Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS STASE BEDAH

Nama

: Oldriana Prawiro Hapsari


NIM

: 20090310059

RSUD : Panembahan Senopati Bantul


1.

PENGALAMAN
Sekitar pukul 10.00, pasien sedang menyiapkan dagangan di kiosnya. Tiba-tiba angin
kencang meyebabkan panci yang berisi kuah soto tumpah ke pasien yang sedang duduk di
dekat panci. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di
kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)
Pasien kemudian dibawa ke IGD RSPS dan diberi perawatan luka dan mdikasi luka (diberi
Burnazine & kassa kering) dan obat suntik (Ketorolac, Ranitidin) serta obat oral
(Paracetamol). Pasien kemudian diberi surat keterangan untuk kontrol ke poli bedah dengan
mendapat obat oral berupa Amoicillin, Asam Mefenamat, Ranitidin

2.

MASALAH YANG DIKAJI


Bagaimana menghitung luas luka bakar dan derajat kedalaman luka bakar? Penatalaksanaan
kebutuhan cairan?

3.

ANALISIS KRITIS
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan pasien

sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan
mempengaruhi berat luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46 oC. Luasnya
kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan
koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler
juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan
pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,
tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga
menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat,
dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen

terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar,
yaitu:
Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung

pada pasien dengan derajat luka II atau III.


Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
Pada dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang
dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai
dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada
orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 1015-20 untuk anak.

Metode Lund dan Browder


Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada
anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila
tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan
o

lengan persentasenya sama dengan dewasa.


Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan
turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body
surface area affected by burns in children.

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju
yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang
terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar
juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman
luka bakar.
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I,
II, III, atau IV:

Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk
dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan
dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul

dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah
sunburn.

Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel
vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut misalnya sel
epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya
jaringan yang masih sehat tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran
luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah
karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar
derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan
aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau
luka bakar derajat III.

Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang
lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi dasar
regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus
dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena
pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.

Luka bakar derajat 4 disebut charring injury. Pada luka bakar ini kulit tampak hitam
seperti arang karena terbakarnya jaringan. Terjadi kerusakan seluruh kulit dan jaringan
subkutan begitu juga pada tulang akan gosong
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua

4.

DOKUMENTASI
I.

Identitas

Nama

: Ny. T

Usia

: 45 tahun

Alamat

: Trirenggo, Bantul

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Usaha warung

ANAMNESIS
Keluhan utama
Kulit punggung dan kaki kiri melepuh karena tersiram kuah soto panas pada tanggal 1 Januari
2014 sekitar pukul 10.00
Riwayat penyakit sekarang
Sekitar pukul 10.00, pasien sedang menyiapkan dagangan di kiosnya. Tiba-tiba angin kencang
meyebabkan panci yang berisi kuah soto tumpah ke pasien yang sedang duduk di dekat panci.
Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan
(-), pusing (-), mual (-), muntah (-)
Pasien kemudian dibawa ke IGD RSPS dan diberi perawatan luka dan mdikasi luka (diberi
Burnazine & kassa kering) dan obat suntik (Ketorolac, Ranitidin) serta obat oral (Paracetamol).
Pasien kemudian diberi surat keterangan untuk kontrol ke poli bedah dengan mendapat obat oral
berupa Amoicillin, Asam Mefenamat, Ranitidin
Riwayat penyakit dahulu

Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.


Riwayat penyakit keluarga
Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran compos mentis
Primary survey
A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 72x/menit,
suhu afebris
D : GCS 15, E4M6V5
Secondary survey
Kepala&wajah

: deformitas (-), edema (-)

Mata

: konjungtiva tidak

pucat, sklera tidak ikterik

Leher

: pembesaran KGB (-)

THT

: sekret (-)

Dada

: simetris dalam diam dan pergerakan

Jantung

: BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru

: vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa,BU (+) normal, H/L ttb

Punggung

:bula (+) , tampak luka basah kemerahan

Ekstremitas

: bula (+) pada kulit kaki kanan bagian belakang

Status lokalis
Kepala dan leher

: 0%

Trunkus anterior

:0 %

Trunkus posterior

: 9%

Ext. atas kanan

:0%

Ext. atas kiri

:0 %

Ext. bawah kanan

: 0%

Ext. bawah kiri

: gr I

Genitalia

:0%+

Total

:9%

DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar grade II 9% ec. air panas
TATALAKSANA

Pro rawat jalan poli bedah ( bukan indikasi rawat inap)

Medikasi luka (Burnazepine)

Inj Ranitidine IA

Inj Ketorolac IA

PCT

Amoxicillin

As Mefenamat

Ranitidine oral

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,


editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 735.

2.

Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

3.

Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar
TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartzs principal surgery. 8 th ed. USA:
The McGraw-Hill Companies; 2007.

Anda mungkin juga menyukai