Anda di halaman 1dari 15

I LOVE YOU TOO!

(Empat kata yang kupendam, tak terungkapkan)

Berlarilah Ridho segera menuju ke gagang telepon yang digenggam Papanya. Siapa
lagi kalau bukan Yesti. Segera Papanya mengetahui maksud anak bungsunya itu, beliau pun
segera memberikan telepon itu pada Ridho yang setengah telanjang karena baru saja selesai
mandi itu. Halo.. Suaranya yang cempreng disertai membuat Yesti tertawa geli. Jadi gak
lu? tanya Yesti dengan nada sedikit menyindir disertai dengan suara melengkingnya yang
khas itu. Iyya,non. Ribet amat sih, nih gue masih ganti baju, 15 menit lagi gue datang, deh.
Mendengar hal itu Yesti pun semakin diselimuti pikiran-pikiran mesum, membayangkan
badan Ridho yang six-pack itu. Tanpa basa-basi mereka mengakhiri perbincangan singkat itu.
Ridho dan Yesti memang berteman sejak mereka duduk di bangku SMP. Setahun
sekelas dan selalu ada di Eskul yang sama membuat mereka dekat. Tak jarang banyak orang
salah menafsirkan kedekatan mereka sebagai sepasang kekasih. Setelah lulus SMP, mereka
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas yang sama. Hal ini semakin menambah kedekatan
mereka. Meskipun sering terlihat ceria, kompak atau bahkan mesra, mereka sering terlibat
pertengkaran sengit. Entah itu karena sifat Ridho yang moody, egois, caper, show-off itu
lah,atau karena sifat ikut campur Yesti,lah. Mereka bahkan pernah saling tidak bertegur sapa
gara-gara masing-masing sibuk dengan kesibukannya dan tidak pernah ada waktu untuk
berkumpul bersama lagi dengan geng Trinity. Namun, dalam hal ini Yesti lebih mengerti
Ridho. Ia sering kali mengalah dan meminta maaf meski ia tidak bersalah, karena
menurutnya, berdiam bahkan saling membenci tidak akan menyelesaikannya. Dalam hal ini,
diakui Ridho, Yesti adalah satu dari tiga orang yang benar-benar mengertikannya setelah Papa
dan kakaknya.
Setelah turun, Ridho segera menuju ke dapur untuk mengambil bingkisan berbentuk
persegi yang sangat besar yang diselimuti dengan pita warna pink dengan selembar foto gadis
cantik di luarnya. Ya, hari ini ia akan merayakan hari ulang tahun Tini, salah satu temannya
yang juga anggota geng trinity.
Biiim...Biiiim.. terdengar suara klakson mobil Yesti menggema, semakin membuat
Ridho keteteran. Iye..! Bentar! sambil menenteng kado ulang tahun ia berjalan tergopohgopoh. Dengan gaya khasnya, kaos distro dilapisi kemeja biru yang tak berkancing dan

celana jeans gombrong serta sepatu sport yang berkombinasi dengan sempurna, ditambah
dengan potongan rambut emo-nya, Ridho tampak sangat keren malam itu.
Lama amat sih lu, dandan doang! cetus Yesti menyambut Ridho. Ya sabar dong,
yang punya mobil aja nyantai gitu. Ya gak, ndi? lirikan matanya segera menuju Andi, salah
satu anggota geng trinity, yang saat itu tampak sedang melamun, sepertinya Ridho tau apa
yang sedang dilamunkannya, Yesti pasti. Sudah lama sekali ia mengetahui sahabatnya itu
menyukai Yesti, namun entah mengapa Andi tak pernah mengungkapkannya. Ndi! teguran
Ridho kali ini berhasil membangunkan Andi dari lamunannya itu. Eh, apa? Sori sori
dengan gegabah segera ia membenarkan posisi duduknya dan memberikan tempat kosong di
sampingnya.
Sementara Ridho dan Andi duduk berdampingan di depan, Yesti sibuk meriasi
wajahnya yang tampak pucat, maklum saja, sehabis pulang karate ia langsung meluncur ke
rumah Andi tanpa ada persiapan apapun, bahkan makanpun tidak. Tapi Yesti tampak Casual
dengan gayanya yang mengurai rambut panjang indahnya itu, mengenakan celana pensil dan
atasan persis seperti gaya Ridho, tak lupa dengan kamera DSLR Canon kesayangannya yang
selalu ia kalungkan di lehernya itu.
****
Justin Beiber nampaknya akan menyelimuti atmosfer gedung yang sengaja disewa
untuk merayakan ulang tahunnya itu. Tini sengaja menyewa gedung megah itu karena gedung
ini akan ia jadikan saksi bisu atas apa yang akan ia lakukan nanti, tepat di tahun ke-17 nya
ini.
Matanya tampak mondar-mandir menelusuri gerak-gerik tamu yang memasuki
gedung itu. Sejak tadi tak dilihatnya sesosok cowok yang ia tunggu. Hai, Yes!, di sini!
sambil melambaikan tangannya. Eh, dho, an, di sana tanpa disadari tangan Yesti meraih
tangan Andi dan menggandengnya. Andi sangat merasa kacau saat itu. Mampus kata itulah
yang sekarang ada di benaknya. Di sisi lain Ridho merasa terabaikan dengan mereka berdua,
entah mengapa juga tiba-tiba jantungnya berdegup cukup kencang seolah ia tidak terima
posisinya sebagai orang terdekat Yesti seketika digantikan oleh Andi. Cemburu.. Ya kata yang
tepat untuk menggambarkan raut muka cowok itu.
Ciiieee.. udah jadi,nih kalian? sindir Tini dengan menaik-naikkan alisnya.

Eh, sori Seperti saus tomat yang merah, begitulah gambaran yang tepat untuk
menggambarkan muka Yesti dan Andi saat itu.
Oh..eum.. ya..
Walaupun sedang bercanda dengan Yesti dan Andi, sepasang bola matanya tak lepas
memandangi sosok keren seorang Ridho. Yesti yang menyadari hal itu, hanya tersenyum
simpul seolah ia sudah mengetahui apa yang ada di dalam benak gadis feminin yang
mengenakan gaun pesta selutut dengan rambut tergerai panjang itu. Hai, dho, gila, lu keren
banget hari ini. Merasa namanya dipanggil, ia pun segera menanggapi hah? Perasaan gue
dari dulu keren, deh. Sejenak mereka tertawa bersama seakan melupakan beban mereka
sebagai siswa-siswi kelas 12 yang akan menghadapi UNAS. Ridho segera memberikan kado
yang ia tenteng itu kepada Tini. Tatapan mereka pun bertemu, namun Ridho segera
mengalihkannya.
Yesti tampak memandangi gerak-gerik Tini dan Ridho, di dalam lubuk hatinya, ia tak
pernah merasakan rasa ini sebelumnya. Sepertinya sakit, tapi senyuman simpul itu tetap
menyelimuti raut mukanya seolah ingin menutupi kekacauan yang ada di benaknya. Yes,
kita ke sana aja,yuk. Gue pengen ngomong sesuatu ke lo. Pandangan penuh kasih sayang
Andi tampak tertuju hanya kepada Yesti, yang dilihatnya saat ini hanya Yesti, seolah semua
kerumunan yang ada di gedung itu dianggapnya patung. Ha? Iya deh Andi menggandeng
tangan Yesti, sekarang. Mereka berdua pun melangkah.
Hanya bereselang tiga langkah, Yesti menolehkan pandangannya ke arah Ridho dan
Tini. Entah kebetulan atau disengaja, saat itu juga Ridho juga sedang memperhatikan Yesti
dan Andi dengan raut penasaran. Pandangan mereka pun bertemu. Bukannya malah
memalingkan pandangan, Ridho justru hanyut dalam rasa yang tak tentu dan tetap
memandangi Yesti. Namun Yesti segera memalingkan mukanya dan berjalan menjauh.
****
Cause theres something in the way you look at me..
Alunan lagu romantis Christian Bautista membawa tangan Tini meraih pinggang
Ridho. Mereka pun bersentuhan tangan dan berdansa. Tenyata kamu bisa dansa juga,ya
Sindir Yesti masih dengan pandangan mata yang penuh kasih. Lu ngremehin gue? Walaupun

gue anak modern dance, bukan berarti gue gak bisa dance lembek kayak gini dong Ujarnya
sambil menaikkan salah satu alisnya. Makasih ya, Dho.
Mereka pun sejenak larut dalam atmosfer romantisme itu. Namun sepasang mata
ridho tampaknya sedang diprogram untuk mencari dimana Yesti dan Andi berada.
Eh, perut gue mules nih, gue ke belakang dulu,ya? begitulah akhirnya jika Ridho
benar-benar penasaran, apapun akan ia lakukan, meski harus berbohong. Hemh, dasar
kebiasaan ya. Yaudah sana cepet.
****
Yes, mau minum? Tawar Andi kepadanya. Oh, ya tangannya menjulur
menyambut gelas yang diberikan Andi.
Ehm. Yes..
Yaa?
I LOVE YOU..
Jantung Yesti seketika terasa berhenti berdetak. Rasanya ia juga tak mampu
menggenggam gelas minuman anggur yang dibawanya. Pikirannya kosong. Gak lucu, ulang
tahun gue masih lama,An. Gak usah ngerjain,deh. Ujar Yesti coba menenangkan diri.
Gue serius. Demi Allah,deh. Tatapan mereka pun bertemu.
Tanpa disadari Ridho mendengar percakapan mereka berdua. Walaupun samar-samar,
ia bisa mendengar dengan jelas 3 kata yang Andi ucapkan. Ridho tampak sangat gelisah,
bahkan ia menahan nafasnya lama. Seakan ia sedang menunggu hasil skor kompetisi dance
yang sering ia ikuti. Ia tak mengerti rasa apa yang saat ini berkecamuk di dalam benakknya.
Cemburu? itulah yang berkeliaran di pikirannya saat ini.
Gue gak bisa.. pandangan Yesti pun terarah kemana-mana, sampai akhirnya ia
melihan sesosok wajah yang ia kenal betul, Ridho. Tanpa Ridho sadari, Yesti sedang sibuk
memperhatikannya. Yesti pun segera menambahkan kalimatnya tersebut. Gue gak bisa
jawab sekarang.
Oh. Ya udah, gue ngerti.

Yesti pun melangkah meninggalkan Andi, Andi hanya bisa diam seolah masih belum
percaya ia telah mengatakan sesuatu yang sangat aneh terasa di lidahnya. Sementara Ridho
yang menyadari hal itu ia pun segera bersembunyi dibalik gorden.
****
Tes..tes..
Sampailah mereka di acara utama. Tini segera menuju ke panggung untuk
mengumumkan sesuatu. Dari sudut belakang terlihat Ridho yang bersandar di tembok dengan
membawa gelas kosong bekas minumannya tadi. Kini, dipikirannya hanya ada tiga kata yang
akhirnya terucap dari bibir Andi pada Yesti.
Bla bla bla. Setelah mengutarakan segala perasaan dan rasa terima kasihnya kepada
tamu undangan yang datang, Tiba-tiba Tini menyorotkan pandangannya pada Ridho.
Malam hari ini, adalah hari yang sangat spesial buat saya. Yang pertama, sekarang
saya berumur 17 tahun, usia para gadis remaja yang menginjak dewasa. Yang kedua, puji
tuhan, saya berhasil menjalani operasi kedua saya dengan lancar. Yang terakhir..
Ridho.. mengarahkan telunjuknya ke arah Ridho
Yesti dan Andi yang berada di barisan paling depan pun segera mengarahkan
pandangannya ke sahabat mereka itu. Ridho? begitulah yang ada dibenak Yesti.
Tini turun dari panggung dengan anggunnya. Ia melangkah ke arah Ridho dengan
senyuman hangat. Seolah mengerti tujuannya, para tamu undangan yang tadinya melebur jadi
satu, kini memberinya jalan.
Ridho adalah satu-satunya alasan saya untuk mau menjalani operasi, disaat
kemungkinan hidupnku mungkin tak lebih daro 30%.
Maksud lu apaan sih? Malu tau!
Aku gak tau gimana caranya ngerangkai kata-kata. Tapi yang jelas Aku sayang
kamu,dho. Dan ini dari dulu kupendam.
Bagai badai petir menyambar hatinya yang sedang gundah. Kini ia tak tahu apa yang
harus ia lakukan. Sedetik ia melirik ke arah Yesti, penuh dengan harapan. Ayolah, ke sini.

Benaknya. Yesti tampaknya sedang kerasukan setan dan kalap. Ia pun menggenggam erat
tangan Andi dan berkata lirih I do.
Rasa semakin berkecamuk melanda Ridho. Tangannya mengepal keras. Segera ia
menarik tangan Tini dan membawa gadis itu ke ruang rias tadi.
****
Yes? Tanya Andi meyakinkan apa yang barusan didengarnya
For sure. Pulang,yuk, uda gerah nih.
****
dho..
Didekapnya Tini dengan erat hingga jarak mereka kini kurang dari 10 cm. Entah apa
yang ada di benak Ridho, pikiran tentang Andi dan Yesti yang membuatnya semakin kalap.
Bibir mereka pun bertemu. Lama mereka merasakan sensasi itu. Yesti membalas kecupan itu
lebih dalam. Demikian juga Ridho. Hanyut dalam kekalapan, ia melakukannya tanpa sadar.
Yang ia tahu saat ini, tak ada Yesti disampingnya, dan ia tak tahu apa yang akan terjadi
setelah kejadian ini.
****
Semenjak hari itu, geng Trinity tampak aneh. Terkesan ada dua kubu. Yang satu Yesti
dan Andi, yang satu lagi Ridho dan Tini. Bahkan rutinitas yang dulunya sering mereka
lakukan bersama-sama sepertinya sudah lapuk. Mereka sibuk dengan kemauan mereka
sendiri.
Teng..Teng..Teng.. bel masuk berbunyi, namun, seperti biasa, siswa-siswi tidak
mempedulikannya, mereka malah berkeliaran di depan kelas. Hingga akhirnya datanglah Pak
Jarot. Semua anak berubah seperti bebek yang takut akan disembelih.
Pak Jarot memasuki ruang Aula. Selanjutnya, tak lama kemudian terdengar
pengumuman untuk siswa-siswi SMAN Nusantara kelas 12 untuk segera berkumpul di Aula.
Sayang, kamu duluan aja,ya. Aku masih ada rapat OSIS, penting. Gak apa-apa kan?

Uhum. Ntar aku kabarin deh infonya. Bibir Yesti terasa masih sangat kaku untuk
mengatakan kata sayang pada Andi yang kini menjadi kekasihnya.
Sejenak andi mendekap Yesti dan mengusap-usap rambut indahnya itu. Senyuman
simpul ditunjukkannya. Ia mengerti, Yesti tak sepenuhnya mencintainya, Ia juga tahu
alasannya, Ridho. Namun, dia tetap berharap suatu saat nanti Yesti bisa menyadari betapa ia
menyayanginya.
****
Ok. Ok. Mohon perhatiannya sebentar anak-anak.
Suara bising itu pun berubah menjadi sunyi dengan bisikan-bisikan menyindir. Pak
Jarot sengaja mengumpulkan siswa-siswi kelas 12, karena akan diadakan Rekreasi ke Bogor.
Rencananya sekolah akan menyewa beberapa villa sebagai tempat menginap nantinya.
Tapi gak pake tugas,kan,pak? tanya Rinto, salah satu anggota geng Brantas yang
terkenal nakal itu
Tentu saja ada. Nanti kalian akan menginap di villa, tapi acara yang sesungguhnya
adalah di Hutan. Sejenis Out bond. Tangkas Pak Jarot cepat
Jadi, nanti kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Pak Dedi, silakan. Pak
Jarot mengambil langkah mundur.
Baiklah anak-anak, langsung saja, kelompok pertama Dhika Ayu Pangestika IPA 2,
Gita Anasta IPA 3,...
Tampak raut cemas dan kaget pada wajah siswa-siswi kelas 12. Ada yang gembira
karena berada di kelompok yang sama dengan pacarnya, ada juga yang kesal karena
sekelompok dengan musuhnya.
Yesti Augustina IPA 3, Dhiri Maltaha IPA 4, Rinto Panigi IPS 1,...
Rasa was-was tampaknya ada di raut muka Yesti, ia berharap nama itu tidak
disebukan masuk dalam kemompoknya.
Muhammad Fadil Ramadhani IPA 3.
Fyiiuuuuh..

****
Aura kesejukan menyeringai membelai rambut Yesti perlahan. Bogor, kota yang
begitu indah dan sejuk. Ia pun segera memainkan kamera Canonnya itu untuk memotret
keindahan-keindahan itu.
Segera Yesti dan teman-teman sekelompoknya menenteng kopernya ke kamar
masing-masing. Biar aku aja.. langsung Andi membawakan barang bawaan perempuannya
itu. Seluruh gadis yang melihat hal itu dibuatnya iri. Bagaimana tidak, siapa yang tidak tahu
Andi. Ketua OSIS, duta pariwisata, tampan, baik pula, dan kini ia menambatkan pilihannya
ke Yesti.
Sayang, Ridho..?
Eh..
Kamu ngelamun terus, ayo cepetan, aku uda pose dari tadi,nih, capek.
Bagaimana tidak konsen, dilihatnya sorang yang amat ia sayangi, sekarang ada
bersama cowok lain. Ia pun segera membidik, namun entah mengapa, ia tak sedikitpun
mengarahkan kameranya ke Tini, justru Zoom ke arah Yesti yang saat itu tampak menikmati
teh hangat buatan Andi. Udah, sayang? Eum, udah,kok, bagus.
Ini bukan kali pertama Ridho berbohong pada Tini. Berulang kali ia menjadikan Tini
alasan untuk memanas-manasi Yesti. Ia tak tahu sudah berapa banyak dosa yang ia koleksi.
Rasanya ia ingin memutuskan hubungannya dengan Tini, namun ia bingung. Tampaknya Tini
sudah begitu pasrah dengannya.
****
Matahari tampak begitu indah saat ini. Begitu oranye, sayangnya, mungkin lima menit
lagi ia akan hilang. Panitia terlihat sibuk mondar-mandir menyiapkan peralatan untuk api
unggun. Sementara anak-anak yang lainnya memainkan gitar dan bernyanyi bersama
membentuk lingkaran. Ketika menyadari sejak tadi Yesti tak tampak disekitarnya, Andi mulai
panik.
Eh, Yesti mana?
Kok tanya gue? Lu kan cowoknya. Jawab Rinto sinis.

Sejam yang lalu iya, tapi gue kan sibuk ngurusin acara jadi gue gak tau sekarang
dimana dia. Ada yang tau gak?
Setahu gue tadi dia ijin jalan-jalan bentar. Kalo gak salah ke arah sana! Aku Fadli
sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Hutan.
Apa!! Siapa yang biarin dia ke sana! Dia kan cewek!!
Kini semua mata tertuju pada kerumunan di sekitar mereka. Tentu saja Ridho juga
mengarahkan pandangannya ke sana. Ada apa? tanyanya pada Tini. Gak tau juga, aku
takut, katanya Yesti ilang, dan katanya juga dia sengaja pergi ke Hutan.
Mendadak suasana begitu tegang, semua panitia keamanan dikerahkan untuk mencari
Yesti sebelum hari mulai gelap. Seluruh siswa diperintahkan segera masuk ke villa tanpa
terkecuali agar tidak ada kejadian buruk yang terjadi.
Gue ikut! Teriak Ridho dari kejauhan
Eh, dho, lu gak usah sok pahlawan. Hutan itu bahaya banget, gak usah nambah
masalah dengan ceroboh ikut mereka,deh. Mereka profesional,kok.
Pukulan dari tangan Ridho pun mendarat di muka Andi. Mereka berkelahi dan tak ada
yang berani memisahkan.
Lu tu pacarnya Yesti! mana tanggung jawab lu! Sekarang lu mikir, kemungkinan gue
kena bahaya bakal lebih rendah daripada Yesti, karena gue cowok! BANGSAT LU! sekali
lagi kali ini pukulannya mendarat di perut Andi. Kali ini Andi hanya diam tertohok. Tepat
sekali cetusan Ridho tadi. Tanpa basa-basi ia pun segera menyusul.
****
Yeeess.. Yesti..!!
Untuk memudahkan pencarian mereka semua disebar. Hingga pukul 6 sore, Yesti
belum juga ditemukan. Akhirnya, mereka mengambil keputusan untuk kembali ke Villa, siapa
tahu Yesti sudah kembali. Ketika seluruh tim keamanan telah kembali, ternyata Yesti belum
kembali.
Mereka memutuskan untuk melanjutkan pencarian keesokan paginya. Mereka tidak
sadar bahwa Ridho masih ada di Hutan itu.

****
Ridho merasa sangat khawatir akan Yesti. Ia benar-benar tak akan berani hidup jika
malam ini juga Yesti tidak ditemukan. Ia bahkan tak tahu sekarang ia di mana. Yang ia tahu
sekarang bukan dimana ia berada, tapi Yesti, dimana dia kini?. Tiba-tiba ia mendengar suara
samar-samar. Seperti menyanyikan sebuah lagi, tapi lirih. Tapi dia dapat mengetahui pasti
suara itu, ia mendekat..
Yes! Yesti..! langkahnya terhenti seketika Yesti membalikkan badannya
Hah? Lu,dho? senyuman simpul itu muncul lagi, menutupi rasa yang berkecamuk
di dadanya. Yesti berusaha untuk membendung air mata yang tampaknya akan mengalir deras
itu.
Lu..Nangis. Kenapa eh? Jangan nangis,ah. Tangan Ridho nampaknya otomatis
merengkuh gadis yang terlihat sangat lemah dibalik fisiknya yang kuat itu.
Kenapa gini,dho? Kenapa Trinity jadi gini?
Tenyata lu ngerasa juga,toh. Gue kira cuma gue aja. Lu kali sibuk pacaran ama
Andi.
Mereka sejenak hanyut dalam suasana malam yang membuat hati dan pikiran mereka
mendadak dingin. Entah apa yang mereka perbincangkan setelah ini. Kini mereka hanya bisa
menangis dan menyesal.
Gue sayangnya ama lo, bukan Andi. Gue cemburu waktu lo ama cewek lain, gue
sakit. I love you..I love you,dho! Ia tak mampu lagu membendung air mata itu
Gu.. gue ..
Ridho tak tahu harus berkata apa pada gadis itu. Ia ingin sekali membalasnya dengan
mengucapkan I love you too. Tapi ia tahu ia akan semakin menambah penderitaan gadis itu
jika ia mengatakannya. Ia hanya bisa memeluk gadis itu erat. Dan sesekali mendaratkan
ciumannya ke kening dan pipi gadis itu. Dan ciuman mereka pun mendarat di bibir. Entah apa
yang kini ada di benak mereka, mereka berusaha melupakan behwa mereka telah melakukan
dosa, selingkuh.

Jika lulus nanti, ia akan segera meninggalkan Yesti, dan meninggalkan Indonesia
untuk melanjutkan studinya ke fakultas Kedokteran di Singapura. Ia sudah diterima di sana,
namun, ia masih belum bisa merangkaikan kata-kata untuk mengatakan salam selamat tinggal
pada Yesti, berat.
****
Matahari mulai menyengat, tanpa disadari Ridho tidur di pangkuan Yesti.
Hooooaaaahhh.. akhirnya Ridho bangun, segera ia berpindah dari pangkuan Yesti dan
membangunkan Gadis itu. Yees..
Gue tadi malam, lo, gue? Apa gue mimpi?
Senyuman simpul kini ditunjukkan oleh Ridho, ia mendekatkan wajahnya ke telinga
gadis itu Gak, bego! Bukan mimpi! Ya biasa aja gak usah teriak-teriak
Entah mengapa rasanya dua orang ini kembali ke atmosfer mereka dulu. Mereka
segera bergegas dan berjalan kembali ke villa.
****

Sayang..?
Suasana di Villa mendadak tegang, para tim keamanan yang baru saja ingin berangkat
melanjutkan pencarian tiba-tiba berhenti dan tertegun melihat kini gadis yang tidak mereka
temukan tadi malam, ada di gendongan Ridho, seorang anak ingusan yang mereka sebut tak
lebih dari anak sok pahlawan.
Ridho Wajah Tini mendadak tegang dan.. sedikit cemburu melihat kekasihnya rela
mengorbankan waktu dan nyawanya untuk mencari Yesti, yang notabenya hanya sekedar
sahabatnya.
Dengan tegapnya, Ridho menggendong Yesti. Dilangkahkannya kakinya menuju ke
Villa. Orang-orang di sekitarnya hanya bisa melihatnya kagum. Beberapa cewek di samping
Tini mulai asik berbisik, hal ini membuat Tini tak bisa menahan rasa cemburunya itu, ia
menghampiri Ridho. Dho, bisa gak kamu kasihin Yesti ke Andi, mungkin dia lebih baik ada
sama dia.

Tak sedikitpun Ridho menghiraukan Tini, ia meninggalkan gadis itu begitu saja. Kini
ia menghadapi Andi yang hanya diam tertegun melihatnya berhasil membawa pulang Yesti.
Pengecut suara itu samar ia tujukan kepada Andi yang kini ada di belakangnya.
Kalo kamu gak turunin dia! Kita putus!
Semua mata kini beralih ke Tini yang barusan berteriak. Tampaknya ia benar-benar
tidak mau kehilangan Ridho. Egois, apa itu yang di sebut teman! Dengan lantangnya Ridho
mengatakan hal itu. Selantang langkah kakinya ke depan. Yesti hanya bisa menangis di
pelukannya, ia meremas erat kerah baju Ridho. Sesekali ia melihat raut wajah lelaki itu,
matanya yang terlihat tegar, kini berkaca-kaca dan akhirnya air mata itu mengalir dari mata
Ridho, membasahi tangan Yesti.
****
Sepulang dari Rekreasi itu, mereka menjadi begitu jauh. Kini Yesti selalu dilindungi
oleh Ridho kemanapun ia pergi. Sedangkan Tini dan Andi menjadi dekat karena mereka
sama-sama merasakan hal yang pahit. Tiap hari Tini selalu menangis, Andi hanya bisa
menenangkan gadis itu.
Dua bulan mereka jalani dengan hanya berdiam-diaman seolah mereka tidak pernah
kenal sebelumnya. Teman-teman sekolah mereka menjadi saksi hidup bagaimana Trinity kini
bubar.
Hingga saat pengumuman UNAS diumumkan, tak sekalipun satu di antara mereka
yang bertegur sapa.
****
Corat-coret ada di mana-mana. Tangisan, tawa, kini melebur jadi satu di hari
Kelulusan mereka ini. Saling maaf-memaafkan dan berjanji tidak akan lupa pada sahabat
lama adalah rutinitas yang dilakukan tiap perpisahan.
Kamu jadi lanjut ke mana?
Aku masih belum tahu, belum kepikiran ke situ. Jawab Ridho membohongi Yesti

Hari ini, mungkin hari terakhir mereka. Besok Ridho harus segera berangkat ke
Singapura. Ia sudah memutuskan untuk tidak memberitahukan siapa pun tentang
kepergiannya.
Hari ini, sepulang sekolah, Ridho hanya ingin menghabiskan waktunya dengan Yesti.
Ia mengajaknya ke Mall, Taman, dan yang terakhir Dinner. Yesti benar-benar heran
dibuatnya.
****
When youre gone..
Kini lagu itulah yang setia berada di playlist utama Yesti. Semenjak kepergian Ridho,
ia bagaikan jari yang kehilangan kukunya. Bukan lagi kehilangan yang ia rasakan, tapi juga
sakit, sakit yang amat mendalam.
Hari-harinya di kampus hanya diisinya dengan seumbruk kegiatan yang menyiksa
fisiknya, namun hal ini cukup membantunya agar tidak terus teringat Ridho. Ia tahu Ridho
sekarang berada di Singapura, ia mengetahuinya dari Andi.
Kini Andi dan Tini telah menikah, tepatnya karena Tini hamil diluar nikah, bukan
dengan Andi tapi dengan Rinto. Tini benar-benar tak tahu, ia dijebak, dengan mudahnya ia
terperangkap ke lubang buatan Rinto. Kini Tini merasa, Andi adalah lelaki paling sempurna
yang pernah ia miliki. Andi bersedia menjadi Bapak dari bayi Rinto dengannya itu.
****
Lima tahun telah berlalu. Kini semuanya berubah, Yesti yang dulunya tampil
kecowok-cowokan berubah menjadi seorang gadis yang anggun. Kini ia memiliki studio
fotonya sendiri. Ini semua ia dapatkan berdasarkan hasil kerja payahnya yang hingga
menlembur kerja part-time. Kini ia bekerja di sebuah Televisi swasta di Indonesia sebagai
official photographer.
Suatu hari ia dipanggil oleh atasannya. Ia sangat kaget karena, baru kali ini ia bisa
masuk ruangan Eksklusif atasannya tersebut. Ia dibuat heran oleh atasannya tersebut.
Terima kasih sebelumnya, Bapak. Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi
kantor kami untuk mendapatkan tamu seperti Bapak dan bekerja sama. Ujar atasan Yesti
kepada tamu penting di depannya itu. Kalau boleh tahu, mengapa anda meminta saya untuk

memanggil Yesti? Yaah.. maklum saja dia baru bekerja setahun di sini, yaa memang kerjanya
tidak diragukan lagi.
Belum menjawab pertanyaan itu, sudah terketuklah pintu ruangannya. Yesti tampak
sangat tegang dan takut, tapi ia juga terkagum akan ruangan bosnya ini. Dilihatnya sesosok
pria mengenakan jas hitam dengan potongan rambut yang.. menurutnya cukup nyentrik itu.
Maaf,pak, bapak memanggil saya?
Yaa.. kenalkan..?
Hai..
Kedua pandangan mereka bertemu. Tampaknya kali ini benar-benar Yesti mengenali
sosok orang tampan di depannya. Tidak ada yang berubah, hanya cara berpakaian dan kumis
yang dibiarkannya tumbuh, meski tipis. Ridhoo...
****
Semilir angin membawa jiwa mereka kembali ke masa SMA mereka. Tepat di gedung
ini, Cinta itu bersemi. Walau harus penuh dengan pembohongan diri. Mereka berjalan-jalan
mengitaru ruang demi ruang, bernostalgia, seakan mereka melihat bayangan sosok mereka
ketika itu. Hingga akhirnya perjalanan mereka terhenti di sebuah tempat yang biasa mereka
jadikan tempat nongkrong dengan geng Trinity. Di bawah pohon beringin tua ini..
Yesti menceritakan tentang Andi dan Tini saat ini. Kali ini tak ada tangisan di antara
mereka, mungkin karena air mata mereka telah habis, atau karena mereka sudah dewasa,
hanya waktu yang bisa menjawabnya. Ridho menceritakan semua kehidupannya di sana, ia
juga menceritakan mengapa ia tidak memberitahu geng Trinity tentang kepergiannya yang
begitu tiba-tiba.
Sejenak mereka terdiam..
Yes, I remember I have something to say to you.
I know. I LOVE YOU? dengan nada menyindir dan sangat percaya diri ia
mengatakannya pada Ridho
Nope..
Yes.. I love You, TOO.

Apa bedanya?
Kan dulu kamu yang nembak aku duluan, aku belum sempet jawab,kan?
Iiiihhhhh... pede ya!! Dasar!! Gak berubah!! I hate you! Tangan Yesti tak tahan
untuk menggelitiki Pria yang ada di sampingnya itu
Terserah, I LOVE YOU TOO!! I LOVE YOU TOO..
I LOVE YOU, RIDHO!!
Dengan suara lantang dan segenap penat yang selama ini ia pendam Yesti
meneriakkan tiga kata itu. Yang kali ini dibalas oleh Ridho.
I LOVE YOU TOO, YES! I love you too!
Mereka saling berpelukan, lepas, semua penat mereka lepas. Rasa saling menyimpan
kasih dan cinta, rasa sakit yang perlahan menggerogoti hati mereka dahulu. Kini yang ada
hanya mereka berdua dan 4 kata yang terus terucap dari mulut Ridho, I LOVE YOU TOO..

Cepen ini ditulis oleh Yana Fitri M.W


X-3/25

Anda mungkin juga menyukai