Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REKAM MEDIK
A. IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. I
Rekam Medik
: 029881
Umur
: 23 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
MRS
: 02 September 2014
Perut mulas-mulas yang menjalar kepinggang semakin lama semakin sering dan kuat,
mengeluhkan keluar air-air dengan hamil cukup bulan
Riwayat perjalanan penyakit :
22 jam SMRS os mengeluh perut mulas yang menjalar hingga ke pinggang,
makin lama makin sering. Os juga mengeluhkan keluar air-air. Riwayat keluar lendir
darah (-). Riwayat trauma (-). Riwayat keputihan (-) sejak awal bulan kehamilan.
Riwayat demam (-). Riwayat post coital (+). Riwayat perut diurut-urut (-).Riwayat
kerja keras selama kehamilan. Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin
masih dirasakan.
Riwayat Perkawinan : 1 x lamanya 1 tahun.
: G1P0A0
No
Tempat
Tahun
1.
Bersalin
Hamil
2014
Hasil
Jenis
kehamilan Persalinan
Penyulit Nifas
Anak
BB
KU
ini
Riwayat sosial ekonomi
: Menengah ke bawah
Riwayat gizi
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 56 kg
Tinggi badan
: 155 cm
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 70 x/menit
Pernafasan
: 22 x/menit
Suhu
: 36,2oC
Anemia
: -/-
Gizi
: Sedang
Jantung
Paru
Hati/limfa
: Sulit dinilai
Refleks fisiologis
: +/+
Refleks patologis
: -/-
BAK
: Biasa
BAB
: Biasa
Turgor kulit
: Biasa
Mata cekung
: -/-
Edema pretibial
: -/-
Kepala
: normochepal
Mata
Leher
ada,
dinilai
Ekstremitas sperior
Ekst.Inferior
Pemeriksaan Dalam:
VT
F. PENATALAKSANAAN
1. Observasi his, denyut jantung janin, tanda vital ibu, kemajuan persalinan
2. IVFD RL gtt XX tpm
3. Inj. Evalin 1 gr/8jam
4. Injeksi Dexamethasone 10 mg ekstra.
5. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, CT/BT
Hasil pemeriksaan laboratorium (tanggal 02 September 2013) :
Darah rutin :
Hb
Eritrosit
: 3,7 jt/mm3
Leukosit
: 9000/mm3
Hematokrit : 27 %
CT
: 9,7 gr%
: 13
BT
: 3
G. EVALUASI
Ny.
Ismaya
(23th)
MRS
pukul
20.30 WIB
G1P0A0 hamil
aterm dengan
inpartu kala I
fase laten
dengan KPD
22 jam JTH
preskep
Rabu, 3
September
G1P0A0 hamil
31 minggu
dengan PPI
JTH preskep
Kamis, 4
September
2014
G1P0A0 hamil
31 minggu
dengan PPI
JTH preskep
R/ konservatif
Observasi His, DJJ,
TVI, kemajuan
persalinan
Cek DL, CT/BT
IVFD RL xx
gtt/menit
Inj. Evalin 1gr/8jam
Inj. Dexamethasone
10 mg ekstra
R/USG
Observasi His, DJJ,
TVI, kemajuan
persalinan
Duvadillan 20 mg
dalam D5 500 ml
xx gtt/menit
Inj. Evalin 1gr/8jam
Inj. Dexamethasone
10 mg/12 jam
Observasi DJJ, TVI
Duvadillan 20 mg
dalam D5 500 ml
xx gtt/menit
Inj. Evalin 1gr/8jam
Inj. Dexamethasone
10 mg/12 jam
Hasil USG:
Hamil 31
minggu JTH
preskep, DJJ
teratur,
perempuan
1600 gr.
Konsultasi
dr. Sp.OG os
BLPL
Tx pulang:
-Hystolan 20
mg/8jam
-cefadroxil
500
mg/8jam
-asam
mefenamat
500
mg/8jam
-inbion 1
caps/hari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur merupakan hal
yang berbahaya karena berpotensi meningkatkan kematian perinatal sebesar 70%.
Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh kembang
organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum mampu untuk hidup di luar
kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan
morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi.1
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,
seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan
kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm
bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada
kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel
limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus.
Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus
persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian
Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi
korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi
jalan lahir dengan kelahiran prematur.1,2
B. Faktor Risiko Prematuritas
Mayor3
1. Kehamilan multipel
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus
Minor3
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok lebih dari 10 batang perhari
5. Riwayat abortus pada trimester II
6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;
atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.
Persalinan premature disebabkan :
1.
Faktor kehamilan
a. Perdarahan antepartum.
b. Hamil usia muda, grandemultipara, dan interval pendek
c. PROM-ketuban pecah dini.
d. Kehamilan hidramnion
e. Gangguan keseimbangan hormonal.
f.
Serviks inkompeten dan kelainan anatomis uterus.
g. Idiopatik dengan meningkatnya reseptor :
- Oksitosin.
- Inositol trifostase (IP3)
h. Pre-eklampsia-eklampsia.
2. Faktor individu
a. Keadaan sosial ekonomi rendah:
- Kerja keras hamil tua
- Gizi kurang/anemia
a. Penyakit sistemik bumil:
- Paru, jantung, dan liver- DM
- Hipertensi.
- Infeksi organ vital.
b. Infeksi kehamilan:
- Korioamnionitis.
- Servisitis-endometritis.
- Infeksi plasenta.
C. Kriteria Diagnosis3
1.
Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2.
2. Pemberian tokolitik
Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik
Kontraksi
Ketuban
pecah
Perdarahan
Pembukaan
0
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1
Irregular
-
2
Regular
Tinggi/tidak
3
-
4
Rendah/pecah
Spotting
1 cm
jelas
Perdarahan
2 cm
3 cm
4 cm
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu
dan bayi)
F. Kontraindikasi penundaan persalinan3,4,5
Mutlak
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
Relatif
Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,
pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
G. Cara persalinan3,4,5
1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
2. Indikasi seksio sesarea :
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di
bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka
perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit
berkurang.
H. Penyulit5
1. Sindroma gawat nafas (RDS)
2. Perdarahan intrakranial
3. Trauma persalinan
4. Paten duktus arteriosus
5. Sepsis
6. Gangguan neurologi
I. Komplikasi5
1. Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi
preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987)
menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki
risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis
neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih
besar.
2. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas
dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara
dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang
disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan
tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan
dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya
terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan
lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan
oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam
sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung
melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
3. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks
menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau
serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi
prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa
menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin
belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa
digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak
yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan
intraventrikuler) atau cedera .
4. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu
yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung
yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang
diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan
bayi muntah.
5. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
6. Displasia bronkopulmoner.
7. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk
membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)
dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur,
memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang
dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena
kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna.
prematur
juga
lebih
rentan
terhadap
enterokolitis
nekrotisasi
BAB III
PERMASALAHAN
1.
2.
3.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat memberikan obat pematangan paru
janin
0
Tidak ada
Tidak ada
1
Irregular
-
2
Regular
Tinggi/tidak
3
-
4
Rendah/pecah
pecah
Perdarahan
Tidak
Spotting
jelas
Perdarahan
Pembukaan
ada
Tidak ada
1 cm
2 cm
3 cm
4 cm
BAB V
KESIMPULAN
1.
Diagnosis pada kasus ini saat masuk IGD kurang tepat, namun setelah USG
sudah tepat.
2.
3.
Etiologi pada kasus ini belum diketahui dengan jelas, tetapi faktor risiko
kemungkinan disebabkan oleh serviks terbuka >1 cm pada kehamilan 32
minggu, prom KPD, kerja keras selama hamil, anemia (9,7) riwayat post
Coital.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23nd
ed.McGraw- Hill.
2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill.
3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5th
ed.Saunders.
4.
Jafferson
Rompas.
2004.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145-
11Persalinanpreterm.pdf/145.30
5. Medlinux. 2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/11/ruptur membran - prepersalinan.html