Diskusi Poli B
Diskusi Poli B
Kelompok B
Azizah Fajar Priarti
Adi Basuki
Reza Ferizal
Fia Afifah Mutiksa
M Anom Wijayanto
Identitas
Nama
: Tn. HS
Nomor RM
: 357-52-09
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir
: 20-7-1944
Usia
: 70 tahun
Alamat
: Pondok Kopi
Pekerjaan
: Ny. W (Istri)
: Tahun 2011
Keluhan Utama
Kelemahan sisi tubuh kiri sejak 4 tahun lalu
4 tahun lalu pasien mengeluh jatuh tiba-tiba. Pasien tidak sadar. Setelah itu
pasien dibawa ke RS Persahabatan dan dirawat selama 2 minggu. Terdapat
kelemahan sisi tubuh sebelah kiri, mulut mencong, bicara pelo, dan
tersedak ketika minum. Sakit kepala, mual dan muntah disangkal. Pasien
dikatakan mengalami stroke.
Pasien
Riwayat Sosial
Riwayat Nutrisi
Pertanyaan
Skor
ORIENTASI
REGISTRASI
Pasien disuruh mengulangi nama 3 buah benda yang disebutkan pemeriksa (bola,
kursi, buku) (3)
ATENSI DAN KALKULASI
Pengurangan 100 dengan 7, nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar, dihentikan
setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata WAHYU (nilai diberi pada huruf
yang benar sebelum kesalahan) (5)
MENGENAL KEMBALI
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi (3)
BAHASA
Pasien disuruh menyebut : Pensil, jam tangan (2)
Pasien disuruh mengulangi kata jika tidak, dan atau tapi (1)
Pasien disuruh melakukan perintah : Ambil kertas itu dengan tangan anda,
lipatlah menjadi 2 dan letakkan di lantai (3)
Pasien disuruh menulis dengan spontan sebuah kalimat, tulisan apa saja (1)
Total
27
MMSE
Penapisan
Depresi
Pertanyaan
Jawaban
Skor
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Saat sakit
(2013)
Saat Diperiksa
(20/10/14)
0
1
2
2
3
3
2
2
1
18
0
1
2
2
3
3
2
2
1
18
Aktivitas
Skor
Dapatkah berbelanja
Penapisan
Apakah ada penurunan asupan makanan dalam jangka waktu 3 bulan oleh karena
kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan menelan, atau mengunyah.
0 = nafsu makan yang sangat berkurang
1 = tidak tahu
Mobilitas
0 = ya
Masalah neuropsikologis
2 = tidak
1 = demensia ringan
6
Skor
2 = IMT antara 21 23
1 = IMT antara 19 21
Total = 14
EQ-5D
Mobilitas
Aktivitas sehari-hari
Rasa cemas/depresi
Pemeriksaan Fisik
Nadi: 79 x/menit
Suhu: 36 x/menit
Pernapasan: 18 x/menit
BB: 84 kg
TB: 160 cm
Status Neurologis
GCS
TR
: tidak ada kaku kuduk, tidak ada brudzinski I, tidak ada
brudzinski II, Laseque >70/>70, Kernig >135/>135
Pupil
NI
: tidak dievaluasi
N II
: visus dan warna tidak dievaluasi, lapang pandang
pasien sama dengan pemeriksa
: E4M6V5 = 15
NV
N VII
N VIII
N IX, X
N XI
N XII
Refleks fisiologis: Biseps ++/++, Triseps ++/++, Patella ++/++, achiles ++/++, tidak ada
klonus, refleks patologis -/-, eutoni, eutrofi
Sensorik
Otonom
Serebelum
: tidak diperiksa
Pemeriksaan Psikiatri
Diagnosis aksial:
Axis I: depresi dengan ciri psikotik (remisi)
Axis II: Ciri kepribadian narsisistik
Axis III: hipertensi tidak terkontrol, riwayat stroke.
Axis IV: tidak ada diagnosis
Axis V:
Daftar Masalah
OA genu bilateral
Hipertensi grade II
Depresi Pascastroke
1.
2.
3.
4.
Suasana perasaan yang utama pada lansia akibat penyakit (fisik) kronik dan gangguan
fungsi kognitif yang disebabkan oleh penderitaan, disabilitas, perhatian keluarga yang
kurang (psikososial), dan bertambah buruknya penyakit yang dialami
Etiologi
Faktor Biologis
o faktor genetik, gangguan pada sistem cerebrovaskular, gangguan pada aktivitas
serotonin, peningkatan sekresi kortisol
Faktor Psikologis
o gangguan perilaku, psikodinamik dan kognitif
Faktor Sosial
o Peristiwa kehidupan, keadaan sosioekonomi, hilangnya dukungan sosial
Blazer DG. Late-life mood disorders. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Eds. Hazzards Geriatric Medicine and
Gerontology. 6th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2009.p.849-58.
Syamsir BS. Gangguan depresif pada orang usia lanjut. Majalah Kedokteran Nusantara. 2007; 40(2):147-149.
Lammers JE. Depression. In: Ham RJ. Sloane PD. Warshaw GA, Bernard MA. Flaherty E. Eds. Primary care geriatrics a case-based approach. 5th
ed.Philadelphia: Mosby Elsevier. 2007.p. 237-52.
Buku Ajar Psikiatri. Ed 2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
Depresi Pascastroke
A.
B.
C.
D.
E.
Pasien mengalami mood terdepresi (sedih atau perasaan kosong) atau kehilangan minat sepanjang waktu dalam waktu
2 minggu atau lebih, ditambahkan dengan 5 (atau lebih) gejala berikut.
1. Mood terdepresi sepanjang hari, hampir setiap hari
2. Kehilangan minat dalam hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari
3. Berat badan menurun ketika tidak diet atau berat badan bertambah, atau kehilangan nafsu makan atau peningkatan
nafsu makan
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Psikomotor (agitasi/retardasi)
6. Kehilangan energi atau letih setiap hari
7. Perasaan bersalah yang berlebihan atau rasa tidak berharga hampir setiap waktu
8. Menurunnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi
9. Timbul pikiran berulang tentang mati/ingin bunuh diri
Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran (episode depresi berat dan episode manik)
Gejalanya menimbulkan penderitaan atau hendaya sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya yang bermakna secara
klinis
Gejalanya bukan merupakan efek fisiologi langsung dari zat.
Gejala tidak lebih baik dibandingkan dengan dukacita, misalnya setelah kehilangan seseorang yang dicintai, gejala
menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai hendaya fungsi yang jelas, preokupasi rasa ketidakbahagiaan yang abnormal,
ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.
Depresi Pascastroke
Atas dasar:
Anamnesis: Semenjak stroke, pasien tidak dapat berjalan dan aktivitasnya terbatas di
rumah saja. Pasien juga tidak dapat melakukan aktivitas yang ia senangi. Keadaan
tersebut membuat pasien merasa tertekan dan sedih. Pasien juga menjadi mudah
menangis hingga terisak-isak hanya dari stressor yang ringan. Selain itu, pasien juga
sering mendengar bisikan seperti menyuruhnya bermain. Pasien mempunyai
kegemaran karaoke yang tidak lagi dilakukan sejak mengalami stroke. Pasien mengaku
rindu untuk melakukan kegemarannya tersebut.
Rencana Terapi: prikoterapi suportif, pemberian obat antidepresan, yaitu Setralin dan obat
antipsikotik, yaitu Olanzapin.
Hipertensi
Teori
Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan tekanan darah sistolik
>=140 mmHg dan tekanan darah diastolik >=90 mmHg. Hipertensi
merupakan faktor risiko mayor dari stroke, infark miokard, penyakit
vaskular lainnya, dan gagal ginjal kronik.
Rencana terapi:
Diet rendah garam dan rendah lemak, berhenti merokok, konsumsi
obat antihipertensi, dan latihan aerobik 30 menit dalam sehari.
Stroke
Teori
Menurut WHO, sebanyak 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya.
Sebanyak 5 juta di antaranya meninggal, sedang 5 juta lainnya dapat lumpuh
permanen.
Stroke dibagi menjadi 2, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik di mana stroke
iskemik lebih sering terjadi.
Stroke iskemik dapat terjadi akibat sumbatan pembuluh darah intraserebral akibat
emboli atau trombosis.
Tanda dan gejala stroke iskemik:
Onset mendadak, terjadi dalam 24 jam.
Hemiparesis
Gangguan penglihatan
Defisit sensorik
Vertigo
afasia
Stroke (2)
Rencana terapi: stabilisasi plak dengan terapi farmakologi, kontrol faktor risiko.
Inkontinensia Uri
Landasan Teori
Inkontinensia uri ialah keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan pada
waktu yang tidak dikehendaki penderita, sehingga dapat mengakibatkan
masalah higienitas dan sosial pasien. Berdasarkan waktunya, inkontinensia
dibagi menjadi akut dan konik. Inkontinensia akut terjadi secara mendadak
akibat kondisi sakit akut atau iatrogenik, sedangkan tipe kronik tidak
berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama. Secara klinis
inkontinensia uri dibagi menjadi 4 tipe, yakni inkontinensia tipe urgensi, stres,
overflow, dan fungsional. 4 penyebab pokok inkontinensia uri yaitu gangguan
neurologis, psikologis, iatrogenik/lingkungan serta gangguan urologik.
Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih Hiperaktif. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6. Jakarta: InternaPublishing;
2014.h.3771-80.
Atas dasar
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien sering mengompol dan tidak dapat menahan rasa ingin
berkemih. Selain itu, pasien sering terbangun di malam hari karena berkemih, yang dapat
terjadi 6-7 kali. Dari data tersebut, terdapat dugaan bahwa pasien mengalami inkontinensia uri
tipe urgensi yang ditandai dengan tidak dapat menahan keinginan berkemih setelah sensasi
berkemih muncul. Selain itu terdapat manifestasi klinis poliuria dan nokturia
Rencana Diagnostik
Apabila melihat riwayat penyakit pasien, terdapat dugaan bahwa inkontinensia uri yang terjadi
merupakan subtipe motorik akibat lesi pada SSP (stroke). Namun, diagnosis banding diabetes
mellitus belum dapat disingkirkan karena tidak terdapat hasil pemeriksaan lab kadar glukosa
darah, dan HbA1c. Rencana diagnosis untuk pasien ini ialah pemeriksaan lab kadar glukosa
darah dan HbA1c.
Rencana Terapi
Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif bagi penderita inkontinensia uri tipe
urgensi. latihan otot dasar panggul dilakukan 3-5 kali sehari dengan 15 kontraksi dan menahan
hingga 10 detik.
Apabila hasil laboratorium menunjukkan kadar gula darah diatas normal maka tatalaksana DM
perlu dilakukan
OA Genu
Atas dasar
Anamnesis:
Pasien mengalami sakit pada lutut yang mengakibatkan
kesulitan berjalan.
PF: terdapat krepitasi pada kedua lutut
Dasar Teori:
Merupakan penyakit sendi paling sering
Penyakit degeneratif
Weight-bearing joint
Nyeri pada sendi yang terkena
Biasanya unilateral
Rencana Diagnosis:
Pemeriksaan krepitasi
Tatalaksana:
Famakologi
Paracetamol 2x500mg
Non Farmakologi
Rehabilitasi medik
Penurunan berat badan
Edukasi
Edukasi asupan gizi
Edukasi aktifitas fisik (berjalan
dan berenang)
Lozada CJ. Osteoarthritis [Internet]. [diperbaharui: 10 September 2014 ; disitasi: 22 Oktober 2014]. Tersedia:
http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview#showall
Poliuria
1.
Definisi
Volume urin > 3L/hari; atau
Meningkatnya volume urin yang tidak
diperlukan.
Poliuria terdiri dari water diuresis dan solute
diuresis. Water diuresis terjadi jika urin
yang dikeluarkan >3L/hari dengan
osmolaritas <250 mOsm/L. Solute diuresis
adalah poliuria yang disebabkan oleh
ekskresi zat yang berlebihan.
Atas dasar:
Anamnesis: frekuensi berkemih sering. Pasien
terbangun 6-7 kali pada malam hari karena ingin
berkemih. Volume urin yang dikeluarkan sama
setiap kali berkemih. Walaupun pasien minum
lebih sedikit, frekuensi berkemih tidak berubah.
Rencana diagnosis:
Pengukuran volume urin dalam sehari.
Pengukuran osmolaritas urin.
Rencana terapi:
Setelah ditegakkan jenis poliuria, lalu dicari etiologi
yang menyebabkan gejala tersebut.
Tata laksana sesuai dengan etiologi yang
ditemukan.
Polyuria. In Vincent JL, Abraham E, Moore FA, Kockhanek M, Fink FP. Textbook of Critical Care. Philadelphia: Elsivier, inc; 2011.
Insomnia
Definisi
Gangguan untuk memulai atau
mempertahankan kondisi tidur.
Gejala
Kesulitan tertidur, atau tetap tertidur.
Gangguan fungsi sehari-hari pada saat
siang hari (lelah, mengantuk, gangguan
kognitif dan mood serta perilaku)
Kesulitan memperoleh kesempatan untuk
tidur
Gejala dapat akut dan self-limiting, kronik
dan intermiten, atau kronik dan sering.
Atas dasar:
Anamnesis: pasien mengalami kesulitan untuk
memulai tidur selama 4 tahun terakhir. Gejala
mulai muncul setelah pasien menderita stroke.
Pasien sering merasa sedih baik pada siang hari
maupun pada malam hari. Jika pasien sudah mulai
tertidur, pasien akan mudah terbangun. Sehingga
dalam satu malam, ada beberapa kali pola tidurbangun-tidur.
Rencana diagnosis:
Dapat divalidasi dengan menggunakan Insomnia
severity scale.
Rencana terapi:
Terapi non-farmakologi misalnya mengurangi
konsumsi kafein, menghindari makan berat pada
malam hari, meningkatkan aktivitas fisik pada
siang hari yang disesuaikan dengan kondisi
pasien, relaksasi sebelum tidur.
Menatalaksana perasaan sedih pada pasien
dengan terapi farmakologi.
1. Insomnia. In Ferri FF. Ferris Clinical Advisor 2015. Philadelphia: Elsivier,inc; 2014. p 658-9.
Atas dasar:
Anamnesis
pasien mengeluh penglihatan berawan di kedua mata. Mata
kiri sudah dioperasi tetapi mata kanan tidak dapat dioperasi
karena gangguan saraf
Pasien juga mengalami kesulitan membaca
PF:
Inspeksi mata: ditemukan struktur keabuan di sekitar lensa
mata
Visus:
OD: 6/30
OS: 6/21
Pinhole:
OD: 6/9
OS: 6/7
Kacamata:
OD: 6/9
OS: 6/7
Kacamata+PH:
OD: 6/7
OS: 6/7
Astigmatisma: OD: +
OS: +
Jegger:
OD: tidak bisa
OS: tidak bisa
Pinhole:
OD: 6/20
OS: 6/7
Kacamata
OD: tidak bisa
OS: 6/7
Gangguan
Penglihatan
Dasar Teori:
Kesulitan membacasuspek presbiopi
Presbiopiperubahan tonus m.siliaris dan elastisitas
lensapenurunan akomodasi lensa mengakibatkan kesulitan
membaca
Struktur keabuan di sekitar lensa matakatarak senilis
Katarak Senilis gangguan penglihatan terkait usia, dengan
karakteristik penebalan lensa yang gradual dan progresif. Keluhan
berupa penurunan tajam penglihatan, silau, hingga menyebabkan
kebutaan
Diagnosis Banding:
Retinopati Diabetik
Rencana Diagnosis:
CT Scan Kepala
Pemeriksaan Gula Darah
Funduskopi
Rencana Terapi:
Koreksi kacamata
Kerangka Masalah
Curiga DM?
Assessment
Inkontinensia uri
tipe urgensi
Hipertensi Grade 1
Stroke Iskemik
Ketergantungan Ringan
Depresi
Impairment of
Visual: Katarak &
Presbiopi
Psikiatri
Non-farmakologi:
psikoterapi suportif
Farmakologi
Sentralin 1 x 50 mg PO
Olanzapin 1 x 10 mg PO
Neurologi
Ascardia 1 x 80 mg
Simvastatin 1 x 20 mg
Neurodex 1 x 1 tablet
Asam Folat 2 x 5 g
IPD
Harnal 1 x 0,2 mg
Adalat 1 x 6 mg
PCT 3 x 1000 mg
Valsartan 1 x 160 mg
Prioritas penatalaksanaan
komprehensif pada pasien ini ialah
mengatasi depresi hingga remisi
sempurna, mengatasi inkontinensia
uri, dan mengkontrol faktor risiko
stroke (hipertensi) serta mengurangi
sakit akibat osteoarthritis.
Kesimpulan