C. Patologi
Gambaran patologi yang dapat ditemukan pada otopsi yaitu hemispher cerebral yang biasanya
membengkak dan edema. Karakteristik PAM yaitu nekrotik dan hemorrhagic pada korteks cerebral dan
bulbus oktafarius. Secara histopatologi, PAM ditandai dengan eksudat yang purulen, nekrotik, dan
edema dengan hemorragic yang difus pada area kortikal dan parenkim otak. Trophozoit dapat
ditemukan pada eksudat, walaupun akan sukar membedakannya diantara sel-sel inflamasi. Sel-sel
inflamasi yang banyak dijumpai yaitu sel-sel polimorfonuklear (PNM). Trophozoit dapat dijumpai dan
dibedakan terutama pada ruang perifascular, dimana sel-sel inflamasi jarang ditemukan. Trophozoit juga
dapat ditemukan pada bulbus olfaktorius dan cairan cerebrospinal. Kista tidak ditemukan pada lesi
diotak.
Gambaran yang didapati pada PAM sangat dramatis, namun hampir tidak dapat dibedakan dengan
meningoencephalitis yang diakibatkan oleh bakteri.
1. Infeksi Naegleria fowleri biasanya terjadi pada dewasa muda dan anak-anak yang sehat dan
sebelumnya mempunyai riwayat berenang atau menyelam di air hangat sekitar 7-14 hari sebelumnya.
Kebanyakan gejala pertama kali muncul 2-5 hari setelah paparan terakhir yaitu demam, sakit kepala
pada area bifrontal atau bitemporal, mual, dan muntah.
2. Dapat timbul beberapa gejala yang berhubungan dengan persepsi olfaktorius yaitu gangguan dalm
mengecap.
3. Iritasi meningeal dapat ditandai peningkatan tekanan intra kranial yaitu dengan timbbulnya gejala
kejang dan kaku kuduk.
4. Dapat timbul kelumpuhan yang meliputi saraf kranial III, IV, dan V seperti cerebellar ataksia dan
penurunan refleks tendon yang mengidentifikasikan adanya edema otak dan herniasi.
5. Status perubahan mental terjadi pada dua pertiga kasus yang pernah dilaporkan dan keadaan
penderita akan semakin menurun menjadi koma dan akhirnya akan meninggal dalam waktu sekitar satu
minggu setelah munculnya gejala.
6. Kebanyakan kasus PAM berakhir dengan kematian. Penyebab kematian biasanya adalah karena
meningkatnya tekanan intra kranial dengan herniasi otak yang akan menyebabkan terhentinya sistem
kardiorespiratori.
D. Cara Pencegahan
Temperatur yang hangat, ketersediaan makanan yang mencukupi dan kemungkinan kadar pH yang
optimal serta oksigen yang cukup adalah merupakan habitat yang mungkin ameba ini dapat
berkembang.
Pencegahan Naegleria fowleri dilakukan dengan pemanasan air sampai di atas 60 derajat celcius dan
pemberian chlorine 0,5-1 mg/l. Pemberian chlorine ini terbukti efektif baik untuk air minum maupun air
di kolam renang. Namun hal ini tidaklah mungkin dilakukan di daerah reaksi umum lainnya seperti
danau dan sungai. Sehingga tindakan pencegahan yang terpenting adalah dengan memberikan
peringatan, terutama pada saat musim panas.
E. Pengobatan
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah :
1. Laboratorium