Rancangan penelitian berupa penelitian observasional analitik dengan desain studi cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan tipe kusta dengan tingkat kecacatan kusta. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan. Waktu penelitian pada bulan Juli tahun 2012 untuk mengumpulkan data di mulai dari tanggal 1 Januari 2010 - 31 Desember 2011. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua penderita kusta yang tercatat pada rekam medis Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2011. 4.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah penderita kusta yang memenuhi kriteria inklusi di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2011. 4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Pada penelitian ini subyek penelitian ditentukan menggunakan total sampling. 4.3.4 Besar Sampel Besar sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah rekam medis penderita kusta tipe PB dan MB di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011 yang sesuai dengan kriteria inklusi. 4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian 4.3.5.1 Kriteria Inklusi
34
Penderita kusta tipe PB dan MB yang tercatat secara lengkap sebagai
kasus baru di rekam medis Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. 4.3.5.2 Kriteria Eksklusi Penderita kusta tipe PB dan MB yang rekam medisnya tidak tercatat secara lengkap atau hilang di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011. 4.3.6 Variabel Penelitian 4.3.6.1 Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah tipe kusta. 4.3.6.2 Variabel Tergantung Variabel tergantung pada penelitian ini adalah tingkat kecacatan kusta 4.3.7 Definisi Operasional 1. Tipe kusta yaitu jenis kusta yang diderita responden mengunakan dasar klasifikasi dari WHO yang telah dilaksanakan di Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu tipe PB dan MB. 2. Tipe PB adalah tipe kusta dengan BTA negatif atau dengan gambaran klinis ditemukan adanya 1-5 lesi kulit dan kerusakan satu cabang saraf tepi. 3. Tipe MB adalah tipe kusta dengan BTA positif atau dengan gambaran klinis ditemukan enam lesi atau lebih dan kerusakan cabang saraf tepi lebih dari satu. 4. Tingkat kecacatan adalah keadaan kelainan kulit atau saraf yang terjadi pada mata, kaki, dan tangan penderita kusta. Penentuan kecacatan didasarkan pada standard WHO yang digunakan Depkes RI. Tidak cacat (tingkat 0) jika responden tidak mengalami kelainan pada mata, tangan, dan kaki. Cacat sedang (tingkat 1) jika responden tidak mengalami gangguan visus dan tidak terdapat kecacatan fisik yang terlihat akibat kusta, dan cacat berat (tingkat 2) jika responden mengalami gangguan visus dan terdapat kecacatan yang terlihat akibat kusta. 4.4 Instrumen Penelitian
35
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen berupa data
sekunder yaitu data rekam medis dari Puskesmas Brondong, di Kabupaten Lamongan periode 1 Januari 2010- 31 Desember 2011. 4.5 Prosedur Penelitian 4.5.1 Alur Penelitian Pengambilan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan Pengambilan rekam medis di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan Populasi
Semua penderita kusta tipe PB dan MB yang
tercatat di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada tahun 2010-2011. Sampel Penderita kusta yang memenuhi kriteria inklusi di Puskesmas Brondong, Kabupaten Lamongan pada 1 Analisis data31 Desember 2011. Januari 2010 sampai dengan Hasil Pembahasan dan Pelaporan Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian
4.5.2 Prosedur Pengumpulan Data
Dimulai dengan menentukan besarnya populasi dengan cara mengambil data di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan periode 1 Januari 2010 31 Desember 2011, kemudian menentukan besarnya sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan mengambil rekam medis di Puskesmas Brondong. 4.6 Analisis Data Data yang diperoleh dikumpulkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui hubungan tipe kusta dengan tingkat kecacatan. Di samping itu, untuk menentukan kemaknaannya dilakukan uji statistik analisis yang digunakan adalah Uji Coefficient contingency menggunakan teknik pengolahan data statistik, yang dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS release
36
16. Untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan uji Coefficient contingency dengan derajat kepercayaan 95% dan = 0,05. (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).