Anda di halaman 1dari 3

NAEGLERIA FOWLWRI

A. Morfologi Naegleria Fowleri


Naegleria fowleri dikenal dengan karakteristik yang disebut amebaflagellata, yaitu memiliki bentuk
ameboiddan flagellata dalam hidupnya. Siklus hidupnya terdiri atas stadium trophozoit (ameboid dan
flagellata) yang motile dan bentuk kista yang non-motile dan resisten. Trophozoit bentuk ameboid
adalah bentuk satu-satunya yang dijumpai pada manusia.
Trophozoit dapat hidup di air, atau tanah yang lembab dan kultur jaringan atau media lainnya.
Trophozoit bentuk ameboid ketika bergerak berbentuk memanjang, lebih lebar pada bagian anterior,
yang dapat dengan jelas dibedakan dari bagian posterior yang menyempit, dan membentuk sebuah
pseudopoida yang lebar. Memiliki satu inti dengan karyosom sentral yang besar dan dikelilingi oleh
sebuah halo, tanpa kromatin perifer. Terdapat vakuola makanan yang biasanya terdiri dari bakteri pada
saat berada dalam bentuk free-living, atau berisi debris sel pada saat menginfeksi manusia.
Bentuk ameba dapat berubah dengan cepat menjadi bentuk flagellata dengan 2 buah flagella ketika
berada didalam air, yang apabila dilakukan di laboratorium dapat diinduksi dengan menggunakan air
suling untuk membantu diagnosa, dan dipertahankan pada suhu antara 27-37 derajat celcius. Bentuk
ameba biflagellata ini biasanya berbentuk seperti pir, dengan 2 buah flagella pada ujung bagian
posterior yang melebar. Bentuk flagella ini besifat sementara dan akan berubah kembali pada bentuk
ameboid. Perubahan ini terjadi paling lama 20 jam, dan biasanya beberapa dari bentuk flagella dapat
bertahan selama 2 hari atau lebih.
Dalam kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan, trophozoit akan berubah menjadi bentuk kista.
Dengan mikroskop elekron struktur tampak jelas termasuk pori-pori pada dindding kista dan
mitokondria, endoplasma retikulum, vesikel dan granul sekretiri. Bentuk kista ditemukan di alam tetapi
tidak ditemukan di jaringan SSP.

B. Siklus Hidup Naegleria Fowleri


Naegleria fowleri memiliki 3 stadium dalam siklus hidupnya, yaitu kista trophozoit bentuk ameba dan
bentuk flagella. Trophozoit ber-replikasi dengan cara promitosis (membran nukleus tetap utuh).
Naegleria fowleri ditemukan di air, tanah, kolam renang air hangat, hidroterapi dan kolam renang untuk
pengobatan, akuarium, dan limbah. Trophozoit bentuk ameba dapat berubah menjadi bentuk flagella,
dan dapat kembali berubah menjadi bentuk ameba. Menginfeksi manusia dengan cara trophozoit
terhirup melalui hidung, yang kemudian akan menginvasi membran nasal, dan masuk ke ruang sinus
paranasal. Trophozoit ini akan langsung menembus ciribriform plate ditulang ethmoidalis, dan masuk ke
otak melalui nervus olfaktorius. Selanjutnya akan bermultiplikasi di jaringan sistem saraf pusat (SSP) dan
menyebabkan Primary Amebic Meningoencephalitis. Dapat diisolasi dari cairan serebro spinal (cerebro
spinal fluid/ CSF).

C. Patologi
Gambaran patologi yang dapat ditemukan pada otopsi yaitu hemispher cerebral yang biasanya

membengkak dan edema. Karakteristik PAM yaitu nekrotik dan hemorrhagic pada korteks cerebral dan
bulbus oktafarius. Secara histopatologi, PAM ditandai dengan eksudat yang purulen, nekrotik, dan
edema dengan hemorragic yang difus pada area kortikal dan parenkim otak. Trophozoit dapat
ditemukan pada eksudat, walaupun akan sukar membedakannya diantara sel-sel inflamasi. Sel-sel
inflamasi yang banyak dijumpai yaitu sel-sel polimorfonuklear (PNM). Trophozoit dapat dijumpai dan
dibedakan terutama pada ruang perifascular, dimana sel-sel inflamasi jarang ditemukan. Trophozoit juga
dapat ditemukan pada bulbus olfaktorius dan cairan cerebrospinal. Kista tidak ditemukan pada lesi
diotak.
Gambaran yang didapati pada PAM sangat dramatis, namun hampir tidak dapat dibedakan dengan
meningoencephalitis yang diakibatkan oleh bakteri.
1. Infeksi Naegleria fowleri biasanya terjadi pada dewasa muda dan anak-anak yang sehat dan
sebelumnya mempunyai riwayat berenang atau menyelam di air hangat sekitar 7-14 hari sebelumnya.
Kebanyakan gejala pertama kali muncul 2-5 hari setelah paparan terakhir yaitu demam, sakit kepala
pada area bifrontal atau bitemporal, mual, dan muntah.
2. Dapat timbul beberapa gejala yang berhubungan dengan persepsi olfaktorius yaitu gangguan dalm
mengecap.
3. Iritasi meningeal dapat ditandai peningkatan tekanan intra kranial yaitu dengan timbbulnya gejala
kejang dan kaku kuduk.
4. Dapat timbul kelumpuhan yang meliputi saraf kranial III, IV, dan V seperti cerebellar ataksia dan
penurunan refleks tendon yang mengidentifikasikan adanya edema otak dan herniasi.
5. Status perubahan mental terjadi pada dua pertiga kasus yang pernah dilaporkan dan keadaan
penderita akan semakin menurun menjadi koma dan akhirnya akan meninggal dalam waktu sekitar satu
minggu setelah munculnya gejala.
6. Kebanyakan kasus PAM berakhir dengan kematian. Penyebab kematian biasanya adalah karena
meningkatnya tekanan intra kranial dengan herniasi otak yang akan menyebabkan terhentinya sistem
kardiorespiratori.

D. Cara Pencegahan
Temperatur yang hangat, ketersediaan makanan yang mencukupi dan kemungkinan kadar pH yang
optimal serta oksigen yang cukup adalah merupakan habitat yang mungkin ameba ini dapat
berkembang.
Pencegahan Naegleria fowleri dilakukan dengan pemanasan air sampai di atas 60 derajat celcius dan
pemberian chlorine 0,5-1 mg/l. Pemberian chlorine ini terbukti efektif baik untuk air minum maupun air
di kolam renang. Namun hal ini tidaklah mungkin dilakukan di daerah reaksi umum lainnya seperti
danau dan sungai. Sehingga tindakan pencegahan yang terpenting adalah dengan memberikan
peringatan, terutama pada saat musim panas.

E. Pengobatan
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah :
1. Laboratorium

Pemeriksaan cairan serebrospinal


Cairan serebrospinal akan tampak kelabu sampai purulen. Adanya domonasi sel leukosit
polimorfonuklear dan tiadak ditemukanya bakteri. Ditemukanya juga adanya eritrosit. Tekanan intra
serebral meningkat. Konsentrasi glukosa akan menurun tetapi konsentrasi protein akan meningkat.
Kultur
Teknik kultur dengan menggunakan media yang terdiri dari 1,5% non-nutrient agar plates dengan
penambahan Escherichia coli. Media tersebut akan diinkubasi pada suhu 37 derajat celcius dan diamati
setiap hari. Ameba ini akan memakan bakteri tersebut dilingkungan aerob seperti habitatnya yang
alami.
PCR dan Indirect Immunoflourescent Antibody
Teknik ini dipergunakan untuk mengidentifikasi organisme yang biasanya dilakukan dilaboratorium
Center fir Disease Control and Prevention.
Biopsi Otak
Biopsi otak secara potensial dapat dipergunakan untuk mendeteksi tropozoit ini dan gambaran
karakteristik histopatologi, namun hingga kini data kasus PAM yang didiagnosa melalui biopsi otak.
2. Pemeriksaan Neuroimaging
Pemeriksaan dengan CT-scan dan MRI diperlukan untuk menilai edema cerebri.

Anda mungkin juga menyukai