Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

UJI VIABILITAS POLEN

OLEH :
NAMA

: MUH. DZULKIFLY ASHAN

NIM

: G111 13 077

KELOMPOK

: 10

ASISTEN

: KAK ASLAM

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau
Arecaceae dan merupakan anggota tunggal dalam marga Cocos.
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia
sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi
masyarakat pesisir. Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang
bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk
bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun
bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh
menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Batang pohon kelapa banyak
digunakan untuk bagian atap dari sebuah bangunan rumah. Batang pohon
kelapa tidak boleh terkena air atau lembab karena akan menyebabkan
kerusakan. Untuk mengatasi keterbatasan dari batang pohon kelapa
kebanyakan masyarakat memilih batang kelapa yang sudah tua, kering
dan sebagian masyarakat mengolesinya dengan oli ( oli bekas kendaraan
atau oli tab ). Daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal,
pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna daun
hijau kekuningan.
Menurut Badan Pusat Statistik Produksi Perkebunan Rakyat
M
e
n
u
r
u
t
J
e
n
i
s
T
a
n
a
m
a
n (ribu ton), 2000-2013 table di bawah ini :

Sumber : Data BPS 2013


Ada berbagai macam tanaman kelapa diantaranya kelapa Genjah,
Kelapa genjah adalah golongan kelapa yang memiliki umur berbunga
relative muda yaitu sekitar 4-5 tahun. Umur tanaman mencapai 50 tahun
dengan masa produktif 25 tahun. Warna buah bervariasi , kuning, hijau
dan jingga. Buah memiliki ukuran kecil 1,5 kg 2 kg, daging buah 0,5 kg
dan air sekitar 200cc. Setiap butir kelapa menghasilkan kopra 150 gram
perbutir dan minyak 68%. Kelapa Gading merupakan jenis kelapa genjah
yang memiliki buah berwarna kuning gading. Sebagian daun juga
berwarna kuning. Tanaman ini berbuah pada umur 3 tahun.Kelapa Raja
merupakan jenis kelapa genjah yang memiliki warna buah berwarna
jingga sampai kuning emas. Pelepah daun dan lidah tanaman berwarna
kekuning-kuningan. Jenis kelapa ini berbuah 3-4 tahun. Dengan buah
berbentuk bulat sampai lonjong. Kelapa Hijau (C.Viridis) adalah
golongan kelapa yang memiliki kulit buah berwarna hijau. Kelapa hijau
termasuk golongan kelapa dalam. Memiliki pohon yang besar dan tinggi,
serta buah berukuran besar. Biasanya buah kelapa hijau digunakan untuk
upacara upacara sesaji tradisional. Airnya dapat digunakan untuk
penawar racun, mengatasi muntah-muntah dan kepala pusing. Kelapa
Merah (C.Rubecens) adalah golongan kelapa yang memiliki kulit buah
berwarna merah atau cokelat. Jenis kelapa ini termasuk golongan kelapa
dalam. Pohonnya memiliki ukuran yang tinggi dan besar. Buah yang
dihasilkan berbentuk bulat dan besar dan kandungan minyak cukup tinggi.
Kelapa Kuning (C.Eburen) adalah golongan kelapa yang memiliki kulit
buah berwarna kuning. Jenis kelapa ini termasuk golongan kelapa genjah
yang sudah mulai berbuah pada umur 3 tahun, pada saat tanaman setinggi
1m 1,5m. Ukuran pohon tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi.
Buah berbentuk bulat dan berukuran kecil-kecil.
Kelapa juga mempunyai berbagai manfaat diantarannya Santan
kelapa untuk tulang, meredakan nyeri tulang yang seringkali diderita oleh
para lansia. Santan juga dapat mencegah keropos tulang, menurunkan
tekanan darah (santan memiliki kandungan potasium yang tinggi dan
diyakini mampu mengatur tekanan darah), menurunkan berat badan
(daging buah kelapa kaya akan serat alami yang diperlukan tubuh
melancarkan pencernaan), meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(kandungan elektrolit dalam buah dapat membantu tubuh mencegah
berbagai virus seperti virus penyebab flu). Selain itu air kelapa bersifat
sebagai detok alami yang mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Karena
itu, orang tua kita dahulu sering menggunakan air kelapa hijau untuk
mengobati keracunan makanan, pengganti cairan tubuh (sebuah studi
menunjukkan bahwa kandungan elektrolit dalam air kelapa sama seperti
kandungan cairan yang terdapat pada tubuh manusia).

1.2. Tujuan dan Kegunaan


1.2.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses kultur
jaringan pada tanaman kelapa melalui kultur pollen serta factor-faktor
yang mempengaruhinya.
1.2.2. Kegunaan
Kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk meningkatkan produksi
tanaman kelapa melalui pemanfaatan pollen dengan cara kultur jaringan,
sehingga mampu menjadi pilihan dalam perbanyakan secara generatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Tanaman Kelapa


Menurut Ade Putra (2012), budidaya tanaman kelapa secara teknis dapat
dilakukan sebagai berikut :
A. Syarat Pertumbuhan
Syarat pertumbuhan yang sebaiknya dipenuhi agar produksi kelapa dapat
berjalan secara optimal yaitu :
Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu
gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai
struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.
Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu
produksi buah akan rendah.
Suhu yang paling cocok adalah 27C dengan variasi rata-rata 5-7 C, suhu
kurang dari 20 C tanaman kurang produktif.
Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang
menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi
menyebabkan serangan penyakit jamur.
Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu
tinggi terutama varietas dalam.
B. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam
dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan
humus. Jarak tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis
genjah 6 x 6 m.
C. Pembibitan
Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK
dengan dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit
di bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa
dengan letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm
x 25 cm dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5
bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan
hingga umur 30 minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila
tanah kurang air.

Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA hingga umur bibit
kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu
sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari
gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.
Lakukan pemupukan sesuai dengan rekomendasi atau dengan mengacu
pada table pemupukan berikut :
Tabel 1. Pemupukan Tanaman Kelapa
Kebutuhan Pupuk (gr/tanaman)
Umur Bibit
K
(bulan)
N (Urea/ZA) P (TSP)
Mg (Kies)
(KCl/MOP)
1
5/10
50
75
100
2
5/10
75
125
150
3
5/10
100
150
200
4
10/15
200
400
400
5
10/15
300
600
500
6
10/15
400
800
750
7
15/20
500
1000
1000
8
15/20
600
1250
2000
9
15/20
700
1500
2500
Sumber : produknaturalnusantara.com (2012)
Pospat diberikan 2 minggu sebelum pupuk lain dan dicampur rata dengan
tanah
Catatan :
Akan lebih baik pembibitan diselingi / ditambah SUPERNASA 1-2 kali
selang waktu 3-4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk 400 bibit. 1
botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi
untuk penyiraman setiap bibit.
D. Penanaman
Adapun teknik penanaman yang dapat dilakukan pada tanaman
kelapa yaitu :
1. Segi empat
2. Segi tiga sama sisi
3. Bujur sangkar
4. sistem pagar
Jarak tanam diukur menurut bidang horizontal bukan menurut
topografi tanah.
Arah barisan dibuat Utara Selatan shng pemanfaatan cahaya
matahari optimal
Penentuan Pola Tanam

Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena
pemanfatan lahan dan pengambilan sinar matahari akan maksimal.
Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter, dengan pola ini jumlah tanaman akan
lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar.

Pembuatan Lubang Tanam


Pembuatan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan
sebelum penanaman untuk menghilangkan keasaman tanah, dengan
ukuran 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 100 x 100 x 100 cm.
Pembuatan lubang pada lahan miring (>20o) dilakukan dengan
pembuatan teras individu selebar 1.25 m ke arah lereng diatasnya dan
1 m ke arah lereng di bawahnya. Teras dibuat miring 10 derajat ke
arah dalam.
Cara Penanaman
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan turun
secara teratur dan cukup untuk membasahi tanah; waktu penanaman
adalah pada bulan setelah curah hujan pada bulan sebelumnya
mencapai 200 mm. Adapun cara penanaman adalah sebagai berikut:
1.
Top soil ( tanah permukaan antara 0 25 Cm ) dicampur dengan
pupuk phospat 300 gram per lubang dan dimasukkan ke lubang
tanam.
2.
Polybag dipotong melingkar pada bagian bawah, dimasukkan ke
lubang tanam, dan dibuat irisan sampai ke ujung, bejkas polybag
selanjutnya digantungkan pada ajir untuk meyakinkan bahwa
polybag sudah dikeluarkan dari lubang tanam. Arah penanaman
harus sama.
3.
Bibit ditimbuan tanah yang berada di sebelah selatan dan utara
lubang, dipadatkan dengan ketebalajn 3-5 cm diatas sabut bibit
kelapa.
4.
Kebutuhan bibit 1 ha, apabila jarak tanam 9 x 9x 9 m , segitiga
sama sisi, adalah 143 batang dan bibit cadangan yang harus
disediakan untuk sulaman 17 batangj, sehingga jumlah bibit yang
harus disediakan 160 batang.
Pemberian mulsa.
Setelah di tanam, tanah sekitar tanjaman ditutup dengan mulsa
(daun-daunan hijau dari semak-semak, lalang atau rumput-rumputan
lainnya dan juga jerami).
E. Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tumbuh kerdil
terserang hama dan penyakit berat dan mati, dilakukan pada musim
hujan setelah tanaman sebelumnya didongkel dan dibakar pada musim

kemarau. Kebutuhan tanaman tergantung pada iklim dan intensitas


pemeliharaan biasanya untuk 143 batang/Ha 17 batang.

Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1 meter pada tahun,
tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga 2 meter. Caranya menggunakan
koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma
sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu
sekali (musim hujan) atau 6 minggu-2 bulan sekali (musim kemarau)
Pembubunan
Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara
menimbunkan tanah dibagian atas permukaan sekitar pohon hingga
menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.

Perempalan
Dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering
(berwarna coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun
dibiarkan sampai jatuh sendiri.

Pemupukan
Pemupukan dilakukan apabila tanah tidak dapat memenuhi unsur
hara yang dibutuhkan.
Pada umur 1 bulan diberi 100 gram urea/pohon menyebar pada jarak
15 cm dari pangkal batang.
Selanjutnya 2 kali setahun yaitu pada bulan April/mei (akhir musim
hujan) dan bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).

Cara pemberian pupuk:


menyebar dalam lingkaran mengeliling tanaman. Pupuk N, K, Mg
diberikan bersamaan sedangkan P 2 minggu sebelumnya. Sebelum
pupuk nitrogen diberikan, tanah digemburkan untuk menghindari
pencampuran dengan pupuk phospat karena dapat merugikan. Pada
tanaman belum menghasilkan disebarkaan 30 cm dari pangkal batang
sampai pinggir tajuk. Tutup dengan tanah daerah penyebaran pupuk

Dosis pupuk tanaman kelapa sesuai umur tanaman (gram/pohon):


Saat tanam: Rata rata per pohon = 100 gram/pohon.
Satu bulan setelah tanaman: Urea = 100 gram/pohon, TSP = 100
gram/pohon, KCl = 100 gram/pohon, Kieserite = 50 gram/pohon.
Tahun pertama
Aplikasi I: Urea = 200 gram/pohon, KCl = 300 gram/pohon,
Kieserite 100 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 200 gram/pohon, TSP = 250 gram/pohon, KCl
= 300 gram/pohon, Kieserite = 100 gram/pohon, Borax = 10
gram/pohon

Tahun Kedua
Aplikasi I: Urea = 350 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon,
Kieserite = 150 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 350 gram/pohon, TSP = 600 gram/pohon, KCl
= 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon dan Borax 25
gram/pohon.
Tahun ketiga
Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon,
Kieserite = 200 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl
= 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.
Tahun Keempat
Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon,
Kieserite = 200 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl
= 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.

Pengairan dan Penyiraman


Penyiraman dilakukan pada musim kemarau untuk mencegah
kekeringan dilakukan dua atau tiga hari sekali pada waktu sore.
Caranya dengan mengalirkan air melalui parit-parit di sekitarbedengan
atau dengan penyiraman langsung.

Waktu Penyemprotan Pestisida


Dilakukan setiap 20 hari dengan mengggunakan Sevin 85 WP,
Basudin 10 gram, Bayrusil 25 EC dengan kosenttrasi 0.4% setip 10
hari atau 0.6% setiap 20 hari. Caranya menggunakan sprayer.

Lain-lain
Perbaikan saluran drainase/ cuci parit /kuras got dilakukan awal
musim hujan dengan cara: memabat gulma dalam parit, menggaruk
gulma pada dinding saluran dengan cangkul, dikumpulkan ditengah,
pisahkan gulma dengan tanah dengan cara menghempas-hempaskan
gulma dengan cangkul dan keluarkan semua kotoran dari parit, angkat
tanah yang longsor kedalam parit, bentuk parit sesuai dengan ukuran,
usahakan air dapat mengalir dengan baik, Pengerjaan dimulai dari
muara ke hulu.
Ada beberapa cara melakukan sanitasi dalam budidaya tanaman
kelapa, antara lain:
Cara sanitasi Gawang
1. Membakar sisa-sisa kayu pada gawangan dengan hati-hati.
2. Mengumpulkan sampah dan sisa-sisa kayu pada gawangan
dengan tinggi tidak lebih 40 cm, luas tumpukan 1 x 1 meter.
Cara sanitasi pohon

F.

Membebaskan mahkota pohon dari segala kotoran dan bahanbahan kering pada gawangan Membakar dengan hati-hati.
Pengendalian Hama Penyakit

1.

Golongan Coleoptera
Banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara
mengendalikan dengan membuat trap/ jebakan berupa kotak-kotak yang
diisi sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural
BVR atau jika sudah menjadi uret dengan PESTONA, atau dengan
menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai, ayam , bebek , dan
burung hantu.
2.

Golongan Lepidoptera
Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang
larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang
mengebor tangkai bunga yang belum membuka dan memakan isinya.
Pengendaliannya dengan menggunakan PENTANA + AERO 810 ataupun
Natural BVR sifatnya yang cepat berpindah maka pengendaliannya harus
secara merata untuk pencegahan
3.

Golongan Hemiptera
Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis
homoptera (Gareng pong= Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah
adalah Heteroptera, sehingga buah menjadi rontok sebelum matang.
Pencegahan dengan PENTANA+AERO 810 dan PESTONA secara
bergantian.
4.

Penyakit yang juga mungkin menyerang adalah:


Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora
palmivora dan penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing
/ belut tanah Rhadinaphelencus cocophilus. Kedua macam penyakit ini
hanya dengan eradikasi atau pemusnahan tanaman yang terkena serangan
Catatan :
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum
mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia
yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah
hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810
dosis 0,5 tutup botol per tangki
G.

Pemanenan
Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan
umur bisa mencapai 60 100 tahun dengan produksi yang diharapkan
adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 4 tahun
dan berbuah maksimal pada saat umur 9 10 tahun, dan bisa mencapai

umur 30 40 tahun kurang bagus untuk kopra karena daging buahnya


yang lunak.
Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa
yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7
-8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau
kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga
atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya.
H.

Pasca Penen
Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai
mengarah pada pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil
yang mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih
dalam bentuk nira ( legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa,
nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang
juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa.
2.2. Deskripsi Kelapa Secara Umum
Menurut anonym (2013), deskripsi kelapa secara umum yaitu
pohon dengan batang tunggal. Akar serabut, tebal dan berkayu,
berkerumun membentuk bonggol, pertumbuhan akan lebih adaptif pada
lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak
terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak
konsentrik), berkayu. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan
menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun
majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh
bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina
terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh
dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan
lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun dari mesokarp
berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp
yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang
hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp.
Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase
padatannya mengendap pada dinding endokarp seiring dengan semakin
tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk
berkecambah (disebut kentos). Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan
pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera
Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini
dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun
seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan
pertumbuhan.
2.3. Uji pollen
Menurut anonym (2013), pollen atau serbuk sari merupakan alat
penyebaran dan perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga. Serbuk

sari merupakan modifikasi dari sel sperma yang berfungsi sebagai


pembawa informasi genetik dari tetuannya. Secara sitologi, serbuk sari
merupakan sel dengan tiga nukleus, yang masing-masing dinamakan inti
vegetatif, inti generatif I, dan inti generatif II. Sel dalam serbuk sari
dilindungi oleh dua lapisan (disebut intine untuk yang di dalam dan exine
yang di bagian luar) untuk mencegahnya mengalami dehidrasi.
Alasan mengapa dilakukannya pollen yaitu untuk mengetahui
bahwa pada pollen juga mampu menghasilkan individu baru melalui
kultur jaringan, dan tentunya calon anakan yang dihasilkan akan sama
dengan induknya. Selain itu alas an mengapa digunakan tanaman kelapa
sebagai bahan praktikum ini yaitu jumlah pollen yang terdapat pada satu
tandan bunga sangat banyak sehingga mampu mencukupi peserta
praktikan, selain itu kita juga mampu mengetahui dan membedakan ciriciri pollen pada tanaman kelapa yang telah matang (jika digoyangkan
akan terdengar suara).
2.4. Prosedur Penanaman Polen
Anther diperoleh dari tunas bunga dan dapat dikulturkan pada
medium padat atau cair sehingga terjadi embryogenesis. Selain itu pollen
juga dapat diambil secara aseptic dan dikulturkan pada medium cair.
Proses perbanyakan tanaman haploid dengan menggunakan gametofity
jantan semacam ini disebut sebagai androgenesis (Yuwono, 2008).
Kultur anther merupakan salah satu teknik dasar penerapan
bioteknologi untuk pemuliaan tanaman. Dari kultur anther akan
didapatkan tanaman haploid. Pembentukan tanaman haploid melalui
pembentukan kalus atau androgenesis langsung. Manfaat tanaman
haploid dalam pemuliaan tanaman adalah apabila digandakan
kromosomnya dengan kolkhisin atau melalui fusi protoplas akan
diperoleh tanaman 100% homozigot (Sugito, 2004).
Tanaman haploid dapat dikembangkan dengan menggunakan
teknik kultur invitro anther dan pollen. Anther diperoleh dari tunas bunga
dan dapat dikulturkan pada medium padat atau cair sehingga terjadi
embriogenesis. Selain itu pollen juga dapat diambil secara aseptik dan
dikulturkan pada medium cair. Proses perbanyakan tanaman haploid
dengan menggunakan gametofit jantan semacam ini diesebut sebagai
androgenesis. Ada dua macam androgenesis yaitu androgenesis langsung
dan tidak langsung. Androgenesis langsung adalah proses pembentukan
plantlet haploid dengan menggunakan kultur anther, sedangkan pada
androgenesis tidak langsung adalah plantlet terbentuk melalui
pembentukan kallus yang kemudian mengalami regenerasi menjadi
plantlet (Yuwono, 2008).
Faktor faktor yang menentukan hasil akhir kultur anther adalah
kondisi pertumbuhan tanaman donor seperti temperatur, fotoperiodisasi
dan intensitas cahaya, umur tanaman donor (tunas yang digunakan

berasal dari pembungaan awal), dan tingkat perkembangan pollen paling


baik digunakan pada tingkat pembelahan mitosis pertama (Hendaryono,
2004).
Produksi kalus dan embrio somatik dari kultur anther dan pollen
telah berhasil dilakukan pada berbagai spesies. Yang menarik disini
adalah produksi embrio haploid yaitu embrio yang hanya memiliki satu
sel dari pasangan kromosom normal. Ini dihasilkan dari jaringan
gametofitik pada anther. Jumlah kromosom dapat digandakan kembali
dengan pemberian bahan kimia seperti cholcicine dan tanaman yang
dihasilkan akan memiliki pasangan-pasangan kromosom identik
(Zulkarnain, 2009).
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Pollen dilaksanakan di Lab. 3 Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan
yang dilaksanakan pada hari Senin, 10 November 2014 pada pukul 10.00
selesai.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah pollen kelapa, agar-agar, gula
pasir, air, sedangkan alat yang digunakan adalah gelas ukur, kompor
listrik, botol kultur, kertas aluminium foil, laminar air flow, timbangan
analitik, autoclave, petridish, pengaduk kaca, plastik warp, pinset, masker,
bunsen, gunting, alcohol, kertas label.
3.3. Metode Percobaan
Adapun metode percobaan yang akan dilakukan yaitu :
Membuat media MS
1. Menyiapkan agar-agar 8 gr/1 ltr aquadest, gula 30 gram, dan
aquadest, gelas ukur, kompor listrik, timbangan analitik, dan
batang pengaduk,
2. Memanaskan kompor listrik,
3. Memasukkan 1 bungkus agar (8 gr) ke dalam gelas ukur, lalu
memasukkan pula gula sebanyak 30 gr,
4. Mencampurkan dengan aquadest 1 liter kemudian
mengaduknya dengan batang pengaduk,
5. Menaruh di atas kompor sambil mengaduknya dengan rata,
6. Setelah mendidih, kemudian memindahkannya ke botol kultur
dengan bantuan gelas aluminium,
7. Menutup botol kultur dengan aluminium foil,
8. Memasukkan ke dalam autoclave,

9. Memanaskannya hingga 15 menit (tidak termasuk waktu pada


saat suhu autoclave mulai naik ataupun suhu mulai turun),
10. Memindahkan ke dalam lemari yang telah disiapkan (berada di
dalam lab. kultur).

Penanaman Pollen
1. Menyiapkan pollen kelapa yang telah matang secara fisiologis
(ditandai dengan kondisi serbuk sari yang banyak),
2. Mencacah pollen yang masih berada di dalam hingga halus
3. Memindahkan pollen yang telah di cacah ke dalam wadah
cawan petri,
4. Menyiapkan Laminar Air Flow sebelum kita melakukan proses
penanaman, dan menyiapkan semua alat yang diperlukan,
5. Memakai baju laboratorium, masker, menyemprotkan tangan
dengan larutan alcohol 90% (harus berada dalam kondisi steril),
6. Memasukkan tangan, tangan kiri untuk memegang botol kultur,
sedangkan yang kanan berguna untuk melakukan perlakuan
yang lainnya,
7. Merendam pinset ke dalam alcohol, mengeringkannya
kemudian dipanaskan di atas bunsen,
8. Membuka botol kultur sambil pula dipanaskan pada ujung
botolnya,
9. Mengambil kuas yang terendam di dalam alcohol kemudian
mengambil pollen yang terdapat pada cawan petri,
10. Mengoleskan serbuk sari pada media yang berada di dalam
botol kultur hingga menempel secukupnya,
11. Memanaskan botol kultur kembali lalu menutupnya dengan
aluminium foil dan ditambah dengan wrap plastic serta label,
12. Menyimpan pada tempat yang telah disediakan.

3.4. Komponen Pengamatan


Komponen pengamatan yang akan dilakukan yaitu untuk melihat
pertumbuhan calon tunas baru pada tanaman kelapa melaui kultur pollen,
tetapi pada praktikum ini rata-rata terkontaminasi oleh bakteri, jamur,
ataupun virus yang disebabkan karena kurang perhatiannya syarat-syarat
agar prosedur penanaman yang baik dan benar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pollen ini, terlihat bahwa pollen tidak
tumbuh menjadi individu baru, karena terkontaminasi oleh jamur, ditandai
dengan tumbuhnya jamur warna putih di atas media. Selanjutnya sampel ini

tidak bisa lagi digunakan dan harus dibuang, sehingga ada berbagai factor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan kultur pollen ini, jika dilihat secara garis
besar, ini terjadi akibat kesalahan praktikan, karena kurang memperhatikan
prosedur serta langkah kerja yang dilakukan, mengingat pula jumlah peserta
praktikan yang berada di dalam laboratorium kultur jaringan yang melebihi
syarat maksimal. Sehingga tingkat kontaminasinya akan menjadi lebih besar.
Kultur jaringan menggunakan pollen ini sangat baik untuk dilakukan
karena pollen atau serbuk sari merupakan alat penyebaran dan perbanyakan
generatif dari tumbuhan berbunga. Serbuk sari merupakan modifikasi dari sel
sperma yang berfungsi sebagai pembawa informasi genetik dari tetuannya.
Secara sitologi, serbuk sari merupakan sel dengan tiga nukleus, yang masingmasing dinamakan inti vegetatif, inti generatif I, dan inti generatif II.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Uji viabilitas pollen akan berjalan dengan baik jika seluruh
komponen pengamatan terpenuhi, baik itu dari segi teknis pembuatan
ataupun persyaratan yang seharusnya dipenuhi praktikan. Pollen sangat
baik dijadikan bahan untuk perbanyakan generative karena sifat anakan
akan sama dengan tetuanya. Hanya saja pollen atau serbuk sari ini
haruslah matang secara fisiologis agar dapat tumbuh menjadi tanaman
baru.
5.2. Saran
Sebaiknya demi keberhasilan praktikum, harus memperhatikan syarat
yang harus dipenuhi praktikan agar mampu mendapatkan hasil yang
diinginkan. Selain itu peralatan pendukung haruslah terjaga dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa. Diakses pada tanggal 1


Desember 2014.
_______. 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Serbuk_sari. Diakses pada tanggal 1
Desember 2014.
Putra, ade. 2012. Budidaya Tanaman Kelapa. SlideShare (ebook-pdf) : Jakarta
Santoso, U dan Nursandi, U., 2005. Kultur Jaringan Tanaman. UMM Press,
Malang
Sugito, H dan A. Nugroho, 2004. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya,
Yogyakarta.
Yuwono, T., 2008. Bioteknologi Pertanian. UGM Press, Yogyakarta.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai