Anda di halaman 1dari 16

ALAT PERAGA DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA

DI SEKOLAH DASAR
Oleh: Samsiar Rivai
I. Pendahuluan
Pada dasarnya, setiap manusia diciptakan dengan kodrat yang berbedabeda, baik dalam bentuk fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan yang
dimiliki oleh manusia, maka terdapat pula perbedaan antara orang yang satu
dengan orang yang lain dalam memahami konsep. Misalnya dalam memahami
konsep-konsep yang abstrak, si A dan si B mungkin saja melalui tingkat-tingkat
belajar yang berbeda. Walaupun demikian, ada satu keyakinan bahwa anak-anak
belajar melalui dunia nyata dan dengan memanipulasi benda-benda nyata sebagai
perantaranya. Bahkan tidak sedikit pula orang dewasa yang umumnya sudah
memahami konsep abstrak pada situasi-situasi tertentu masih memerlukan bendabenda nyata sebagai perantara.
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak. Dalam
proses menanamkan konsep abstrak matematika pada anak, perlu diberikan
penguatan supaya pemahamn anak terhadap konsep tersebut mengendap, melekat
dan tertanam, sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola tindaknya.
Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat dan pengertian.
Tidak sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta yang memungkinkan mudah
dilupakan dan sulit untuk dimiliki. Oleh sebab itu maka dalam pengajaran
matematika di SD masih diperlukan alat peraga.
Berkaitan dengan hal di atas, maka seorang guru matematika dituntut untuk
mengetagui macam-macam alat peraga yang dipakai dalam mengajarkan
matematika, khususnya pada pengajaran matematika di SD. Namun, hal ini tidak
dapat diartikan bahwa setiap konsep matematika harus dianjurkan dengan
menggunakan alat perga.
Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu, istilah media
perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga
lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi
perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak maupun
perangkat keras. Kadang-kadang suatu media dapat berfungsi ganda, pada saat
1

tertentu berfungsi sebagai alat peraga dan pada saat yang lain dapat berfungsi
sebagai sarana.
Dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat
peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga sederhana
biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri. Sedangkan
alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang
pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya tinggi.
Sarana merupakan media pengajaran yang berfungsi sebagai alat untuk
melakukan kegiatan belajar. Seperti halnya alat peraga, sarana juga berupa
perangkat keras dan perangkat lunak. Contoh perangkat keras: papan tulis,
penggaris, jangka, kartu permainan, dan sebagainya. Sedangkan contoh perangkat
lunak antara lain, lembar kerja , lembar tugas, aturan permainan dan lain
sebagainya.
II. Beberapa Alat Peraga Sederhana dalam PengajaranMatematika di SD
A. Alat Praga untuk Pengajaran Bilangan
1. Dengan Kubus Satuan

a. Tujuan:
Untuk mengajarkan konsep bilangan dengan istilah :lebih dari dan kurang
dari dan mengenalkan perkalian sebagai penjumlahan berulang.
b. Kelas
Kelas 1 semester 1.
c. Alat Bahan
Karton/plastik, gunting, penggaris, alat tulis, dan lem perekat.
d. Cara Pembuatan
Ambil karton/plastik yang kemudian diukur sesuai dengan kemauan (1x1 cm),
lalu digunting dan dilem sehingga terbentuk kubus yang berukuran 1x1x1x1
cm.
e. Cara Penggunaan
(1) Misalkan untuk mengajarkan istila lebih dari dan kurang dari.
2

Pertama-tama ambil kubus satuan sebanyak 15, kelompokkan menjadi tiga


kelompok yang masing-masing anggotanya lima. Kemudian tanyakan
kepada siswa Apakah perbedaan antara ketiga kelompok ini?. Dengan
menggunakan

15

kubus

satuan

tersebut,

anak

diminta

untuk

mengelompokkannya menjadi tiga sehingga banyaknya anggota masingmasing ketiga kelompok tersebut tidak sama. Setelah itu mereka ditanya
Apakah banyaknya kubus satuan pada masing-masing kelompok tersebut
sama? Berapakah banyaknya kubus satuan pada kelompok pertama,
kelompok kedua, dan kelompok ketiga? Setelah itu kita jelaskan bahwa
kelompok satu lebih dari atau kurang dari kelompok dua; kelompok
dua lebih dari atau kurang dari kelompok tiga; dan kelompok satu
lebih dari atau kurang dari kelompok tiga.
(2) Misalkan ingin mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang,
contoh:

3 x 2 =. . .

Pertama-tama ambil kubus satuan sebanyak 6. Lalu kelompokkan menjadi


3 yang masing-masing anggotanya 2. Hal ini berarti 3 x 2 = 2 + 2 + 2 = 6 (
simbol ini ditulis di bawah kubus seperti pada gambar berikut:

3x2= 2

= 6

2. Blok Model Dienes ( untuk bilngan dasar 10 )

Satuan

Puluhan

Ratusan
3

Keterangan gambar
1) Dadu-dadu kecil/kubus-kubus kecil (satuan)
2) Batamgan (puluhan)
3) Balok (ratusan)
a. Tujuan:
Untuk memahami konsep dasar bilangan dan nilai tempat (penjumlahan hasil
sampai dengan 100 dan pengurangan bilangan paling besar 100).
b. Kelas:
Kelas I Semester I, kelas II semester II
c. Alat/bahan:
Balok kayu/karton/plastik, gergaji kayu, gunting, alat tulis, penggaris, dan kertas
gosok.
d. Cara pembuatan:
Untuk menunjukan satuan, kemudian balik kayu/karton/plastik yang dipotong/
digunting sepanjang 10 kali dadu kecil (untuk menunjukan puluhan) sebanyak 10
batang untuk menunjukan ratusan, di ambil lagi balok kayu yang lain dipotong/
digunting dengan gergaji kayu gunting kertas dengan panjang dan lebar 10 kali
batangan (puluhan) yang telah dibuat. Setelah batang puluhan ada 10 buah dan
balok ratusan ada 1, maka setiap batangan itu debari batas dengan menggunakan
gergaji besi/alat tulis. Pada batang puluhan diberi batas untuk setiap satu satuan
dadu kecil, sehingga akan terlihat ada 100 dadu kecil/kubus kedil pada balok
ratusan. Setelah siap, mulai dari dadu kecil, batang puluhan, dan balok ratusan,
semuanya digosok dengan menngunakan kertas agar kelihatan halus.
e. Cara penggunaan
Contoh
(1) 14 + 12 =. . . .
Dengan balok model Dienes pada kelompok 14 ditemukan dadu
kecil/kubus-kubus kecil sebanyak 4 satuan dan satu batangan senagai puluhan. Untuk
kelompok 12, ditentukan 2 dadukecil/kubus-kubus kecil dan satu batangan sebagai
puluhan, sehingga akan terdapat dua batang puluhan dengan enam dadu kecil/kubuskubus kecil.

(2) 1,20 +2,14 =


Cara menjumlahkan pecahan desimal tidak jauh berbeda dengan penjumlahan
bilangan bulat. Untuk menunjukkan pecahan desimal, dadu kecil/kubus-kubus kecil
pada balok model Dienes sebagai perseratusan, batangan menunjukkan
persepuluhan, dan balok sebagai satuan. Untuk menunjukkan 1,20 + 1,14 =. . .
dengan cara mula- mula mengambil 1 balok satuan dan 2 batang persepuluhan, lalu
ditambahkan dengan 2 balok satuan dan 2 batang persepuluhan serta 4 balok
perseratusan maka hasilnya menjadi 3 balok satuan dan 3 batang persepuluhan
serta 4 baluk perseratusan. Hal ini berarti 1,20 +2,14 = 3,34 seperti terlihat pada
bambar.

3. Batang Quisenair Modifikasi


Keterangan gambar:
1

Ukuran (1x1x1)cm = panjang 1 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm
Ukuran (1x1x2)cm = panjang 2 cm
lebar 1 cm dan tebal 1 cm

Ukuran (1x1x3)cm = panjang 3 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm

Ukuran (1x1x4)cm = panjang 4 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm

Ukuran (1x1x5)cm = panjang 5 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm

Ukuran (1x1x6)cm = panjang 6 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm

Ukuran (1x1x7)cm = panjang 7 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm

Ukuran (1x1x8)cm = panjang 8 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm

Ukuran (1x1x9)cm = panjang 9 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm

10

Ukuran (1x1x10)cm = panjang 10 cm


lebar 1 cm dan tebal 1 cm
6

a. Tujuan
Untuk memahami konsep bilangan (penjumlahan hasil sampai dengan 10 dan
pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan paling besar 10)
b. Kelas
Kelas 1 semester 1
c. Alat bahan
Balok kayu/karton/plastik, gergaji kayu, gunting alat tulis, spidol dan kertas gosok.
d. Cara Pembuatan
Ambil balok kayu yang tebalnya 2 cm dan lebarnya 1 cm, karton/plastik
potong/gunting sepanjang 2 cm, 2cm, 3 cm, 4 cm, 5 cm, 6 cm, 7 cm, 8 cm, 9 cm,
10 cm masing-masing satu buah. Setelah itu pada setiap balok kayu yang telah
dipotong dan karton/plastik yang sudah digunting diberi batas/sekat dengan
menggunkan spidol. Terakhir semu balok kayu dihaluskan dengan menggunakan
kertas gosok.
e. Cara Penggunaan
Contoh:
(1) 2 + 3 =. . .
Ambil satu batang duaan, kemudia ambil satu batang tigaan, kedua batangan
tersebut tempatkan dengan ujung-ujungnya saling berdekatan. Sekarang kita
harus mencari batangan yang lain yang menutupi kedua batangan tersebut
dengan

pas

atau

dengan

cara

meletakkannya

dengan

berdempetan/

berdampingan (lihat gambar)


2

5
2

3
5

Ternyata yang dapat menutup kedua batang tersebut adalah batang limaan. Hal
ini berarti 2 + 3 = 5
(2) 8 4 =. . .
Mula-mula ambil satu batangan enaman, kemudian letakkan sebuah batangan
empatan pada bagian atas atau berdampingan, sehingga salah satu ujung dari
kedua batangan tersebut berhimpitan (lihat gambar).
atau

4
6

6
4

Langkah selanjutnya adalah mencari batangan yang lain, yang jika diletakkan
di atas/di samping batang enaman dapat menutupi sisi yang belum tertutup,
yang dapat menutupi sisi tersebut hanyalah batang duaan. Hal ini berarti
6 4 = 2, seperti terlihat pada gambar
4

(3) 5 x 2 =
Perlu diketahui bahwa perkalian adalah merupakan penjumlahan berulang
maka untuk menyelesaikan soal tersebut mula-mula ambil batangan duaan
sebanyak lima kali kemudian letakkan secara kerdekatan. Kemudian mencari
batangan yang lain yang dapat menutupi kelima batangan tersebut dan
meletakkan pada bagian atas atau berdampingan, sehingga kedua ujung dari
kedua batangan tersebut berhimpitan (lihat gambar).
2

10

atau

10

Ternyata yang dapat menutupi kelima batangan tersebut adalah batangan


sepuluhan. Hal ini berarti 5 x 2 = 10.
(4) 8 : 2 =
Kalau perkalian merupakan penjumlahan berulang maka untuk pembagian
merupakan kebalikan dari perkalian yaitu pembagian merupakan pengurangan
berulang. Untuk menyelsaikan pembagian ini mula-mula ambil batangan
delapanan, kemudian kita ambil batangan yang duaan sebanyak 4 kali sampai
batang delapanan habis tertutupi semuanya. Seperti gambar berikut:

atau
8

8
2

atau

8
2

2
8

atau

atau

8
2

4. Timbangan Bilangan/Neraca Bilangan

a.

Tujuannya: Memperagakan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan


pembagian pada bilangan asli

b. Cara Penggunaan :
(1) Memperagakan Operasi penjumlahan: 3 + 4 = ..
- Gantungkan sebuah anak timbangan diangka 3 pada lengan sebelah kiri
- Gantungkan lagi sebuah anak timbangan diangka 4 pada lengan sebelah kiri
- Untuk menunjukkan hasil penjumlahan 3 + 4, dapat dicoba menggantungkan sebuah
anak timbangan pada lengan sebelah kanan sampai kedua lengan timbangan setimbang.
Ternyata setelah anak timbangan digantungkan diangka 8 pada lengan sebelah kanan,
maka timbangan akan setimbang.Sehingga kesimpulannya 3 + 4 = 7

9 8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9

(2). Memperagakan operasi pengurangan : 8 5 =


- Untuk menunjukkan hasil pengurangan: 8 5, dapat dicoba Gantungkan sebuah anak
timbangan di angka 8 pada lengan sebelah kanan
- Gantungkan sebuah anaka timbangan di angka 5 pada lengan sebelah kiri
- menggantungkan sebuah anak timbangan pada lengan sebelah kiri samapai kedua lengan
timbangan setimbang. Ternyata setelah anak timbangan digantungkan diangka 3 pada
lengan sebelah kiri, maka timbangan akan setimbang. Kesimpulannya : 8 5 = 3

9 8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9

(3) Memperagakan Operasi perkalian : 2 x 3 =..


- Gantungkan 3 buah anak timbangan di angka 2 pada lengan sebelah kiri
- Untuk menunjukkan hasil perkalian 2 x 3, dapat dicoba menggantungkan sebuah anak
timbangan pada lengan sebelah kanan sampai kedua lengan timbangan setimbang.
Ternyata setelah anaka timbangan digantungkan diangka 6 pada lengan sebelah kanan,
maka timbangan akan setimbang. Kesimpulannya : 2 x 3 = 6
10

9 8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9

(4). Memperagakan operasi pembagian 8 : 2 = .


- Gantungkan sebuah anak timbangan di angka 8 pada lengan sebelah kanan
- Untuk menunjukkan hasil pembagian 8 : 2, dapat dicoba menggantungkan 2 buah anak
timbangan sekaligus pada lengan sebelah kiri sampai kedua lengan timbangan
setimbang. Ternyata setelah kedua anak timbangan digantungkan diangka 4 pada
lengan sebelah kiri, maka timbangan akan setimbang.
Kesimpulannya : 8 : 2 = 4

9 8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Alat Peraga Untuk Membaca Jam


a. Fungsi / Kegunaan :
Membantu menanamkan konsep/pengertian tentang cara membaca jam yang
bulat atau jam dengan jarum panjang tepat di angka 12. Dan Membantu menanamkan
konsep/pengertian tentang cara membaca jam-jam tengahan dan jam perempatan.
11

b. Kelas
Kelas satu (1), kelas dua (2), dan tiga ( 3)
c. Petunjuk Cara Kerja :
Gantungkan alat peraga tersebut pada papan tulis atau pada dinding di depan kelas.
A. Guru menjelaskan dengan (peragaan cara) membaca jam yang bulat.
Mula-mula guru menetapkan jarum panjang ke arah angka 12, kemudian jarum
pendek digerakkan ke kanan ke arah angka 1 (pukul satu), angka 2 (pukul dua) dan
seterusnya. Berikutnya guru menjelaskan cara membaca/menyebutkan jam dan cara
menuliskannya.
Contoh :
1.

Dibaca : pukul satu, ditulis 01.00

2.

Dibaca : pukul tiga, ditulis 03.00

3.

Dibaca : pukul enam, ditulis 06.00

4.

Dibaca : pukul sepuluh, ditulis 10.00

Demikian seterusnya.
12

B. Selanjutnya guru menjelaskan (dengan peragaan) cara membaca jam tengahan.


- Mula-mula diawali dengan penjelasan sebagai berikut
Jarum panjang menunjukkan menit.
Jarum pendek menunjukkan jam.

- Kemudian guru menetapkan jarum panjang ke arah angka 6, kemudian satu per satu
menunjukkan waktu berikut ini hanya dengan menggerakkan jarum pendeknya saja ke
arah titik di antara dua angka yang dimaksud.
- Bersama itu guru menjelaskan cara membaca/menyebutkan jam dan cara menuliskannya
di papan tulis.
Contoh : untuk menunjuk pukul setengah tiga, maka jarum panjang pada posisi angka 6
dan jarum pendek menunjuk ke arah titik di antara angka 2 dan 3.
Dibaca pukul setengah tiga atau pukul 2 lebih 30 menit. Ditulis
02.30.

Dibaca pukul setengah sebelas atau pukul 10


lebih 30 menit. Ditulis 10.30.

Dibaca pukul setengah delapan atau pukul 7


lebih 30 menit. Ditulis 7.30.

Dibaca pukul setengah enam atau pukul 5 lebih


30 menit. Ditulis 05.30

Demikian seterusnya.

13

C. Guru menjelaskan cara membaca jam perempatan.


- Dapat dimulai dengan memberi penjelasan lebih lima belas menit atau lebih
seperempat, yaitu dengan menetapkan terlebih dahulu jarum panjang ke arah angka 3.
Selanjutnya jarum pendek digerakkan ke arah perempatan pertama jarak di antara 2
angka yang dimaksud. Guru menjelaskan cara membaca dan menuliskannya.
Contoh :
1.
Dibaca : pukul 12 lebih 15 menit atau pukul dua
belas lebih seperempat.
Ditulis : 12.15
2.
Dibaca : pukul 10 lebih 15 menit atau pukul
sepuluh lebih seperempat.
Ditulis : 10.15

3.
Dibaca pukul 4 lebih 15 menit atau pukul empat
lebih seperempat.
Ditulis : 4.15
- Selanjutnya guru menjelaskan cara membaca jam lebih 45 menit atau lebih tiga
perempat yang lazimnya dikatakan kurang 15 menit atau kurang seperempat dengan
menetapkan terlebih dahulu jarum panjang kearah angka 9. Kemudian jarum
pendek digerakkan ke arah perempatan ketiga jarak antara 2 angka yang dimaksud.
Guru menjelaskan cara membaca dan cara meniliskannya di papan tulis.
Dibaca : Pukul 11 lebih 45 menit atau pukul
sebelas lebih tiga perempat

Dapat pula dibaca pukul 12 kurang 15 menit


atau puk ul dua belas kurang seperempat Ditulis : 11.45
14

D i baca : Pukul 2 lebih 45 menit atau pukul dua


lebih tiga perempat
Dapat pula dibaca pukul 3 kurang 15 menit
atau pukul tiga kurang seperempat
Ditulis : 02.45
Dibaca : pukul 9 lebih 45 menit atau pukul
sembilan lebih tiga permpat.
Dapat pula dibaca pukul 10 kurang 15 menit atau
pukul sepuluh kurang seperempat.
Ditulis : 09.45
Demikian seterusnya.
II. Alat Praga untuk Pengajaran Geometri
PAPAN BERPAKU

a. Tujuan, Fungsi dan Manfaatnya.


Alat peraga papan berpaku berfungsi membantu pembelajaran matematika untuk
menanamkan konsep/pengertian geometri, seperti pengenalan bangun datar,
pengenalan keliling bangun datar, dan menentukan/menghitung luas bangun datar.
Alat peraga papan berpaku ada yang berukuran kecil untuk kelompok dan yang
berukuran besar untuk klasikal.
b. Kelas Rendah
c. Contoh petunjuk kerja.
1) Letakkan papan berpaku di depan kelas, bisa digantung atau disandarkan pada
benda lain. Papan berpaku dilengkapi sejumlah karet gelang dengan warna15

warna yang berbeda serta dilengkapi pula dengan kertas bertitik atau kertas
berpetak.
2) Guru menugaskan kepada seorang anak untuk membentuk bangun datar yang
mereka kenal pada papan berpaku klasikal. Kemudian masing-masing kelompok
membentuk bangun datar sesuai dengan kreativitas mereka masing-masing.
3) Selanjutnya anak diminta menggambar hasil yang diperolehnya pada kertas
bertitik atau kertas berpetak.
4) Guru menanyakan nama-nama bangun datar yang telah dibuat oleh anak.
Namun tidak semua bangun yang dibuat punya nama, kecuali bangunbangun
datar yang khusus misal: segiempat, persegi, persegipanjang, jajargenjang,
trapesium, belah ketupat, layang-layang, segitiga siku-siku, segitiga samakaki,
segitiga tumpul, segitiga lancip, segitiga sembarang.
Peragaan untuk pengukuran keliling dan luas secara bertahap dilanjutkan pada
kelas-kelas berikutnya (dibahas pada modul pengukuran).

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, dkk. 1997. Bangun Geometri Datar. Materi Pelatihan Teknisi Laboratorium
Matematika D-II PGSD se-Indonesia di IKIP Malang, Malang 17 Februari
15 Maret.
Nurhakiki, dkk. Dkk. 1977. Alat Peraga Bangun Ruang dan Cara Pembuatannya.
Materi pelatihan Teknisi Laboratorium Matematika D-II PGSD se-Indonesia
di IKIP Malang. Malang 17 Februari 15 Maret.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Debdikbut.
Tipps, Stave, dan Kennedy. 1994. Guiding Childrens Learning of Mathematics. Sevent
Edition. California: Wadworth Publishing Company Belmont.
Troutmen, A.P, dan Lichtenberg, B.K. 1991. Mathematics A Good Begining.Fourth
Edition. California. Brooks/Cole Publishing Company Pasific Grove.
Nasuprawoto. 2010 Pemanfaatan Alat-Peraga Matematika Dalam Pembelajaran
Matematika di SD.
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:9EdOD2BRRtYJ:nasuprawoto.
files.wordpress.com/2010/10/9-pemanfaatan-alat-peraga-matematika-dalampembelajaran-sd.

16

Anda mungkin juga menyukai