Anda di halaman 1dari 33

Perkembangan Peserta Didik

Masa Remaja

Oleh:
Kelas VB
Kelompok 3
Putu Sri Satri Dewi

(1213011007)

Ni Kadek Elsa Heriyani

(1213011021)

Ni Putu Sulastri

(1213011022)

Kadek Ayu Resa Kristanti

(1213011023)

Ni Wayan Poppy Handayani

(1213011035)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014

KATA PENGANTAR

Ucapan terima kasih dan puji syukur senantiasa penulis panjatkan


kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-Nya, maka
penulis dapat menyusun makalah Perkembangan Peserta Didik yang berjudul
Masa Remaja.
Penulis sangat menyadari betapa pentingnya bimbingan dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ni Made Juniantari, M.Pd. selaku dosen pembimbing dari mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik.
2. Teman-teman kelas V B yang ikut memberikan saran dalam penyusunan
makalah ini.
3. Pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan saran maupun kritik yang
bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Singaraja, 19 November 2014

Penulis

Masa Remaja |

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Periodisasi Masa Remaja (Pubertas, Remaja Awal dan Remaja Akhir) ............ 3
2.2 Tugas Perkembangan Masa Remaja ................................................................ 5
2.3 Perkembangan Fisik dan Psikoseksual ............................................................. 6
2.4 Perkembangan Kognisi dan Bahasa ................................................................. 8
2.5 Perkembangan Emosi, Perkembangan Sosial dan Moral ................................... 11
2.6 Bahaya dan Masalah-masalah pada Masa Remaja ........................................... 23
2.7 Implikasi Perkembangan Masa Remaja Terhadap Dunia Pendidikan ............... 24
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan......................................................................................................... 25
3.2 Saran............................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
SOAL DAN PEMBAHASAN

Masa Remaja |

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif, dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya
Perkembangan yang terjadi pada individu melalui tahap atau periode tertentu.
Salah satu periode perkembangan yang sangat riskan adalah periode atau
masa remaja (Adolescence). Masa ini dikatakan masa yang rentan karena
pada tahap ini anak akan mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik
maupun psikis menuju pendewasaan diri. Masa remaja juga merupakan masa
yang krusial karena keberhasilan dalam menghadapi masa depannya juga
dipengaruhi oleh keberhasilan pada masa remaja. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak pada masa remaja, sehingga jika anak
pada tahap ini kurang mendapat perhatian dan bimbingan

maka

kemungkinan anak akan berada pada jalan yang salah. Hal ini dikarena
kondisi emosi dan psikis anak yang tidak stabil. Bahkan tidak jarang anak
yang pada masa remaja melakukan prilaku antisosial yang menjurus pada
pelanggaran hukum. Sehingga sangat diperlukan perhatian, dukungan dan
pendidikan yang tepat, baik dari lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah.
Adanya pemahaman akan apa saja perubahan yang terjadi pada masa
remaja akan sangat membantu pendidik untuk mengarahkan dan membibing
seorang anak kearah yang benar. Jika pendidik dan orang tua tidak mampu
memahami anak pada masa ini maka bisa dipastikan anak tersebut akan salah
haluan atau arah. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini akan
memaparkan materi dengan tema Masa Remaja yang akan membahas
Periodisasi,

karakteristik

perkembangan,

masalah

dan

implikasi

perkembangan masa remaja terhadap dunia pendidikan.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana periodisasi masa remaja (pubertas, remaja awal dan
remaja akhir)?
Masa Remaja| 1

1.2.2 Apa saja tugas perkembangan masa remaja?


1.2.3 Bagaimana perkembangan fisik dan psikoseksual masa remaja?
1.2.4 Bagaimana perkembangan kognisi dan bahasa pada saat masa remaja?
1.2.5 Bagaiman perkembangan emosi, perkembangan social dan moral
masa remaja?
1.2.6 Apa saja bahaya dan masalah-masalah pada masa remaja?
1.2.7 Bagaimana implikasi perkembangan masa remaja terhadap dunia
pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui periodisasi masa remaja (pubertas, remaja awal
dan remaja akhir).
1.3.2 Untuk mengetahui tugas perkembangan masa remaja.
1.3.3 Untuk mengetahui perkembangan fisik dan psikoseksual masa remaja.
1.3.4 Untuk mengetahui perkembangan kognisi dan bahasa pada saat masa
remaja.
1.3.5 Untuk mengetahui perkembangan emosi, perkembangan social dan
moral masa remaja.
1.3.6 Untuk mengetahui bahaya dan masalah-masalah pada masa remaja.
1.3.7 Untuk mengetahui implikasi perkembangan masa remaja terhadap
dunia pendidikan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini, antara lain.
1.4.1 Bagi penulis, mendapat informasi yang lebih mendalam tentang masa
remaja baik itu periodisasi masa remaja, perkembangan masa remaja,
masalah-masalah yang dihadapi dan implikasinya dalam dunia
pendidikan.
1.4.2 Bagi pembaca, memperoleh informasi tentang masa remaja baik itu
periodisasi masa remaja, perkembangan masa remaja, masalahmasalah yang dihadapi dan implikasinya dalam dunia pendidikan.
Informasi ini dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan, yang
nantinya berguna bagi kehidupan pembaca.

Masa Remaja| 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Periodisasi Masa Remaja (Pubertas, Remaja Awal dan Remaja Akhir)
Masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan
manusia yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai meninggal
dunia (life span development). Kata remaja diterjemahkan dari kata dalam
bahasa Inggris adolescence atau adolecer (bahasa latin) yang berarti tumbuh
atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Adolescence maupun remaja
menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik,
intelektual, emosi dan sosial.
Istilah lain untuk menunjukkan pengertian remaja yaitu pubertas.
Pubertas berasal dari kata pubes (dalam bahasa latin) yang berarti rambut
kelamin, yaitu yang merupakan tanda kelamin sekunder yang menekankan
pada perkembangan seksual. Dengan kata lain pemakaian kata pubertas sama
dengan remaja tetapi lebih menunjukkan remaja dalam perkembangan
seksualnya, atau pubertas hanya dipakai dalam hubungannya dengan
perkembangan bioseksualnya.
Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Hurlock (Rita Eka Izzaty,
dkk 2007: 130) menyatakan awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13
tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia
16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia mata secara hukum. Dengan
demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat.
Periodisasi remaja ini sifatnya relatif karena masing-masing ahli maupun
Negara menggunakan pendekatan yang berbeda-beda.
Awal masa remaja biasanya disebut sebagai usia belasan kadangkadang bahkan disebut usia belasan yang tidak menyenangkan. Meskipun
remaja yang lebih tua sebenarnya masih tergolong anak belasan tahun
sampai ia berusia dua puluh satu tahun, namun istilah belasan tahun yang
secara populer dihubungkan dengan perilaku khas remaja muda.
Menurut Siti Partini (Rita Eka Izzaty, dkk 2007: 130) masa remaja
pada usia 18 tahun merupakan masa yang secara hukum dipandang sudah
Masa Remaja| 3

matang, yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa.


Masa remaja, memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan masa sebelum dan
sesudahnya. Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk 2007: 130) menjelaskan ciri-ciri
tersebut sebagai berikut:
1. Masa remaja sebagai periode penting, karena akibatnya yang langsung
terhadap sikap dan perilaku dan akibat jangka panjangnya, juga akibat
fisik dan akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting
disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat menimbulkan
penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga mereka harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan serta
mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku
dan sikap yang sudah ditinggalkan.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, selama masa remaja terjadi
perubahan fisik yang sangat pesat, juga perubahan perilaku dan sikap yang
berlangsung pesat. Menurut Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk 2007: 131), ada
4 macam perubahan yaitu: meningginya emosi; perubahan tubuh, minat
dan peran yang diharapkan; berubahnya minat dan pola perilaku serta
adanya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, pada masa ini mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-teman dalam segala hal, seperti pada masa sebelumnya.
Pada saat ini remaja berusaha untuk menunjukkan siapa diri dan
peranannya dalam kehidupan masyarakat.
5. Usia bermasalah, karena pada masa remaja pemecahan masalah sudah
tidak seperti pada masa sebelumnya yang dibantu oleh orangtua dan
gurunya. Setelah remaja masalah yang dihadapi akan diselesaikan secara
mandiri, mereka menolak bantuan dari orangtua dan guru lagi.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan/kesulitan. Karena
pada masa remaja sering timbul pandangan yang kurang baik atau bersifat
negatif. Stereotip demikian mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja
Masa Remaja| 4

terhadap dirinya, dengan demikian menjadikan remaja sulit melakukan


peralihan menuju masa dewasa. Pandangan ini juga yang sering
menimbulkan pertentangan antara remaja dengan orang dewasa.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Pada masa ini remaja
cenderung memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan bukan sebagaimana adanya, lebih-lebih cita-citanya. Hal ini
menyebabkan emosi meninggi dan apabila diinginkan tidak tercapai akan
mudah marah. Semakin bertambahnya pengalaman pribadi dan sosialnya
serta kemampuan berfikir rasional remaja memandang diri dan orang lain
semakin realistic
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, Menjelang menginjak masa
dewasa, mereka merasa gelisah untuk meninggalkan masa belasan
tahunnya. Mereka belum cukup untuk berperilaku sebagai orang dewasa,
oleh karena itu mereka mulai berperilaku sebagai status orang dewasa
seperti cara berpakaian, merokok, menggunakan obat-obatan dll, yang
dipandang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan.
2.2 Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan masa remaja yang harus dilalui adalah sebagai berikut:
1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa
2. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
3. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
4. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
5. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab.
6. Mempersiapkan karier ekonomi
7. Mencapai kematangan dalam kesiapan diri untuk menikah dan hidup
berkeluarga (khususnya remaja akhir)
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.

Masa Remaja| 5

2.3 Perkembangan Fisik dan Psikoseksual


Masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik.
Pertumbuhan perkembangan fisik pada akhir masa remaja menunjukkan
terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan remaja
perempuan menjadi bentuk khas perempuan. Proses pertumbuhan ini
dipengaruhi percepatan pertumbuhan, sehingga pada masa ini sering ada
beberapa istilah untuk pertumbuhan fisik remaja: The Onset of pubertal
growth spurt (masa kritis dari perkembangan biologis) serta The maximum
growth age, berupa: Perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi dan berat badan,
proporsi muka dan badan.
Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan berjalan parallel
dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon mammotropik, serta hormon
gonadotropik (kelenjar seks), yang mempengaruhi peningkatan kegiatan
pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer dan sekunder.
Pertumbuhan pada laki-laki bertambah berat karena kuatnya urat daging dan
wanita karena jaringan pengikat dibawah kulit terutama pada paha, lengan dan
dada. Percepatan pertumbuhan pada wanita berakhir pada usia 13 tahun dan
pada laki-laki pada usia 15 tahun.
Adanya percepatan pertumbuhan pada remaja berimplikasi pada
perkembangan psikososial mereka yang ditandai dengan kedekatan remaja
pada teman sebayanya (peer group) daripada orangtua atau keluarga.
Disamping itu juga remaja pada waktu itu diharapkan dapat memenuhi
tanggungjawab sebagai orang dewasa. Namun karena belum memiliki
pengalaman sebagai orang dewasa, sehingga sering mengalami kegagalan, hal
ini dapat menimbulkan masalah dalam bentuk frustasi dan konflik. Pada masa
ini remaja juga sering mengalami kegusaran hati yang paling dalam karena
perhatian yang besar pada diri terutama kalau ada penyimpangan.
Perkembangan fisik yang pesat pada diri remaja selalu diiringi dengan
perkembangan psikoseksual, yang dalam hal ini akan diuraikan sebagai
berikut:

Masa Remaja| 6

1. Tanda-tanda pemasakan seksual


Bersamaan dengan kematangan perkembangan fisik, pada masa
remaja organ-organ seksual juga mengalami kematangan secara primer
dan sekunder. Tanda-tanda pemasakan seksual primer adalah pemasakan
pada organ tubuh yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan dan
proses reproduksi, sedang tanda-tanda pemasakan seksual

sekunder,

menunjukkan tanda-tanda khas sebagai laki-laki dan sebagai perempuan.


Adapun tanda-tanda kematangan seksual primer pada laki-laki adalah
pada penis, testes dan skrotum, sedangkan pada perempuan adalah
pada rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan dan klitoris. Tandatanda seksual sekunder pada laki-laki adalah tumbuhnya rambut kemaluan,
bahu melebar, dan timbulnya pergantian suara. Sedangkan pada
perempuan adalah tumbuhnya rambut kemaluan yang berupa segitiga
berbasis keatas, pinggul melebar, dan mulainya tumbuh payudara.
Dengan nampaknya perkembangan pada kematangan seksual sekunder
akan menunjukkan perbedaan penampilan khas sebagai laki-laki atau
sebagai perempuan.
2. Perbedaan kriteria pemasakan seksual
Perbedaan kriteria pemasakan seksual menunjukkan bahwa pada
perempuan

nampak

lebih

jelas

dibandingkan

dengan

laki-laki.

Menarche (haid pertama) pada perempuan yang merupakan disposisi


untuk konsepsi atau kelahiran, yang dilanjutkan dengan kelahiran bayi
jelas dapat diamati. Dibandingkan dengan ejakulasi awal (wet dream)
pada laki-laki nampak kurang jelas. Biasanya hanya diketahui langsung
oleh remaja yang bersangkutan, karena jarang mereka menyampaikan
kepada

orang

perempuan,

lain.

dapat

Tidak
diketahui

seperti
oleh

pada menarche
orang

lain,

pada

remaja

misalnya oleh

orangtuanya.
3. Perbedaan permulaan pemasakan seksual
Pada remaja, menurut beberapa penelitian perbedaan permulaan
pemasakan seksual pada perempuan terjadi 2 tahun lebih awal
dibandingkan pada

remaja

laki-laki.

Menarche

sebagai

tanda

Masa Remaja| 7

pemasakan seksual pada perempuan terjadi pada usia 13 tahun.


Hubungan

antara

percepatan pertumbuhan

pemasakan

seksual

dimulai

lebih

akhir

dengan

dimulainya

bagi remaja

laki-laki.

Percepatan pertumbuhan menjadi lebih lambat atau mundur pada


waktu terjadi produksi sel telur dan sel-sel jantan lebih besar. Dengan kata
lain

pada

waktu

terjadi

pemasakan

seksual

berarti

percepatan

pertumbuhan menjadi lebih lambat.


4. Perbedaan urutan gejala pemasakan seksual
Jika dilihat dari perbedaan urutan gejala pemasakan seksual, pada
laki-laki dimulai pertumbuhan testes, kemudian mengalami perubahan
suara menjadi agak berat dilanjutkan dengan penambahan kekuatan.
Sedangkan urutan gejala pemasakan seksual pada perempuan dimulai
pada payudara bagian puting susu diikuti jeringan pengikat, kemudian
payudara dalam bentuk dewasa. Kelenjar payudara akan mereaksi
pada masa terjadinya kehamilan dan reproduksi air susu pada akhir
kehamilan.
5. Perkembangan Percintaan Remaja
Seiring dengan kematangan seksual, menurut Garrison (Sunarto &
Agung HartonodalamRita dkk, 2007) seorang remaja akan mengalami
jatuh cinta didalam masa kehidupannya. Jatuh cinta akan menimbulkan
suatu bentuk relasi antara seseorang dengan lawan jenisnya disertai
komitmen untuk setia selama menjalani hubungannya (Ria, 2014). Dalam
perkembangan percintaan yang wajar dapat menghantar remaja menuju
ke jenjang perkawinan. Dalam percintaan dikenal apa yang disebut
dengan cinta sejati yaitu suatu yang abadi dan datangnya hanya
sekali dalam hidup. Terkait dengan perkembangan emosi remaja, akan
dijelaskan

tentangadanya

beberapa

tahapan

perkembangan

emosi

cinta,hingga seorang remaja menemukan cinta yang sejati (romantic love).


2.4 Perkembangan Kognisi dan Bahasa
1. Konsep Kecerdasan
Sebelum membahas tentang perkembangan kognisi remaja, maka
akan diuraikan tentang konsep kecerdasan, karena antara kognisi
Masa Remaja| 8

manusiadengan kecerdasanselaluberkaitan. Satu hal yang membedakan


antara manusia dengan mahluk lain adalah kemampuan berfikir yang
dimilikinya. Binatang misalnya hanya memiliki naluri (instink) sebagai
pendorong tingkah lakunya, sedangkan manusia mampu mengunakan akal
pikirannya. Kemampuan berpikir tersebut tercakup dalam aspek kognitif
yang sering disebut kecerdasan atau inteligensi (intelligence).
Inteligensi merupakan kemampuan dalam berbagai bidang yang
dalam

fungsinya

saling berhubungan serta dapat

diamati dalam

perilaku individu. Witherington, mengidentifikasi beberapa ciri perilaku


inteligensi

sebagai

manifestasi

dari kemampuan inteligensi sebagai

berikut:
a. kemampuan dalam menggunakan bilangan (facility in the use of
numbers)
b. efisiensi dalam berbahasa (language efficiency)
c. kecepatan dalam pengamatan (speed of perception)
d. kemudahan dalam mengingat (facility in memorizing)
e. kemudahan dalam memahami hubungan (facility in comprehending
relationship)
f. imaginasi (imagination)
2. Pengukuran Kecerdasan
Kecerdasan dapat diukur melalui tes kecerdasan. Orang pertama
yang melakukan tes tersebut adalah Binet yang mengukur fungsi kognitif,
ketajaman bayangan, lama dan kualitas pemusatan perhatian, ingatan,
penilaian estetis dan moral, pemikiran logis dan pengertian logis
mengenai

bahasa.

Theodore Simon,
inteligensi

Tes

tersebut kemudian

disempurnakan

oleh

sehingga kemudian dikenal dengan istilah tes

Binet-Simon.

Hasil

tes

inteligensi

disebut

dengan

Intelligency Quotient (IQ), yang menunjukkan tingkat inteligensi


seseorang.
Sekor IQ didapatkan dengan menghitung umur mental (Mental
Age/MA) dibagi umur kronologis (Cronological Age/CA) kemudian
dikalikan 100 %, sehingga rumusnya sebagai berikut:
IQ = MA/CA x 100%

Masa Remaja| 9

3. Perkembangan Kognitif Remaja


Sebagaimana aspek lain dalam perkembangan remaja, kecerdasan
(kognisi) juga mengalami perkembangan baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif. Secara kuantitatif inteligensi berkembang semenjak bayi
masih berada dalam kandungan. Laju perkembangannya berlangsung
sangat pesat mulai usia 3 tahun sampai dengan masa remaja awal. Puncak
perkembangan dicapai pada penghujung masa remaja akhir (usia sekitar
dua-puluhan), sesudah itu sampai usia 60 tahun perkembangannya
lambat,

terjadilah

penurunan.

Pada

masa
masa

plateau,
lanjut

yang selanjutnya

usia

intelligensi

akan

terjadi

dapat mengalami

penurunan karena pengaruh dari kesehatan fisik dan kurangaktifnya


rangsangan intelektual yang diberikan. Jean Piaget selama tahun 1920
sampai 1964 melakukan penelitian yang hasilnya menyimpulkan bahwa,
perkembangan kognitif bersifat tahapan, urutan tahapan berlaku secara
universal tapi batasan waktu berbeda-beda tergantung budaya, dimana
anak adalah

alone scientist: kognitifnya berkembang apabila

dibiarkan

bereksperimen

sendiri/memanipulasi

benda

anak
secara

langsung.Interaksi dengan teman sebaya lebih bermanfaat dibanding


interaksi dengan orang dewasa. Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa perkembangan kognitif manusia terdiri dari 4 tahap, yang
selanjutnya dikenal dengan tahapan perkembangan kognitif. Teori lain
yang

mencoba

mengungkap

tentang

perkembangan

kognisi

dikemukakan oleh Vygotsky, yang mengatakan bahwa perkembangan


mental anak tergantung pada proses sosialnya, yaitu bagaimana anak
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang
menguntungkan anak adalah orang dewasa atau anak yang lebih
mampu yang dapat memberi penjelasan tentang segala sesuatu sesuai
dengan nilai kebudayaan. Sebagai contoh, bila anak menunjuk suatu
objek, maka orang dewasa tidak hanya menjelaskan tentang objek
tersebut, namun juga bagaimana anak harus berperilaku terhadap objek
tersebut.Vygotsky membedakan proses mental menjadi dua yaitu:
Masa Remaja| 10

i.

Elementary: masa praverbal, yaitu: selama anak belum menguasai


verbal, pada saat itu

anak berhubungan dengan lingkungan

menggunakan bahasa tubuhnya.


ii.

Higher: masa setelah anak dapat berbicara, Pada masa ini anak
akan berhubungan dengan lingkungan secara verbal.

Vygotsky, menggambarkan teorinya tentang kognitif sebagai berikut:


Batas Kemampuan Potensial
Batas Kemampuan Aktual
The Zone of Proximal Development
The Zone of Proximal Development
Daerah rentang antara tingkat perkembangan aktual dg tingkat
perkembangan potensial yang lebih tinggi (antara apa yang dapat
dilakukan secara mandiri dengan apa yang dapat dilakukan dengan
bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasinya dengan teman
sebaya yang lebih mampu. Oleh karena itu implikasi teori Vygotsky
Belajar harus disesuaikan dg tingkat perkembangan anak (biasa dapat
diidentifikasi dengan skor tes inteligensi, dengan sedikit bantuan
orang dewasa, seorang siswa dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih
sulit yang tidak bisa dikerjakan sendiri). Contoh: siswa mungkin dapat
mengerjakan

persoalan

dapatmenyelesaikan

tambah-tambahan

persoalan

pengurangan

sendiri
dengan

tetapi
bantuan

guru.Pengajaran yang efektif terjadi apabila berfungsi menstimulasi


proses perkembangan,

yaitu:

pengajaran

yang

mengenai

fungsi

kognitif yang sudah matang dan fungsi yang berada di zone of proximal
development.
2.5 Perkembangan Emosi, Perkembangan Sosial dan Moral
1. Perkembangan Emosi Remaja
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak
stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah
Masa Remaja| 11

dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed
Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45
menit untuk berubah dari mood senang luar biasa ke sedih luar biasa,
sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang
sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang
terjadi pada remaja.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan
tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Kepekaan emosi yang meningkat sering
diujudkan dalam bentuk, remaja lekas marah, suka menyendiri dan adanya
kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentimen, menggigir kukut
dan garuk-garuk kepala.
Terjadinya peningkatan kepekaan emosi pada remaja hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: perubahan sistem endokrim
menyebabkan perubahan fisik, faktor nutrisi ketegangan emosi, anemia
apatis, disertai kecemasan dan lekas marah, kurang kalsium lekas
marah, emosi tidak stabil, adanya cacat tubuh, hubungan yang tidak
harmonis dalam keluarga, kurangnya model dalam berperilaku, faktor
sosial, tuntutan masyarakat yang terlalu tinggi, tidak dapat mencapai citacita frustasi, penyesuaian terhadap jenis kelamin lain, masalah-masalah
sekolah (masalah penyesuaian diri, emosi, sosial, pertentangan dengan
aturan sekolah), masalah pekerjaan tidak menentunya kondisi social,
hambatan kemauan (peraturan di rumah, norma-norma social, hambatan
keuangan)
Reaksi remaja terhadap frustasi:
a. Agresi, ditujukan orang lain melalui serangan fisik/kata-kata yang
ditujukan diri sendiri (menyakiti diri sendiri)
b. Pengalihan emosi marah, emosi marah dialihkan ke objek lain seperti
kepada adik, orang tua atau guru (tidak secara langsung)
c. Withdrawl, menarik diri dalam lamunan atau alam fantasi.
d. Regresi, kembali ke situasi masa perkembangan sebelumnya yang
memberi
Masa Remaja| 12

kepuasan
e. Kompensasi, mencari objek pemuasan di bidang lain sebagai
penggantikegagalan dalam suatu bidang
f. Fustrasi pendorong

Tingkahlaku konstruktif (usaha lebih giat)

Meninjau kembali cita-cita (menurunkan aspirasi)

Perkembangan Emosi Cinta


Seiring dengan kematangan Kelenjar kelamin, sebagaimana telah
dipaparkan dalam perkembangan psikoseksual maka dalam diri remaja
mulai timbul perhatian terhadap lawan jenis, atau sering diistilahkan mulai
jatuh cinta.
Dilihat dari tahap-tahap perkembangan Emosi Cinta Remaja, akan dilalui
beberapa tahap yaitu:
a. Crush, akhir masa kanak-kanak/awal remaja, mulai memuja orang lain
yang lebih tua dari jenis seks yang sama, cinta bersifat pemujaan
b. Hero Worshipping, sama dengan crush, cinta bersifat pemujaan
ditujukanpada orang lain yang lebih tua, tetapi dari jenis kelamin yang
berbeda dan umumnya jarak jauh.
c. Boy Crazy danGirl Crazy, Rasa cinta ditujukan pada teman sebaya,
tidakhanya satu orang tetapi pada semua remaja & lawan jenisnya.
d. Puppy Love (cinta monyet), Cinta remaja tertuju pada satu orang saja
tapisifatnya masih berpindah-pindah.
e. Romantic Love, Remaja menemukan cinta yang tepat, sifat sudah lebih
stabil,sering berakhir dengan perkawinan.
2. Perkembangan Sosial Remaja
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman
sebayabertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnyatermasuk pergaulan dengan lawan jenis.Pemuasan intelektual
juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi,
berdebat untuk memecahkan masalah.Mengikuti organisasi sosial juga
memberikan keuntungan bagi perkembangan. Keberhasilan dalam
pergaulan sosial akan menambah rasa percaya diri pada diri remaja dan
Masa Remaja| 13

ditolak olehkelompok merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja.


Oleh karena itusetiap remaja akan selalu berusaha untuk diterima oleh
kelompoknya.
Penerimaan sosial (social acceptance) dalam kelompok remaja
sangattergantung pada: a) kesan pertama, b) penampilan yang menarik, c)
partisipasisosial, d) perasaan humor yang dimiliki, e) ketrampilan
berbicara dan f) kecerdasan. Ada beberapa sikap yang sering ditampilkan
para remaja dalam kelompok yaitu: kompetisi atau persaingan;
konformitas, yaitu selalu ingin samadengan anggota kelompok yang lain;
menarik perhatian dengan caramenonjolkan diri dan menaruh perhatian
kepada orang lain; dan menentang otoritas, sering menolak aturan dan
campur

tangan orang dewasa

untuk urusan urusan pribadinya.

Perkembangan pola orientasi sosial pada diri remaja padaumumnya


mengikuti suatu pola tertentu. Suatu penelitian longitudinal yangdilakukan
oleh oleh Bronson, menyimpulkan adanya tiga pola orientasi sosial,yaitu:
a) Withdrawal vs. Expansive
Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang mempunyai
kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia
lebihsenang hidup menyendiri. Sebaliknya anak yang expansive suka
menjelajah,

mudah

bergaul

dengan

orang

lain

sehingga

pergaulannyaluas.
b) Reactive vs aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang
tinggi sehingga mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang
aplaciditymempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli terhadap
kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial.
c) Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti
kegiatan sosial namum mereka cukup puas sebagai anggota kelompok
saja,sebaliknyan anak yang dominant mempunyai kecenderungan
menguasaidan mempengaruhi teman-temannya sehingga memiliki
motivasi yang tinggi untuk menjadi pimpinan.
Masa Remaja| 14

a. Tujuan Perkembangan Sosial Remaja


Sesuai dengan hubungan sosialnya beserta tugas perkembangannya
adabeberapa tujuan perkembangan sosial remaja yaitu:
1) memperluas kontak sosial
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkankemudahannya,
apakah disekolah atau di lingkungan tetangga.Remaja

mulai

menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yangsama, yang dapat


memahami, membuat rasa aman, mereka dapatmempercayakan
masalah-masalah dan membahas hal-hal yangtidak dapat dibicarakan
dengan orangtua.
2) mengembangkan identitas diri
Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaantentang
dirinya, siapakah dan bagaimana dirinya menjadi diri yangdiharapkan.
Untuk

dapat

menjawab

dan

sekaligus

mewujudkandalam

kehidupannya dari hidup dibawah pengaruh orangtua sampaidapat


mandiri, mengambil keputusan sendiri, memang tidak mudahdan tidak
sederhana. Oleh karena itupengalaman hubungan sosial sejak dari
kehidupan keluarga,sekolah dan masyarakat menjadi penting karena
ikut membentukidentitas diri.
3) menyesuaikan dengan kematangan seksual
Kematangan seksual yang dialami remaja diikuti dengan kematangan
psikoseksualnya. Namun remaja dengan perkembangan biologis yang
matang belum tentu matang secara sosial. Penyesuaian kematangan
seksual ditunjukkan dengan ketertarikan remaja dengan lawan jenis.
4) belajar menjadi orang dewasa
Remaja dalam hubungan sosialnya telah meluas dalam kehidupan
bermasyarakat, remaja tidak hanya bergaul dengan sesama teman
remajanya tetapi juga denga orang dewasa. Dengan begitu remaja
dapat belajar bagaimana menjadi orang dewasa dalam menerima
kedudukan, menjalankan peran, dalam keluarga dan masyarakat luas.

Masa Remaja| 15

b. Teori Perkembangan Sosial Erikson


Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia
dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan
psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi.
Berdasarkan tahapan perkembangan psikososial yang dikembangkan oleh
Erikson, usia remaja termasuk pada tahap kelima (12 s.d 18 tahun) yaitu
rasa rendah diri, pencarian identitas versus kebingungan identitas. Remaja
pada saat itu dihadapkan banyak peran sehingga oleh Erikson dikenal
dengan krisis identitas, namun jika remaja dapat mengetahui dirinya, atau
melalui krisis identitas, maka remaja akan memiliki perasaan senang
berkaitan dengan mantapnya perasan diri, yang selanjutnya akan
berpengaruh pada kesuksesan dalam komitmen dasar kehidupan;
pekerjaan; ideologi; sosial; agama; etika dan seksual. Sebaliknya remaja
yang tidak dapat melalui krisis identitas dan tidak dapat menjalankan
perannya sesuai harapan, maka akan menimbulkan masalah dalam
pengembangan identitas.
Berdasarkan hasil penelitian remaja dapat dikategorikan menjadi
empat status identitas, yaitu:
a. identity achievement (identitas remaja mantap setelah mengalami
periode krisis dan percobaan;
b. moratorium (individu masih dalam periode krisis dan eksperimen);
c. foreclosure (individu langsung komitmen tanpa melalui periode krisis
atau eksperimentasi
d. identity diffusion (individu tidak mempunyai komitmen dan tidak
mencoba melakukan sesuatu)
c. Sikap Sosial Remaja
Perkembangan sikap sosial remaja ada yang disebut sikap
konformitas dan sikap heteroseksual. Sikap konformitas merupakan sikap
ke arah penyamanan kelompok yang menekan remaja dapat bersifat positif
dan negatif. Sikap positif remaja misalnya berperilaku baik mengikuti
teman-teman dalam kelompoknya, berpakaian seperti teman yang lain,
serta melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang positif. Sikap konformitas
Masa Remaja| 16

yang negatif seperti pengrusakan, mencuri, pemberontakan, dll. Terkait


dengan sikap konformitas remaja, mereka memiliki tujuan untuk dapat
menyatu dengan kelompoknya, remaja dapat mengekspresikan sikap
individualnya dan kelompok remaja akan dapat menunjukkan bahwa
kelompoknya terpisah dengan kelompok orang dewasa.
Perubahan sikap dan perilaku seksual remaja yang paling menonjol
adalah bidang heteroseksual ( Hurlock, 1991). Mereka mengalami
perkembangan dari tidak menyukai lawan jenis, menjadi menyukai lawan
jenis. Kesempatan dalam berbagai kegiatan sosial semakin luas yang
menjadikan remaja memiliki wawasan yang lebih luas. Remaja semakin
mampu dalam berbagai kemampuan sosial yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri.
Dalam kaitannya dengan sikap hubungan heteroseksual ada
beberapa tujuan yang dicapai oleh remaja yaitu:
1. remaja dapat berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan
mempermudah

perkembangan

sosial

mereka

terutama

dalam

menyiapkan tugas perkembangan yaitu menyiapkan perkawinan dalam


kehidupan keluarga
2. remaja akan dapat melatih diri utuk menjadi mandiri, ini diperoleh
dengan berbagai kegiatan sosial
3. remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok
4. remaja dapat belajar melakukan memilih teman.
Orang tua dan pendidik harus membimbing remaja agar dapat
mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima
keadaan

fisiknya

dan

menggunakan

tubuhnya

secara

efektif,

mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,


mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga,
memperoleh perangkat nilai, serta sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.

Masa Remaja| 17

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial Remaja


Dalam kelompok remaja, ada nilai-nilai yang dipergunakan sebagai
dasar penerimaan dalam kelompok. Nilai-nilai itu didasarkan pada
sekumpulan sifat dan pola prilaku yang disenangi remaja dan dapat
menambah gengsi yang disebut dengan Sindroma penerimaan (Hurlock,
1991)
Menurut

Hurlock

(1991),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

penerimaan sosial remaja adalah:


1. kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan
yang menarik perhatian, sikap yang tenang dan gembira
2. memiliki reputasi sebagai orang yang sportif dan menyenangkan
3. penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya
4. perilaku sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung jawab, panjang
akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana serta berlaku sopan.
5. Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk
mengikuti aturan kelompok.
6. Memiliki sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang
baik seperti sifat-sifat jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan
terbuka.
7. Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota-anggota
lainnya dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggotaanggotan keluarga.
8. Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah
hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.
3. Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan.
Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Adapun pengertian moral
menurut beberapa ahli yaitu: Sunarto H dan Agung Hartono (1994),
mengutip pendapat Purwodarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
moral adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan dan kelakuan ahlak,
Masa Remaja| 18

kewajiban dan sebagainya. Elida Prayitno (1992), mengutip pendapat


Santrock & Yussen (1977), menyatakan moral adalah sesuatu yang
menyangkut kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang
dalam berinteraksi dengan orang lain. Rahmat Wahab & Solehuddin
(1999:180), menyatakan bahwa pengertian moral mengacu pada baik
buruk dan benar salah yang berlaku di masyarakat secara luas.
Berdasarkan beberapa pengertian moral diatas, dapat disimpulkan bahwa
moral adalah ajaran tentang baik buruk, benar salah, akhlak, aturan yang
harus dipatuhi dan sebagainya. Maka moral merupakan kendali, kontrol
dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai kehidupan,
yaitu norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau prinsip- prinsip
hidup yang menjadi pegangan hidup seseorang atau Moral merupakan
bagian penting yang sangat berhubungan dengan perkembangan sosial
dalam membuat judgement atau keputusan dalam berperilaku.
Perkembangan moral terjadi pada masa remaja sehingga kehidupan
moral

merupakan

masalah pokok

dalam

masa

remaja.

Further

mengemukakan 3 dalil yang berkaitan dengan moral, yaitu sebagai


berikut:
a) Tingkahlaku moral yang sesungguhnya baru terjadi pada masa remaja.
b) Masa remaja sebagai periode masa muda harus dihayati betul-betul
untuk dapat mencapai tingkah laku moral yang otonom
c) Eksistensi moral sebagai keseluruhan merupakan masalah moral, hal
ini harus dilihat sebagai hal yang bersangkutan dengan nilai-nilai atau
penilaian.
Berkaitan dengan perkembangan moral ada beberapa teori yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Teori Perkembangan Moral menurut Psikologi Analisis dari Freud
Menurut

Freud,

manusia

memiliki

tahap-tahap

dalam

perkembangan psikologi yaitu:


a) Das Es (Id)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Id ini
memiliki impuls-impuls nafsu yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Masa Remaja| 19

b) Das Ich (Ego)


Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita, ego
berperan untuk menjaga agar hubungan dengan realitas dapat dikoordinir.
c) Das Ueber Ich (Super Ego)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistik yang mengendalikan tingkah laku
individu.
2. Teori Perkembangan Moral menurut pendekatan Kognitif dari Piaget
Pendekatan kognitif menitik beratkan pada pengertian dan
pemahaman, maka Piaget mengemukakan jenis-jenis moral sebagai
berikut:
a) Pemahaman moral heteronom (2 7 tahun)
Anak pada periode ini, menilai tingkahlaku baik buruk, benar
salah dipandang dari akibatnya bukan dari niatnya. Jadi walaupun
niatnya baik tetapi akibatnya jelek, maka perbuatan tersebut dianggap
salah. Mereka juga mengira kalau suatu peraturan adalah mutlak, tidak
dapat diubah, ditentukan oleh penguasa, misalnya orangtua, guru, kepala
sekolah, walikota, lurah, dan penguasa lainnya.
b) Pemahaman moral otonom (10 tahun)
Pada periode ini anak-anak sudah mengetahui bahwa moral
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara orang banyak dan
setiap individu dengan sadar tunduk kepada ketentuan yang telah
disepakati bersama tersebut. Mengenai kejahatan anak, memandang dari
niatnya atau maksudnya bukan akibatnya. Misalnya bila seorang dokter
membuat sakit pasiennya dengan menyuntik, karena niatnya baik maka
tidak dianggap melanggar moral, dan tidak mendapat hukuman.
c) Periode Transisi (7 10 tahun)
Periode transisi merupakan peralihan dari pemahaman moral
heteronom dengan pemahaman moral otonom. Dalam periode ini
pandangan moral anak masih berubah-ubah.

Masa Remaja| 20

3. Teori Perkembangan Moral menurut Lawrence Kohlberg


Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence
Kohlberg merupakan pengembangan dari teori Piaget. Teori ini, membagi
tahap perkembangan moral menjadi enam stadium dan keenam stadium
tersebut kemudian dikelompokkan lagi menjadi tiga level atau tingkatan
seperti berikut :
1. Tingkat pra-konvensional
Tingkatan ini disebut dengan tingkat pramoral, karena anak belum
mengenal moral. Tingkatan ini terdiri atas dua stadium yaitu :
a. Stadium 1 (orientasi kepatuhan dan hukum)
Pada stadium ini anak menurut perintah, patuh untuk menghindari
diri dari hukuman dan mendapat penghargaan. Anak juga
menganggap bahwa aturan yang ditentukan tidak dapat diganggu
gugat.
b. Stadium 2 ( orientasi individualisme dan instrumental)
Pada stadium ini berlaku prinsip relativistik hedonisme. Anak
melakukan sesuatu tergantung pada kebutuhan (relativisme) dan
kesanggupan seseorang (hedonistik). Misalnya seseorang mencuri
ayam karena sangat lapar (sangat membutuhkan) maka dia tidak
melanggar moral.
2. Tingkat konvensional
Biasanya siswa Sekolah Dasar berada pada tingkat konvensional.
Dimana tingkatan ini terdiri dari dua stadium yaitu :
a. Stadium 3 (orientasi konformitas dan interpersonal)
Pada stadium ini anak akan menyesuaikan diri terhadap apa yang
diyakini masyarakat. Sehingga, anak berusaha mematuhi standar
moral supaya memperoleh nilai baik dari masyarakat.
b. Stadium 4 (orientasi hukum dan aturan)
Pada stadium ini, individu berpendapat bahwa kegiatan-kegiatan
yang bermoral adalah yang sesuai dengan aturan-aturan dalam
masyarakat.
3. Tingkat pasca konvensional
Masa Remaja| 21

Tingkatan ini terdiri dari dua stadium yaitu :


a. Stadium 5 (orientasi kontrak sosial)
Pada stadium ini individu menyadari adanya hubungan timbale
balik dan berdasarkan kontrak antara individu dengan masyarakat.
Maka pada saat itu individu masih mau diatur oleh hukum-hukum
yang berlaku di masyarakat, walaupun mereka yakin bahwa harus
ada kelenturan moral, sehingga dimungkinkan adanya perubahan
dan perbaikan standar moral apabila dipandang perlu. Pada stadium
ini, kata hati anak sudah mulai berbicara tetapi penilaiannya belum
timbul.
b. Stadium 6 (orientasi etis universal)
Pada stadium ini, sudah terdapat pemahaman yang lebih tajam
tentang subjektivitas atauran-aturan sosial. Individu tidak hanya
melihat bahwa suatu kontrak aturan tertentu secara implicit
mengandung unsure subjektivitas dan dapat diubah, tetapi
interpretasi tentang makna dan batasan suatu aturan juga bersifat
subjektif.
4. Teori Perkembangan Moral menurut Further
Teori

ini

menyatakan

bahwa

tingkahlaku

moral

yang

sesungguhnya baru timbul pada masa remaja. Oleh sebab itu anak pada
masa remaja haruslah mengerti, menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai.
Pada tahap ini remaja sudah dianggap mampu menginternalisasikan
penilaian-penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi.
5. Teori Perkembangan Moral Ditinjau dari Teori Belajar
Teori ini menolak adanya sifat bawaan dalam perkembangan
moral, dan mengemukakan bahwa semua tingkah laku adalah tingkah laku
yang dipelajari. Teori ini beranggapan bahwa kata hati adalah sesuatu
system norma yang telah diinternalisasikan (menjadi milik pribadi),
sehingga tingkahlaku tidak karena hadiah, hukuman atau penguatan yang
lain, melainkan karena sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral yaitu
orang dewasa yang simpatik, orang terkenal, tokoh masyarakat yang
Masa Remaja| 22

menjadi

idolanya,

orang

tua,

pendidik,

teman,

penalaran

yang

mendasarinya. Adapun peranan Pendidik dalam mengembangkan nilainilai moral kepada peserta didik:
1. Memperkenalkan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat
2. Mengembangkan rasa empati kepada peserta didik supaya mereka
lebih memperhatikan orang lain
3. Membangkitkan rasa bersalah
4. Memperkuat kata hati
5. Menciptakan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik.
6. Menciptakan iklim lingkungan yang kondusif. Sehingga guru/pendidik
harus memberi model atau contoh mengenai prilaku yang bermoral.
Selain sekolah, peserta didik juga memiliki keterkaitan dengan
lingkungan yang lain. Seperti lingkungan keluarga, organisasi dan
masyarakat. Oleh sebab itulah, para orang tua, tokoh masyarakat dan
pemimpin organisasi harus memberi contoh yang bermoral.
2.6 Bahaya dan Masalah-masalah pada Masa Remaja
Seiring dengan perkembangan fisik yang sangat cepat dapat berakibat
pada masa remaja yang tidak dapat menyesuaikan secara baik, dan tidak
jarang menimbulkan bahaya-bahaya yang muncul pada masa remaja. Menurut
Hurlock (Rita Eka Izzaty, dkk 2007: 160) ada dua bahaya yaitu bahaya fisik
dan bahaya psikologis.
Bahaya fisik, meliputi kematian, bunuh diri atau percobaan bunuh diri,
cacat fisik, kecanggungan dan kekakuan. Dan bahaya psikologis ditimbulkan
akibat kegagalan menjalankan peralihan psikologis kearah kematangan yang
merupakan tugas perkembangan masa remaja yang sangat penting. Adapun
bahaya psikologis akibat ketidakmampuan penyesuain diri remaja ditandai
dengan sifat tidak bertanggung jawab seperti
1. Perilaku mengabaikan pelajaran
2. Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri
3. Perasaan tidak aman
4. Merasa ngin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal

Masa Remaja| 23

5. Terlalu banyak berhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang


diperoleh dalam kehidupan sehari-hari
Selain bahaya yang muncul pada masa remaja, pada masa ini remaja
juga sering melakukan perilaku antisocial yang disebut Juvenile Delinguince
yaitu tindakan pelanggaran/kejahatan yang dilakukan remaja yang menjurus
pada pelanggaran hukum. Ada beberapa penyebab remaja melakukan tindakan
antisocial yaitu:
1. Personality individu remaja itu sendiri seperti mempunyai kepribadian
yang lemah karena lingkungan pembentuk psikis yang tidak tepat,
kepribadian remaja yang terlalu PD,

memberontak, mendendam,

bermusuhan, curiga, kontrol batin yang kurang, tidak suka mentaati norma
seperti suka membolos, merokok pada usia awal, melakukan pelanggaran
norma sekitar, IQ rendah, psikopat, sukar didik.
2. Latar belakang keluarga seperti keluarga broken home, situasi yang
memaksa, orang tua yang bekerja seharian, orang tua yang terlalu
melindungi (over protective), orang tua yang sangat memanjakan, status
ekonomi orang tua yang rendah, orang tua yang berprilaku jelek.
3. Latar belakang masyarakat yang meliputi pengaruh peer group, media
massa, kekangan sekolah dan lingkungan sekolah yang tidak menentu.
2.7 Implikasi Perkembangan Masa Remaja Terhadap Dunia Pendidikan
Masa remaja merupakan masa yang cukup krusial sebab keberhasilan
dalam menghadapi masa depan juga dipengaruhi oleh keberhasilan remaja
dalam menjalani perkembangannya. Itulah sebabnya perhatian dari orang tua
dan guru sangatlah penting.
Implikasi dalam pendidikan yaitu perlu memperhatikan perkembangan
yang terjadi pada masa remaja. Misalnya perlu memberikan pendidikan seks
yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Selain itu agar perkembangan
fisiknya optimal, maka pemenuhan gizi harus mendapat perhatian orangtua
agar tidak menimbulkan efek yang bisa berakibat kurangnya penerimaan
sosial.

Masa Remaja| 24

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan manusia merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Tugas perkembangan pada
masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak.
Masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Perkembangan
fisik yang pesat pada diri remaja selalu diiringi dengan perkembangan
psikoseksual yang meliputi tanda-tanda pemasakan seksual primer dan
sekunder; perbedaan pemasakan seksual pada remaja laki-laki dan perempuan;
perbedaan permulaan pemasakan seksual pada remaja laki-laki dan
perempuan; perbedaan urutan gejala pemasakan seksual pada remaja laki-laki
dan perkembangan percintaan pada remaja.
Adapun perkembangan kognisi dan bahasa yang meliputi konsep
kecerdasan, pengukuran kecerdasan, dan perkembangan kognitif remaja.
Selain perkembangan fisik, psikoseksual, kognisi dan bahasa, terdapat juga
perkembangan emosi remaja, perkembangan sosial remaja dan perkembangan
moral. Seiring dengan perkembangan fisik yang sangat cepat dapat berakibat
pada masa remaja yang tidak dapat menyesuaikan secara baik, dan tidak
jarang menimbulkan bahaya-bahaya yang muncul pada masa remaja. Itulah
sebabnya perhatian dari orang tua dan guru sangatlah penting. Implikasi dalam
pendidikan yaitu perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa
remaja.

3.2 Saran
Bagi pembaca, diharapkan mampu memahami tentang masa remaja
baik itu periodisasi masa remaja, perkembangan masa remaja, masalahmasalah yang dihadapi dan implikasinya dalam dunia pendidikan, sehingga
dapat memperlakukan anak-anak yang sedang dalam masa remaja dengan
baik. Selain itu, tenaga pendidik diharapkan lebih memahami tentang
karakteristik masa remaja untuk bekal di lapangan agar dapat memantau
perkembangan peserta didik dengan baik khususnya pada masa remaja.
Masa Remaja| 25

DAFTAR PUSTAKA

Izzaty, Rita Eka dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Yusuf L.N, Syamsu dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
RiaFitriani. Gaya CintaPadaRemajaAkhir. JurnalOninePsikologi Vol. 02, No. 01,
Thn.2014
Anonim. 2012. Perkembangan Sosial Remaja.
(http://www.psychologymania.com/2012/06/perkembangan-sosialremaja.html, diakses pada tanggal 18 November 2014)
Anonim. 2014. Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson.
(http://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-perkembanganpsikososial-erik-erikson, diakses pada tanggal 18 November 2014)

Soal dan Pembahasan:

1. Jelaskan perbedaan permulaan pemasakan seksual pada remaja.


Jawaban:
Pada

remaja,

perbedaan

permulaan pemasakan

seksual

pada

perempuan terjadi 2 tahun lebih awal dibandingkan pada remaja laki-laki.


Menarche sebagai tanda pemasakan seksual pada perempuan terjadi pada
usia

13

tahun.

Hubungan

antara

percepatan pertumbuhan

dengan

dimulainya pemasakan seksual dimulai lebih akhir bagi remaja laki-laki.


Percepatan pertumbuhan menjadi lebih lambat atau mundur pada waktu
terjadi produksi sel telur dan sel-sel jantan lebih besar. Dengan kata lain pada
waktu terjadi pemasakan seksual berarti percepatan pertumbuhan menjadi
lebih lambat.

2. Jelaskan apa saja tujuan dari perkembangan sosial remaja!


Jawaban:
Tujuan perkembangan sosial remaja yaitu:
1) Memperluas kontak sosial
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya
melainkan
yang

menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yang sama,

dapat

memahami,

membuat

rasa

aman,

mereka

dapat

mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat


dibicarakan dengan orangtua.
2) Mengembangkan identitas diri
Hubungan sosial sejak dari kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat
menjadi penting karena ikut membentuk identitas diri.
3) Menyesuaikan dengan kematangan seksual
Penyesuaian kematangan seksual ditunjukkan dengan ketertarikan remaja
dengan lawan jenis.
4) Belajar menjadi orang dewasa
Remaja belajar bagaimana menjadi orang dewasa

karena remaja

umumnya tidak hanya bergaul dengan teman sebayanya tetapi juga dengan

orang

dewasa

sehingga

mereka

mampu

menerima

kedudukan,

menjalankan peran, dalam keluarga dan masyarakat luas.

3. Bagaimana peran pendidikan dalam menghadapi sikap konformitas remaja


yang cenderung menyatu dengan kelompok serta mengekspresikan sikap
individualnya?
Jawaban:
Sikap konformitas remaja ada yang bersifat positif

dan negatif,

sehingga peran dari orang tua dan lembaga pendidikan sangat diperlukan
dalam mengawasi perkembangan yang terjadi pada peserta didik di tingkat
remaja. Peran pendidik dalam menghadapi sikap konformitas anak ialah
pendidik perlu pemahaman pada fase remaja peserta didik, sehingga pendidik
dapat membantu perkembangan peserta didik sesuai tuntutan atau kebutuhan
peserta didik untuk kehidupan yang akan datang. Pada tingkat sekolah yang
berperan lebih di tingkat perkembangan social peserta didik ialah Guru
Bimbingan konseling atau guru pembimbing. Guru pembimbing sangat
dibutuhkan untuk menangani masalah-masalah social yang dihadapi peserta
didik. Sebelum memberikan solusi seorang guru pembimbing harus
mengidentifikasi terlebih dahulu masalah yang dihadapi oleh peserta didik,
sehingga dapat memberikan solusi yang tepat.

4. Sebutkan bahaya-bahaya yang muncul pada masa remaja menurut Hurlock


Jawaban:
Bahaya fisik, meliputi :

Kematian

Bunuh diri atau percobaan bunuh diri

Cacat fisik

Kecanggungan dan kekakuan

Bahaya psikologis
Bahaya psikologis ditimbulkan akibat kegagalan menjalankan peralihan
psikologis kearah kematangan yang merupakan tugas perkembangan masa
remaja yang sangat penting. Adapun bahaya psikologis akibat ketidak

mampuan penyesuain diri remaja ditandai dengan sifat tidak bertanggung


jawab seperti

Perilaku mengabaikan pelajaran

Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri

Perasaan tidak aman

Merasa ngin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal

Terlalu banyak berhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang


diperoleh dalam kehidupan sehari-hari

5. Selain bahaya pada masa remaja tidak sedikit juga remaja yang melakukan
tindakan antisosial, apakah penyebab yang menimbulkan tindakan antisosial
pada remaja?
Jawaban:
Ada beberapa penyebab remaja melakukan tindakan antisosial yaitu:

Personality individu remaja itu sendiri seperti mempunyai kepribadian


yang lemah karena lingkungan pembentuk psikis yang tidak tepat,
kepribadian remaja yang terlalu PD, memberontak, mendendam,
bermusuhan, curiga, kontrol batin yang kurang, tidak suka mentaati
norma seperti suka membolos, merokok pada usia awal, melakukan
pelanggaran norma sekitar, IQ rendah, psikopat, sukar didik.

Latar belakang keluarga seperti keluarga broken home, situasi yang


memaksa, orang tua yang bekerja seharian, orang tua yang terlalu
melindungi (over protective), orang tua yang sangat memanjakan, status
ekonomi orang tua yang rendah, orang tua yang berprilaku jelek.

Latar belakang masyarakat yang meliputi pengaruh peer group, media


massa, kekangan sekolah dan lingkungan sekolah yang tidak menentu.

6. Jelaskan secara singkat teori perkembangan moral pada masa remaja menurut
Lawrence Kohlberg, Further dan ditinjau dari teori belajar!
Jawaban:
Teori perkembangan menurut Lawrence Kohlberg

Membagi tahap perkembangan moral menjadi enam stadium dan keenam


stadium tersebut kemudian dikelompokkan lagi menjadi tiga level atau
tingkatan seperti yaitu tingkat pra-konvensional yang terdiri dari stadium 1
dan 2, tingkat konvensional yang terdiri dari stadium 3 dan 4 serta tingkat
pasca konvensional yang terdiri dari stadium 5 dan 6
Teori Perkembangan Moral menurut Further
Teori ini menyatakan bahwa tingkahlaku moral yang sesungguhnya baru
timbul pada masa remaja. Pada tahap ini remaja sudah dianggap mampu
menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikannya sebagai
nilai pribadi.
Teori Perkembangan Moral Ditinjau dari Teori Belajar
Teori ini menolak adanya sifat bawaan dalam perkembangan moral, dan
mengemukakan bahwa semua tingkah laku adalah tingkah laku yang
dipelajari. Teori ini beranggapan bahwa kata hati adalah sesuatu system
norma yang telah diinternalisasikan (menjadi milik pribadi), sehingga
tingkahlaku tidak karena hadiah, hukuman atau penguatan yang lain,
melainkan karena sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai