krisis yang terus berulang ini yaitu sistem perseroan terbatas, perbankan ribawi dan sistem
uang kertas inkonvertibel (fiat money) yang tidak berbasis emas dan perak.
Dalam kritiknya , Hizbut Tahrir menjelaskan, semua pasar modal yang memperdagangkan
saham perusahaan atau surat utang sesungguhnya lebih rapuh daripada sarang laba-laba.
Perdagangan saham itu lebih banyak didasarkan kepada trust (kepercayaan) bahwa harga
berbagai saham dan surat berharga itu akan terus menerus naik. Ditambah ketamakan untuk
mendapatkan keuntungan dari harga saham yang dijual.
Akan tetapi, kepercayaan tersebut suatu saat dapat goyah karena sebab-sebab yang bisa
diprediksi ataupun tidak. Pasar menjadi goncang dan banyak pemilik saham berlomba-lomba
menjual sahamnya untuk meraup laba dari kenaikan harga saham diperkirakan. Ketika semua
pemilik saham berlomba-lomba menjual sahamnya secepat mungkin akhirnya jatuhlah harga
saham. Hal ini tentu saja semakin mendorong pihak lain untuk menjual sahamnya. Akibatnya
harga saham terus menerus merosot sampai ke titik terendah. Inilah peristiwa yang pernah
terjadi pada tahun 1929 atau yang hampir terjadi tahun 1987, dan mungkin kembali terjadi
pada waktu dekat ini.
Jadi motifasi sesungguhnya dari perdagangan saham, bukanlah investasi riil tapi mendapat
keuntungan dalam waktu yang cepat. Kenyataan ini membuktikan terpisahnya hubungan
antara pasar modal dengan sektor ekonomi riil dan fakta perusahaan. Maka pasar modal pun
akhirnya berubah menjadi kasino besar (big casino) untuk ajang perjudian. Artinya, spekulasi
telah mendominasi pasar modal dan fluktuasi harga yang sangat ekstrem dan berulang telah
menjadi watak dari pasar modal tersebut. Inilah yang membuat ekonomi dunia gampang
mengalami kegonjangan.
Adapun sistem perbankan ribawi (usurious banking system), sebenarnya merupakan biang
bencana dalam sistem ekonomi kapitalis. Sebab, bank telah diberi hak untuk menghimpun
dana dari masyarakat (yang disebut simpanan), mengelola simpanan tersebut seolah-olah
merupakan milik bank sendiri dan bukan milik para penyimpan, serta mendistribusikan dana
tersebut dengan cara mengkreditkannya kepada para investor dan pengusaha -termasuk para
pedagang saham di pasar modal atau menyimpan sendiri- dengan memungut riba yang telah
diperhitungkan untuk setiap kredit (pinjaman).
Namun pendistribusian dana masyarakat tersebut sesungguhnya tidak bersifat netral. Sebab
para pemilik bank -mayoritasnya adalah para investor dan grup perusahaan mereka sendirimendapat prioritas utama untuk memperoleh kredit bank dengan suku bunga rendah,baru
kemudian pihak lain dengan alasan pertimbangan resiko kerugian. Prioritas berikutnya adalah
para pengusaha kecil, lalu menyusul para konsumen dari kalangan masyarakat umum.
Karenanya sistem ribawi ini secara alamiah akan membuat dana masyarakat hanya berputar
pada kalangan terbatas yang sedikit jumlahnya.
Cacat prinsipil lain adalah tipu daya mata uang kertas, seakan-akan memiliki nilai. Padahal
uang tersebut tidak mempunyai nilai intrinsik apa pun. Meskipun demikian, undang-undang
negara tetap memaksakan pemberlakuannya dan menganggapnya dapat digunakan untuk
melunasi utang dan membayar hak-hak (klaim) di depan pengadilan.
Berdasarkan hal itu, kita dapat melihat bahwa pada negara yang lemah -di mana stabilitas
politik dan kewibawaan- nya dapat digoncang dengan mudah- uang kertasnya akan menjadi
sangat lemah, sehingga dalam banyak kasus para penguasanya akan mengurangi nilai mata
uangnya terhadap mata uang lain (devaluasi). Tujuannya adalah agar mereka dapat memulai
lagi permainan kepercayaan tadi dan berhasil menipu rakyat dalam hal nilai mata uang.
Pendudukan Wall Street berkembang menjadi tuntutan perubahan dalam kebijakan
kapitalisme Amerika Serikat termasuk dalam politik. Dalam situs https: occupywallst.org ,
gerakan ini mengajukan beberapa tuntutan antara lain: menghentikan ketidaksetaraan antara
kaya dan miskin di Amerika, mengingat 400 orang terkaya Amerika memiliki kekayaan
melebihi total kekayaan setengah penduduk Amerika; menuntut penghapusan sensor yang
dilakukan korporasi besar, seperti Yahoo yang berbohong dengan memasukkan
occupywallst.org di filter spam; sekitar delapan 80 % rakyat Amerika mengganggap negara
itu pada jalur yang salah, mereka menuntut menghentikan era modern kejayaan yang palsu;
menghentikan political corruption yang dilakukan kongres; kira-kira seperenam rakyat
Amerika tidak memiliki pekerjaan, karena mereka menuntut diakhiri pengangguran;
menghentikan kemiskinan rakyat Amerika, mengingat saat ini kira-kira seperenam rakyat
Amerika hidup dalam kemiskinan; Amerika harus menghentikan imperialismenya yang
tampak dari pangkalan militer Amerika yang menyebar di 165 negara;tuntutan lain adalah
agar Amerika menghentikan perangnya diseluruh dunia.
Tidakkah cukup bagi kita melihat semua ini untuk mencampakkan ideologi kapitalisme
dalam kehidupan kita ? Padahal mereka sendiri sudah mengkritik sistem kapitalisme yang
selama ini mereka banggakan. Kapitalisme telah terbukti cacat dan menyengsarakan, maka
sungguh aneh kalau masih ada kaum muslim yang percaya dan mengekor kepada negaranegara Kapitalis. Padahal mereka sebagai jawara dan jantungnya kapitalis dunia terancam
runtuh.
Kalau gerakan Occupy Wall Street tidak memiliki konsep solusi yang jelas, umat Islam
sesungguhnya sudah memiliki pilihan pengganti yang jelas yakni syariah Islam yang
bersumber dari Allah SWT. Yang kita butuhkan sekarang adalah keberadaan sistem khilafah
untuk menerapkan sistem Islam itu. Disinilah pentingnya kita sama-sama memperjuangkan
khilafah Islam yang akan menggantikan negara kapitalisme global yang telah
menyengsarakan umat manusia.