Di susun oleh:
Aida Nursalamah Suri
21040113120051
Kelas A
sedangkan peta RTRW harus mendapatkan persetujuan dari BIG. Untuk sanksi yang diterima
juga tergolong tidak ringan apabila terjadi kesalahan dalam perencanaan tata ruang.
Pembelajaran Perencanaan Parsitipatif Dalam Kegiatan Pengembangan
Desa Pesisir Tangguh (PDPT)
Pembicara: Bapak Giri Wilisandy
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) merupakan program yang dibuat oleh
pemerintah didasari oleh angka kemiskinan yang relatif tinggi di kawasan pesisir, rentannya
bencana alam akibat global warming, dan rendahnya sarana prasarana. Program PDPT bertujuan
untuk menciptakan kemandirian masyarakat pesisir dengan membentuk organisasi sosial desa
dengan melibatkan tanggung jawab pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar setelah 3 tahun
menerima program PDPT, desa tersebut dapat menjadi mandiri dan tangguh. Saat ini, sudah ada
22 pesisir kabupaten/kota di Indonesia yang menerima program ini.
Proses penyusunan RPDP itu sendiri terdiri dari tahap pengelompokan masalah,
penentuan peringkat masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, penentuan peringkat
tindakan dan terakhir rencana pengembangan desa. Dibalik semua proses pelaksanaan program
ini, beberapa hambatan yang dialami adalah terbatasnya waktu dan kapasitas tenaga
pendamping.
PDPT ini memiliki 5 fokus yang dirangkum menjadi 1 yang disebut dengan Bina
Kelembagaan. Ke-lima bina tersebut adalah: pertama, yaitu bina manusia dikarenakan gaya
hidup masyarakat pesisir itu sendiri relatif boros; kedua, bina usaha agar masyarakat pesisir tidak
bergantung pada alam namun mampu mengolah dan memproduksi; ketiga, bina sumberdaya;
keempat, bina lingkungan dan infrastruktur; kelima, bina siaga bencana dan perubahan iklim,
bagaimana masyarakat dapat secara mandiri menghadapi bencana yang potensial dengan saranasarana evakuasi.
Perencanaan Partisipatif
Pembicara: Ibu Yan Marina
Perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang dalam pelaksanaannya melibatkan
masyarakat. Dalam hal ini, diperlukan adanya pengambilan keputusan bersama-sama sehingga
keputusan tersebut mewakili seluruh pihak yang bersangkutan. Pengambilan keputusan tersebut
melalui tahap identifikasi masalah, pengambilan keputusan dan implementasi di lapangan.
Salah satu bentuk perencanaan partisipatif yang sudah dilaksanakan pemerintah di
beberapa daerah di Indonesia adalah Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat). Program ini
bertujuan untuk memperbaiki sistem sanitasi di Indonesia. Banyak dampak yang muncul akibat
kuantitas dan kualitas sistem sanitasi di banyak wilayah di Indonesia yang masih tergolong
rendah. Hal ini dapat dilihat dari angka jumlah penduduk yang terkena penyakit diare, terutama
disaat musim hujan seperti saat ini. Hal ini dikarenakan masih buruknya kualitas sistem sanitasi
di permukiman warga, seperti letak sumur yang berdekatan dengan septictank.
Dalam prosesnya, Sanimas melalui beberapa tahap yaitu persiapan yaitu survey desa,
seleksi desa, pembentukan organisasi, pembangunan dan operasional serta pemeliharaan. Namun
dibalik proses tersebut, masih ditemukan beberapa hambatan salah satunya adalah adanya pihakpihak yang tidak setuju dan bersifat provokasi sehingga terkadang dalam implementasi lapangan
tidak berjalan lancar. Dari sini diharapkan agar masyarakat Indonesia lebih memperluas
pengetahuan agar dapat menyeleksi mana yang baik dan mana yang buruk untuk lingkungan
sekitar. Selain itu, sangat dibutuhkan sekali peran serta masyarakat untuk turut andil dalam
perencanaan dan pembangunan suatu daerah sehingga produk yang dihasilkan menjadi optimal,
mewakili semua aspek dan dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat sekitar dan
pengawasan secara langsung di lapangannya. Hal ini dimaksudkan untuk kebaikan bersama, dari
dan untuk rakyat.