PENDAHULUAN
sebagai
organisasi
kesehatan
fungsional
yang
merupakan
pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program
dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan status pelayanan
kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya.
Dalam pelaksanaannya, puskesmas memiliki enam program pokok (basic six) yang salah
satu diantaranya adalah Program Perbaikan Gizi. Program ini bertujuan untuk memantapkan
dan meningkatkan status gizi masyarakat secara efektif dan efisien melalui agendanya yang
meliputi pemantauan perkembangan bayi dan balita, pemberian vitamin A untuk balita,
pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, pemberian makanan pendamping ASI, serta pendataan
dan perawatan balita gizi buruk.
Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi perhatian utama selain
juga maslah gizi mikro dan pemberian ASI eksklusif. Dari data Riskesdas 2007, prevalensi
gizi buruk yang berada diatas rerata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216
kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran Gizi Buruk dan Gizi
Kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi
Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional sebesar 18,4%. Masalah gizi mikro di
10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xerophtalmia pada balita 0,13% dan
proporsi balita dengan serum retinol < 20 gr/dl sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006).
Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%. Secara nasional cakupan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 06 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun
terakhir, menurun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit
meningkat pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada
tahun 2008 dan meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Susenas 2007 2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa posyandu merupakan tempat yang
paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar 78,3%, sehingga posyandu
merupakan wadah efektif di lini pertama dalam perbaikan mutu gizi di Indonesia dengan
puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang mewadahinya.
Masih kurangnya partisipasi masyarakat ke posyandu menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terdapatnya angka gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Oleh karena
itu, Puskesmas Ambacang sebagai unit pelaksana fungsional berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan serta
pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan yang penting dalam penanganan
angka kejadian gizi buruk.
Oleh karena pentingnya peran puskesmas dalam pengelolaan program gizi demi
meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka penulis mengangkatkan makalah Penanganan
Anak Kurang Gizi di Puskesmas Ambacang sebagai perbandingan bagi puskesmas lain dan
sebagai evaluasi bagi Puskesmas Ambacang sendiri untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik di bidang gizi masyarakat di masa yang akan datang.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang Penanganan Anak Kurang Gizi di Puskesmas Ambacang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organorgan, serta menghasilkan energi.
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan
dengan kesehatan. Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang
berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health
nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu
sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition)
dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition).
Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan
dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih menitikberatkan pada kuratif. Gizi
masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat
dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi).
2.2
menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi
dapat disebabkan oleh :
a. Penyebab langsung
Makan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan anak kurang gizi.Hal ini timbul
tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang tetapi juga penyakit.Anak yang
mendapatkan cukup tapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi
buruk. Demikian pula pada anak yang tidak mendapatkan makanan cukup, maka daya
tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
3
Pola pengasuhan anak yang kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar
dapat tumbuh berkembang dengan baik secara fisik, mental dan sosial.
Status Gizi
Ambang batas *)
Gizi lebih
+ 2 SD
Gizi Baik
-2 SD sampai + SD
Gizi Kurang
< -2 SD sampai -3 SD
Gizi Buruk
< -3 SD
Normal
2 SD
Pendek ( Stundet )
< -2 SD
Gemuk
+ 2 SD
Badan ( BB/ TB )
Normal
-2 SD sampai + 2 SD
Kurus ( wasted )
< -2 SD sampai -3 SD
Kurus Sekali
< -3 SD
kebutuhan
nutrisi
meningkat,
penyerapan
nutrisi
yang
turun
Otot menyusut (wasted), lembek tulang rusuk tampak terlihat jelas terlihat tulang
belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy pant )
Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam
Tek. Darah, detak jantung pernafasan berkurang
Perut cekung, dan iga gambang
Seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
2.4
dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2004, pengelolaan masalah gizi di puskesmas dilaksanakan melalui program-program
sebagai berikut :
2.4.1.
Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia yang dapat dilakukan
pada berbagai kelompok usia, berupa usia (U), berat badan (BB), panjang badan (PB) atau
tinggi badan (TB), lingkar lengan (LILA), lingkar kepala, dan tebal lipatan kulit (TLK)
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak.KMS harus dibawa
ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian
pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan,
sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN.
SKDN
2.4.2.1.
Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan ditimbang berat
badannya.
2.4.2.2.
Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun
di luar posyandu yang berat badannya naik dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS
1) Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan dan KMS, pengadaan daftar
tilik dan formulir rujukan;
2) Perencanaan penyiapan logistik;
3) Pelacakan BGM melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar
posyandu;
4) Bimbingan teknis.
2.3.4. Pelayanan Gizi
1. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahun.
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang
berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A yang diberikan adalah kapsul vitamin A dosis
tinggi yang terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I. yang
diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan
dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12- 59 bulan.
Langkah Kegiatan
a. Pendataan Sasaran Balita (Baseline data);
b. Perencanaan kebutuhan kapsul vitamin A;
c. Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A;
d. Sweeping pemberian kapsul vitamin A;
e. Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;
f. Monitoring dan Evaluasi.
b.
c.
d.
e.
3. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari
Keluarga Miskin.
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan BGM
dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari
selama 90 hari.
Langkah Kegiatan
a.
Pendataan sasaran;
b.
c.
d.
e.
Distribusi MP-ASI;
f.
Pencatatan/Pelaporan;
g.
b)
c)
d)
10
e)
Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Zscore -1;
f)
Konseling gizi kepada orang tua / pengasuh tentang cara memberi makan anak.
11
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ambacang Kuranji diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15 orang staf,
dipimpin oleh Dr. Dewi Susanti Febri. Pada Maret 2009, beliau digantikan dengan Dr. Hj.
May Happy, kemudian pada September 2012 digantikan lagi oleh Trice, SKM dengan 43
orang staf.
Awalnya, pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerjanya sebelumnya
merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang program kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji telah dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan.
Misi dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Sedangkan strateginya adalah mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat, menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, meningkatkan
kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat.
3.2 Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan
kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas-batas
wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu:
Utara
Timur
Selatan
Barat
Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23'
50.14" Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2,
mewilayahi 4 Kelurahan yaitu: Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang
12
dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan.
Bila dilihat dengan menggunakan Google Map maka Wilayah kerja Puskesmas
Ambacang terlihat sebagaimana dalam gambar berikut:
13
Jenis Kelamin
Kelurahan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Psr Ambacang
8.670
8.741
17.411
Anduring
6.914
6.970
13.884
Lb Lintah
5.019
5.060
10.079
Ampang
3.576
3.602
7.178
Puskesmas
24.179
24.473
48.552
: 48.552 Jiwa
b. Bayi
c. Balita
: 4.972 Jiwa
972 Jiwa
14
: 1.070 Jiwa
e. Lansia
: 4.059 Jiwa
lantai
mampu
dimanfaatkan
untuk
pelayanan
dan
kegiatan
administrasi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu
menjangkau pelayanan terutama luar gedung seperti posyandu, UKS dan UKGS serta
pembinaan desa siaga.
Data fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji menurut
Kelurahan:
Tabel 3.2 Fasilitas kesehatan wilayah kerja Puskesmas Ambacang
KELURAHAN
PUSKES
PUSTU
PUSKEL
RODA 2
ANDURING
AMPANG
PASAR
AMBACANG
LUBUK
LINTAH
JUMLAH
MAS
KLINIK
BERSALIN
B.P
15
POSYANDU
POSYANDU
KELURAHAN
BALITA
LANSIA
SIAGA
PASAR AMBACANG
ANDURING
AMPANG
LUBUK LINTAH
JUMLAH
28
KELURAHAN
3.6 Ketenagaan
Tabel 3.4 Tenaga kerja kesehatan Puskesmas Ambacang
NO
Status Pegawai
Jenis Petugas
PNS
Pendidikan
Terakhir
PTT
1
Dokter Umum
4
2
Dokter Gigi
2
3
Sarjana Kesmas
2
4
Bidan
12
6
5
Perawat
6
6
Perawat Gigi
1
7
Kesling
3
8
Analis
2
9
Asisten Apoteker
3
10
Nutrition (AKZI/SKM)
2
11
RR
2
12
Sopir
Jumlah
37
6
Sumber: dikutip dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2013
16
: 45%
b. Pegawai Negeri
: 20%
c. Buruh
: 5%
d. Swasta
2%
e. Lain-lain
: 18%
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Grafik 4.1 Pencapaian D/S balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Januari-September
2014
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
18
Tabel 4.1 Pencapaian D/S Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-September 2014
PS.AMB
AND
LB.LTH
AMP
HC
D/S
77,80
75,74
78,34
70,85
76,23
TARGET
85
85
85
85
85
GAP
-7,2
-9,26
-6,66
-14,15
-8,77
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
PS.AMB
AND
LB.LTH
AMP
HC'14
Tabel 4.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Januari-September 2014
PS.AMB
AND
LB.LTH
AMP
HC
TARGET
JAN-SEPT14
95,97
88,64
91,05
95,77
92,82
80 %
TARGET
80 %
80 %
80 %
80 %
80 %
80 %
GAP
+15,97
+8,64
+11,05
+15,77
+12,82
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2011, program N/D hampir mencapai
target yang ditetapkan oleh DKK. Namun demikian, kenaikan capaian tiap tahunnya cukup
lambet sehingga pihak puskesmas khususnya petugas Program Gizi harus lebih giat lagi
meningkatkan pelaksanaan program posyandu dan mereaktivasi serta memotivasi kembali semua
kader posyandu di wilayah kerjanya.
Kendala program ini juga hampir sama dengan kendala program D/S karena hampir
semua kegiatan program bertumpu pada kunjungan balita ke posyandu. Namun, hal yang juga
dikhawatirkan adalah keminiman pendataan balita yang tidak pernah datang sama sekali ke
posyandu yang mungkin termasuk balita dengan status gizi kurang bahkan mungkin buruk. Hal
ini masih merupakan tugas bersama petugas puskemas dengan bidan penanggung jawab wilayah
serta kader posyandu, ditambah dukungan pejabat pemerintah setempat, yakni lurah dan cama
4.1.3. BGM/D
Data Balita bawah Garis Merah secara umum didapatkan dari pendataan kunjungan balita
ke posyandu, puskesmas, bidan di wilayah kerja puskesmas Ambacang, maupun rumah sakit.
Meskipun demikian, pendataan utama tetap didapatkan dari posyandu karena pemantauan dan
perekapan data posyandu dilakukan secara rutin.
Skrining awal balita yang dicurigai mengalami malnutrisi juga lebih berpedoman pada
posyandu. Hal ini dikarenakan kebanyakan balita yang datang ke puskesmas atau ke bidan atau
ke rumah sakit adalah setelah anak tersebut sakit.
Berikut adalah cakupan BGM yang ada di Puskesmas Ambacang pada sejak tahun 2009.
Grafik 4.3 Pencapaian BGM/D diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Jan-Sept 2014
20
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
6
3
PS.AMB
AND
LB.LTH
AMP
1
4
HC'14
AND
LB.LTH
AMP
HC
Target
TH 2013
0,41
0,33
0,15
0,24
0,29
<15%
JAN-
0,44
0,28
0,38
0,34
0,37
SEPT14
Meskipun tiap tahunnya angka balita bawah garis merah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang berada jauh di bawah target, namun pihak puskesmas sendiri sebenarnya
menargetkan bahwa tidak ada lagi balita yang berada di bawah garis merah pertumbuhannya,
dengan katan lain BGM/D haruslah 0.
Yang masih disangsikan adalah penurunan angka BGM/D yang belum tentu disebabkan
berkurangnya jumlah balita BGM, tetapi bias jadi karena belum semua balita terpantau (masih
banyak balita yang tidak datang ke Posyandu). Sehingga, secara umum masalah yang dihadapi
untuk program gizi di posyandu adalah kunjungan posyandu dan pendataan yang masih belum
optimal.
21
Ambacang. Selain itu, pemberian kapsul vitamin A juga dilakukan di puskesmas pada balita
yang berkunjung ke KIA Puskesmas Ambacang jika balita tersebut belum mendapatkan vitamin
A sesuai waktunya.
4.2.1. Distribusi Kapsul Vitamin A Pada Bayi ( Umur 6-11 Bulan)
Tabel 4.4 Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A pada Bayi (Umur 6-11 Bulan) Bulan
Februari dan Agustus tahun 2014
NO
KELURAHAN
CAK.VIT.A BAYI
TH13
FEB14
GAP
AGUS14
GAP
FEB13
AGUS13
1.
PS.AMBACANG
89,86
+4,86
85,17
+0,17
92,54
82,61
2.
ANDURING
87,86
+2,86
86,75
+1,75
91,08
83,04
3.
LB.LINTAH
86,51
+1,51
86,78
+1,78
80,02
84,17
4.
AMPANG
88,76
+3,76
85,06
+0,06
99,49
86,69
HC
87,77
+2,77
85,93
+0,93
90,55
83,66
(+7,55)
(+0,66)
TARGET
85%
83%
4.2.2 Distribusi Kapsul Vitamin A Pada Anak Balita ( Umur 12-59 Bulan )
Tabel 4.5. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Pada Anak Balita (Umur 12-59 Bulan)
Bulan Februari dan Agustus 2014 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
NO
KELURAHAN
GAP
AGUS
14
FEB13
AGUS13
1.
PS.AMBACANG
88,59
+3,59
93,55
83,41
2.
ANDURING
89,49
+4,49
91,91
83,82
3.
4.
LB.LINTAH
AMPANG
HC
87,82
89,93
88,89
+2,82
+4,93
+3,89
94,44
93,26
93,22
83,33
83,15
83,47
TARGET
85%
83%
Pendistribusian vitamin A dan tablet Fe kepada ibu nifas lebih banyak dilakukan di
puskesmas karena ibu nifas akan sering datang memeriksakan kesehatannya pasca melahirkan
seperti periksa jahitan pasca melahirkan dan membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi
BCG.
Cakupan distribusi vitamin A dan tablet Fe pada ibu nifas dapat dilihat pada tabel berikut:
Grafik 4.4 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas Tahun 2014
Diwilayah Kerja Puskesmas Ambacang (target 49,98%)
99.96
91.63
83.3
74.97
66.64
58.31
49.98
41.65
33.32
24.99
16.66
8.33
0
50,05
PS.AMB
AND
LB.LTH
AMP
HC'14
Grafik 4.5
PS.AMB
AND
LB.LTH
AMP
HC
4.3. Pelacakan kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Jan-Juni tahun
2014
Tabel 4.6 Pelacakan Kasus Gizi Buruk Jan-Juni 2014
23
NO
KELURAHAN
JUMLAH
STATUS GIZI
GIZI BURUK
(KONDISI TERKINI)
1.
PS.AMB
2.
ANDURING
3.
LB.LINTAH
-1 (BB/U:S.KRG, TB/U:PDK,
BB/TB:KRS,IMT/U:KURUS
-1 (BB/U:S.KRG, PB/U:PDK,
BB/PB:NRML, IMT/U: KRS
4.
AMPANG
HC
12
44
21
11
11
GIZI LEBIH
KEP/BGM/GZ.KURANG
HIPERTENSI
DM
ANEMIA
DLL
Dari 10 penyakit terbanyak yang datang, kunjungan di POZI didominasi oleh hipertensi
dan KEP/BGM/gizi kurang. Hal ini menunjukan bahwa masalah gizi saat ini tidak hanya pada
masalah gizi utama (KEP, KVA, Anemia Gizi Besi dan GAKI) saja, melainkan juga masalah
penyakit degeneratif. Untuk itu kegiatan gizi dimasa mendatang juga fokus pada penyakit
degeneratif.
sampel(73,63%), bata/briket : -
- Tempat beli garam : psr 73 sampel (13,37%), warung 393 sampel (71,98%), tkg syr 14 sampel
(2,56%), dll 66 sampel (12,09%)
- Merk garam : kna, tani makmur, octopus, lososa, refina, segitiga biru (g)
a.
b.
JMLH
SEBELUM
SETELAH
SAMPEL
VALIDASI DATA
VALIDASI DATA
PS.AMB
40 BLT
AND
20 BLT
LB.LTH
20 BLT
AMP
40 BLT
HC
120 BLT
4 (3,33%)
1 (0,83%)
Solusi
26
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan Puskesmas Ambacang
sudah memnuhi standar pelayanan minimal yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi
Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004. Selain program
pokok, puskesmas Ambacang juga menambahkan 1 program yaitu Klinik Laktasi.
Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah gizi yang ada di
puskesmas Ambacang Kuranji meliputi :
Belum tercapainya D/S sesuai target
Belum tercapainya N/D sesuai target
Belum tercapainya distribusi kapsul vitamin A sesuai target
Belum maksimalnya pemantauan serta penanganan masalah gizi buruk
Rendahnya pemberian ASI ekslusif
Pendataan dan pencatatan laporan program yang belum optimal
5.2. Saran
Menggiatkan kader agar lebih bersemangat untuk melaksanakan posyandu tiap bulannya.
Melengkapi sarana dan prasarana posyandu melaului DKK agar masyarakat termotivasi
untuk datang ke posyandu.
Meningkatkan dan menjalin kerja sama yang lebih baik lagi antara petugas, kader dan
masyarakat terutama sekali dalam mempromosikan dan mendistribusikan kapsul vitamin
A.
27