Anda di halaman 1dari 34

SOLAS AMANDEMEN &

PHYSICAL SECURITY

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA


Maritime Security Auditor Training

Diplomatic Conference
December 2002

Conference resolution 1

SOLAS Chapter V
SOLAS Chapter XI-1
SOLAS Chapter XI-2
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

SOLAS Amended 2002


Chapter V Safety of Navigation
Chapter XI-1 Special measure to
enhance maritime safety
Chapter XI-2 Special measure to
enhance maritime security

Maritime Security Auditor Training

SOLAS Chapter V Safety of navigation


Regulation 19 : Carriage requirement for

shipborne navigational system and equipment


Kapal dilengkapi dengan Automatic Identification
System (AIS)
Berlaku bagi :
Kapal berlayar internasional dg tonase 300 GT:
Passenger ship : efektif berlaku mulai 1 Juli 2003
Tanker : tidak lebih dari survey safety eq. setelah 1 Juli 2003
Selain Passenger / Tanker : tidak lebih dari survey safety eq.

setelah 1 Juli 2004 atau Desember 2004 (mana yg lebih


dulu)

Kapal berlayar domestik dg tonase > 500 GT efektif


berlaku mulai 1 Juli 2008

Kapal yg dilengkapi AIS harus menggunakan AIS


tersebut setiap waktu, kecuali ada perjanjian
international secara khusus.
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

SOLAS Chapter XI

Special measure to enhance maritime safety


Sekarang menjadi Chapter XI-1
Regulation 3 : Ship Identification Number (IMO
Number)

Kapal harus diberi tanda IMO Number


Berlaku mulai 1 Juli 2004 atau docking pertama
setelah 1 Juli 2004.
Penempatan harus secara permanen tertera :
Untuk luar dengan ukuran tinggi 200 mm dengan posisi di
lambung kapal (stern / midship (p/s) / diatas loadline mark
(p/s) atau superstructure (p/s/front). Untuk Kapal
Penumpang harus tampak juga dari atas.
Untuk di dalam kapal dengan ukuran tinggi 100 mm
dengan posisi di transverse bulkhead kamar mesin atau
hatchways, pump room (tanker), transverse bulkhead ro-ro
spaces (ro-ro ships)

Harus tampak jelas dengan warna yg kontras &


dengan plat Maritime Security Auditor Training

PENEMPATAN IMO NUMBER DILUAR

Format : IMO 9999999

X
X

X
X

X
X

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

PENEMPATAN IMO NUMBER

Side Hatchway (Inner)

Side Superstructure (P/S) (outer)

Transverse Bulkhead of ER (inner)


Maritime Security Auditor Training

SOLAS Chapter XI-1

Special measure to enhance maritime safety


Regulation 5 : Continuous Synopsis Record (CSR)
Setiap Kapal harus memiliki CSR.
Utk kpl yg dibangun sebelum 1 Juli 2004, CSR minimal mencatat
sejarah kapal sejak 1 Juli 2004
CSR diterbitkan oleh Administration
Isi CSR meliputi sejarah dari : bendera kapal, tgl. Registrasi, IMO
number, nama kapal, pelabuhan pendaftaran, pemilik & alamat,
charterer, Company (ISM Code), badan klasifikasi, Administration
(CG), tgl. berakhirnya registrasi pada suatu negara.
Setiap perubahan harus dicatat dalam CSR
CSR harus dalam bahasa Inggris atau Perancis atau Spanyol
Jika kapal dirubah bendera atau dijual, CSR harus ditinggal di
atas kapal. Jika kapal akan dirubah bendera, maka pemilik harus
melaporkan kepada Administration untuk diterbitkan CSR
dibawah otoritas Adm.
CSR harus selalu tersimpan diatas kapal
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security

Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation
Regulation

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Definition
Application
Obligations of Contracting Governments with respect to security
Requirements for Companies and ships
Specific responsibility of Companies
Ship Security Alert System
Threats to ships
Masters discretion for ship safety and security
Control and compliance measures
Requirements for port facilities
Alternative security agreements
Equivalent arrangements
Communication of information

Maritime Security Auditor Training

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security


Regulation 2 - Application

Berlaku bagi kapal yang melakukan pelayaran internasional, dengan


tipe :
Kapal penumpang, termasuk high-speed passenger craft
Kapal barang, termasuk high-speed craft dengan GT 500
MODU
Berlaku bagi port facilities yang melayani kapal pelayaran internasional.

Regulation 3 - Obligations of Contracting Governments with respect to

security
Administration menetapkan security level bagi kapal-kapal dengan
bendera kapal dibawah otoritasnya
Contracting Governments menetapkan security level dari port facilities
dalam otoritasnya dan bagi kapal yang akan masuk (atau sedang)
dalam suatu pelabuhan dibawah otoritasnya.

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security

Regulation 4 - Requirements for companies and ships


Perusahaan harus memenuhi persyaratan Part A ISPS Code dengan
memperhatihan petunjuk Part B-ISPS Code.
Kapal harus memenuhi persyaratan Part A-ISPS Code dengan
memperhatikan petunjuk Part B-ISPS Code dan pemenuhannnya dilakukan
dengan verifikasi dan sertifikasi.
Kapal harus memenuhi persyaratan Security Level yg ditetapkan CG dari
pelabuhan, jika Security Level lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh
Adminitration dari kapal.
Kapal harus segera merespon tanpa penundaan bila ada perubahan security
level yang lebih tinggi.
Jika kapal tidak memenuhi Code, maka kapal harus melaporkan kepada
pihak otoritas yang berkompeten sebelum melakukan interface dengan
pelabuhan atau kapal.
Maritime Security Auditor Training

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security

Regulation 5 - Specific responsibility of Companies


Company harus menginformasikan kepada Nakhoda tentang :
Siapa yang bertanggung jawab menunjuk awak kapal ?
Siapa yang bertanggung jawab memutuskan pekerjaan dari
kapal ?
Jika kapal dicharter, Siapa pencharternya ?

Informasi ini harus dipahami oleh Nakhoda dan tertulis


dalam dokumen SSP

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security

Regulation 6 - Ship Security Alert System


Semua kapal harus dilengkapi Ship Security Alert System
meliputi :
Kapal yang dibangun setelah 1 Juli 2004;
Kapal penumpang, termasuk PHSC yang dibangun sebelum 1 Juli
2004, tidak lebih dari survey pertama dari instalasi radio sesudah
1 Juli 2004;
oil tankers, chemical tankers, gas carriers, bulk carriers dan
CHSC 500 GT yang dibangun sebelum 1 Juli 2004, tidak lebih
dari survey pertama dari instalasi radio sesudah 1 Juli 2004;
Kapal barang lainnya 500 GT dan MODU yang dibangun
sebelum 1 Juli 2004, tidak lebih dari survey pertama dari instalasi
radio sesudah 1 Juli 2006.

Maritime Security Auditor Training

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security


Regulation 7 - Threats to ships

CG menetapkan Security Level dan menginformasikan kepada kapal yang


beroperasi dalam laut teritorialnya dan melakukan komunikasi terhadap
kapal yang masuk dalam laut teritorialnya.
CG memberikan informasi kontak yang dapat membantu kapal dan kapal
dapat melaporkan aspek keamanan, pergerakan dan komunikasi
Jika resiko ancaman diidentifikasi, CG harus memberitahu kepada Adm,
meliputi informasi kondisi Security Level, hal-hal yang perlu dilakukan oleh
pihak kapal sesuai Part A ISPS Code.

Regulation 8 - Masters discretion for ship safety & security

Nakhoda tidak boleh dibatasi kewenangannya baik oleh Company, Charterer


atau pihak manapun, sepanjang menyangkut keselamatan dan keamanan
kapal. Hal ini termasuk penolakan terhadap akses person dan loading cargo.
Dalam hal konflik antara pertimbangan keamanan dan keselamatan,
Nakhoda harus mempertimbangan dampak keselamatan dari kapal.
Nakhoda mungkin dapat melakukan langkah keamanan yang sifatnya
temporer dan menginformasikan kepada Adm / CG.
Hal ini dinyatakan dalam SSP dan dipahami oleh Nakhoda
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security

Regulation 9 - Control and compliance measures


Section 9.1 - Control of ships in port

Traditional PSC
Section 9.2 - Ships intending to enter a port of another Contracting
Government

New PSC concept


Kapal dan CG melakukan tukar informasi, meliputi valid certificate,

security level, SL pada pelabuhan sebelumnya, tindakan pengamanan


pada pelabuhan sebelumnya, prosedur ship-to-ship dan informasi lain
yang berkaitan dengan keamanan.
Kapal harus menyimpan record / informasi keamanan pada 10
kunjungan pelabuhan terakhir.

Section 9.3 - Additional provisions


Maritime Security Auditor Training

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security

Regulation 10 - Requirements for port facilities


Port facilities harus memenuhi persyaratan yang relevan
dalam Part A ISPS Code, dengan memperhatikan
petunjuk Part B ISPS Code.
CG menjamin bahwa : PFSA dilaksanakan, direview dan
disetujui sesuai dengan persyaratan Part A ISPS Code
serta PFSP telah dibuat, direview, disetujui dan
diterapkan sesuai dengan persyaratan Part A ISPS
Code.
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security


Regulation 11 - Alternative security agreements
CG dapat melakukan kesepakatan bilateral atau multilateral dengan
CG lain dalam hal : alternative rencana keamanan pada pelayaran
pendek internasional dalam route tetap.

Regulation 12 - Equivalent security arrangements


Administration boleh menerapkan sistem keamanan kapal lain
namun setara dengan ISPS Code
CG boleh menerapkan sistem keamanan lain, namun setara dengan
ISPS Code.

Maritime Security Auditor Training

SOLAS Chapter XI-2

Special Measures to Enhance Maritime Security

Regulation 13 - Communication of information

CG harus melaporkan kepada IMO tidak lebih dari 1 Juli 2004 :


Nama dan detil kontak dari national authority yang bertanggung
jawab terhadap keamanan kapal & fasilitas pelabuhan
Lokasi teritorial yang dicover oleh PFSP yang telah disetujui
Nama dan detil kontak yang ditunjuk setiap saat menerima alert
dari ship to shore
Nama dan detil kontak yang ditunjuk setiap saat melakukan
komunikasi terhadap pelaksanaan regulasi 9.3.1
Nama dan detil kontak yang ditunjuk setiap saat memberikan
advice dan bantuan terhadap pelaksanaan regulasi 7.2
Nama dan detil kontak RSO yang diakui
Daftar PF yang telah disetujui

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

PERALATAN KEAMANAN
SECURITY EQUIPMENT

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA


Maritime Security Auditor Training

Physical Security
Ship

PF

Automatic Identification System (AIS)

Equipment / Systems

Ship Security Alert System (SSAS)

Lampu Penerangan (Lighting)

Radio Genggam (HT)

GMDSS

CCTV

Intruder Detection System

Metal & Explosive Detectors

Pagar & Dinding

Screening / X-ray Detectors

Access Control System

General Alarm / Public Addressor


Security Sign
: Wajib

: Optional

: Tidak perlu

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

10

Automatic Identification System (AIS)

Diatur dalam SOLAS Chapter V - Regulation 19 : Carriage


requirement for ship borne navigational system and equipment

Berlaku bagi :

Kapal berlayar internasional dg tonase 300 GT:

Passenger ship : efektif berlaku mulai 1 Juli 2003


Tanker : tidak lebih dari survey safety eq. setelah 1 Juli 2003
Selain Passenger / Tanker : tidak lebih dari survey safety eq. setelah 1 Juli
2004 atau Desember 2004 (mana yg lebih dulu)

Kapal berlayar domestik dg tonase 500 GT efektif berlaku mulai 1 Juli


2008

AIS harus :

Secara otomatis memberikan informasi kepada stasiun pantai dan kapal


lain meliputi informasi identitas kapal, tipe, posisi, arah, kecepatan,
status navigasi dan informasi keselamatan lainnya
Secara otomatis menerima informasi yang sama dari kapal lain yang
dipasang AIS
Mampu memonitor dan melacak (track) kapal; dan
Mampu memberikan pertukaran data dengan fasilitas darat

Kapal yg dilengkapi AIS harus menggunakan AIS tersebut setiap


waktu, kecuali ada perjanjian international secara khusus
Maritime Security Auditor Training

Automatic Identification System (AIS)


AnnualAIStest(AdoptedbyRes.MSC.308(88) Effectivefrom1
July 2012).
Dilakukan oleh approvedsurveyorORapprovedtestingOR
Servicingfacility
ReportAIStestdisimpan di kapal

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

11

AIS System Overview


Inmarsat-C
(future
development)

Vessel Traffic Services


Information for navigation
safety

Ships ID, name, etc

VTS Station

Destination, Cargoes
AIS Transponder

VHF

VHF
VHF

VHF

L/L, Heading, SOG, etc.


Navigational warnings,
traffic and port management information,
GNSS corrections

VHF

AIS Base Station

Identification of ship
Helps monitor other ships
Exchanging ships navigation
data for collision avoidance (CPA,
TCPA, etc.)

Maritime Security Auditor Training

AIS TARGETS ON RADAR


RADAR

AIS Target

(Optional VIDEOPLOTTER RP Series required)

FR-15x5 (With RP-17X)


FR-21X5 (With RP-26X)
FR-28X5 (With RP-25X)

ARPA Target

AIS Symbol

AIS target information

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

12

AIS TARGETS ON ECDIS


ECDIS

AIS Target

FEA-2105

AIS Symbol

AIS target information

Maritime Security Auditor Training

Automatic Identification System (AIS)

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

13

Ship Security Alert System (SSAS)


Diatur dalam SOLAS Chapter XI-2 Regulation 6
Semua kapal harus dilengkapi Ship Security Alert
System meliputi :

Kapal yang dibangun setelah 1 Juli 2004;


Kapal penumpang, termasuk PHSC yang dibangun
sebelum 1 Juli 2004, tidak lebih dari survey pertama dari
instalasi radio sesudah 1 Juli 2004;
Oil tankers, chemical tankers, gas carriers, bulk carriers
dan CHSC diatas 500 GT yang dibangun sebelum 1 Juli
2004, tidak lebih dari survey pertama dari instalasi radio
sesudah 1 Juli 2004;
Kapal barang lainnya diatas 500 GT dan MODU yang
dibangun sebelum 1 Juli 2004, tidak lebih dari survey
pertama dari instalasi radio sesudah 1 Juli 2006.
Maritime Security Auditor Training

Ship Security Alert System (SSAS)

Ketika mengaktifkan Ship Security Alert System, harus :


menyampaikan ship-to-shore security alert kepada pihak otoritas
(CG / Administration) meliputi informasi : identitas kapal, lokasi
kapal, indikasi dan ancaman keamanan kapal yang terjadi;
tidak mengirimkan ship security alert kepada kapal lain;
tidak menyalakan alarm diatas kapal; dan
terus diaktifkan sampai dimatikan.

Dapat diaktifkan dari ruang navigasi / bridge dan sedikitnya

satu lokasi lain ditas kapal.


Ketika
menerima
alert,
Administration
segera
memberitahukan kepada negara dimana kapal tersebut
sedang beroperasi.
Ketika menerima alert, CG segera memberitahukan kepada
Administration dan negara dimana kapal tersebut beroperasi.
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

14

Ship Security Alert System Overview


Administration or Competent Authority

Satcom

notify
Ship identity (MES),
position
VHF/MF/HF

Owner

Maritime Security Auditor Training

Ship Security Alert System (SSAS)

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

15

Ship Security Alert System (SSAS)

Maritime Security Auditor Training

Kunci (Lock) & Kombinasi


Hanya untuk membatasi akses masuk / keluar dengan

otorisasi orang tertentu


Kunci duplikat harus disimpan dan dikendalikan
Kunci dan kombinasinya harus diganti secara reguler
Dalam sistem penguncian pintu2, harus diperhatikan
bahwa pintu2 yang merupakan jalur pintu darurat
(escape) harus dapat dibuka dari arah dalam ke luar.
Keterbatasan yang harus diperhatikan :
Tidak dipergunakan dalam pintu-pintu darurat
Dapat dirusak

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

16

Kunci

Maritime Security Auditor Training

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

17

Lampu Penerangan (Lighting)


Mampu memberi cahaya yang cukup terhadap obyek

tertentu untuk membantu penglihatan.


Jangkauan penerangan :

didalam kapal, daerah dek terbuka dan sekitar kapal


didalam PF, daerah perbatasan PF, daerah gate, daerah sandar
kapal

Pertimbangkan kehandalan dan biaya


Keterbatasan yang diperhatikan :

Mempunyai batasan coverage sinar


Perlu tombol untuk menyalakan
Kaca lampu (bulb) dapat dipecahkan
Kabel lampu dapat diputus

Maritime Security Auditor Training

Lighting

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

18

Lighting

Maritime Security Auditor Training

GMDSS
Keterbatasan :
Signal mungkin dapat dikacaukan
Pembajak dapat merusak alat ini
Tenaga Battery mungkin tidak kuat

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

19

Radio Genggam (HT)

Keterbatasan :
Signal mungkin dapat dikacaukan
Pembajak dapat merusak alat ini
Tenaga Battery mungkin tidak kuat
Mungkin signal tidak dapat diterima diarea tertentu (mis. Engine room
Maritime Security Auditor Training

Intruder Detection System & Perimeter


Intruder Detection System (PIDS)
Perlindungan pada titik tertentu (micro switches,

tilt switches)
Pengawasan suatu area (infra red, ultrasonic
sensor, CCTV)
Sistem harus diintegrasikan dengan tindakan
segera dari suatu Team atau individu
Membutuhkan reaksi cepat dari Team Keamanan
Keterbatasan :
Dapat memberikan alarm palsu
Profesional mungkin dapat melakukan by-pass system
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

20

CCTV

Bagian dari Sistem Keamanan Terpadu


Pemilihan sistem yang sesuai
Membutuhkan perawatan yang baik
Analog atau Digital
Tersedia prosedur untuk Control / Operation Room.
Keterbatasan :
Mempunyai coverage yang terbatas
Profesional dapat mengacaukan sistem ini
Kamera dapat dirusak

Maritime Security Auditor Training

CCTV
Monitors

Camera

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

21

CCTV

Maritime Security Auditor Training

Manfaat CCTV
Monitor - Petugas dapat memonitor

pergerakan orang
Deteksi Setelah ada peringatan, petugas
dapat menentukan apakah ada orang atau
kejadian yang dapat terlihat
Pengenalan Petugas dapat mengenali
seseorang dengan identifikasinya
Identifikasi Kualitas dan detail dari
obyek dapat dikenali sebagai fakta
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

22

Pagar & Dinding

Membatasi akses area


Secara reguler dilakukan patroli
Dilengkapi dengan alarm
Dilengkapi dengan penerangan
Diintegrasikan dengan CCTV
Mutlak diperlukan bagi PF
Keterbatasan :
Dapat dirusak
Dapat dinaiki dengan alat tertentu

Maritime Security Auditor Training

Pagar / Perimeter

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

23

Pagar / Perimeter

Maritime Security Auditor Training

Peralatan Keamanan Lainnya

Ref: DSME
Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

24

Peralatan Keamanan Lainnya


Water hose:

Tekanan air 80 lb per square inch and above


Water cannon
Laser

Water Cannon

Laser

Air bertekanan tinggi &


Disorientasi dan buta sementara. Diameter sinar
remote control.
1 m.
10kg/1cm2 water pressure
and 70m effective range
Maritime Security Auditor Training

Peralatan Keamanan Lainnya


Citadel (Ruang perlindungan):
Steering gear room/Engine
Control Room/Tangki
Kedap suara, pintu baja dgn
kunci tambahan, lobby, toilet,
P3K, makanan, air, tabung PMK,
telephone VHF, GPS, SSAS,
penerangan darurat, UPS,
Overriding ER emergency stop &
quick closing valves

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

25

Access Control System


Merupakan bagian dari Sistem Keamanan
Terpadu
Kartu Pass, Swipe Card, Biometric
(tangan, mata) atau sistem kunci
Dapat dokombinasikan dengan CCTV
Screening, searching & identification
equipment
Maritime Security Auditor Training

Access Control

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

26

Access Control

Maritime Security Auditor Training

Access Control

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

27

Access Control

Maritime Security Auditor Training

Passes & Permit


Yang biasa digunakan adalah dengan petugas

penjaga atau resepsionis


Yang canggih menggunakan electronic access
control system
Idealnya dilengkapi dengan identitas dan foto
Jika perlu, didampingi dengan escort
ID Card harus dengan mudah dikenali
Harus dipertimbangkan pencegahan terjadinya
pemalsuan

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

28

CONTROL ACCESS

Maritime Security Auditor Training

Security Sign - Passes & Permit

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

29

Security Sign - Restricted Area

Maritime Security Auditor Training

RESTRICTED AREA SIGN

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

30

RESTRICTED AREA

Maritime Security Auditor Training

Security Sign

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

31

Security Sign

Maritime Security Auditor Training

Penjagaan & Patroli


Bagian dari Sistem Keamanan Terpadu
Memerlukan pelatihan, motivasi & pemahaman perintah

yang senantiasa dikaji ulang


Dipertimbangkan komunikasi dan integrasi dengan
tindakan keamanan lainnya
Patroli harus dilakukan secara sering tetapi dengan
interval dan route yang bervariasi.

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

32

Maritime Security Auditor Training

Sistem Keamanan Terpadu


Penerangan
Locking

Pagar &
Tembok

Guard & Patroli

Monitoring &
Detection
System

Target

Passing &
Permit

Access
Control System

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

33

Maritime Security Auditor Training

Testing, Kalibrasi & Maintenance


Peralatan Keamanan yang perlu di kalibrasi, harus

dilakukan kalibrasi secara periodik (tergantung dari


Instruction Manual)
Testing & Perawatan dilakukan sesuai dengan
Instruction Manual dari pabrik pembuatnya.
Prosedur testing, kalibrasi & maintenance harus
didokumentasikan.
Record pelaksanaan Testing, Kalibrasi & Perawatan
harus dikendalikan.
Peralatan Keamanan harus dijamin kehandalannya dan
mampu dioperasikan setiap saat

Maritime Security Auditor Training

BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

34

Anda mungkin juga menyukai