjutkan stimulasi
latihan dirumah dengan tujuan mengatasi keterlambatan perkembangannya.
Infark serebri penderita ini ditegakkan dari hasil CT Scan. Penderita sebelumnya
memliki riwayat perdarahan intrakranial yaitu perdarahan intraserebral dari hasil
ekspertise CT Scan yang dilakukan saat dirawat di rumah sakit pada saat penderita
berusia dua bulan sehingga infark pada pasien ini karena adanya perdarahan intrakranial.
Hidrosefalus pada pasien ini didasarkan adanya gambaran ventrikulomegali pada hasil
CT scan kepala. Secara klinis dari anamnesis belum menunjukkan gejala karena sutura
masih terbuka dan ventrikel yang belum begitu melebar, dari hasil konsul mata tidak
ditemukan peningkatan tekanan intrakranial demikian juga dengan hasil pengukuran
lingkar kepala masih menunjukkan hasil yang normal. Hidrosefalus pada penderita ini
14

jika dilihat secara etiologi berasal dari adanya perdarahan intrakranial yang dialami
sebelumya
Pada penderita ini dari anamnesis didapatkan bahwa pada saat usia 2 bulan
penderita dirawat dengan penurunan kesadaran dan kejang, dengan riwayat persalinan
di rumah dengan dibantu oleh biang kampung dan tanpa pemberian vitamin K profilaksis
saat baru lahir serta dari adanya gambaran ct scan kepala yang menunjukkan adanya
gambaran perdarahan intraserebral dan setelah diberi terapi vitamin K penderita
kemudian menunjukkan perbaikan.
Lingkar kepala pada saat penderita berusia 2 bulan adalah normal tetapi pada saat
usia 10 bulan didapatkan mikrosefali berdasarkan kurva Nellhaus. Mikrosefali pada
penderita ini disebabkan oleh perdarahan intrakranial pascanatal.
Hemiparesis pada pasien ini didapatkan dari pemeriksaan fisik dimana ditemukan
adanya kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Hemiparesis pada pasien ini merupakan
komplikasi dari perdarahan intraserebral yaitu periventrikular hemorrhagic infarction
Penderita ini mengalami keterlambatan perkembangan global, dimana bidang
yang mengalami keterlambatan adalah matorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal
sosial. Pada penderita ini keterlambatan perkembangan yang dialami disebabkan oleh
perdarahan intra serebral yang dialami oleh penderita pada saat berusia 2 bulan.
Perdarahan intraserebral pada penderita ini disebabkan oleh defisiensi vitamin K yang
disebut Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) akibat tidak diberikannya suntikan
vitamin K pada waktu lahir. HDN ini terbagi atas 3 yaitu bentuk dini, klasik dan lambat.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada HDN menunjukkan Waktu pembekuan
memanjang, PT dan PTT memanjang 15
Pada pasien ini dasar diagnosis APCD didasarkan dari anamnesis riwayat
kelahiran, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada waktu mengalami
penurunan kesadaran dari hasil laboratorium didapatkan masa protrombin plasma dan
masa tromboplastin parsial teraktivasi memanjang, kadar hemoglobin yang cenderung
setiap hari dan trombosit. Dari hasil pemeriksaan hapusan darah didapatkan adanya
anemia yang disebabkan oleh perdarahan. Penderita kemudian diterapi dengan injeksi
vitamin K selama 3 hari dan kesadaran kemudian perlahan-lahan pulih kembali.
Prognosis pada penderita ini adalah ad malam karena didapatkan adanya kelainan
intrakranial berupa infark serebri serta adanya mikrosefali, penderita berasal dari
keluarga dengan tingkat ekonomi yang lemah, berasal dari keluarga dengan ibu berusia
muda dan jarak rumah dengan RS jauh sehingga belum dapat dipastikan apakah
15

penderita tetap akan melanjutkan rehabilitasinya, tetapi keluarga ini merupakan keluarga
yang harmonis, saling mendukung satu sama lain sehingga dapat melakukan pola
pengasuhan anak yang baik dan penuh kasih sayang sehingga dengan adanya edukasi dan
rehabilitasi yang rutin dapat meningkatkan kemampuan aktivitas hidup harian anak
dimasa depan.

16

Ringkasan
Keterlambatan perkembangan global dapat didefinisikan sebagai keterlambatan
perkembangan yang meliputi 2 atau lebih bidang perkembangan yaitu motorik halus,
motorik kasar, kognisi, sosioemosional dan aktifitas kehidupan sehari-hari. Istilah
keterlambatan perkembangan global biasanya lebih ditujukkan pada anak usia kurang
dari 5 tahun. Untuk menetapkan diagnosis keterlambatan perkembangan global dapat
digunakan skrining tes. Ada berbagai alat skrining tes yang dapat digunakkan untuk
mengetahui adanya keterlambatan perkembangan, salah satu yang sering digunakkan
adalah Denver Developmental Screening Test II (DDSTII) yang berisi 4 domain
perkembangan anak yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan sosioemosional.
Keterlambatan perkembangan sendiri dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun
internal yang antara lain terdiri dari faktor prenatal, natal dan post natal. Pada penderita
ini faktor penyebab keterlambatan perkembangan global adalah dari post natal yaitu
karena defisiensi vitamin K yang menyebabkan terjadinya perdarahan intraserebral yang
dapat menyebabkan terjadinya infark serebri serta adanya hidrosefalus dan juga karena
keadaan sosioekonomi keluarga yaitu dengan ibu usia muda dan keadaan sosial ekonomi
yang kurang.
Penderita dengan keterlambatan perkembangan global membutuhkan penanganan
khusus, intervensi secara dini dan multidisipliner. Intervensi dini dapat mencakup terapi
okupasi, fisio terapi dan terapi wicara, penanganan spesialistik, serta konseling keluarga.
Intervensi dini merupakan penanganan yang penting dan
meningkatkan

kemampuan

anak

dengan

keterlambatan

terbukti efektif dalam


perkembangan

serta

mempengaruhi keluarga baik dalam hal sosial maupun ekonomi

17

DAFTAR PUSTAKA
1.

Poon JK, Larosa AC, Pai GS. Developmental Delay: Timely Identification and
Assessment. Indian Pediatr. 2010;47:415-22.

2.

Momen AA, Jelodar G, Dehdshti H. Brain magnetic resonance imaging in


developmental delayed children. Int J Pediatr. 2011;10:1-4.

3.

Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RA. Profil klinis dan etiologi pasien
keterlambatan perkembangan global di RS Cipto Mangunkusumo. Sari pediatr.
2008;10:255-61.

4.

Chamidah AT. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sari
pediatr. 2010;13:393-7.

5.

Pardo BR, Valejos SL, Lopez GV, Cordoba AR. Global neurodevelopmental
screening test for children <5 years of age in the United States and Latin America: a
systematic review and comparative analysis. Bol Med Hosp Infant Mex. 2012;69:54152.

6.

Sajedi F, vameghi R,Mohseni MA, Alizad V, Hemati GS, Shahshahani PS. Motor
developmental delay in 7500 Iranian infants: prevalence and risk factors. Iran J child
neurol. 2009;59:43-50.

7.

Scherzer A, Chagaan M, Kauchali S, Suzzer E. Global perspective on early diagnosis


and intervention for children with developmental delays and disability. Dev. Med and
child neurol. 2012; 54:1079-1084.

8.

Koul Roshan, Alyahmedi M, Alfitaisy A. Evaluation of children with global


developmental delay: a prospective study at Sultan Qaboos university hospital, Oman.
Oman med J; 2012: 4:310-313.

9.

Crowley RW, Medel R, Dumont AS, Ilodigwe D, Kassel N, Mayer SA,et al.
Angiographic vasospasm is strongly correlated with cerebral infarction after
subarachnoid hemorrhage,. Stroke ;2011:919-923.

10. Vergouwen MD, Ilodigwe D, Macdonald RL. Cerebral infarction after subarachnoid
hemorrhage contributes to poor outcome by vasospasm dependent and independent
effects. Stroke;2011:924-929.
11. Islam A, rezaulamin M, rahman A, Hosain KK, Hosain . Fontanelle as an indicator of
hydrocephalus in early childhood. Bangladesh j of neurosc; 2011:83-86.

18

12. Roze E, Braeckel

JA, Veere C, Maathuis CG, Martjin A, Bos AF. Functional

outcome at school age of preterm infants with periventricular hemorrhagic infarction.


Pediatrics; 2009: 1493-1500.
13. Warf BJ, Alkire BC, Bhai S, Hughes C, Schiff SJ, Vincent J, et al. Cost and benefits of
neurosurgical intervention for infant hydrocephalus in susaharan Africa. J. Neurosurg
pediatrics. 2011;8:509-21.
14. Lippi G, franchini M. Vitamin K in neonates: Facts and myths. Blood transf.2011;9:49.
15. Raspati H, reniarti L, Susanah S. Gangguan pembuluh darah didapat defisiensi
vitamin K. Dalam Permono B, sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M,
penyunting. Buku ajar hematologi onkologi anak. Edisi 3. Jakarta: BP FKUI,2010;
182-8.
16. Beslow LA, Licht DJ, Smith SE, Storm P, Heuer GG, Zimmerman RA,et al. Predictors
of outcome in childhood intracerebral hemorrhage: a prospective consecutive cohort
study. Stroke .2010;41:313-18.
17. Tanuwidjaya S. Dalam Narendra MB, Sularyo TS, Suyitno H, Ranuh ID Wiradisurya
S, penyunting. Buku ajar I Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi 1. Jakarta,
Sagung seto. 2002;1-12.
18. Elfafy MS, Elagouza IA,Elmessieh SK, Gadallah M. Intracranial hemorrhage is linked
to late onset Vitamin K deficiency in infants aged 2-24 weeks. Acta pediatrica. Epub
2014 mar 18
19. Cekinez , cemil T,Cekinmez EK, Altinors E. Intracranial hemorrhage due to late
vitamin K deficiency bleeding. Childs nerv syst. 2008;24:821-5.
20. Jordan LC, Kleinman JT, Hillis AE. Intracerebral hemorrhage volume predicts poor
neurologic outcome in children. Stroke.2009;40:1666-71.
21. Lo WD, Hajek C, Pappa C, Wang W, Zumberge N. Outcomes in children with
hemorrhagic stroke. JAMA Neurol. 2013;70:1-8.
22. Fadlyana E, Larasaty S. Pernikahan usia dini dan permasalahannya. Sari
pediatri.2009;11:136-40.
23. Passat J. Dalam Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Buku ajar neurologi anak.
Jakarta,BP IDAI. 2000;137-49.
24. Baxter PS, Rigby AS, Rotsaert M, Wright I. Acquired microcephaly: causes, patterns,
motor and IQ effects and associated growth changes. Pediatrics. 2009;124:590-6.

19

25. Bouz P, Zouros A, Taha A, Sadanaud V. Neonatal intracerebral hemorrhage:


mechanisms, management and the outcomes. Trans stroke res.2010;3:6-9.

20

Foto pasien

21

Hasil CT Scan tanggal 7 April 2014

22

23

24

25

Anda mungkin juga menyukai