Tanda-Tanda Perangsangan Selaput Otak
Tanda-Tanda Perangsangan Selaput Otak
2.
Tanda Kernig
Cara pemeriksaan: pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian
ekstensi pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.
Penilaian: tanda ini positif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 disertai spasme otot
paha, biasanya diikuti rasa nyeri.
3.
Tanda Laseque
Ada yang menyebut sebagai straight leg raising test karena istilah ini menggambarkan cara
pemeriksaannya.
Cara pemeriksaan: pasien dalam rileks berbaring terlentang dan dilakukn fleksi pada sendi pnggul
sewaktu tungkai dalam ekstensi. Selama fleksi sendi panggul dilakukan perlahan-lahan
ditanyakan pada pasien apakah ia merasa nyeri dan dimana rasa nyeri tersebut terjadi.
Penilaian: tanda ini ada bila sudah timbul rasa nyeri di lekuk iskiadikus atau adanya tahanan pada
waktu dilakukan fleksi kurang dari 60. Perlu dilakukan penilaian sesisi atau kedua sisi.
4.
5.
SARAF-SARAF OTAK
I.
II.
Ketajaman Penglihatan
Kelainan-kelainan yang perlu dicatat sebelum melakukan pemeriksaan adalah katarak, iritasi
konjunctiva, parut pada kornea, kornea yang kabur, iritis, uveitis, korpus alineum, glaukoma,
protesa, fotofobia, arkus senilis, reaksi berlebihan terhadap cahaya, dan mata afaksi.
Apabila pasien menggunakan kaca mata, maka pada pemeriksaan diperkenankan dipakai.
Ketajaman penglihtan jauh
Dipergunakan tabel dari Snellen (untuk jarak 5 atau 6 meter).
Cara pemeriksaan:
Pasien duduk mengahadap tabel dengan jarak 6 meter (aqtau 5 meter). Mata kanan dan kiri
diperiksa bergantian yang dapat dilakukan dengan menutup sebelah mata dengan tangan
pasien tanpa menekan bola mata. Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ditunjuk oleh
pemeriksa pada tabel Snellen mulai dari atas kebawah. Deretan huruf yang terakhir yang
dapat dibaca oleh pasien dengan betul (minimum kesalahan satu) dicatat dan merupakan nilai
ketajaman penglihatan pasien.
Nilai ketajaman penglihatan normal adalah 6/6.
Angka diatas menunjukan jarak pasien ke tabel (6 meter) dan angka dibawah menunjukan
angka yang seharusnya dapat dibaca oleh mata yang normal.
Untuk pasien dengan ketajaman penglihatan yang agak buruk atau tidak dapat diperiksa
dengan huruf Snellen, dapat dipakai cara menghitung jari sampi seberapa jauh pasien dapat
menghitung jari pemeriksa. Bila pasien hanya dapat menghitung jari dengan betulpada jarak 3
meter maka ketajaman penglihatan pasien dinilai sebagai 3/60 (60 adalah jarak orang normal
dapat menghitung jari dengan betul). Selanjutnya untuk ketajaman penglihatan yang lebih
buruk lagi dapat diperiksa dengan melihat gerakan tangan dengan cara seperti menghitung jari
dan penilaiannya 3/300 untuk pasien yang dapat yang dapat membedakan gerak atau tidak
pada jarak 3 meter (orang normal dianggap dapat membedakan gerak tangan pada jarak 300
meter). Bila pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang dengan pemeriksaan senter,
maka ketajaman penglihatan adalah 1/~. Ketajaman penglihatan adalah 0 bila pasien tidak
dapat membedakan terang dan gelap (buta total).
Ketajaman penglihtan dekat
Dipergunakan tabel Jagger atau huruf-huruf dari buku.
Jarak mta pasien dan tabel adalah 35 cm.
2.
Lapangan Penglihatan
Pemeriksaan lapangan penglihatan dapat dilakukan dengan 2 cara:
Test Konfrontasi.
Lapangan penglihatan mempunyai variasi yang dipengaruhi antara lain oleh bentuk muka,
lekukan rongga mata dan lebar celah kelopak mata.
Alat yang dipergunakan: sebagai obyek biasanya dipergunakan jari pemeriksa. Dapat juga
dipergunakan benda bulat berwarna putih. Untuk pasien yang kurang kooperatif dapat
dipergunakan benda-benda yang dapat menarik perhatian (optically elicited eye movement)
umpamanya segelas air, rokok dan lain-lain. Untuk menutup mata pasien dapat dipergunakan
tangan pasien sesuai dengan matanya yang akan ditutup. Pemeriksa dapat menutup mata
dengan alat sederhana dari karton agar kedua tangan bebas menggerakan obyek. Atau
pemeriksa menutup matanya dengan tangan sendiri, dalam hal ini pemeriksaan hanya
dilakukn dengn satu tangan bergantian.
Cara pemeriksaan: fungsi mta diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri
berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa, biasanya mata
yang berlawanan, mata kiri berhadapan dengan mata kanan, pada garis dan ketinggian yang
sama.
Jark antara keduanya berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Obyek digerakan oleh
pemeriksa pada bidang tengah, mulai diluar lapangan pandang digerakan kedalam sampai
pasien melihat obyek. Biasanya benda digerakan dari atas, bawah, dan dari kedua sisi. Kalau
perlu dari antara kedua arah-arah yang disebut tadi. Lapangan penglihatan pasien
dibandingkan dengan lapangan penglihtan pemeriksa yang dianggap normal.
Kampimetri atau perimetri
Untuk pemeriksaan lebih teliti dari lapangan penglihtan dapat dilakukan pemeriksaan
kampimetri atau perimetri. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk mencari adanya skotoma.
3.
Funduskopi
Banyak manfaatnya melakukan funduskopi, terutama untuk menilai kelainan pada papila
nervus optikus. Alat yang dipergunakan untuk pemeriksaan disebut oftalmoskop. Cahaya
yang berasal dari oftalmoskop dijatuhkan atau diarahkan ke retina melalui pupil. Sebaiknya
pupil cukup berdilatasi agar daerah retina bola mata pasien dapat diselidiki sebaik-baiknya.
Dilatasi pupil dapat dicapai dengan mempergunakan obat midriatikum, tetapi dianjurkan agar
membiasakan
pemeriksaan dilakukan dalam ruang remang-remang dan pasien diminta memandang lurus
kedepan. Pemeriksaan mata kanan pasien dilakukan dari sisi kanan dan oftalmoskop dipegang
dengan tangan kanan sedangkan mata yang dipergunakan untuk memeriksa juga yang kanan.
Untuk pemeriksaan mata kiri dilakukan sebaliknya.
Kesalahan refraksi dapat dikoreksi dengan mempergunakan lensa yang ada pada oftalmoskop.
Pasien dapat mempergunakan kacamatanya apabila ada miopi atau astigmatik yang berat.
III.
NERVUS
OKULOMOTORIUS,
NERVUS
TROKLEARIS
DAN
NERVUS
2.
Pupil
Yang perlu diperiksa adalah ukuran, bentuk, kesamaan, posisi, dan refleks pupil.
Ukuran
Bentuk
Kesamaan (isokori)
Perlu dicatat bahwa ketidaksamaan yang ringan yang ringan dapat ditemui pada: 15-20 %
kongenital, neurosis dan psikosis, kelainan refraksi dan kekuatan cahaya yang jatuh pada
bola mata berbeda.
Posisi
: biasanya terletk sentral. Dalam bidang neurologi bila ditemukan pupil yang
eksentrik atau yang disebut aktopia, dapat ditemukan sebagai tanda untuk menganalisa
gejala lain.
Refleks
o Refleks cahaya langsung:
Cahaya diarahkan pada salah satu pupil.
Reaksi yang tampak adalah kontraksi pupil homolateral.
o Refleks cahaya tidak langsung (konsensual atau crossed light reflex):
Selain kontraksi sisi homolateral juga akan tampak kontraksi sisi kontralateral.
o Refleks akomodasi-konvergensi:
Pasien diminta melihat jauh kemudian melihat ketangan pemeriksa yang letaknya 30
cm didepan hidung pasien. Pada saat melihat tangan pemeriksa, kedua bola mata
pasien bergerak secara konvergensi (kearah nasal) dan tampak pupil mengecil. Refleks
ini negative pada kerusakan saraf simpatikus leher.
o Refleks siliospinal:
Refleks nyeri ini dilakukn dalam ruang dengan penerangan samar-samar. Caranya
ialah merangsang nyeri pada daerah leher dan sebagai reaksi pupil akan melebar pada
sisi ipsilateral. Refleks ini terjadi bila ada benda asing pada kornea atau intraokuler,
atau pada cidera mata atau pelipis.
o Refleks okulosensorik:
Refleks nyeri ini adalah reaksi konstriksi, atau dilatasi disusul konstriksi, sebagai
respons rengsang nyeri didaerah mata atau sekitarnya.
3.
Nistagmus
Didefinisikan sebagai gerakan bolak balik mata yang involunter. Gerakan tersebut dapat
horisontal, vertikal, rotatoar (berputar) atau gerakan kombinasi.
Nistagmus dapat terlihat bila pasien diminta untuk melirik kesamping, keatas, atau
kebawah, tetapi kadang-kadang dapat dilihat tanpa peragaan (spontan).
Beberapa jenis nistagmus: nistagmus okuler, nistagmus vestibuler perifer, nistagmus
neuromuskuler, nistagmus susunan saraf pusat.
IV.
V.
Mula-mula dilakukan observasi wajah pada waktu pasien diam, tertawa, menangis, bersiul
dan menutup mata.
Pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup mata kuat-kuat sementara jari-jari
pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
Pasien diminta mengembungkan pipi seperti meniup balon sambil pemeriksa melakukan
palpasi pipi kiri dan kanan untuk menentukan apakah udara dapat lolos lewat salah satu
sudut mulut.
Pada pasien dengan penurunan kesadaran atau koma, pemeriksaan dilakukan dengan
membangkitkan rasa nyeri misalnya dengan menekan kuat-kuat prosesus stiloideus hingga
pasien menyeriangi.
Penilaian:
Normal: bila muka kurang lebih simetrik dalam semua gerakan.
Paresis perifer nervus fasialis: bila separuh muka kurang dalam setiap gerakan.
Paresis sentral nervus fasialis: bila otot-otot wajah bagian bawah terkena sedang otot-otot dahi
normal.
2. Saraf sensorik pengecap
Cara pemeriksaan: dengan memberi sedikit dari berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti
gula, garam, dan kina. Pasien harus tetap menjulurkan lidah pada waktu ditest dan selama
menentukan zat apa yang dirasakan. Penentuan zat ini dilakukan dengan menunjuk pada
tulisan manis, asin, dan pahit.
VI.
2. Nervus Vestibularis
Pemeriksaan nervus vestibularis dilakukan dengan memperhatikn adanya dizziness, vertigo
(mabuk, pusing) atau kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang. Pada
gangguan unilateral goyangan tubuh terjadi ke arah satu sisi dan ada deviasi postural, sering
disertai deviasi kinetik atau past pointing. Gangguan vestibuler biasanya disertai deviasi
okuler atau nistagmus.
VII.
VIII.
IX.
X.
SISTEM REFLEKS
2.
Refleks permukaan.
Refleks patologik.
Rileksasi sempurna.
Pasien harus rileks dengan posisi seenaknya. Anggota gerak yang akan diperiksa harus terletak
sepasif mungkin tanpa pasien perlu mengelurkan tenaga untuk mempertahankan posisinya.
2.
3.
4.
Penguatan refleks.
Konsentrasi pasien terhadap anggota gerak yang akan diperiksa perlu dialihkan, karena ini akan
mengganggu hasil refleks.
Penilaian refleks:
Penilaian bergantung pada faktor:
1.
2.
3.
Nilai refleks:
1.
2.
Hiporefleksi berarti ada kontraksi tetapi tidak terjadi gerakan pada sendinya.
Refleks =
3.
Refleks normal = +
4.
Pemeriksaan khusus:
1.
Refleks tendon.
Sebaiknya pemeriksa melakukan dari arah samping belakang pasien untuk mengamati
kontraksi. Ketokan dilakukan kira-kira 5 cm diatas siku.
Respons yang normal: ekstensi dari siku dan tampak kontraksi otot triseps.
Refleks lutut, refleks kuadriseps femoris, refleks patella (n. Femoralis, L 2-3-4).
Dalam posisi duduk: kaki tergantung rileks ditepi tempat duduk.
Dalam posisi berbaring: tangan atau lengan bawah pemeriksa ditaruh dibawah lutut pasien,
fleksi sendi lutut tersebut kira-kira 20 sedangkan tumit pasien harus tetap berada diatas
tempat tidur. Bila perlu tangan pemeriksa dapat diganti bantal supaya kontraksi otot
disamping terlihat dapat diraba pula.
Palu refleksdiketokan diatas tendon lutut berganti-ganti knan dan kiri.
Respons yang normal: gerakan dari tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
2.
Refleks permukaan.
Refleks kulit.
o Refleks kulit perut (epigastrium, Th 6-9; abdomen tengah, Th 9-11; hipogastrium, Th 11,
L 1).
o
o
3.
4.
SISTEM SENSIBILITAS
2. Sensibilitas dalam