Anda di halaman 1dari 4

33

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Rancangan penelitian berupa penelitian observasional analitik dengan desain
studi cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tipe kusta dengan
tingkat kecacatan kusta.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan. Waktu
penelitian pada bulan Juli tahun 2012 untuk mengumpulkan data di mulai dari
tanggal 1 Januari 2010 - 31 Desember 2011.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua penderita kusta
yang tercatat pada rekam medis Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan
pada 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2011.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita kusta yang memenuhi kriteria
inklusi di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada 1 Januari 2010
sampai dengan 31 Desember 2011.
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini subyek penelitian ditentukan menggunakan total
sampling.
4.3.4 Besar Sampel
Besar sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah rekam medis penderita
kusta tipe PB dan MB di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada
periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011 yang sesuai dengan kriteria inklusi.
4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian
4.3.5.1 Kriteria Inklusi

34

Penderita kusta tipe PB dan MB yang tercatat secara lengkap sebagai


kasus baru di rekam medis Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan
pada periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011.
4.3.5.2 Kriteria Eksklusi
Penderita kusta tipe PB dan MB yang rekam medisnya tidak tercatat
secara lengkap atau hilang di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan
pada periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011.
4.3.6 Variabel Penelitian
4.3.6.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah tipe kusta.
4.3.6.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah tingkat kecacatan kusta
4.3.7 Definisi Operasional
1. Tipe kusta yaitu jenis kusta yang diderita responden mengunakan dasar
klasifikasi dari WHO yang telah dilaksanakan di Departemen Kesehatan
Republik Indonesia yaitu tipe PB dan MB.
2. Tipe PB adalah tipe kusta dengan BTA negatif atau dengan gambaran
klinis ditemukan adanya 1-5 lesi kulit dan kerusakan satu cabang saraf
tepi.
3. Tipe MB adalah tipe kusta dengan BTA positif atau dengan gambaran
klinis ditemukan enam lesi atau lebih dan kerusakan cabang saraf tepi
lebih dari satu.
4. Tingkat kecacatan adalah keadaan kelainan kulit atau saraf yang terjadi
pada mata, kaki, dan tangan penderita kusta. Penentuan kecacatan
didasarkan pada standard WHO yang digunakan Depkes RI. Tidak cacat
(tingkat 0) jika responden tidak mengalami kelainan pada mata, tangan,
dan kaki. Cacat sedang (tingkat 1) jika responden tidak mengalami
gangguan visus dan tidak terdapat kecacatan fisik yang terlihat akibat
kusta, dan cacat berat (tingkat 2) jika responden mengalami gangguan
visus dan terdapat kecacatan yang terlihat akibat kusta.
4.4 Instrumen Penelitian

35

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen berupa data


sekunder yaitu data rekam medis dari Puskesmas Brondong, di Kabupaten
Lamongan periode 1 Januari 2010- 31 Desember 2011.
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Alur Penelitian
Pengambilan Data di Dinas
Kesehatan Kabupaten
Lamongan
Pengambilan rekam medis di Puskesmas
Brondong, Kabupaten Lamongan
Populasi

Semua penderita kusta tipe PB dan MB yang


tercatat di Puskesmas Brondong, Kabupaten
Lamongan pada
tahun 2010-2011.
Sampel
Penderita kusta yang memenuhi kriteria inklusi di
Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada 1
Analisis
data31 Desember 2011.
Januari 2010 sampai
dengan
Hasil
Pembahasan dan
Pelaporan
Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian

4.5.2 Prosedur Pengumpulan Data


Dimulai dengan menentukan besarnya populasi dengan cara mengambil
data di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan periode 1 Januari 2010 31
Desember 2011, kemudian menentukan besarnya sampel yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan mengambil rekam medis di Puskesmas
Brondong.
4.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
untuk mengetahui hubungan tipe kusta dengan tingkat kecacatan. Di samping itu,
untuk menentukan kemaknaannya dilakukan uji statistik analisis yang digunakan
adalah Uji Coefficient contingency menggunakan teknik pengolahan data statistik,
yang dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS release

36

16. Untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung
dilakukan uji Coefficient contingency dengan derajat kepercayaan 95% dan =
0,05. (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

Anda mungkin juga menyukai