Anda di halaman 1dari 89

SISTEM PENGATUR BUKA/TUTUP ATAP DAN PEMANAS

RUANGAN MENGGUNAKAN SENSOR CAHAYA LDR DAN


SENSOR SUHU LM 35

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya
NERONZIE JULARDI
062408060

PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

PERSETUJUAN

JuduI

SISTEM PENGATUR BUKA/TUTUP ATAP DAN


PEMANAS

RUANGAN

MENGGUNAKAN

SENSOR CAHAYA LDR DAN SENSOR SUHU


LM 35

Kategori
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Departemen
Fakultas

: TUGAS AKHIR
: NERONZIE JULARDI
: 062408060
: D3 FISIKA INSTRUMENTASI
: FISIKA
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA)UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA (USU)

Diluluskan di
Medan, Juni 2009

Ketua Program Studi


D3 Fisika Instrumentasi

Pembimbing

Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc


NIP. 132050870

Dr. M Situmorang
NIP. 130810771

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

ii

PERNYATAAN
SISTEM PENGATUR BUKA/TUTUP ATAP DAN
PEMANAS RUANGAN MENGGUNAKAN SENSOR CAHAYA LDR
DAN SENSOR SUHU LM 35

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

NERONZIE JULARDI
062408060

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwataala,sang penguasa


langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya.Yang senantiasa melimpahkan
karunianya dan selalu memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sesuai waktu yang telah ditetapkan.Sholawat
dan
salam
semoga
senantiasa
tercurahkan
kepada
Rasululullah
Sallallhualaihiwasalam sang pembawa petunjuk dan selalu menjadi inspirasi dan
teladan bagi penulis.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih
kepada Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU,ketua departemen Fisika Bapak
DR.Marhaposan Sitomorang,Ketua Jurusan Departemen DIII Fisika Instrumentasi
Bapak Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc.Sekretaris Jurusan Departemen Fisika
Ibu
Dra.Yustinon,M.Si.Dan khusus kepada Bapak DR.Marhaposan Sitomorang selaku
Dosen Pembimbing penulis dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini yang
telah banyak membantu dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.Serta kepada seluruh dan Dosen pengajar di Deprtemen
Fisika FMIPA USU yang telah banyak membantu penulis selama menempuh
pendidikan di bangku perkuliahan.
Tak lupa penulis memberikan penghargaan dan penghormatan kepada kedua
orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada
penulis sehingga penulis termovitasi untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.Juga
kepada teman-teman atas segala bantuan dan segala bantuan dan kerja sama semoga
Allah membalasnya dengan pahala terbaik,Alex P Pasaribu teman seperjuangan dalam
pelaksanaan proyek,kepada seluruh teman-teman di jurusan Fisika Instrumentasi yang
selalu memotivasi penulis agar segera mungkin menyelesaikan penulisan dan
penyusunan tugas akhir ini serta kepada seluruh teman-teman seperjuangan lainnya
yang tidak mungkin penulis sebutkan disini.Semoga Allah Subhanahuwataala
melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada kalian semua.
Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
terdapat kekurangan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan Laporan Akhir ini dimasa
yang akan datang.Semoga Laporan Tugas ini dapat bermanfaat kepada para pembaca
dan memberikan suatu inspirasi bagi pnerapan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

iv

ABSTRAK

Kajian ini merupakan pembahasan mengenai sistem pengaturan atap dan suhu ruangan
pada rumah.Untuk melakukan pengaturan suhu digunakan sensor LM 35 dan untuk
atap digunakan sensor LDR.Hasil pengkuran data oleh LM35 selanjutnya akan diolah
oleh ADC 0804 menjadi data digital yang selanjutnya akan diproses oleh
mikrokontroler AT89S51.
Sensor yang dipasang sebagai umpan balik (feedback) dalam system akan
mengindra nilai suhu ruangan secara terus - menerus (real time). Hasil tersebut
sebelum dikirimkan kepada mikrokontroler untuk diolah telah dikonversikan dahulu
oleh ADC. Sensor ini mempunyai banyak sekali kegunaannya seperti untuk industri
pengecatan, perumahan modern, incubator, bidang pertanian, dan lainnya.
Dalam hal ini Instrumen Pengatur Buka/Tutup Atap dan Pemanas Ruangan
dirangkai dengan Mikrookontroler AT89S51 sebuah Sensor suhu LM 35 dan sebuah
sensor vahaya LDR , dilengkapi dengan display Seven Segment. Mikrokontroler
AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi mengolah data yang masuk dari
sensor, kemudian menampilkannya pada display Display Seven Segment..

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan

Pernyataan

ii

Penghargaan

iii

Abstrak

iv

Daftar isi

Daftar Tabel

vii

Daftar Gambar

viii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Maksud danTujuan Penulisan

1.4 Batasan Masalah

1.5 Sistematika Penulisan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Sensor Suhu IC LM 35

2.2 LDR Sebagai Sensor

2.3 Analog To Digital (ADC) 0804

10

2.3.1 Karakter ADC 0804

11

2.3.2 Prinsip Kerja ADC 0804

12

2.3.3 Fungsi Pin-Pin ADC 0804

14

2.4 Seven Segment

15

2.5 Motor Langkah ( Stepper )

17

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

vi

2.6 Komponen Komponen Pendukung

18

2.6.1. Resistor

18

2.6.2 Kapasitor

19

2.6.3 Transistor

21

2.7 Sistem Minimum Mikrokontroller AT89S51

25

2.7.1 Kontruksi AT89S51

26

2.7.2 Pin Pin pada Mikrokontroller AT89S51

29

BAB 3 PERANCANGAN ALAT

32

3.1 Diagram Blok Rangkaian

32

3.2 Perancangan Power Supply (PSA)

34

3.3 Perancangan Rangkaian Sensor Cahaya

35

3.4 Perancangan Rangkaian Keypad

36

3.5 Perancangan Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC

37

3.6 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

38

3.7 Perancangan Rangkaian Relay

40

3.8 Perancangan Rangkaian Driver Motor Stepper

42

3.9 Perancangan Rangkaian Display Seven Segment

44

3.10 Gambar Rangkaian Secara Lengkap

45

BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

46

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

46

4.2 Pengujian Rangkaian Keypad

46

4.3 Pengujian Rangkaian ADC

49

4.4 Pengujian Sensor Intensitas Cahaya

50

4.5 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

51

4.6 Pengujian Rangkaian Relay

52

4.7 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment

53

4.8 Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper

53

4.9 Pengujian Alat Secara Keseluruhan

57

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

vii

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

60

5.1 Kesimpulan

60

5.2 Saran

60

DAFTAR PUSTAKA

61

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroller AT89S51
Tabel 4.1 Pengolahan Data Suhu Yang Terukur Oleh Rangkaian ADC Serta
Tampilan Hasil Pengolahan Data Pada Display Seven Segment
Tabel 4.2 Konversi Angka ke Bilangan Hexadesimal

30
50
54

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
Gambar 4.1
Gambar 4.2

LM 35 Basic Temperatur Sensor


Rangkaian Pengukur Suhu
Bentuk Fisik LM 35
Rangkaian LDR
Diagram Bolk ADC 0804
Konfigurasi Pin-Pin Pada ADC 0804
Tampilan Seven Segment
Konfigurasi Seven Segment Type Common Anoda
Konfigurasi Seven Segment Type Common Katoda
Diagram Motor Langkah ( Stepper )
Resistor Karbon
Skema Kapasitor
Electrolytic Capacitor (ELCO)
Ceramic Capacitor
Simbol Tipe Transistor
Transistor sebagai Sklar ON
Transistor sebagai Sklar OFF
IC Mikrokontroller AT89S51
Diagram Blok Rangkaian
Rangkaian Power Supplay (PSA)
Rangkaian Keypad
Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC
Rangkaian Mikrokontroller AT89S51
Rangkaian Relay Pengendali blower 220 VAC
Rangkaian Driver Motor Stepper
Rangkaian Display Seven Segment
Gambar Rangkaian Secara Keseluruhan
Penekanan Tombol Keypad
Blok Diagram Pengujian Karakter LDR

6
6
6
9
12
14
15
16
17
18
19
20
20
21
22
23
24
29
32
34
36
37
39
40
42
44
45
47
51

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat pesat.
Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu manusia
terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah manusia untuk
dapat menyelesaikan beberapa perkembangan dalam waktu bersamaan dan relatif
cepat.
Perkembangan teknologi di negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang,
Jerman dan beberapa negara lain membuat kita terpacu untuk membuat /
menghasilkan hal sejenis, setidaknya dapat sedikit mengikuti perkembangan.
Dewasa ini manusia semakin menggemari perumahan-perumahan modern.
Setiap orang pasti menginginkan fasilitas yang sangat memadai. Misalnya rumah
rumah modern, apabila seseorang menjadikan rumah sebagai tempat berlindung maka
ia akan mendesain rumahnya senyaman munkin dari gangguan segala cuaca.
Kita ingin mendapatkan kepuasan tersendiri jika rumah yang kita tinggalin
dengan fasilitas yang lengkap dan nyaman.dan dihalangi oleh cuaca yang sering
berganti secara tiba-tiba. Misalnya dengan membuat atap yang secara otomatis dapat
terbuka dan tertutup sendiri bila berada dalam kondisi tertentu, sehingga kita tidak
direpotkan oleh pergantian cuaca.
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut kedalam bentuk skripsi sebagai Tugas Akhir dengan judul Sistem Pengatur
Buka/Tutup Atap dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya LDR
dan Sensor Suhu LM 35.
Pada alat ini akan digunakan sebuah mikrokontroler AT89S51, rangkaian
driver motor stepper, dan beberapa buah sensor.
Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi
mengendalikan seluruh sistem. Motor stepper berfungsi untuk menggerakkan atap
ruangan agar dapat dibuka/ditutup. Sensor yang digunakan adalah sensor
cahaya(LDR) untuk mendeteksi siang hari dan malam hari. Sensor yang diguakan
untuk mendeteksi suhu ruangan adalah sensor LM 35.

1.3

Maksud dan Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir adalah :


1. Untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku perkuliahan secara nyata
dan aplikatif.
2. Untuk melakukan suatu pengaturan dan pengendalian temperatur pada ruangan
sehingga dapat dikendalikan secara otomatis, efektif dan efisien.
3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada
program Diploma III di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

I.4

Batasan Masalah

Mengacu pada hal diatas, saya akan merancang System Pengaturan Atap dan Pemanas
Ruangan Otomatis, dengan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51.
2. Untuk menggerakkan atap ruangan digunakan motor stepper.
3. Sensor hanya melihat kondisi siang hari dan kondisi malam hari sebagai
kondisi terbuka / tertutupnya atap.

I.5

Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat


sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja sistem pengaturan atap
dan pemanas ruangan otomatis, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:

BAB

I.

PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB

II.

LANDASAN TEORI
Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori
pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware
dan software), bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari
komponen-komponen pendukung.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

BAB III.

PERANCANGAN ALAT
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok
dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian.

BAB IV.

PENGUJIAN ALAT
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja
alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk
mengaktifkan rangkaian, dan diagram alir dari program yang akan
diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan yang
dilakukan dari praktek proyek ini serta saran apakah yang diberikan
agar rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan
perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja
yang sama.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sensor Suhu IC LM35

Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat


dikalibrasikan langsung. LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor
seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 LM 35 Basic Temperature Sensor

IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk


Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan
dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis suhu
ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /C yang berarti bahwa
kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar


karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperatur
ruang. Jangka sensor mulai dari 55C sampai dengan 150C, IC LM35
penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan
catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga panas
yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 C di dalam suhu ruangan.

Gambar 2.2 Rangkaian Pengukur Suhu

LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan untuk praktek, karena selain
harganya cukup murah, linearitasnya juga lumayan bagus. LM35 tidak membutuhkan
kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi C pada temperatur ruangan dan
C pada kisaran -55 C to +150 C. LM35 dimaksudkan untuk beroperasi pada
-55 C hingga +150 C, sedangkan LM35C pada -40 C hingga +110 C, dan
LM35D pada kisran 0-100C. LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket TO220. Sensor LM35 umunya akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1C (300mV
pada 30 C).

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.3 Bentuk Fisik LM 35


Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi
besaran elektrik tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1C
tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor
adalah 1,5V pada suhu 150C.

Pada perancangan kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada saat
suhu 100C, sehingga tegangan keluaran tranduser (10mV/C x 100C) = 1V.

Pengukuran secara langsung saat suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3V
(300mV). Tegangan ini diolah dengan mengunakan rangkaian pengkondisi sinyal agar
sesuai dangan tahapan masukan ADC. LM35 memiliki kelebihan kelebihan sebagai
berikut:
1. Dikalibrasi langsung dalam celsius
2. Memiliki faktor skala linear + 10.0 mV/C
3. Memiliki ketetapan 0,5C pada suhu 25C
4. Jangkauan maksimal suhu antara -55C sampai 150C
5. Cocok untuk aplikasi jarak jauh
6. Harganya cukup murah
7. Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 30Volt
8. Memiliki arus drain kurang dari 60 uAmp
9. Pemanasan sendiri yang lambat ( low self-heating)
10. 0,08C diudara diam
11. Ketidaklinearanya hanya sekitar C

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

12. Memiliki Impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1
mAmp.
Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang
tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. Jadi LM35 memiliki kelebihan
dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan
pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya untuk
mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki impedansi
keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian
membuat proses interface untuk membaca atau mengontrol sirkuit lebuh mudah. Pin
V+ dari LM35 dihubungkan kecatu daya, pin GND dihubungkan ke Ground dan pin
Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu dihubungkan ke vin
(+) dan ADC 0804.

2.2 LDR Sebagai Sensor


Fotosel atau sel foto termasuk sel fotokonduktor, LDR, dan fotoresistor. Ini
adalah resistor-resistor variable dengan jangka nilai resistansi yang sangat lebar,yang
tergantung pada intensitas cahaya yang ada. Resistansi didalam fotosel berubah secara
terbalik dengan kekuatan cahaya yang mengenainya. Dengan kata lain,resistansi
fotosel sangat tinggi dalam kegelapan dan rendah diruang yang terang. Bahan
fotokonduktor atau LDR yang biasa digunakan dalam cadmium sulfide(Cds) atau
cadmium selenida(Cdse). Jenis bahan,ketebalan,dan lebar endapannya menentukan
nilai resistansi dan jangkauan daya piranti ini.
Jenis

LDR

yang

digunakan

adalah

LDR

cadmium

Sulphide

Photoconductive
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Cell VCA 54 yang memiliki karakterristik nilai hambatannya akan turun jika
terdapat cahaya yang mengenai permukaannya.Dari pengujian resistansi LDR nilai
resistansi bisa mencapai 50 ohm dan batas resistansi tertinggi tak terhingga jika dalam
data sheet resistansi LDR bisa mencapai mencapai lebih dari 1 Mohm.LDR yang
memiliki hambatan yang tinggi saat cahaya kurang mengenai (gelap),dalam kondisi
seperti ini LDR dapat mencapai 1 M,akan tetapi saat LDR terkena cahaya hambatan
LDR akan turun secara drastis hingga mencapai 1,5 ojm?.Berikut ini adalah gambar
dari rangkaian sensor cahaya LDR.

Gambar 2.4 Rangkaian LDR

Pada perancangan sensor cahaya akan diukur LDR sebagai perhitungan,


dengan diketahui harga Vcc = 5 Volt dan VR = 10 K? maka besar tegangan keluaran
dari rangkaian ini sebesar

VOutput =

x VCC

Pada LDR terkena cahaya maksimum dengan nilai resistansi sebesar 1,52 Ohm

VOutput =

x 5 = 0,000152 = 2,49 m Volt

Pada LDR terkena cahaya minimum dengan nilai resistansi sebesar 1 M?


Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

VOutput =

x 5 = 4.98 Volt

2.3 Analog To Digital Converter (ADC) 0804

Didalam dunia elektronik,kita umumnya bermain dengan 2 bentuk sinyal


analog dan sinyal digital.Umumnya secara alami,kuantitas fisik di dunia ini dalam
bentuk analog.Lalu mengapa dibutuhkan representasi digital yang sebenarnya secara
alami

adalah

analog?.Jawabannya

adalah

jika

kita

ingin

alat

elektronik

menginterpresentasikan,berkomunikasi,dan menyimpan informasi data dalam bentuk


analog,akan lebih mudah jika dikonversikan terlebih dahulu dalam bentuk digital.
Hampir semua sistem elektronik mutakhir saat ini menggunakan pengolahan
sinyal dan pentransmisian sinyal dalam bentuk digital. Alasan mengapa digunakan
sinyal dalam bentuk digital proses pengolahan maupun pentransmisian dikarenakan
sinyal digital memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1. Sinyal digital memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap noise dan dapat
dipublikasikan secara sempurna tanpa degradasi.
2. Dengan sinyal digital,pemprosesan berbasis computer dapat lebih mudah dan
dapat

melakukan

pemprosesan

yang

kompleks

dengan

hardware/software.Sinyal-sinyal dalam bentuk digital yang berbentuk segi


empat merupakan reprensentasi bilangan biner. Oleh karena itu pemprosesan
sinyal secara digital dapat di ibratkan dengan operasi matematika bilangan biner.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

3. Penyimpanan data dalam bentuk digital lebih baik karena data disimpan dalam
bentuk bilangan biner. Selain itu kerusakan penyimpanan data secara digital
dapat diperbaharui.
Untuk dapat mengubah data dalam bentuk analog kedalam bentuk digital,maka
dibutuhkan suatu peralatan tambahan yang disebut Analog to Digital Conveter (ADC)
yang terkemas dalam bentuk chip IC. ADC berfungsi untuk mengubah sinyal analog
menjadi sinyal digital.Umumnya digunakan ADC 0804 8 bit untuk mengubah rentang
sinyal analog0-5V menjadi level digital 0-255.

2.3.1 Karakter ADC 0804

Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang


untuk mengubah sinyal-sinyal anlog menjadi sinyal-sinyal digital. IC ADC 0804
dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini
bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan
spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara tepat suatu
masukan tegangan.
Hal-hal yang juga diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan
maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi
sinyal,resolusi,pewaktu

eksternal

ADC,tipe

keluaran,ketepatan

dan

Waktu

konversinya.
ADC banyak tersedia di pasaran.Beberapa karakteristik dari ADC 0804 adalah
sebagai berikut :
a.

Memiliki

masukan

analog

yaitu

Vin(+)dan

Vin(-)

sehingga

memperbolehkan masukan selisih (diferensial).Dengan kata lain,tegangan


Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

masukan analog yang sebenarnya adalah selisih dari masukan kedua pin
{analog Vin = Vin(+)- Vin(-)}.Jika hanya satu masukan,maka Vin(-)
dihubungkan ke ground .Pada opersi normal,ADC menggunakan
Vcc=+5V sebagai tegangan refrensi,dan masukan analog memiliki
jangkauan dari 0 sampai 5V pada skala penuh.
b.

Mengubah tegangan analog menjadi keluaran digital 8 bit.Sehingga


resolusinya adalah 5V/255 =19,6mV.

c.

Memiliki pembangkit detak (clock) internal yang menghasilkan frekuensi


F=1/(1,1RC),dengan R dan C adalah komponen eksternal.

d.

Memiliki koneksi ground yang berbeda antara tegangan digital dan


analog.Kaki 8 adalah ground analog.Kaki 10 adalah ground digital.

2.3.2 Prinsip kerja ADC 0804

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi
sinyal digital yang nilainya proposional. Jenis ADC yang biasanya digunakan dalam
perancangan adalah jenis successive approximation convertion atau pendekatan
bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada
nilai analog masukan analognya atau sinyal yang akan dirubah.Dalam gambar 2.5
memperlihatkan diagram blok tersebut.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.5 Diagram Blok ADC

Prinsip kerja dari converter A/D adalah semua bit-bit diset kemudian
diuji,yaitu melalui pendekatan berturut-turut untuk mencari nilai yang paling tepat.
Deretan data biner dihitung naik oleh register kemudian menghitung dengan mencoba
seluruh nilai bit mulai dari MSB dan diakhiri dengan LSB. Selama proses
perhitungan,register akan memonitor output komparator untuk melihat jika
perhitungan biner kurang atau lebih besar dari input analog. Dengan rangkaian yang
paling cepat,konversi akan diselesaikan sesudah 8 clock,dan keluaran D/A merupakan
nilai analog yang ekivalen dengan register SAR.
Apabila konversi telah dilaksanakan,rangkaian kembali mengirim sinyal
selesai konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data
digital yang ekivalen ke dalam register buffer .Dengan demikian,keluaran digital akan
tetap tersimpan sekalipun akan di mulai siklus konversi yang baru.
IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog,Vin(+)dan Vin(-),sehingga
dapat menerima masukan diferensi. Masukan analog sebenarnya(Vin) sama dengan
selisih anatara tegangantegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin masukannya
yaitu Vin=Vin(+)-Vin(-). Kalau masukan analog berupa tegangan tunggal,tegangan
ini harus dihubungkan dengan Vin(+),sedangkan Vin(-) digroundkan. Untuk operasi
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

normal,ADC 0804 menggunakan Vcc=+5Volt sebagai tegangan referensi. Dalam hal


ini jangkauan masukan analog mulai dari 0 sampai 5 Volt(skala penuh),karena IC ini
adalah SAC 8-bit,resolusinya akan sama dengan :

n = menyatakan jumlah bit keluaran biner IC analog to digital converter.

2.3.3 Fungsi Pin-Pin pada ADC 0804

Gambar 2.6 Konvigurasi pin-pin pada ADC 0804


Terdapat 20 buah pin pada ADC 0804,adapun fungsi dari ke 20 buah pin tersebut
adalah:
1. Pin 1-3(CS,RD,WR)
Merupakan masukan control digital dengan level tegangan logika TTL.Pin CS
dan RD jika tidak aktif maka keluaran digital akan berada pada keadaan

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

impedansi tinggi.Pin WR bila dibuat aktif bersamaan dengan CS akan memulai


dengan konversi .
2. Pin 4 dan pin 19(clock IN dan clock R)
Merupakan pin masukan dari schmitrigger.Pin ini digunakan sebagai clock
internal dengan menambah rangkaian RC.
3. Pin 5(INTR)
Merupakan pin keluaran yang digunakan dalam system mikroprosesor.Pin ini
menunjukkan bahwa konversi telah selesai.Pin ini akan mengeluarkan logika
tinggi bila konversi dimulai dan akan mengeluarkan logika rendah bila
konversi selesai.

4. Pin 6(Vin+) dan Vin 7(Vin -)


Merupakan pin masukan untuk tegangan analog.Vin + dan Vin adalah sinyal
masukan diferensi.Vin dihubungkan dengan masukan negative jika Vin +
dihubungkan dengan ground dan Vin + akan dihubungkan ke masukan positif
jika Vin dihubungkan dengan ground.
5. Pin 8 (AGND) dan pin 10 (DGND)
Pin ini dihubungkan dengan ground.
6. Pin 9(Vref/2)
Merupakan pin masukan tegangan referensi,yang digunakan sebagai referensi
untuk teganganv masukan daripin 6 dan 7.
7. Pin 11-18(Bus data 8 bit

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Merupakan jalur keluaran data 8 bit.Pin merupakan data MSB dan pena 18
merupakan data LSB.
8. Pin 20 (V+)
Pin ini dihubungkan ke VCC 5 Volt.

2.4 Seven Segment

Seven segment merupakan cacah segment minimum yang dipergunakan untuk


menampilkan angka 0 sampai 9 seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.7 Tampilan Seven Segment


Sejumlah karakter alphabet juga bisa disajikan menggunakan tampilan seven segment
ini.
Seven segment terdiri dari 2 konfigurasi, yaitu common anoda dan common
katoda. Pada seven segment tipe common anoda, anoda dari setiap LED dihubungkan
menjadi satu kemudian dihubungkan ke sumber tegangan positip dan katoda dari
masing-masing LED berfungsi sebagai input dari seven segment, seperti ditunjukkan
pada gambar berikut ini :

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.8 Konfigurasi Seven Segmen Tipe Common Anoda

Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segment,
maka katodanya harus diberi tegangan 0 volt atau logika low. Misalnya jika segmen a
akan dinyalakan, maka katoda pada segment a harus diberi tegangan 0 volt atau logika
low, dengan demikian maka segment a akan menyala. Demikian juga untuk segmen
lainnya.
Pada seven segment tipe common katoda, katoda dari setiap LED dihubungkan
menjadi satu kemudian dihubungkan ke ground dan anoda dari masing-masing LED
berfungsi sebagai input dari seven segment, seperti ditunjukkan pada gambar berikut
ini :

Gambar 2.9 Konfigurasi Seven Segment Tipe Common Katoda


Sesuai dengan gambar 2.9 di atas, maka untuk menyalakan salah satu segment,
maka anodanya harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high. Misalnya jika
segment a akan dinyalakan, maka anoda pada segment a harus diberi tegangan
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

minimal 3 volt atau logika high, dengan demikian maka segmen a akan menyala.
Demikian juga untuk segment lainnya.
Tampilan seven segment mempunyai dua tipe : Light Emitting Diode (LED)
dan Liquid Crystal Display (LCD). Dimana disini kita akan membahas tentang
karakteristik dari LED.

2.5 Motor Langkah (Stepper)

Motor langkah (stepper) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi,


dipergunakan apabila dikehendaki jumlah putaran yang tepat atau di perlukan
sebagian dari putaran motor. Suatu contoh dapat di jumpai pada disk drive, untuk
proses pembacaan dan/atau penulisan data ke/dari cakram(disk), head baca-tulis
ditempatkan pada tempat yang tepat di atas jalur atau track pada cakram, untuk head
tersebut di hubungkan dengan sebuah motor langkah.
Aplikasi penggunaan motor langkah dapat juga di jumpai dalam bidang
industri atau untuk jenis motor langkah kecil dapat di gunakan dalam perancangan
suatu alat mekatronik atau robot. Motor langkah berukuran besar digunakan,
misalnya, dalam proses pengeboran logam yang menghendaki ketepatan posisi
pengeboran, dalam hal ini di lakukan oleh sebuah robot yang memerlukan ketepatan
posisi dalam gerakan lengannya dan lain-lain.

Pada gambar 2.10 di bawah ini ditunjukkan dasar susunan sebuah motor
langkah (stepper).

A
B
C

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
D
U
USU Repository 2009

A
B

Gambar 2.10 Diagram Motor Langkah ( stepper )


2.6 Komponen-Komponen Pendukung
2.6.1 Resistor

Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus


listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed
Resistor dan Variable Resistor Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal film,
tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan
tembaga perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.
Bahanbahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan
konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,
karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut
sebagai insulator.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.11 Resistor Karbon

2.6.2 Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.


Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,
keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan
pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu
lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya
muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif karena terpisah oleh bahan
elektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada
konduktif pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas phenomena kapasitor terjadi pada
saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif diawan.
dielektrik

Elektroda

Elektroda

Gambar 2.12 Skema Kapasitor.

Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam


merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan
penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai
insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi
listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus
mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang
membedakan tiap-tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis jenis
kapasitor yang dipergunakan dalam perancangan ini.

Gambar 2.13 Electrolytic Capacitor (ELCO)

Gambar 2.14 Ceramic Capacitor

2.6.3 Transistor

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal.


Terminal itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari
penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan
dengan cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara
penggabungan seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan
transistor NPN.
Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P
adalah silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :
1. Transistor germanium PNP.
2. Transistor silikon NPN.
3. Transistor silikon PNP.
4. Transistor germanium NPN.
Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah
yang terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.

Gambar 2.15 Simbol Tipe Transistor


Keterangan :
C = kolektor
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

E = emiter
B = basis
Didalam

pemakaiannya

transistor

dipakai

sebagai

komponen

saklar

(switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah


penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara


ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan
ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi
pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor
sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan ON seperti pada gambar 2.16.

Vcc

Vcc
IC

RB

Saklar On
VCE

VB

IB

VBE

Gambar 2.16 Transistor sebagai Saklar ON


Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum
dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

I max =

Vcc
...(2.1)
Rc

hfe . I B =

IB =

Vcc
..(2.2)
Rc

Vcc
.(2.3)
hfe . Rc

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah :
IB =

VB VBE
.(2.4)
RB

VB = IB . RB + VBE..(2.5)

VB =

Vcc . R B
+ VBE (2.5)
hfe . Rc

Jika tegangan VB telah mencapai VB =

Vcc . R B
+ VBE , maka transistor akan
hfe . Rc

saturasi, dengan Ic mencapai maksimum.


Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber
(Vcc). Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat
arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar,
transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.

Vcc

Vcc

IC

RB
Saklar Off
VCE
VB

IB

VBE

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.17 Transistor Sebagai Saklar OFF


Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan
tegangan kerja transistor (VBE) sehingga arus basis (IB) = 0 maka :
IB =

IC
(2.6)
hfe

IC = IB . hfe .(2.7)
IC = 0 . hfe ..(2.8)
IC = 0 ..(2.9)
Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :
Vcc

= Vc + VCE ..(2.10)

VCE

= Vcc (Ic . Rc) ..(2.11)

VCE

= Vcc ..(2.12)

2.7 Sistem Minimum Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan


mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru.
Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor
yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi
secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah
(dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk
memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat
bantu dan mainan yang lebih canggih serta dalam bidang pendidikan.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam


program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya),
mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan
lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer
perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna
disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka
perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada
mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program
kontrol disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM
digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk registerregister yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51


keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk
mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan.
Pada prinsipnya program pada mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada
program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan
secara bertahap atau berurutan.

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai


berikut :
1. Sebuah Central Processing Unit 8 bit
2. Osilator : internal dan rangkaian pewaktu
3. RAM internal 128 byte
4. Flash memori 4 Kbyte
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

5. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi
internal)
6. Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan
buah jalur I/O
7. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART
8. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika
9. Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada
frekuensi 12 MHz.

2.7.1 Kontruksi AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor


dan 1 kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 kilo Ohm
dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini
AT89C4051 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan
frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi
rangkaian osilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.


Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan
catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori
penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu
daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai
untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan program yang sudah
baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC
mikrokontroler dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler
menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang
disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet
Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah
ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash
PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat
bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89C4051 flash PEROM Programmer.
Memori data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 kilo byte meskipun
hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter)


yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data
seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor
2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock
penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari osilator kristal atau clock yang
diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0
dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya


adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini
berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur
input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang
secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register
(SFR).

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

2.7.2 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler AT89S51 :

Gambar 2.18 IC Mikrokontroller AT89S51


VCC (Pin 40)
Suplai tegangan
GND (Pin 20)
Ground
Port 0 (Pin 39-Pin 32)
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data
ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O
biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat
diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.
Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

internal pull up.


Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat
verifikasi program.
Port 2 (Pin 21 pin 28)
Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat
mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan
mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull
up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini
dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.
Port 3 (Pin 10 pin 17)
Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga
mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S51
Nama Pin

Fungsi

P3.0 (Pin 10)

RXD (Port Input Serial)

P3.1 (Pin 11)

TXD (Port Output Serial)

P3.2 (Pin 12)

INT0 (Interrupt 0 Serial)

P3.3 (Pin 13)

INT1 (Interrupt 1 Serial)

P3.4 (Pin 14)

T0 (Input Eksternal timer 0)

P3.5 (Pin 15)

T1 (Input Eksternal timer 1)

P3.6 (Pin 16)

WR (Untuk menulis eksternal data memori)

P3.7 (Pin 17)

RD (Untuk membaca eksternal data memori)

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

RST (pin 9)
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
ALE/PROG (pin 30)
Address Latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari
alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input program
(PROG) selama memprogram Flash.
PSEN (pin 29)
Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.
EA (pin 31)
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan
menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika
kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada
memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12
Volt.
XTAL1 (pin 19)
Input untuk clock internal.
XTAL2 (pin 18)
Output dari osilator.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

BAB 3

PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok Rangkaian

Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan
dirancang. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram
blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1.
berikut ini:

Sensor
suhu

ADC
0804

Sensor
cahaya

Penguat
sinyal

Keypad
4x4

1 buah
relay

uC AT89S51

Driver
stepper

1 buah
Blower

Motor
stepper

Display

Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian

Desain sistem rangkaian terdiri dari:

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

1. Sensor suhu (LM35) berfungsi untuk mengukur suhu ruangan kemudian output
sensor ini akan diinputkan ke ADC0804.
2. ADC0804 berfungsi untuk merubah tegangan analog dari sensor suhu menjadi
data digital 8 bit, sehingga data tersebut dapat diolah oleh mikrokontroler
AT89S51.
3. Sensor cahaya (LDR) berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya cahaya sinar
matahari yang kemudian output sensor ini di inputkan ke penguat sinyal.
4. Penguat sinyal berfungsi untuk memperkuat sinyal dari sensor cahaya menjadi
logika 1 dan logika 0, sehingga data tersebut dapat diolah oleh microkontroler
AT89S51.
5. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengolah data digital yang dikirimkan
oleh ADC0804, selanjutnya mikrokontroller akan menampilkan nilai suhu yang
terukur pada seven segment kemudian membandingkannya dengan data tertentu
untuk kemudian mengambil tindakan (menghidupkan/mematikan blower).
6. Relay berfungsi sebagai perantara antara mikrokontroler yang memiliki tegangan
5 volt DC dengan blower yang memiliki tegangan 220 volt AC, sehingga blower
dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51.
7. Blower berfungsi untuk memanaskan ruangan yang akan dikendalikan oleh
mikrokontroler setelah mendapatkan data dari sensor suhu (LM35).
8. Display berfungsi untuk menampilkan hasil pembacaan suhu pada sensor suhu
(LM35) yang berada dalam ruangan.
9. Keypad 4 x 4 berfungsi untuk memasukkan nilai temperatur yang akan
dipertahankan di dalam ruangan.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

10. Driver stepper berfungsi untuk menggerakan motor stepper yang telah diolah data
dari mikrokontroler.
11. Motor stepper berfungsi untuk menggerakan atap,

3.2 Perancangan Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,
keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,
sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay. Rangkaian
power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT

merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan
disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan
diratakan oleh kapasitor 3300 F. Dua buah dioda berikutnya berfungsi untuk
menahan arus yang ada pada regulator agar tidak balik jika terjadi penarikan arus
sesaat dari tegangan 12 volt. Regulator tegangan 5 volt (7805) digunakan agar
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan
masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Tegangan 12 volt
DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3 Perancangan Rangkaian Sensor Cahaya

Untuk dapat menggerakkan drive motor stepper,maka alat dilengkapi dengan sebuah
sensor.Sensor yang digunakan adalah sensor cahaya LDR.
LDR atau Light Dependent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai
hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang diterimanya.LDR dibuat dari Cadmium
Sulfida yang peka terhadap cahaya.Seperti yang telah diketahui bahwa cahaya
memiliki dua sifat yang berbeda yaitu sebagai gelombang elektromagnetik dan
foton/partikel energi (dualisme cahaya).Saat cahaya menerangi LDR,foton akan
menabrak ikatan cadmium sulfida dan melepaskan elektron.Semakin besar intensitas
cahaya yang datang,semakin banyak elektron yang terlepas dari ikatan.Sehingga
hambatan LDR akan turun saat cahaya meneranginya.LDR akan mempunyai
hambatan yang sangat besar saat tak ada cahaya yang mengenainya (gelap).Dalam
kondisi ini hambat n LDR mampu mencapai 1 M ohm.Akan tetapi saat terkena cahay
,hambatan LDR akan turun secara drastis,hingga kira-kira 250 ohm.
Tegangan tersebut belum dapat mengaktifkan transistor C945.Dengan
demikian tegangan kolektor-emitor berkisar antara 4,5V- 5V.Tegangan inilah yang
merupakan sinyal high(1) yang diumpankan pada mikrokontroler AT89S51.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

3.4 Perancangan rangkaian keypad

Rangkaian Keypad berfungsi sebagai tombol untuk memasukan pin. Kemudian data
yang diketikkan pada keypad akan diterima oleh mikrokontroler AT89S51 untuk
kemudian diolah dan ditampilkan pada display seven segment. Rangkaian keypad
ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 3.3 Rangkaian Keypad

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Rangkaian keypad yang digunakan adalah rangkaian keypad yang telah ada
dipasaran. Keypad ini terdiri dari 16 tombol yang hubungan antara tombol-tombolnya
seperti tampak pada gambar 3.3 di atas. Rangkaian ini dihubungkan ke port 2
mikrokontroler AT89S51.

3.5 Perancangan Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC (Analog to Digital


Converter)

Untuk mengetahui temperatur dalam ruangan, digunakan LM35 yang merupakan


sensor temperatur. Output dari LM35 ini dimasukkan sebagai input ADC.
Rangkaiannya seperti gambar 3.4 dibawah ini:

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC
harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan
merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan
masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar
keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam
regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5
volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC. Dengan demikian walaupun
tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan
refrensi ADC tetap 5 volt.
Output dari LM35 diinputkan ke pin 6 ADC yang merupakan pin input, ini
berarti setiap perubahan tegangan yang terjadi pada input ini maka akan terjadi
perubahan pada output ADC.
Keluaran dari rangkaian sensor suhu dihubungkan ke rangkaian ADC untuk
diubah datanya menjadi data biner agar dapat dikenali oleh mikrokontroler AT89S51.
Untuk mendapatkan Vref/2 digunakan dioda zener 5,1 volt, kemudian
outputnya dihubungkan ke rangkaian pembagi tegangan.
Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan
output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya (sensor temperatur LM 35)
akan diketahui oleh mikrokontoler.

3.6 Perancangan Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.
Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

inilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang
dikehendaki. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut ini:

Gambar 3.5 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3. Pin 32
sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit. Pin 1 sampai 8 adalah
port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3 Pin 40
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground.


Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai
sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler
dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.
Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke
positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen
ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah
power aktif. Lamanya waktu antara aktifnya power pada IC mikrokontroler dan
aktifnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika
dihitung maka lama waktunya adalah :

t=
R x C =
10 K x 10 F =
1 m det ik
Jadi 1 mili detik setelah power aktif pada IC kemudian program aktif.

3.7 Perancangan Rangkaian Relay

Relay ini berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat menghidupkan / mematikan
peralatan elektronik (dalam hal ini blower). Rangkaian relay pengendali blower
tampak seperti gambar di bawah ini :

Blower

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 3.6 Rangkaian Relay Pengendali Blower 220 volt AC

Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC


digunakan relay. Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari
lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan
medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif
relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatif relay (kaki 2)
dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana
medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar (kaki 3) terhubung
ke kaki 4. Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan kaki 4 pada relay sebagai
saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu

maka kita dapat menghidupkan/

mematikan blower dengan cara mengaktifkan atau menon-aktifkan relay.


Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan
transistor tipe NPN. Cara kerjanya sama dengan proses menghidupkan alarm yang
telah dijelaskan sebelumnya. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay
dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor
dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung
terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan
ini akan mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt,
keadaan ini menyebabkan tidak aktif.
Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika
relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini.
Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan
ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini
tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinon-aktifkan, pada
saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke
dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor,
yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.
Rangkaian ini juga dilengkapi dengan LED indicator, dimana LED indikator ini akan
menyala, jika relay aktif dan sebaliknya, LED indikator ini akan mati jika relay tidak
aktif. LED indikator ini dikendalikan oleh sebuah transistor jenis PNP, dimana basis
transistor ini mendapatkan input dari kolektor transistor C945. Transistor tipe PNP
akan aktif jika mendapat tegangan 0 volt pada basisnya.

3.8 Perancangan Rangkaian Driver Motor Stepper

Rangkaian driver motor stepper ini berfungsi untuk memutar motor stepper searah /
berlawanan arah dengan arah jarum jam. Mikrokontroler tidak dapat langsung
mengendalikan putaran dari motor stepper, karena itu dibutuhkan driver sebagai
perantara antara mikrokontroler dan motor stepper, sehingga perputaran dari motor
stepper dapat dikendalikan oleh mikrokontroler. Rangkaian driver motor stepper
ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut ini :
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

VCC

VCC

III

5V

5V

1.0k

1.0k
Tip 127

Tip 127

18
2SC945
330

18

VCC
5V

2SC945
330

VCC
5V

1.0k

AT89C4051
VCC

Kumparan1

Tip 122

Kumparan4

18
VCC

2SC945

5V

330

Kumparan2

1.0k

5V

AT89C4051

Tip 122

Motor

18
1.0k

Kumparan3

2SC945
330

1.0k

Tip 127
18
Tip 127
18

II

IV

2SC945

330

2SC945
VCC

5V

1.0k

1.0k

AT89C4051
Tip 122
18
2SC945
330

330

VCC

5V

Tip 122

AT89C4051

18
2SC945
330

Gambar 3.7 Rangkaian Driver Motor Stepper


Untuk mempermudah penjelasan, maka rangkaian di atas dikelompokkan
menjadi 4 rangkaian. Pada rangkaian di atas, jika salah input rangkaian I yang
dihubungkan ke mikrokontroler diberi logika high dan input pada rangkaian lainnya
diberi logika low, maka kedua transistor tipe NPN C945 pada rangkaian I akan aktif.
Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 pada rangkaian I akan
mendapat tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di
sebelah kiri atas diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis
dari transistor TIP 127 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini
aktif (transistor tipe PNP akan aktip jika tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34
volt). Aktifnya transistor PNP TIP 127 ini akan mengakibatkan

kolektornya

terhubung ke emitor sehingga kolektor mendapatkan tegangan 15 volt dari Vcc.


Kolektor dari transistor TIP 127 dihubungkan ke kumparan, sehingga kumparan akan
mendapatkan tegangan 15 volt. Hal ini akan mengakibatkan kumparan menimbulkan
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

medan magnet. Medan magnet inilah yang akan menarik motor untuk mengarah ke
arah kumparan yang menimbulkan medan magnet tersebut.
Sedangkan rangkaian II, III dan IV karena pada inputnya diberi logika low, maka
kumparannya tidak menimbulkan medan magnet, sehingga motor tidak tertarik oleh
kumparan-kumparan tersebut.
Demikian seterusnya untuk menggerakkan motor agar berputar maka harus diberikan
logika high secara bergantian ke masing-masing input dari masing-masing rangkaian.

3.9 Perancangan Rangkaian Display Seven Segment

Rangkaian display seven segment ini berfungsi untuk menampilkan nilai dari hasil
pengukuran temperatur. Rangkaian display seven segment ditunjukkan pada gambar
3.8 berikut ini :

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 3.8 Rangkaian Display Seven Segment

Display ini menggunakan 3 buah seven segment common anoda yang


dihubungkan ke IC 4094 yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8
bit data serial yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini
dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1 AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus
pengiriman data serial yang disediakan oleh mikrokontroler AT89S51. Sedangkan
P3.1 merupakan sinyal clock untuk pengiriman data serial.
Dengan menghubungkan P3.0 dengan IC serial to paralel (IC 4094), maka
data serial yang dikirim akan diubah menjadi data paralel. Kemudian IC 4094 ini
dihubungkan dengan seven segment agar data tersebut dapat ditampilkan dalam
bentuk angka. Seven segment yang digunakan adalah tipe common anoda (aktif low),
ini berarti segmen akan menyala jika diberi data low (0) dan segment akan mati jika
diberi data high (1).

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

BAB 4

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan mengukur
tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Pada
power supplay ini terdapat dua keluaran. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan
keluaran pertama sebesar + 5,1 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk mensupplay
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler AT89S51

dapat bekerja pada

tegangan 4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 5,1 volt ini cukup untuk
mensupplay tegangan ke mikrokontroler AT89S51. Sedangkan tegangan keluaran
kedua sebesar 11,9 volt. Tegangan ini digunakan untuk mensupplay tegangan ke
relay., dimana relay dapat aktip pada tegangan 9 sampai 15 volt, sehingga tegangan
ini sudah memenuhi syarat untuk mengaktifkan relay.

4.2 Pengujian Rangkaian Keypad

Pengujian rangkaian tombol ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian


ini dengan mikrokontroler AT89S51, kemudian memberikan program sederhana
untuk mengetahui baik / tidaknya rangkaian ini. Rangkaian dihubungkan ke port 2.
Untuk mengecek penekanan pada 4 tombol yang paling atas, maka data awal yang
dimasukkan ke port 2 adalah FEH. Dengan demikian maka pin P2.0 akan mendapat
logika low (0), dan yang lainnya mendapat logika high (1), seperti gambar 4.1 berikut
:

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 4.1 Penekanan Tombol Keypad

Jika terjadi penekanan pada Tbl 1, maka P2.0 akan terhubung ke P2.4 yang
menyebabkan P2.4 juga akan mendapatkan logika low (0). Seperti berikut :

P2.7 P2.6 P2.5 P2.4 P2.3 P2.2 P2.1 P2.0


1

Data pada port 2 akan berubah menjadi EEH. Data inilah sebagai indikasi adanya
penekanan pada tombol 1.
Jika terjadi penekanan pada Tbl 2, maka P2.0 akan terhubung ke P2.5 yang
menyebabkan P2.5 juga akan mendapatkan logika low (0). Seperti berikut:

P2.7 P2.6 P2.5 P2.4 P2.3 P2.2 P2.1 P2.0


1

Data pada port 2 akan berubah menjadi DEH. Data inilah sebagai indikasi adanya
penekanan pada tombol 2. Demikian seterusnya untuk tombol-tombil yang lain.
Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menguji rangkaian keypad adalah
sebagai berikut:
Tombol1:
Mov P0,#0FEH
Mov a,P0
Cjne a,#0EEH,Tombol2
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Setb P3.7
Sjmp Tombol1
Tombol2:
Cjne a,#0DEH,Tombol1
Clr P3.7
Sjmp Tombol1

Program diatas akan menunggu penekanan pada tombol 1 dan tombol 2, jika tombol 1
ditekan, maka program akan menyalakan LED yang ada pada P3.7. Jika tombol 2
ditekan, maka program akan mematikan LED yang ada pada P3.7.
Jika rangkaian telah berjalan sesuai program yang diberikan, maka rangkaian telah
berfungsi dengan baik.

4.3 Pengujian Rangkaian ADC


Pengujian pada bagian rangkaian ADC ini dapat dilakukan dengan menghubungkan
rangkaian ADC ini dengan rangkaian mikrokontroler. Selanjutnya rangkaian
mikrokontroler

dihubungkan

dengan

rangkaian

display

seven

segment.

Mikrokontroler diisi dengan program untuk membaca nilai yang ada pada rangkaian
ADC, kemudian hasil pembacaannya ditampilkan

pada display seven segment.

Programnya adalah sebagai berikut :


mov a,p2
mov b,#100
div ab
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

mov 70h,a
mov a,b
mov b,#10
div ab
mov 71h,a
mov 72h,b

Dengan program di atas, maka akan tampil nilai temperatur yang dideteksi
oleh sensor temperatur. Dengan demikian maka rangkaian ini telah berfungsi dengan
baik. Dari hasil pengujian didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengolahan data suhu yang terukur oleh rangkaian ADC serta
tampilan hasil pengolahan data pada display seven segment
Tampilan

Suhu terukur

Output LM35

Output ADC

27 derajat

270 miliVolt

00011011

027

28 derajat

280 miliVolt

00011100

028

29 derajat

290 miliVolt

00011101

029

30 derajat

300 miliVolt

00011110

030

31 derajat

310 miliVolt

00011111

031

32 derajat

320 miliVolt

00010000

032

33 derajat

330 miliVolt

00010001

033

( Display )

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

4.4 Pengujian Sensor Intensitas Cahaya

Dalam perakitan sensor cahaya ada 3 langkah yang dilakukan pertama adalah
pengujian karakteristik LDR, kedua perancangan sensor cahaya dan yang ketiga
adalah pengujian sensor cahaya. Pengujian LDR dilakukan dengan cara memberikan
sumber cahaya berupa lampu 100 watt yang dapat diseting intensitas cahayanya,
kemudian pin LDR dihubungkan ke multimeter digital. Pada saat pengujian lux meter
digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya lampu. Pembacaan pada multimeter
berupa kenaikan dan penurunan nilai resistansi dari LDR, idealnya ketika LDR
terkena cahaya hambatan atau resistansinya akan menurun dan sebaliknya jika LDR
tidak tekena cahaya maka nilai hambatannya akan naik. Berikut ini adalah gambar
ilustrasi dari pengujian karakteristik LDR.

Gambar 4.2 Blok diagram pengujian karakteristik LDR

4.5 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan


baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan
program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai
berikut:
Loop:
Setb P3.7
Acall tunda
Clr P3.7
Acall tunda
Sjmp Loop
Tunda:
Mov r7,#255
Tnd: Mov r6,#255
Djnz r6,$
Djnz r7,tnd
Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7 selama
0,13 detik kemudian mematikannya selama 0,13 detik secara terus menerus.
Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika high yang menyebabkan LED
mati. Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Clr
P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low yang menyebabkan LED akan nyala.
Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini nyala selama beberapa saat.
Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan
tampak LED tersebut tampak berkedip.

4.6 Pengujian Rangkaian Relay


Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0
volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,
transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif
jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan
relay. Pada alat ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan blower ke tegangan
PLN, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan
demikian jika relay aktif maka hubungan blower ke tegangan PLN akan terhubung,
sehingga blower hidup, sebaliknya jika relay tidak aktif, maka blower dengan
tegangan PLN akan terputus, sehingga blower mati.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,
jika relay aktif dan hubungan blower dengan tegangan PLN terhubung, sehingga
blower hidup, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.
Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke
mikrokontroler pada P0.1 kemudian memberikan program sederhana pada
mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.1
. . . . . . . .

Perintah di atas akan memberikan logika high pada P0.1, sehingga P0.1 akan
mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor C945,
sehingga relay juga menjadi aktip dan hubungan blower dengan tegangan PLN

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

terhubung, sehingga blower hidup. Berikutnya memberikan program sederhana untuk


menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut:

Clr P0.1
. . . . . . . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.1, sehingga P0.1 akan
mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor
C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan hubungan blower dengan tegangan
PLN terputus, sehingga blower mati.

4.7 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini
dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial
dari mikrokontroler. Seven segment yang digunakan adalah common anoda, dimana
sement akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi
logika 1.
Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk
menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Konversi angka ke bilangan hexadesimal
Angka

Data yang dikirim

0EDH

19H

89H

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

0C5H

83H

03H

0E9H

01h

81H

21H

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai


tersebut adalah sebagai berikut:
bil0

equ

21h

bil1

equ

0edh

bil2

equ

19h

bil3

equ

89h

bil4

equ

0c5h

bil5

equ

83h

bil6

equ

03h

bil7

equ

0e9h

bil8

equ

01h

bil9

equ

81h

Loop:
mov sbuf,#bil0
Jnb ti,$
Clr ti
sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segment.


Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segment
adalah dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven
segment. Programnya adalah sebagai berikut :
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Loop:
mov sbuf,#bil1
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil2
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil3
Jnb ti,$
Clr ti
sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segment ketiga, angka
2 pada seven segment kedua dan angka 3 pada seven segment pertama.

4.8 Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper

Pengujian pada rangkaian driver motor stepper ini dilakukan dengan menghubungkan
input rangkaian driver motor stepper ini dengan rangakaian mikrokontroler
AT89S8252 dan menghubungkan output dari rangkaian driver motor stepper ini
dengan motor stepper, kemudian memberikan program sebagai berikut:
Loop:
Clr P0.3
Setb P0.0
Acall Tunda
Clr P0.0
Setb P0.1
Acall Tunda
Clr P0.1
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Setb P0.2
Acall Tunda
Clr P0.2
Setb P0.3
Acall Tunda
Sjmp Loop

Tunda:
Mov R7,#50
Tnd:
Mov R6,#255
Djnz r6,$
Djnz r7,Tnd
Ret

Program di atas akan memberikan logika high secara bergantian pada input
dari driver motor stepper, dimana input dari jembatan masing-masing dihubungkan ke
P0.0,P0.1, P0.2 dan P0.3. Dengan program di atas maka motor akan bergerak searah
dengan arah putaran jarum jam (menutup atap). Untuk memutar dengan arah
sebaliknya, maka diberikan program sebagai berikut :
Loop:
Clr P0.0
Setb P0.3
Acall Tunda
Clr P0.0
Setb P0.3
Acall Tunda
Clr P0.2
Setb P0.1
Acall Tunda
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Clr P0.1
Setb P0.0
Acall Tunda
Sjmp Loop

Tunda:
Mov R7,#50
Tnd:
Mov R6,#255
Djnz r6,$
Djnz r7,Tnd
Ret
Dengan program di atas, maka motor akan berputar berlawanan arah dengan
arah putaran jarum jam (membuka atap). Tunda digunakan untuk mengatur kecepatan
putar dari motor. Semakin besar nilai yang diberikan pada tunda, maka perputaran
motor akan semakin lambat, dan sebaliknya.

4.9 Pengujian Alat Secara Keseluruhan

Setelah dilakukan pengujian secara kaeseluruhan pada alat tersebut yang merupakan
gabungan dari beberapa jenis rangkaian dengan fungsi dan karakteristik yang berbedabeda yang tersusun menjadi satu kesatuan.Walaupun tiap rangkaian memiliki fungsi
dan karakteristik yang berbeda-beda,tetapi dalam mekanisme kerja semua rangkaian
rangkaian tersebut saling melakukan kerja yang terintegrasi.Sehingga kerja yang
dihasilkan juga sesuai dengan yang diharapkan.Rangkaian-rangkaian tersebut
selanjutnya dihubungkan sedemikian rupa anatara satu dengan lainnya sesuai dengan
mekanisme kerja yang diharapkan.Adapun rangkaian yang diuji adalah rangkaian
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

PSA,rangkaian ADC 0804,rangkaian seven segment,rangkaian relay,rangkaian


keypad,rangkaian mikrokontroler, dan rangkaian motor stepper.
Setelah keseluruhan dibuat dan diuji serta program lengkap dimasukkan ke
mikrokontroller AT89S51, maka berikut ini adalah rangkaian kerja dari pengaturan
atap dan pemanas ruangan yang buat :
1. Pada saat PSA dihidupkan, program pada mikrokontroller akan berjalan
dan akan memberikan perintah pada tiap-tiap rangkaian. LM 35 akan
mendeteksi suhu dan mikrokontroller akan menampilkannya ke display
sevent segment.
2. Data dari rangkaian keypad,setiap penekanan pada setiap tombolmaka pinpin mikrokontroller yang telah dihubungkan ke keypad akan mendapatkan
logika low.Jika rangkaian telah sesuai dengan program yang diberikan
berfungsi dengan baik
3. Sesuai dengan masukan dari

keypad ,maka mikrokontrollerr akan

memberikan logika high atau logika low. Jika logika high maka transistor
akan high menyebabkan tegangan 12 Volt mengalir sehingga relay hidup
dan mengaktifkan blower. Jika tidak terjadi hal demikian maka perlu
dianalisa kerusakannya apakah transistor,jalur dari rangkaian relay dari
mikrokontroller atau jalur blower ada yang rusak.
4. Jika sensor cahaya terkena cahaya matahari, maka nilai tahanan LDR akan
berkurang sehingga arus yang mengalir semakin besar.Jika intensitas
bertambah maka pengeluaran akan high dan sinyal high ini akan dikirim ke
mikrokontroller dan mikrokontroller mengirim sinyal ke driver motor

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

stepper sehingga motor stepper akan berputar ke kiri atau ke kanan sesuai
dengan program yang diberikan.
5. Jika rangkaian tidak ada yang terhubung singkat atau bocor atau jika ada
komponen yang rusak maka rangkaian akan berjalan sesusia yang
diinginkan.
6. Jika ada kerusakan pada rangkaian maka diperiksa tiap sambungan ataupun
tiap jalur menggunakan multimeter.
Dengan demikian maka rangkaian dapat berjalan dengan baik apabila telah sesuai
pada ketentuan diatas.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Sensor temperature yang digunakan, yaitu LM35 mengalami perubahan pada
outputnya 10 miliVolt setiap derajat celcius.
2. Mikrokontroller tidak dapat mengendalikan blower secara langsung, karena itu
digunakan relay untuk mengendalikannya.
3. Mikrokontroller AT89S51 tidak dapat mengenali data analog, karena itu
dibutuhkan ADC

yang dapat mengubah masukan analog menjadi output

digital, sehingga mikrokontroller menenali data tersebut.


4. Sensor LM 35 memiliki range pengukuran -55 C sampai +150 C.

5.2 Saran
1. Blower memiliki suhu yang terbatas, sehingga jika pengguna menginginkan
suhu yang lebih tinggi sebaiknya digunakan heater.
2. Agar tampilan display lebih bagus, sebaiknya digunakan LCD.
3. Untuk meningkatkan ke-efektifitasan pengukuran dan pengendalian temperatur
pada ruangan, perlu dirancang suatu perangkat tambahan untuk menggantikan
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

kerja dari rangkaian pengukuran dan pengendalian temperatur jika mengalami


kerusakan.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi. Edisi


Kedua. Yogyakarta : Gava Media.
Andi. 2003. Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler
AT89C51. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Petruzella, Frank D. 2001. Elektronika Industri. Terjemahan sumanto. Edisi kedua.
Yogyakarta : Andi.
Pitowarno, Endra. 2005. Mikroprosesor & Interfacing. Yogyakarta : Andi.
www. Elektronika elektronika : blogspot. Com. Diakses Tanggal 16 Mei, 2009.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

PROGRAM LENGKAP DARI


PERANCANGAN SISTEM PENGATURAN ATAP DAN PEMANAS
RUANGAN OTOMATIS

bil0 equ 21h


bil1 equ 0edh
bil2 equ 19h
bil3 equ 89h
bil4 equ 0c5h
bil5 equ 83h
bil6 equ 3h
bil7 equ 0e9h
bil8 equ 01h
bil9 equ 81h
Kosong equ 0ffh
Saklar Bit P0.0
intrupt bit p3.4

Clr Saklar
clr intrupt
acall tadc
setb intrupt
nop
Cek_Suhu:
jb intrupt,$
acall tadc
mov a,p2
mov b,#3
subb a,b
mov 68h,a
mov b,#100
div ab
mov 70h,a
mov a,b
mov b,#10
div ab
mov 71h,a
mov 72h,b
mov r0,70h
acall transfer
mov 73h,r1
mov r0,71h
acall transfer
mov 74h,r1
mov r0,72h
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

acall transfer
mov 75h,r1
acall kirim
Tbl_Bintang:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0e7h,Cek_Suhu ; tombol * setting nilai
Recek_Bintang:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0e7h,Recek_Bintang

Utama:
Clr Saklar
acall delay
mov sbuf,#Kosong
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,#Kosong
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,#Kosong
jnb ti,$
clr ti
tbl_Satu:
mov p1,#7fh
mov a,p1
cjne a,#77h,Tbl_Nol
mov 73h,#bil1
Mov 70h,#1
acall tampil
Recek_tbl_Satu:
mov a,p1
cjne a,#77h,Recek_tbl_Satu
ljmp Tbl_Satu1
Tbl_Nol:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0ebh,Tbl_Satu
mov 73h,#bil0
Mov 70h,#0
acall tampil
Recek_tbl_Nol:
mov p1,#0efh
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

mov a,p1
cjne a,#0ebh,Recek_tbl_Nol
Ljmp Tbl_Satu1
tampil:
mov sbuf,73h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,#Kosong
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,#Kosong
jnb ti,$
clr ti
ret
tbl_Satu1:
acall reset
acall delay
mov p1,#7fh
mov a,p1
cjne a,#77h,tbl_Dua1
mov 74h,#bil1
Mov 71h,#1
acall tampil1
Recek_tbl_Satu1:
mov a,p1
cjne a,#77h,Recek_tbl_Satu1
ljmp Tbl_Satu2
tbl_Dua1:
cjne a,#7bh,tbl_Tiga1
mov 74h,#bil2
Mov 71h,#2
acall tampil1
Recek_tbl_Dua1:
mov a,p1
cjne a,#7bh,Recek_tbl_Dua1
ljmp Tbl_Satu2
tbl_Tiga1:
cjne a,#7dh,Tbl_Empat1
mov 74h,#bil3
Mov 71h,#3
acall tampil1
Recek_tbl_Tiga1:
mov a,p1
cjne a,#7dh,Recek_tbl_Tiga1
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

ljmp Tbl_Satu2
Tbl_Empat1:
mov p1,#0bfh
mov a,p1
cjne a,#0b7h,Tbl_Lima1
mov 74h,#bil4
Mov 71h,#4
acall tampil1
Recek_tbl_Empat1:
mov p1,#0bfh
mov a,p1
cjne a,#0b7h,Recek_tbl_Empat1
Ljmp Tbl_Satu2
Tbl_Lima1:
cjne a,#0bbh,Tbl_Enam1
mov 74h,#bil5
Mov 71h,#5
acall tampil1
Recek_tbl_Lima1:
mov a,p1
cjne a,#0bbh,Recek_tbl_Lima1
ljmp Tbl_Satu2
Tbl_Enam1:
cjne a,#0bdh,Tbl_Tujuh1
mov 74h,#bil6
Mov 71h,#6
acall tampil1
Recek_tbl_Enam1:
mov a,p1
cjne a,#0bdh,Recek_tbl_Enam1
ljmp Tbl_Satu2
Tbl_Tujuh1:
mov p1,#0dfh
mov a,p1
cjne a,#0d7h,Tbl_Delapan1
mov 74h,#bil7
Mov 71h,#7
acall tampil1
Recek_tbl_Tujuh1:
mov p1,#0dfh
mov a,p1
cjne a,#0d7h,Recek_tbl_Tujuh1
ljmp Tbl_Satu2
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Tbl_Delapan1:
cjne a,#0dbh,Tbl_Sembilan1
mov 74h,#bil8
Mov 71h,#8
acall tampil1
Recek_tbl_Delapan1:
mov a,p1
cjne a,#0dbh,Recek_tbl_Delapan1
ljmp Tbl_Satu2
Tbl_Sembilan1:
cjne a,#0ddh,Tbl_nol1
mov 74h,#bil9
Mov 71h,#9
acall tampil1
Recek_tbl_Sembilan1:
mov a,p1
cjne a,#0ddh,Recek_tbl_Sembilan1
ljmp Tbl_Satu2
Tbl_Nol1:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0ebh,Balik_Tbl_Satu1
mov 74h,#bil0
Mov 71h,#0
acall tampil1
Recek_tbl_Nol1:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0ebh,Recek_tbl_Nol1
Ljmp Tbl_Satu2
Balik_Tbl_Satu1:
Ljmp Tbl_Satu1
tampil1:
mov sbuf,74h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,73h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,#Kosong
jnb ti,$
clr ti
ret
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Tbl_Satu2:
acall reset
acall delay
mov p1,#7fh
mov a,p1
cjne a,#77h,tbl_Dua2
mov 75h,#bil1
Mov 72h,#1
acall tampil2
Recek_tbl_Satu2:
mov a,p1
cjne a,#77h,Recek_tbl_Satu2
ljmp Tbl_Satu3
tbl_Dua2:
cjne a,#7bh,tbl_Tiga2
mov 75h,#bil2
Mov 72h,#2
acall tampil2
Recek_tbl_Dua2:
mov a,p1
cjne a,#7bh,Recek_tbl_Dua2
ljmp Tbl_Satu3
tbl_Tiga2:
cjne a,#7dh,Tbl_Empat2
mov 75h,#bil3
Mov 72h,#3
acall tampil2
Recek_tbl_Tiga2:
mov a,p1
cjne a,#7dh,Recek_tbl_Tiga2
ljmp Tbl_Satu3
Tbl_Empat2:
mov p1,#0bfh
mov a,p1
cjne a,#0b7h,Tbl_Lima2
mov 75h,#bil4
Mov 72h,#4
acall tampil2
Recek_tbl_Empat2:
mov p1,#0bfh
mov a,p1
cjne a,#0b7h,Recek_tbl_Empat2
Ljmp Tbl_Satu3
Tbl_Lima2:
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

cjne a,#0bbh,Tbl_Enam2
mov 75h,#bil5
Mov 72h,#5
acall tampil2
Recek_tbl_Lima2:
mov a,p1
cjne a,#0bbh,Recek_tbl_Lima2
ljmp Tbl_Satu3
Tbl_Enam2:
cjne a,#0bdh,Tbl_Tujuh2
mov 75h,#bil6
Mov 72h,#6
acall tampil2
Recek_tbl_Enam2:
mov a,p1
cjne a,#0bdh,Recek_tbl_Enam2
ljmp Tbl_Satu3
Tbl_Tujuh2:
mov p1,#0dfh
mov a,p1
cjne a,#0d7h,Tbl_Delapan2
mov 75h,#bil7
Mov 72h,#7
acall tampil2
Recek_tbl_Tujuh2:
mov p1,#0dfh
mov a,p1
cjne a,#0d7h,Recek_tbl_Tujuh2
ljmp Tbl_Satu3
Tbl_Delapan2:
cjne a,#0dbh,Tbl_Sembilan2
mov 75h,#bil8
Mov 72h,#8
acall tampil2
Recek_tbl_Delapan2:
mov a,p1
cjne a,#0dbh,Recek_tbl_Delapan2
ljmp Tbl_Satu3
Tbl_Sembilan2:
cjne a,#0ddh,Tbl_nol2
mov 75h,#bil9
Mov 72h,#9
acall tampil2
Recek_tbl_Sembilan2:
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

mov a,p1
cjne a,#0ddh,Recek_tbl_Sembilan2
ljmp Tbl_Satu3
Tbl_Nol2:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0ebh,Balik_Tbl_Satu2
mov 75h,#bil0
Mov 72h,#0
acall tampil2
Recek_tbl_Nol2:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0ebh,Recek_tbl_Nol2
Ljmp Tbl_Satu3
Balik_Tbl_Satu2:
Ljmp Tbl_Satu2
tampil2:
mov sbuf,75h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,74h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,73h
jnb ti,$
clr ti
ret
Reset:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0eeh,Tdk_reset
Ljmp Utama

; tombol D reset

Tdk_reset:
ret

Tbl_Satu3:
acall reset
mov p1,#7fh
mov a,p1
cjne a,#7eh,Tbl_Satu3
Setb Saklar

; tombol A

enter

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Simpan_Data:
mov a,70h
mov b,#100
mul ab
mov 60h,a
mov a,71h
mov b,#10
mul ab
mov 61h,a
mov a,72h
mov 62h,a
mov a,60h
mov b,61h
add a,b
mov b,62h
add a,b
mov 63h,a

; nilai ratusan

; nilai puluhan
; Nilai satuan

; Nilai pembanding ADC

clr intrupt
acall tadc
setb intrupt
nop
Nilai_Suhu:
jb intrupt,$
acall tadc
mov a,p2
mov b,#3
subb a,b
mov 68h,a
mov b,#100
div ab
mov 70h,a
mov a,b
mov b,#10
div ab
mov 71h,a
mov 72h,b
mov r0,70h
acall transfer
mov 73h,r1
mov r0,71h
acall transfer
mov 74h,r1
mov r0,72h
acall transfer
mov 75h,r1

; hasil pembacaan ADC

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

acall kirim
Tbl_Call:
mov p1,#0dfh
mov a,p1
cjne a,#0deh,No_Call
; Tombol C tampilkan nilai pembanding
Recek_tbl_Call:
mov p1,#0dfh
mov a,p1
cjne a,#0deh,Recek_tbl_Call
Clr saklar
ljmp Pembanding
No_Call:
mov a,68h
cjne a,63h,cek_carry
Clr Saklar
Sjmp Nilai_Suhu
Cek_Carry:
mov a,psw
anl a,#80h
cjne a,#80h,Cek_Carry1
Setb Saklar
Sjmp Nilai_Suhu
Cek_Carry1:
Clr Saklar
Sjmp Nilai_Suhu

Pembanding:
mov a,63h
mov b,#100
div ab
mov 70h,a
mov a,b
mov b,#10
div ab
mov 71h,a
mov 72h,b
mov r0,70h
acall transfer
mov 73h,r1
mov r0,71h
acall transfer
mov 74h,r1
mov r0,72h

; hasil pembanding

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

acall transfer
mov 75h,r1
Nilai_Pembanding:
acall kirim
Tbl_Back:
mov p1,#0bfh
mov a,p1
cjne a,#0beh,Setting_Ulang ; Tombol B balik ke cek suhu
Recek_tbl_Back:
mov p1,#0bfh
mov a,p1
cjne a,#0beh,Recek_tbl_Back
Ljmp Nilai_Suhu
Setting_Ulang:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0edh,Nilai_Pembanding ; Tombol # setting ulang
Recek_Setting_Ulang:
mov p1,#0efh
mov a,p1
cjne a,#0edh,Recek_Setting_Ulang
Ljmp Utama

transfer:
cjne r0,#0h,satu
mov r1,#bil0
ret
satu:
cjne r0,#01h,dua
mov r1,#bil1
ret
dua:
cjne r0,#02h,tiga
mov r1,#bil2
ret
tiga:
cjne r0,#03h,empat
mov r1,#bil3
ret
empat:
cjne r0,#04h,lima
mov r1,#bil4
ret
lima:
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

cjne r0,#05h,enam
mov r1,#bil5
ret
enam:
cjne r0,#06h,tujuh
mov r1,#bil6
ret
tujuh:
cjne r0,#07h,delapan
mov r1,#bil7
ret
delapan:
cjne r0,#08h,sembilan
mov r1,#bil8
ret
sembilan:
cjne r0,#09h,transfer
mov r1,#bil9
ret
tampil_Nilai:
mov sbuf,75h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,74h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,73h
jnb ti,$
clr ti
acall Tunda
ret

delay:
mov r7,#5
dly:
mov r6,#255
dl:
mov r5,#255
djnz r5,$
djnz r6,dl
djnz r7,dly
ret
kirim:
mov sbuf,75h
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,74h
jnb ti,$
clr ti
mov sbuf,73h
jnb ti,$
clr ti
acall tunda
ret
tunda:
mov r7,#255
tnd: mov r6,#255
djnz r6,$
djnz r7,tnd
ret
tadc:
adc:

mov r7,#80h
mov r6,#40h
djnz r6,$
djnz r7,adc
ret

end.

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

;============;
; program atap
;
;============;
batas bit
p0.6
sensor bit
p0.7
mov a,#11h
utama:
mov p2,a
rl a
call tunda
jb batas,utama
mov p2,#0h

mulai:
jnb sensor,tutup
call buka_atap
jmp mulai
tutup:
mov a,#11h
loop_tutup:
mov p2,a
rl a
call tunda
jb batas,loop_tutup
mov p2,#0h
jmp mulai
buka_atap:
mov a,#11h
loop_buka:
mov p2,a
rr a
call tunda
jb p0.5,loop_buka
mov p2,#0h
ret

tunda:
mov r7,#100
Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

tnd:
mov r6,#20
djnz r6,$
djnz r7,tnd
ret
end

Neronzie Julardi : Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap Dan Pemanas Ruangan Menggunakan Sensor Cahaya Ldr Dan
Sensor Suhu Lm 35, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai