1. Pengertian Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu
kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai
karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama
bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut
isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Reforming adalah suatu proses untuk merubah struktur senyawa
hidrokarbon dalam fraksi minyak menjadi komponen blending gasoline yang
mempunyai oktan tinggi. Perubahan susunan struktur molekul yang terjadi paling
dominan dalam reaksi tersebut adalah dehidrogenasi naftena membentuk aromatik
menurut reaksi berikut :
CH
HC
CH
+
HC
4 H2
CH
CH
Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi
rantai bercabang/alisiklik/aromatik. Sebagai contoh, komponen rantai lurus (C5C6) dari fraksi bensin diubah menjadi aromatik.
atau
atom
karbon.
Contohnya
adalah
siklopentana
(C5H10),
2. Katalis
Katalis yang dapat digunakan pada proses reforming ini yaitu:
a. Platina
Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor
platina, Pt, 78
atom
Deret kimia
transition metals
10, 6, d
Penampilan
grayish white
Massa atom
195.084(9) g/mol
Konfigurasi elektron
Ciri-ciri fisik
Fase
solid
21.45 g/cm
kamar)
Massa jenis cair pada titik
lebur
19.77 g/cm
Titik lebur
2041.4 K
(1768.3 C, 3214.9
F)
Titik didih
4098 K
(3825 C, 6917 F)
Kalor peleburan
22.17 kJ/mol
Kalor penguapan
469 kJ/mol
Kapasitas kalor
(25 C) 25.86
J/(molK)
Platinum tidak dapat larut dalam asam klorida dan asam nitrat, tapi melarut
dengan aqua regia membentuk asam kloroplatinumt.
Dalam kondisi yang sangat halus, platinum merupakan katalis yang
sempurna, yang banyak digunakan untuk menghasilkan asam sulfat. Juga
digunakan sebagai katalis dalam pemecahan produk minyak bumi. Platinum juga
banyak diminati untuk dimanfaatkan sebagai katalis dalam sel bahan bakar dan
peralatan anti polusi untuk mobil.
Anoda platinum digunakan secara ekstensif dalam sistem perlindungan
katoda untuk kapal besar dan bejana yang melewati lautan, pipa, baja dermaga
dan lain-lain. Kawat platinum yang sangat halus akan berkilau merah terang bila
ditempatkan dalam uap metil alkohol, di mana platinum berperan sebagai katalis,
untuk mengubah alkohol menjadi formaldehida. Fenomena ini digunakan secara
komersial untuk memproduksi pemantik api rokok dan pennghangat tangan.
Hidrogen dan oksigen dapat meledak dengan adanya platinum
b. Molybdenum
pendidihan antara 30-200 C. Bensin adalah bahan bakar mesin siklus Otto yang
banyak digunakan sebagai bahan bakar alat transportasi darat (mobil). Kinerja
yang dikehendaki dari bensin adalah anti knocking. Knocking adalah peledakan
campuran (uap bensin dengan udara) di dalam silinder mesin dengan siklus Otto
sebelum busi menyala. Peristiwa knocking ini sangat mengurangi daya mesin.
Hidrokarbon rantai lurus cenderung membangkitkan knocking. Sementara,
hidrokarbon bercabang, siklik maupun aromatik cenderung bersifat anti knocking.
Tolok ukur kualitas anti knocking sering disebut sebagai bilangan oktan (octane
number).
Untuk meningkatkan nilai tambah fraksi nafta yang kadar oktannya masih
rendah, sekitar 40-59 akan diproses lagi di Unit Reforming yang hasilnya berupa
bensin dan residu. Untuk bensin nilai oktannya menjadi 85-90. Bensin ini bisa
diblending lagi dengan TEL (tetra ethyl lead) sehinggga nilai oktannya mencapai
95, contoh bensin beroktan 95 adalah pertamax.
Operasi dari proses ini meliputi pemasukan umpan nafta (virgin) ke dalam
absorber untuk mengambil propana (recovery C3 80 90%) dan gas gas
berat. Tekanan pada aliran campuran umpan adalah 1000 1500 psig. Aliran
quench di bagian bawah evaporator adalah 1020 1120 F turun menjadi 650
700 F. Tekanan evaporator sekitar 400 psig. Bagian lain dari bawah
evaporator di-flash untuk mendapatkan fuel oil dan gas, sedangkan overhead
evaporator dikirim ke stabilizer dimana gas gas yang dapat dikondensasikan
dipisahkan dari produk gasoline untuk dipakai kembali di absorber bersama
dengan umpan gas cair.
2.
3.
logam oksida yang tidak murni (katalis platina dan molybdenum), dilengkapi
dengan unit regenerasi terpisah, sedangkan proses unggun diam menggunakan
katalis tipe platina dalam unit yang dilengkapi untuk sirkulasi, tanpa regenerasi
atau kadang kadang dengan regenerasi. Pada kenyataannya hampir 95%
kilang minyak menggunakan unggun diam.
hydrogen plant atau jika masih berlebih dapat juga digunakan sebagai fuel gas
bahan bakar fired heater. Butane, by-product lainnya, sering digunakan untuk
mengatur vapor pressure gasoline pool.
I.Teori Catalytic Reforming
Feed naphtha ke unit catalytic reforming biasanya mengandung C6 s/d
C11, paraffin, naphthene, dan aromatic. Tujuan proses catalytic reforming adalah
memproduksi aromatic dari naphthene dan paraffin.
Kemudihan reaksi catalytic reforming sangat ditentukan oleh kandungan
paraffin, naphthene, dan aromatic yang terkadung dalam naphtha umpan.
Aromatic hydrocarbon yang terkandung dalam naphtha tidak berubah oleh proses
catalytic reforming.
Sebagian besar napthene bereaksi sangat cepat dan efisien berubah
menjadi senyawa aromatic (reaksi ini merupakan reaksi dasar catalytic
reforming). Paraffin merupakan senyawa paling susah untuk diubah menjadi
aromatic. Untuk aplikasi low severity, hanya sebagian kecil paraffin berubah
menjadi aromatic. Sedangkan pada aplikasi high severity, konversi paraffin lebih
tinggi, tetapi tetap saja berlangsung lambat dan inefisien. Gambar berikut
menggambarkan konversi hydrocarbon yang terjadi pada operasi typical catalytic
reforming, yaitu untuk lean naphtha (high paraffin, low naphtha content) dan
untuk rich naphtha (lower paraffin, higher naphthene content) :
I.1.3.Dehydrocyclization Paraffin
Dehydrocyclization paraffin merupakan reaksi catalytic reforming yang
paling susah. Reaksi dehydrocyclization terjadi pada tekanan rendah dan
temperature tinggi.Fungsi metal dan acid dalam katalis diperlukan untuk
mendapatkan reaksi ini.
I.1.4.Hydrocracking
Kemungkinan terjadinya reaksi hydrocracking karena reaksi isomerisasi
ring dan pembentukan ring yang terjadi pada alkylcyclopentane dan paraffin dank
area kandungan acid dalam katalis yang diperlukan untuk reaksi catalytic
reforming.
Hydrocracking paraffin relative cepat dan terjadi pada tekanan dan
temperature tinggi. Penghilangan paraffin melalui reaksi hydrocracking akan
meningkatkan konsentrasi aromatic dalam produk sehingga akan meningkatkan
octane number. Reaksi hydrocracking ini tentu mengkonsumsi hydrogen dan
menghasilkan yield reformate yang lebih rendah.
I.1.5.Demetalization
Reaksi demetalisasi biasanya hanya dapat terjadi pada severity operasi
catalytic reforming yang tinggi. Reaksi ini dapat terjadi selama startup unit
catalytic reformate semi-regenerasi pasca regenerasi atau penggantian katalis.
I.1.6.Dealkylation Aromatic
Dealkylation aromatic serupa dengan aromatic demethylation dengan
perbedaan pada ukuran fragment yang dihilangkan dari ring. Jika alkyl side chain
cukup besar, reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi cracking ion carbonium
terhadap rantai samping. Reaksi ini memerlukan temperature dan tekanan tinggi.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada unit catalytic reforming dapat diringkas sebagai
berikut :
Tabel I. Reaksi yang Terjadi pada Unit Catalytic Reforming
Jenis Reaksi
Naphthene dehydrogenation
Metal
Tinggi
Rendah
Naphthene Isomearization
Acid
Rendah
Parraffin Isomearization
Acid
Rendah
Metal/Acid
Tinggi
Rendah
Hydrocracking
Acid
Tinggi
Tinggi
Demethylation
Metal
Tinggi
Tinggi
Metal/Acid
Tinggi
Tinggi
Paraffin dehydrocyclization
Aromatic dealkylation
unloading
untuk
catalytic
reformer-CCR
lebih
susah
Jangan pernah membuka top dan bottom reaktor secara bersamaan karena
akan menciptakan natural chimney draft effect yang akan menarik udara
masuk ke dalam reactor.
Gunakan drum metal sebagai penampung spent catalyst dan setiap drum
harus di-purge dengan nitrogen selama proses unloading untuk mencegah
kontak katalis dengan udara.
Jika timbul pyrite dalam reaktor selama proses unloading, maka naikkan
supply nitrogen semaksimal mungkin, jangan pernah menggunakan air
untuk memadamkannya, karena dapat merusak struktur katalis dan internal
reaktor.
Beberapa sumber yang membuat kandungan air dalam system tinggi adalah :
proses hydrotreating yang tidak sesuai, kebocoran heat exchanger yang
menggunakan pemanas/pendingin steam/water di upstream unit, system injeksi
water catalytic reforming, kebocoran naphtha hydrotreater stripper feed effluent
heat exchanger, proses drying yang tidak cukup di drying zone di dalam
regeneration tower, dan kebocoran steam jacket di regeneration section.
Metal
Karena efek reaksi irreversible, maka kontaminasi metal ke dalam katalis catalytic
reforming sama sekali tidak dibolehkan, sehingga umpan catalytic reformer tidak
boleh mengandung metal sedikit pun.
Beberapa sumber kandungan metal dalam umpan naphtha adalah : arsenic (ppb)
dalam virgin naphtha, lead mungkin timbul akibiat memproses ulang off-spec
leaded gasoline atau kontaminasi umpan dari tangki yang sebelumnya digunakan
untuk leaded gasoline, produk korosi, senyawa water treating yang mengandung
zinc, copper, phosphorous, kandungan silicon dalam cracked naphtha yang berasal
dari silicon based antifoam agent yang diijeksikan ke dalam coke chamber untuk
mencegah foaming, dan injeksi corrosion inhibitor yang berlebihan ke stripper
naphtha hydrotreater.
High feed end point
Catalytic reforming didisain untuk memproduksi aromatic hydrocarbon. Produksi
aromatic ini tidak dapat terjadi tanpa kondensasi single ring aromatic menjadi
mulgi-ring polycyclic aromatic, yang merupakan petunjuk adanya coke. Endpoint
naphtha maksimum yang diijinkan sebagai umpan catalytic reforming adalah 204
oC. Pada endpoint > 204 oC, konsentrasi polycyclic aromatic dalam umpan
naphtha akan meningkat tajam.
Jika umpan catalytic reforming merupakan hasil blending dari berbagai sumber
(straight run naphtha, hydrocracker naphtha, cracked naphtha), maka tiap arus
umpan harus dianalisa secara terpisah dan tiap stream tidak boleh memiliki
endpoint > 204 oC. Hasil blending antara high end point stream dengan low end
point stream akan mengaburkan kandungan fraksi endpoint yang tinggi.
II.Feed dan Produk Catalytic Reforming Unit
Feed unit catalytic reforming adalah heavy naphtha yang berasal dari unit
naphtha hydrotreating yang telah mengalami treating untuk menghilangkan
impurities seperti sulfur, nitrogen, oxygen, halida, dan metal yang merupakan
racun bagi katalis catalytic reforming. Boiling range umpan heavy naphtha antara
70 s/d 150 oC.
Produk unit catalytic reforming berupa high octane motor gasoline
component (HOMC) yang digunakan sebagai komponen blending motor gasoline.
Produk unit catalytic reforming ini mempunyai RONC > 95 dan bahkan dapat
mencapai RONC 100. Produk lain adalah LPG dan byproduct hydrogen. Produk
LPG dikirim ke tangki produk (jika sudah memenuhi spesifikasi produk LPG)
atau dikirim ke unit Amine-LPG recovery terlebih dahulu. By product hydrogen
dikirim ke unit hydrotreater dan hydrogen plant.
III.2.
Aliran
Proses
Catalytic
Reforming-Continuous
Catalytic
Regeneration/CCR
Process Flow Diagram Catalytic Reforming-Continuous Catalytic Regeneration
dapat dilihat pada gambar berikut :
4 Kegunaan Produk
Produk yang dihasilkan dari proses reforming ini yaitu berupa komponen
hidrokarbon yang mempunyai oktan tinggi untuk blending mogas atau avgas
seperti gasolin, atau digunakan untuk bahan baku petrokimia yaitu pengolahan
aromatik untuk memproduksi BTX (benzene-toluene-xylene).
Gasolin atau bensin digunakan sebagai bahan bakar motor, bahan bakar
penerbangan bermesin piston, umpan proses petrokomia.
DISUSUN OLEH :
DIAN YUNITA SARI
DWI DAMAYANTI
DWI SETIA
KELAS : 5 KIB
DOSEN PEMBIMBING : IR. FADARINA, M.T