OLEH :
NAMA
NIM
: G111 13 077
KELOMPOK
: 10
ASISTEN
: KAK ASLAM
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA hingga umur bibit
kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu
sekali. Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari
gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.
Lakukan pemupukan sesuai dengan rekomendasi atau dengan mengacu
pada table pemupukan berikut :
Tabel 1. Pemupukan Tanaman Kelapa
Kebutuhan Pupuk (gr/tanaman)
Umur Bibit
K
(bulan)
N (Urea/ZA) P (TSP)
Mg (Kies)
(KCl/MOP)
1
5/10
50
75
100
2
5/10
75
125
150
3
5/10
100
150
200
4
10/15
200
400
400
5
10/15
300
600
500
6
10/15
400
800
750
7
15/20
500
1000
1000
8
15/20
600
1250
2000
9
15/20
700
1500
2500
Sumber : produknaturalnusantara.com (2012)
Pospat diberikan 2 minggu sebelum pupuk lain dan dicampur rata dengan
tanah
Catatan :
Akan lebih baik pembibitan diselingi / ditambah SUPERNASA 1-2 kali
selang waktu 3-4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk 400 bibit. 1
botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan
larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi
untuk penyiraman setiap bibit.
D. Penanaman
Adapun teknik penanaman yang dapat dilakukan pada tanaman
kelapa yaitu :
1. Segi empat
2. Segi tiga sama sisi
3. Bujur sangkar
4. sistem pagar
Jarak tanam diukur menurut bidang horizontal bukan menurut
topografi tanah.
Arah barisan dibuat Utara Selatan shng pemanfaatan cahaya
matahari optimal
Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam yang baik yaitu sistem tanam segi tiga karena
pemanfatan lahan dan pengambilan sinar matahari akan maksimal.
Jarak tanam 9 x 9 x 9 meter, dengan pola ini jumlah tanaman akan
lebih banyak 15% dari sistem bujur sangkar.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada piringan selebar 1 meter pada tahun,
tahun kedua 1,5 meter, dan ketiga 2 meter. Caranya menggunakan
koret atau parang yang diayunkan ke arah dalam, memotong gulma
sampai batas permukaan tanah dengan interval penyiangan 4 minggu
sekali (musim hujan) atau 6 minggu-2 bulan sekali (musim kemarau)
Pembubunan
Dilakukan setelah tanaman menghasilkan dengan cara
menimbunkan tanah dibagian atas permukaan sekitar pohon hingga
menutup sebagian batang pohon yang dekat dengan akar.
Perempalan
Dilakukan terhadap daun dan penutup bunga yang telah kering
(berwarna coklat), dengan cara memanjat pohon kelapa ataupun
dibiarkan sampai jatuh sendiri.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan apabila tanah tidak dapat memenuhi unsur
hara yang dibutuhkan.
Pada umur 1 bulan diberi 100 gram urea/pohon menyebar pada jarak
15 cm dari pangkal batang.
Selanjutnya 2 kali setahun yaitu pada bulan April/mei (akhir musim
hujan) dan bulan Oktober/Nopember (awal musim hujan).
Tahun Kedua
Aplikasi I: Urea = 350 gram/pohon, KCl = 450 gram/pohon,
Kieserite = 150 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 350 gram/pohon, TSP = 600 gram/pohon, KCl
= 450 gram/pohon, Kieserite = 150 gram/pohon dan Borax 25
gram/pohon.
Tahun ketiga
Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon,
Kieserite = 200 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl
= 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.
Tahun Keempat
Aplikasi I: Urea = 500 gram/pohon, KCl = 600 gram/pohon,
Kieserite = 200 gram/pohon.
Aplikasi II: Urea = 500 gram/pohon, TSP = 800 gram/pohon, KCl
= 600 gram/pohon dan Kieserite = 200 gram/pohon.
Lain-lain
Perbaikan saluran drainase/ cuci parit /kuras got dilakukan awal
musim hujan dengan cara: memabat gulma dalam parit, menggaruk
gulma pada dinding saluran dengan cangkul, dikumpulkan ditengah,
pisahkan gulma dengan tanah dengan cara menghempas-hempaskan
gulma dengan cangkul dan keluarkan semua kotoran dari parit, angkat
tanah yang longsor kedalam parit, bentuk parit sesuai dengan ukuran,
usahakan air dapat mengalir dengan baik, Pengerjaan dimulai dari
muara ke hulu.
Ada beberapa cara melakukan sanitasi dalam budidaya tanaman
kelapa, antara lain:
Cara sanitasi Gawang
1. Membakar sisa-sisa kayu pada gawangan dengan hati-hati.
2. Mengumpulkan sampah dan sisa-sisa kayu pada gawangan
dengan tinggi tidak lebih 40 cm, luas tumpukan 1 x 1 meter.
Cara sanitasi pohon
F.
Membebaskan mahkota pohon dari segala kotoran dan bahanbahan kering pada gawangan Membakar dengan hati-hati.
Pengendalian Hama Penyakit
1.
Golongan Coleoptera
Banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara
mengendalikan dengan membuat trap/ jebakan berupa kotak-kotak yang
diisi sampah dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural
BVR atau jika sudah menjadi uret dengan PESTONA, atau dengan
menggunakan musuh alaminya yaitu tikus, tupai, ayam , bebek , dan
burung hantu.
2.
Golongan Lepidoptera
Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang
larvarnya memakan bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang
mengebor tangkai bunga yang belum membuka dan memakan isinya.
Pengendaliannya dengan menggunakan PENTANA + AERO 810 ataupun
Natural BVR sifatnya yang cepat berpindah maka pengendaliannya harus
secara merata untuk pencegahan
3.
Golongan Hemiptera
Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis
homoptera (Gareng pong= Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah
adalah Heteroptera, sehingga buah menjadi rontok sebelum matang.
Pencegahan dengan PENTANA+AERO 810 dan PESTONA secara
bergantian.
4.
Pemanenan
Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan
umur bisa mencapai 60 100 tahun dengan produksi yang diharapkan
adalah kopra. Untuk kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 4 tahun
dan berbuah maksimal pada saat umur 9 10 tahun, dan bisa mencapai
Pasca Penen
Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai
mengarah pada pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil
yang mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih
dalam bentuk nira ( legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa,
nata de coco, asam cuka, produk minuman dan substrat,serta alkohol yang
juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk kelapa.
2.2. Deskripsi Kelapa Secara Umum
Menurut anonym (2013), deskripsi kelapa secara umum yaitu
pohon dengan batang tunggal. Akar serabut, tebal dan berkayu,
berkerumun membentuk bonggol, pertumbuhan akan lebih adaptif pada
lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak
terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak
konsentrik), berkayu. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan
menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga nampak seperti daun
majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh
bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina
terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh
dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan
lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun dari mesokarp
berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp
yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang
hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp.
Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase
padatannya mengendap pada dinding endokarp seiring dengan semakin
tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk
berkecambah (disebut kentos). Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan
pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera
Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini
dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, namun
seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan
pertumbuhan.
2.3. Uji pollen
Menurut anonym (2013), pollen atau serbuk sari merupakan alat
penyebaran dan perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga. Serbuk
Penanaman Pollen
1. Menyiapkan pollen kelapa yang telah matang secara fisiologis
(ditandai dengan kondisi serbuk sari yang banyak),
2. Mencacah pollen yang masih berada di dalam hingga halus
3. Memindahkan pollen yang telah di cacah ke dalam wadah
cawan petri,
4. Menyiapkan Laminar Air Flow sebelum kita melakukan proses
penanaman, dan menyiapkan semua alat yang diperlukan,
5. Memakai baju laboratorium, masker, menyemprotkan tangan
dengan larutan alcohol 90% (harus berada dalam kondisi steril),
6. Memasukkan tangan, tangan kiri untuk memegang botol kultur,
sedangkan yang kanan berguna untuk melakukan perlakuan
yang lainnya,
7. Merendam pinset ke dalam alcohol, mengeringkannya
kemudian dipanaskan di atas bunsen,
8. Membuka botol kultur sambil pula dipanaskan pada ujung
botolnya,
9. Mengambil kuas yang terendam di dalam alcohol kemudian
mengambil pollen yang terdapat pada cawan petri,
10. Mengoleskan serbuk sari pada media yang berada di dalam
botol kultur hingga menempel secukupnya,
11. Memanaskan botol kultur kembali lalu menutupnya dengan
aluminium foil dan ditambah dengan wrap plastic serta label,
12. Menyimpan pada tempat yang telah disediakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pollen ini, terlihat bahwa pollen tidak
tumbuh menjadi individu baru, karena terkontaminasi oleh jamur, ditandai
dengan tumbuhnya jamur warna putih di atas media. Selanjutnya sampel ini
tidak bisa lagi digunakan dan harus dibuang, sehingga ada berbagai factor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan kultur pollen ini, jika dilihat secara garis
besar, ini terjadi akibat kesalahan praktikan, karena kurang memperhatikan
prosedur serta langkah kerja yang dilakukan, mengingat pula jumlah peserta
praktikan yang berada di dalam laboratorium kultur jaringan yang melebihi
syarat maksimal. Sehingga tingkat kontaminasinya akan menjadi lebih besar.
Kultur jaringan menggunakan pollen ini sangat baik untuk dilakukan
karena pollen atau serbuk sari merupakan alat penyebaran dan perbanyakan
generatif dari tumbuhan berbunga. Serbuk sari merupakan modifikasi dari sel
sperma yang berfungsi sebagai pembawa informasi genetik dari tetuannya.
Secara sitologi, serbuk sari merupakan sel dengan tiga nukleus, yang masingmasing dinamakan inti vegetatif, inti generatif I, dan inti generatif II.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Uji viabilitas pollen akan berjalan dengan baik jika seluruh
komponen pengamatan terpenuhi, baik itu dari segi teknis pembuatan
ataupun persyaratan yang seharusnya dipenuhi praktikan. Pollen sangat
baik dijadikan bahan untuk perbanyakan generative karena sifat anakan
akan sama dengan tetuanya. Hanya saja pollen atau serbuk sari ini
haruslah matang secara fisiologis agar dapat tumbuh menjadi tanaman
baru.
5.2. Saran
Sebaiknya demi keberhasilan praktikum, harus memperhatikan syarat
yang harus dipenuhi praktikan agar mampu mendapatkan hasil yang
diinginkan. Selain itu peralatan pendukung haruslah terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA