Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas

sebagai

organisasi

kesehatan

fungsional

yang

merupakan

pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program
dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan status pelayanan
kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya.
Dalam pelaksanaannya, puskesmas memiliki enam program pokok (basic six) yang salah
satu diantaranya adalah Program Perbaikan Gizi. Program ini bertujuan untuk memantapkan
dan meningkatkan status gizi masyarakat secara efektif dan efisien melalui agendanya yang
meliputi pemantauan perkembangan bayi dan balita, pemberian vitamin A untuk balita,
pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, pemberian makanan pendamping ASI, serta pendataan
dan perawatan balita gizi buruk.
Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi perhatian utama selain
juga maslah gizi mikro dan pemberian ASI eksklusif. Dari data Riskesdas 2007, prevalensi
gizi buruk yang berada diatas rerata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216
kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran Gizi Buruk dan Gizi
Kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi
Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional sebesar 18,4%. Masalah gizi mikro di
10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xerophtalmia pada balita 0,13% dan
proporsi balita dengan serum retinol < 20 gr/dl sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006).
Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%. Secara nasional cakupan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 06 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun
terakhir, menurun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit
meningkat pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada
tahun 2008 dan meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Susenas 2007 2009).

Hasil Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa posyandu merupakan tempat yang
paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar 78,3%, sehingga posyandu
merupakan wadah efektif di lini pertama dalam perbaikan mutu gizi di Indonesia dengan
puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang mewadahinya.
Masih kurangnya partisipasi masyarakat ke posyandu menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terdapatnya angka gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Oleh karena
itu, Puskesmas Ambacang sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang penting dalam penanganan
angka kejadian gizi buruk.
Oleh karena pentingnya peran puskesmas dalam pengelolaan program gizi demi
meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka penulis mengangkatkan makalah Penanganan
Anak Kurang Gizi di Puskesmas Ambacang sebagai perbandingan bagi puskesmas lain dan
sebagai evaluasi bagi Puskesmas Ambacang sendiri untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik di bidang gizi masyarakat di masa yang akan datang.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang Penanganan Anak Kurang Gizi di Puskesmas Ambacang.

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Mengetahuipenanganan anak kurang gizi di puskesmas secara umum.
b. Tujuan Khusus

Mengetahui tentang permasalahan di bidang gizi yang ada di Puskesmas Ambacang

Mengetahui penanganan anak kurang gizi di Puskesmas Ambacang

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur, Laporan Tahun 2014 Puskesmas Ambacang dan diskusi dengan pimpinan Puskesmas
Ambacang dan Penanggungjawab Program di bidang gizi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Gizi dan Ilmu Gizi


Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui

proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi.
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan
dengan kesehatan. Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang
berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health
nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu
sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition)
dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition).
Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan
dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih menitikberatkan pada kuratif. Gizi
masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat
dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi).
2.2

Penyebab Gizi Kurang


UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi untuk

menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi
dapat disebabkan oleh :
a. Penyebab langsung
Makan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan anak kurang gizi.Hal ini timbul
tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang tetapi juga penyakit.Anak yang
mendapatkan cukup tapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi
buruk. Demikian pula pada anak yang tidak mendapatkan makanan cukup, maka daya
tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
3

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi buruk, yaitu :


-

Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan


mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

Pola pengasuhan anak yang kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar
dapat tumbuh berkembang dengan baik secara fisik, mental dan sosial.

Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan


yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengantingkat pendidikan, pengetahuan, dan


keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, makin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga., makin baik pola pengasuhan makan akan makin banyak
keluarga yang memanfaaatkan pelayananan kesehatan.
2.3

Tipe Gizi Buruk


Cara Penilaian status gizi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
920/Menkes/SK/VII/2002 ialah melalui nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U, BB/TB)
dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS dimana istilah status gizi dibedakan untuk setiap
indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi
Tabel 3.1. Klasifikasi Status gizi anak bawah lima tahun
Indeks

Status Gizi

Ambang batas *)

Gizi lebih

+ 2 SD

Gizi Baik

-2 SD sampai + SD

Gizi Kurang

< -2 SD sampai -3 SD

Gizi Buruk

< -3 SD

Normal

2 SD

Pendek ( Stundet )

< -2 SD

Berat Badan Menurut Tinggi

Gemuk

+ 2 SD

Badan ( BB/ TB )

Normal

-2 SD sampai + 2 SD

Kurus ( wasted )

< -2 SD sampai -3 SD

Kurus Sekali

< -3 SD

Berat Badan Menurut Umur


(BB/U)

Tinggi Badan Menurut Umur


( TB/U)

Kurang Energy Protein ( KEP )


Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP
akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial
ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila
kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti
kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang
mengakibatkan

kebutuhan

nutrisi

meningkat,

penyerapan

nutrisi

yang

turun

dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan


mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan
hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak
serta protein dengan melalui proses katabolik.

Klasifikasi KEP menurut % Median WHO-NCHS

KEP Ringan : BB/U 70 80 % Median WHO-NCHS

KEP Sedang: BB/U 60 70 % Median WHO-NCHS

KEP Berat : BB/U < 60 % Median WHO-NCHS


KEP ringan bila tidak ditangani dengan baik, maka akan jatuh kestatus gizi yang lebih

buruk (marasmus,kwashiorkor, marasmic-kwashiorkor).

Pembagian KEP Berat / gizi buruk :


a. Marasmus =kekurangan energi
Anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
Wajah seperti Orang tua
Cengeng, rewel
Lapisan lemak bawah kulit sangat sedikit, sehingga kulit mudah diangkat, kulit
terlihat longgar, kulit paha berkeriput

Otot menyusut (wasted), lembek tulang rusuk tampak terlihat jelas terlihat tulang
belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy pant )
Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam
Tek. Darah, detak jantung pernafasan berkurang
Perut cekung, dan iga gambang
Seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).

b. Kwashiorkor =kekurangan protein


Bentuk muka bulat seperti bulan (moon face)
Rambut tipis, warna coklat kemerahan (pirang/abu-abu dan mudah lepas/mudah
dicabut tanpa rasa sakit
Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan
wajah) membulat dan lembab
Pandangan mata sayu
Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
Anemia dan diare.

c. Marasmic-kwashiorkor= Kekurangan energi dan protein


Gabungan dari tanda marasmus dan kwashiorkor
Gangguan pertumbuhan
Crazy pavement dermatosis
Rambut tipis, pirang dan mudah dicabut
Muka seperti orang tua
Oedema hanya pada anggota gerak bagian bawah

2.4

Program Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Di Puskesmas


Berdasarkan standar minimal penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat yang

dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2004, pengelolaan masalah gizi di puskesmas dilaksanakan melalui program-program
sebagai berikut :
2.4.1.

Pemantauan Pertumbuhan Balita

Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia yang dapat dilakukan
pada berbagai kelompok usia, berupa usia (U), berat badan (BB), panjang badan (PB) atau
tinggi badan (TB), lingkar lengan (LILA), lingkar kepala, dan tebal lipatan kulit (TLK)
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak.KMS harus dibawa
ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian
pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan,
sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN.
SKDN

adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai

singkatan yaitu sebagai berikut:


S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,
K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,
N= jumlah balita yang naik berat badanya.
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S),
kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). (Suhardjo. 1996).

2.4.2. Perhitungan SKDN


Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan
posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut.Indikator yang dipakai adalah N/D
(jumlah anak yang berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang
dalam %).Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan
pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan.Pematauan status gizi dilaporkan setiap
bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.

2.4.2.1.

Balita yang datang dan ditimbang (D/S)

Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat
badannya.
2.4.2.2.

Balita yang naik berat badannya (N/D)

Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun
di luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS

2.3.3. Pengolahan SKDN


Dalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya seorang anak setelah
ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg,ketika data berat tersebut dipindahkan ke
KMS ternyata tidak naik mengikuti pita warna, pada contoh ini anak tidak dikelompokkan
sebagai balita yang mengalami kenaikan BB (lihat buku pemantau pertumbuhan). Data
SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau dalam bentuk proporsi N/D,
D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-masing posyandu. Biasanya setelah melakukan kegiatan
di Posyandu atau di pospenimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas
sukarela) melakukan analisis SKDN.

1. Balita yang Naik Berat Badannya (program N/D)


Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu
maupun di luar posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Langkah kegiatan:
a. Pengadaan dan pemeliharaan sarana terdiri dari alat timbang, pengadaan daftar
tilik, formulir rujukan, R1 Gizi;
b. Perencanaan logistik, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan laporan;
c. Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu;
d. Bimbingan teknis.

2. Balita Bawah Garis Merah


Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya
berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.
Langkah Kegiatan
8

1) Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan dan KMS, pengadaan daftar
tilik dan formulir rujukan;
2) Perencanaan penyiapan logistik;
3) Pelacakan BGM melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar
posyandu;
4) Bimbingan teknis.
2.3.4. Pelayanan Gizi
1. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahun.
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang
berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A yang diberikan adalah kapsul vitamin A dosis
tinggi yang terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I. yang
diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan
dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12- 59 bulan.

Langkah Kegiatan
a. Pendataan Sasaran Balita (Baseline data);
b. Perencanaan kebutuhan kapsul vitamin A;
c. Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A;
d. Sweeping pemberian kapsul vitamin A;
e. Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;
f. Monitoring dan Evaluasi.

2. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe


Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III. Tablet
Fe yang diberikan merupakan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet untuk
menanggulangi anemia gizi besi pada ibu hamil.
Langkah Kegiatan
a.

Pendataan Sasaran Ibu Hamil (Baseline data);

b.

Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi);

c.

Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe;

d.

Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;

e.

Monitoring dan Evaluasi.

3. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari
Keluarga Miskin.
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan BGM
dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari
selama 90 hari.
Langkah Kegiatan
a.

Pendataan sasaran;

b.

Penyusunan Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan MP-ASI untuk bayi


usia 6-11 bln dan anak usia 12-23 bln;

c.

Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI;

d.

Sosialisasi program MP-ASI;

e.

Distribusi MP-ASI;

f.

Pencatatan/Pelaporan;

g.

Monitoring dan Evaluasi

4. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana
pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup :
a)

Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, dan hipotermi;

b)

Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TB;

c)

Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta memberikan makanan


dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase
Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi;

d)

Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta;

10

e)

Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Zscore -1;

f)

Konseling gizi kepada orang tua / pengasuh tentang cara memberi makan anak.

11

BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ambacang Kuranji diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15 orang staf,
dipimpin oleh Dr. Dewi Susanti Febri. Pada Maret 2009, beliau digantikan dengan Dr. Hj.
May Happy, kemudian pada September 2012 digantikan lagi oleh Trice, SKM dengan 43
orang staf.
Awalnya, pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerjanya sebelumnya
merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang program kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji telah dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan.
Misi dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Sedangkan strateginya adalah mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat, menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, meningkatkan
kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat.
3.2 Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan
kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas-batas
wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu:
Utara

: Wilayah kerja Puskesmas Kuranji.

Timur

: Wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Selatan

: Wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Barat

: Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.

Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23'
50.14" Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2,
mewilayahi 4 Kelurahan yaitu: Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang

12

dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan.
Bila dilihat dengan menggunakan Google Map maka Wilayah kerja Puskesmas
Ambacang terlihat sebagaimana dalam gambar berikut:

Gambar 3.1 Wilayah kerja Puskesmas Ambacang

Gambar 3.2 Wilayah kerja Puskesmas Ambacang dari satelit

13

Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Sketsa wilayah kerja Puskesmas Ambacang

3.3 Kondisi Demografi


Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang
selama tahun 2014 adalah : 48.552 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2014
No

Jenis Kelamin

Kelurahan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Psr Ambacang

8.670

8.741

17.411

Anduring

6.914

6.970

13.884

Lb Lintah

5.019

5.060

10.079

Ampang

3.576

3.602

7.178

Puskesmas

24.179

24.473

48.552

3.4 Sasaran Puskesmas


a. Jumlah penduduk

: 48.552 Jiwa

b. Bayi

c. Balita

: 4.972 Jiwa

972 Jiwa

14

d. Ibu Hamil (Bumil)

: 1.070 Jiwa

e. Lansia

: 4.059 Jiwa

3.5 Sarana dan Prasarana


Puskesmas Ambacang Kuranji pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana
yang relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana gedung
dengan

lantai

mampu

dimanfaatkan

untuk

pelayanan

dan

kegiatan

administrasi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu
menjangkau pelayanan terutama luar gedung seperti posyandu, UKS dan UKGS serta
pembinaan desa siaga.
Data fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji menurut
Kelurahan:
Tabel 3.2 Fasilitas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Ambacang

KELURAHAN

PUSKES

PUSTU

PUSKEL

RODA 2

ANDURING

AMPANG

PASAR
AMBACANG

LUBUK
LINTAH
JUMLAH

MAS

KLINIK
BERSALIN

B.P

15

Data Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Ambacang menurut Kelurahan:

Tabel 3.3 SDM wilayah kerja Puskesmas Ambacang

POSYANDU

POSYANDU

KELURAHAN

BALITA

LANSIA

SIAGA

PASAR AMBACANG

ANDURING

AMPANG

LUBUK LINTAH

JUMLAH

28

KELURAHAN

3.6 Ketenagaan
Tabel 3.4 Tenaga kerja kesehatan Puskesmas Ambacang
NO

Status Pegawai

Jenis Petugas

PNS

Pendidikan
Terakhir
PTT

1
Dokter Umum
4
2
Dokter Gigi
2
3
Sarjana Kesmas
2
4
Bidan
12
6
5
Perawat
6
6
Perawat Gigi
1
7
Kesling
3
8
Analis
2
9
Asisten Apoteker
3
10
Nutrition (AKZI/SKM)
2
11
RR
2
12
Sopir
Jumlah
37
6
Sumber: dikutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2013
16

3.7 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk


a. Kondisi Sosial dan Budaya
Suku terbesar yang ada di Kecamatan Kuranji adalah Suku Minang, juga ada
beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya
adalah Islam.
a. Kondisi Ekonomi
Mata Pencaharian Penduduk :
a. Tani

: 45%

b. Pegawai Negeri

: 20%

c. Buruh

: 5%

d. Swasta

2%

e. Lain-lain

: 18%

17

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pencapaian D/S, N/D dan BGM/D


Salah satu kegiatan perbaikan gizi yang ada di masyarakat adalah UPGK (Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga) yang dilakukan Puskesmas melaui posyandu. Posyandu merupakan
ujung tombak puskesmas karena kegiatan pelayanan posyandu langsung berhubungan dengan
masyarakat melalui peran aktif kadernya. Puskesmas Ambacang memiliki 28 posyandu yang
tersebar di 4 kelurahan. Pelaksanaan posyandu diadakan serentak selama 5 hari pada minggu ke
2 setiap bulannya
Salah satu kegiatan UPGK adalah penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan di
posyandu. Beberapa indikator yang digunakan dari hasil penimbangan balita antara lain sebagai
berikut :

4.1.1 Partisipasi Masyarakat (D/S)


Sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah 4803 balita dengan targetan
kunjungan balita ke posyandu yang harus dicapai adalah sebanyak 65 %. Kunjungan balita ke
posyandu di wilayah kerja puskesmas Ambacang dapat dilihat dari rabel berikut :

Grafik 4.1 Pencapaian D/S balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Januari-September
2014
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

77.80 75.74 78.34 70.85 76.23


Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

18

Tabel 4.1 Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-September 2014
PS.AMB

AND

LB.LTH

AMP

HC

D/S

77,80

75,74

78,34

70,85

76,23

TARGET

85

85

85

85

85

GAP

-7,2

-9,26

-6,66

-14,15

-8,77

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang


Dari diskusi dan pengamatan di lapangan, didapatkan bahwa penurunan pencapaian D/S
ini antara lain diakibatkan karena; honor kader sebagai petugas lapangan yang langsung
berinteraksi dengan masyarakat tidak sebanding dengan beban tugas yang harus diembannya,
sehingga banyak kader yang mulai tidak aktif lagi dalam menjalankan posyandu di daerahnya.
Selain itu, pihak puskesmas juga mengeluhkan kurangnya sarana yang memadai untuk
melaksanakan kegiatan Posyandu, seperti dacin timbangan bayi yang kebanyakan sudah tidak
cukup layak lagi untuk digunakan. Aktivitas pengawasan oleh bidan penanggung jawab wilayah
serta perhatian dari pihak PKK juga dirasakan semakin berkurang sehingga dorongan untuk
peningkatan kinerja posyandu juga melemah

4.1.2. Keberhasilan Program (N/D)


Balita yang naik berat badannya (N) adalah Balita yang ditimbang (D) di Posyandu
maupun di luar Posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
Capaian N/D= jumlah balita yang ditimbang yang naik berat badannya x 100%
Jumlah balita yang ditimbang
Grafik 4.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-September
2014

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

PS.AMB

AND

LB.LTH

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang


19

AMP

HC'14

Tabel 4.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-September 2014
PS.AMB

AND

LB.LTH

AMP

HC

TARGET

JAN-SEPT14

95,97

88,64

91,05

95,77

92,82

80 %

TARGET

80 %

80 %

80 %

80 %

80 %

80 %

GAP

+15,97

+8,64

+11,05

+15,77

+12,82

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2011, program N/D hampir mencapai
target yang ditetapkan oleh DKK. Namun demikian, kenaikan capaian tiap tahunnya cukup
lambet sehingga pihak puskesmas khususnya petugas Program Gizi harus lebih giat lagi
meningkatkan pelaksanaan program posyandu dan mereaktivasi serta memotivasi kembali semua
kader posyandu di wilayah kerjanya.
Kendala program ini juga hampir sama dengan kendala program D/S karena hampir
semua kegiatan program bertumpu pada kunjungan balita ke posyandu. Namun, hal yang juga
dikhawatirkan adalah keminiman pendataan balita yang tidak pernah datang sama sekali ke
posyandu yang mungkin termasuk balita dengan status gizi kurang bahkan mungkin buruk. Hal
ini masih merupakan tugas bersama petugas puskemas dengan bidan penanggung jawab wilayah
serta kader posyandu, ditambah dukungan pejabat pemerintah setempat, yakni lurah dan cama

4.1.3. BGM/D
Data Balita bawah Garis Merah secara umum didapatkan dari pendataan kunjungan balita
ke posyandu, puskesmas, bidan di wilayah kerja puskesmas Ambacang, maupun rumah sakit.
Meskipun demikian, pendataan utama tetap didapatkan dari posyandu karena pemantauan dan
perekapan data posyandu dilakukan secara rutin.
Skrining awal balita yang dicurigai mengalami malnutrisi juga lebih berpedoman pada
posyandu. Hal ini dikarenakan kebanyakan balita yang datang ke puskesmas atau ke bidan atau
ke rumah sakit adalah setelah anak tersebut sakit.
Berikut adalah cakupan BGM yang ada di Puskesmas Ambacang pada sejak tahun 2009.
Grafik 4.3 Pencapaian BGM/D diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Jan-Sept 2014

20

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

6
3
PS.AMB

AND

LB.LTH

AMP

1
4
HC'14

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

Tabel 4.3 Pencapaian BGM/D diwilayah kerja Puskesmas Januari-September 2014


PS.AMB

AND

LB.LTH

AMP

HC

Target

TH 2013

0,41

0,33

0,15

0,24

0,29

<15%

JAN-

0,44

0,28

0,38

0,34

0,37

SEPT14

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

Meskipun tiap tahunnya angka balita bawah garis merah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang berada jauh di bawah target, namun pihak puskesmas sendiri sebenarnya
menargetkan bahwa tidak ada lagi balita yang berada di bawah garis merah pertumbuhannya,
dengan katan lain BGM/D haruslah 0.
Yang masih disangsikan adalah penurunan angka BGM/D yang belum tentu disebabkan
berkurangnya jumlah balita BGM, tetapi bias jadi karena belum semua balita terpantau (masih
banyak balita yang tidak datang ke Posyandu). Sehingga, secara umum masalah yang dihadapi
untuk program gizi di posyandu adalah kunjungan posyandu dan pendataan yang masih belum
optimal.

4.2. Distribusi Vitamin A


Pendistribusian kapsul vitamin A dosis tinggi (100.000 IU) dilaksanakan 2 kali dalam
setahun, yakni pada bulan Februari dan Agustus di semua posyandu di wilayah kerja Puskesmas

21

Ambacang. Selain itu, pemberian kapsul vitamin A juga dilakukan di puskesmas pada balita
yang berkunjung ke KIA Puskesmas Ambacang jika balita tersebut belum mendapatkan vitamin
A sesuai waktunya.
4.2.1. Distribusi Kapsul Vitamin A Pada Bayi ( Umur 6-11 Bulan)
Tabel 4.4 Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A pada Bayi (Umur 6-11 Bulan) Bulan
Februari dan Agustus tahun 2014
NO

KELURAHAN

CAK.DISTRIBUSI VIT.A BAYI TH13

CAK.VIT.A BAYI
TH13

FEB14

GAP

AGUS14

GAP

FEB13

AGUS13

1.

PS.AMBACANG

89,86

+4,86

85,17

+0,17

92,54

82,61

2.

ANDURING

87,86

+2,86

86,75

+1,75

91,08

83,04

3.

LB.LINTAH

86,51

+1,51

86,78

+1,78

80,02

84,17

4.

AMPANG

88,76

+3,76

85,06

+0,06

99,49

86,69

HC

87,77

+2,77

85,93

+0,93

90,55

83,66

(+7,55)

(+0,66)

TARGET

85%

83%

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

4.2.2 Distribusi Kapsul Vitamin A Pada Anak Balita ( Umur 12-59 Bulan )

Tabel 4.5. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Pada Anak Balita (Umur 12-59 Bulan)
Bulan Februari dan Agustus 2014 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
NO

KELURAHAN

CAK.DISTRIBUSI VIT.A AN.BLT TH14


FEB14

GAP

AGUS
14

VIT.A AN.BLT TH13


GAP

FEB13

AGUS13

1.

PS.AMBACANG

88,59

+3,59

93,55

83,41

2.

ANDURING

89,49

+4,49

91,91

83,82

3.
4.

LB.LINTAH
AMPANG
HC

87,82
89,93
88,89

+2,82
+4,93
+3,89

94,44
93,26
93,22

83,33
83,15
83,47

TARGET

85%

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

4.2.3 Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe Pada Ibu Nifas


22

83%

Pendistribusian vitamin A dan tablet Fe kepada ibu nifas lebih banyak dilakukan di
puskesmas karena ibu nifas akan sering datang memeriksakan kesehatannya pasca melahirkan
seperti periksa jahitan pasca melahirkan dan membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi
BCG.
Cakupan distribusi vitamin A dan tablet Fe pada ibu nifas dapat dilihat pada tabel berikut:
Grafik 4.4 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas Tahun 2014
Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang (target 49,98%)
99.96
91.63
83.3
74.97
66.64
58.31
49.98
41.65
33.32
24.99
16.66
8.33
0

50,05
PS.AMB

AND

LB.LTH

AMP

HC'14

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

Grafik 4.5

Cakupan Distribusi Tablet Fe pada Ibu Nifas Tahun

2014 Diwilayah Kerja

Puskesmas Ambacang (target 90%)


100.000
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000

PS.AMB

AND

LB.LTH

AMP

HC

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

4.3. Pelacakan kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Jan-Juni tahun
2014
Tabel 4.6 Pelacakan Kasus Gizi Buruk Jan-Juni 2014

23

NO

KELURAHAN

JUMLAH

STATUS GIZI

GIZI BURUK

(KONDISI TERKINI)

1.

PS.AMB

2.

ANDURING

3.

LB.LINTAH

-1 (BB/U:S.KRG, TB/U:PDK,
BB/TB:KRS,IMT/U:KURUS
-1 (BB/U:S.KRG, PB/U:PDK,
BB/PB:NRML, IMT/U: KRS

4.

AMPANG

HC

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

4.4. Kunjungan Pasien ke POZI dan Klinik Laktasi


Klinik laktasi dan POZI dibuka setiap hari di puskesmas Ambacang. Kegiatan utamanya
adalah edukasi gizi langsung kepada pasien atau masyarakat pada umumnya.
Pasien yang datang ke POZI (Pojok Gizi) merupakan pasien rujukan dari BP, KIA, ataupun
dengan keinginan sendiri. Untuk di posyandu, pojok gizi diimplementasikan di meja 4 yaitu meja
penyuluhan.
Berikut jumlah kunjungan pasien POZI tahun 2014 berdasarkan penyakit yang diderita :
Grafik 4.5 Kunjungan Pasien ke Pojok Gizi (POZI) tahun 2014 Diwilayah Kerja Puskesmas
Ambacang.

12

44

21
11
11

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang


24

GIZI LEBIH
KEP/BGM/GZ.KURANG
HIPERTENSI
DM
ANEMIA
DLL

Dari 10 penyakit terbanyak yang datang, kunjungan di POZI didominasi oleh hipertensi
dan KEP/BGM/gizi kurang. Hal ini menunjukan bahwa masalah gizi saat ini tidak hanya pada
masalah gizi utama (KEP, KVA, Anemia Gizi Besi dan GAKI) saja, melainkan juga masalah
penyakit degeneratif. Untuk itu kegiatan gizi dimasa mendatang juga fokus pada penyakit
degeneratif.

4.5. Pemantauan / Pemeriksaan garam Beryodium


Pada tahun 2011 telah dilaksanakan pemeriksaan garan beryodium di tingkat rumah
tangga dengan jumlah sampel 32 KK per kelurahan pada bulan Februari dan Oktober 2011.
Sampel diambil secara acak. Pemeriksaan garam dilakukan menggunakan Iodine test pada garam
yang dipakai di rumah warga tersebut. Hasilnya, jika garam tersebut cukup mengandung yodium,
maka akan menampakkan warna ungu.
Pemeriksaan garam beryodium di SD di wilayah kerja puskesmas ambacang bulan mei 2014:
- Lokasi : 21 sekolah (sd)
- Jumlah sampel diperiksa : 546 (26 sampel/sd)
- Positif yodium : 543 sampel (99,45%) target : 90% (+9,45%)
negatif yodium : 3 sampel
- Bentuk garam : halus 144 sampel (26,37%), curah 402

sampel(73,63%), bata/briket : -

- Tempat beli garam : psr 73 sampel (13,37%), warung 393 sampel (71,98%), tkg syr 14 sampel
(2,56%), dll 66 sampel (12,09%)
- Merk garam : kna, tani makmur, octopus, lososa, refina, segitiga biru (g)

4.6. Distribusi MP-ASI Balita dan Susu Ibu Hamil


Pendistribusian MP-ASI kepada balita dan susu kepada ibu hamil selalu dilakukan saat
bantuan turun dari DKK. Dari diskusi dengan pemegang program, diketahui bahwa bantuan MPASI dan susu gratis ini turun maksimal 2 kali dalam setahun, meskipun kadang dalam setahun itu
tidak ada turun bantuan. Jumlah yang diterima puskesmas akan dibagi sebanyak jumlah
posyandu yang ada di wilayah kerja puskesmas Ambacang, karena pembagian MP-ASI dan susu
tersebut dilakukan di posyandu.
Kriteria balita/ibu hamil yang mendapat MP-ASI/susu adalah :
25

a.

Diutamakan balita/ibu hamil

b.

balita/ibu hamil yang kurang gizi

4.7. Pemantauan Status Gizi (PSG)


Tabel 4.6 Pemantauan Status Gizi Balita Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang 2014
KELURAHAN

JMLH

SEBELUM

SETELAH

SAMPEL

VALIDASI DATA

VALIDASI DATA

(ST.GIZI BB/TB : KURUS)

(ST.GIZI BB/TB : KURUS)

PS.AMB

40 BLT

AND

20 BLT

LB.LTH

20 BLT

AMP

40 BLT

HC

120 BLT

4 (3,33%)

1 (0,83%)

Sumber: Laporan Trimester Puskesmas Ambacang

4.8. Masalah dan Solusi


Masalah

Solusi

26

BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan Puskesmas Ambacang
sudah memnuhi standar pelayanan minimal yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi
Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004. Selain program
pokok, puskesmas Ambacang juga menambahkan 1 program yaitu Klinik Laktasi.
Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah gizi yang ada di
puskesmas Ambacang Kuranji meliputi :
Belum tercapainya D/S sesuai target
Belum tercapainya N/D sesuai target
Belum tercapainya distribusi kapsul vitamin A sesuai target
Belum maksimalnya pemantauan serta penanganan masalah gizi buruk
Rendahnya pemberian ASI ekslusif
Pendataan dan pencatatan laporan program yang belum optimal

5.2. Saran

Menggiatkan kader agar lebih bersemangat untuk melaksanakan posyandu tiap bulannya.

Mengupayakan reward kader melalui advokasi ke PKK dan kecamatan

Melengkapi sarana dan prasarana posyandu melaului DKK agar masyarakat termotivasi
untuk datang ke posyandu.

Memberdayakan pembina wilayah, kader, penanggung jawab masing-masing yandu,


serta ibu-ibu PKK agar lebih proaktif dan tanggap terhadap permasalahan yang ada
disekitarnya.

Meningkatkan dan menjalin kerja sama yang lebih baik lagi antara petugas, kader dan
masyarakat terutama sekali dalam mempromosikan dan mendistribusikan kapsul vitamin
A.

Memberdayakan bidan poskeskel, pembina wilayah, dan kader masing masing


posyandu dalam memantau/menangani masalah balita BGM dan pembenahan dalam
sistem pencatatan dan pelaporan agar diperolehnya data yang akurat.

27

Anda mungkin juga menyukai