Anda di halaman 1dari 13

Visi BPJS Kesehatan :

CAKUPAN SEMESTA 2019


Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

Misi BPJS Kesehatan :


1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi
masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan
bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara
efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola organisasi
yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian,
manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung
operasionalisasi BPJS Kesehatan.

Sejaran Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia


Tanggal Post : 16 Dec 2013 00:00 Wib | Di Post Oleh : | Di Baca : 7117
Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services33
Tidak Ada Orang Kaya Dalam Dunia Kesehatan
Perjalanan Panjang UU SJSN
Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang
menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada
penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan
dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri
maupun keluarga. Sehingga munculah istilah SADIKIN, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa
kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam
sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.
Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja
terjadi kapan saja dimana kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun kematian
karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen.
Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun
Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diantaranya diduga berumur

lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia.
Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas
dan berbagai dampak lainnya. Apabila tidak aday ang menjamin hal ini maka suatu saat hal ini mungkin dapat
menjadi masalah yang besar
Seperti menemukan air di gurun, ketika Presiden Megawati mensahkan UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, banyak pihak berharap tudingan Indonesia sebagai negara tanpa
jaminan sosial akan segera luntur dan menjawab permasalahan di atas.
Munculnya UU SJSN ini juga dipicu oleh UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat (1),
Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Hingga disahkan dan diundangkan UU SJSN telah melalui
proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga tanggal 19 Oktober 2004.
Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000, dimana Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan tentang
Pengembangan Konsep SJSN. Pernyataan Presiden tersebut direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep
tentang Undang-Undang Jaminan Sosial (UU JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep. Menko Kesra dan Taskin No.
25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000, tanggal 3 Agustus 2000, tentang Pembentukan Tim Penyempurnaan Sistem
Jaminan Sosial Nasional). Sejalan dengan pernyataan Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No.
30/DPA/2000, tanggal 11 Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.
Dalam Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun
2001 (Ketetapan MPR RI No. X/ MPR-RI Tahun 2001 butir 5.E.2) dihasilkan Putusan Pembahasan MPR RI yang
menugaskan Presiden RI Membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan
sosial
yang
lebih
menyeluruh
dan
terpadu.
Pada tahun 2001, Wakil Presiden RI Megawati Soekarnoputri mengarahkan Sekretaris Wakil Presiden RI
membentuk Kelompok Kerja Sistem Jaminan Sosial Nasional (Pokja SJSN)

Direksi
Tanggal Post : 08 May 2014 00:00 Wib | Di Post Oleh : Admin BPJS | Di Baca : 6498
Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services11

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang
Pengangkatan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) menjadi Dewan Pengawas dan Direksi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan Keputusan Direksi BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun
2014, maka susunan Direksi BPJS Kesehatan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai
berikut:

1. Fachmi Idris
2. Purnawarman Basundoro
3. Tono Rustiano
Pengembangan)
4. Fajriadinur
5. Sri Endang Tidarwati W
6. Taufik Hidayat
7. Dadang Setiabudi
8. Riduan

(Direktur Utama)
(Direktur Hukum dan Hubungan Antar Lembaga)
(Direktur Perencanaan dan
(Direktur Pelayanan)
(Direktur Kepesertaan dan Pemasaran)
(Direktur SDM dan Umum)
(Direktur Teknologi Informasi)
(Direktur Keuangan dan Investasi)

Dewan Pengawas
Tanggal Post : 08 May 2014 00:00 Wib | Di Post Oleh : Admin BPJS | Di Baca : 4541
Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services6

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 160/M Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang
Pengangkatan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) menjadi Dewan Pengawas dan Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, maka susunan Dewan Pengawas BPJS Kesehatan terhitung
mulai tanggal 1 Januari 2014 adalah sebagai berikut:

1. Tata Suntara
2. Tjarda Muchtar

(Ketua)
(Anggota)

3. Budi Sampoerna

(Anggota)

4. Ridwan Monoarfa

(Anggota)

5. Prastuti Soewondo

(Anggota)

6. Hasrul Lutfi Hamid

(Anggota)

7. Wahyuddin Bagenda

(Anggota)

Landasan Hukum BPJS Kesehatan :


1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional [download]
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial [download]

Dalam Pengelolaan BPJS Kesehatan, manajemen berpedoman pada tata kelola yang baik antara lain :
1. Pedoman Umum Good Governance BPJS Kesehatan [download]
2. Board Manual BPJS Kesehatan [download]
3. Kode Etik BPJS Kesehatan [download]

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun
2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga
jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatanPT Askes
Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT
Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.[1] Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi
BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan,
selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. [2]
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan bisa
memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota.

Kepesertaan Wajib[sunting | sunting sumber]


Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal
enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS. [3]
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau
keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya

pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian.
Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja informal.
Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan
dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada 2014 dan pada
2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala
jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi. [4]

Dasar hukum[sunting | sunting sumber]


1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 5
ayat (1) dan Pasal 52.

Sejarah pembentukan[sunting | sunting sumber]


Sejumlah fraksi di DPR dan pemerintah menginginkan agar BPJS II (BPJS Ketenagakerjaan) bisa
beroperasi selambat-lambatnya dilakukan 2016. Sebagian menginginkan 2014. Akhirnya disepakati
jalan tengah, BPJS II berlaku mulai Juli 2015. Rancangan Undang-undang tentang BPJS pun
akhirnya disahkan di DPR pada 28 Oktober 2011. [5]
Menteri Keuangan (saat itu) Agus Martowardojo mengatakan, pengelolaan dana sosial pada kedua
BPJS tetap perlu memerhatikan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, pemerintah mengusulkan dibuat
katup pengaman jika terjadi krisis keuangan maupun kondisi tertentu yang memberatkan kondisi
perekonomian.[6]

Besaran iuran[sunting | sunting sumber]


Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan menggelontorkan dana Rp 15,9 triliun
dari APBN untuk menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin. [7]
Pada September 2012, pemerintah menyebutkan besaran iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp22 ribu
per orang per bulan. Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut, kecuali warga
miskin yang akan ditanggung oleh pemerinta.[8].
Namun pada Maret 2013, Kementerian Keuangan dikabarkan memotong besaran iuran BPJS
menjadi Rp15,500, dengan alasan mempertimbangkan kondisi fiskal negara. [9]
Pemangkasan anggaran iuran BPJS itu mendapat protes dari pemerintah DKI Jakarta. DKI Jakarta
menganggap iuran Rp15 ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai pengobatan warga
miskin. Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami kekisruhan saat melaksanakan program Kartu
Jakarta Sehat. DKI menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan menjadi Rp23 ribu rupiah per orang
per bulan.[10]
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zaenal Abidin menilai bahwa iuran untuk Penerima Bantuan
Iuran (PBI) sebesar Rp15.500 yang akan dibayarkan pemerintah itu belumlah angka yang ideal
untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang layak. IDI telah mengkaji besaran iuran yang ideal
berdasarkan pengalaman praktis dari PT Askes, dimana untuk golongan satu sebesar Rp38.000. [11]
Sementara itu kalangan anggota DPR mendesak pemerintah agar menaikkan pagu iuran BPJS
menjadi sekitar Rp 27 ribu per orang per bulan. [12]

Direktur Konsultan Jaminan Sosial Martabat Dr. Asih Eka Putri, menilai bahwa rumusan iuran JKN
belum mampu menyertakan prinsip gotong-royong dan keadilan. Formula iuran juga belum mampu
mengoptimalkan mobilisasi dana publik untuk penguatan sistem kesehatan, khususnya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan. [13]

Proses transformasi[sunting | sunting sumber]


Kementerian Sosial mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang
berlaku pada awal 2014 akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan terbesar di Asia. [14]
Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh BPJS pada 2014 diperkirakan terkendala
persiapan dan infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar rumah sakit kelas III yang masih kurang 123
ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit kelas III saat ini tidak bisa menampung 29 juta orang miskin.
Kalangan DPR menilai BPJS Kesehatan belum siap beroperasi pada 2014 mendatang. [15]

BPJS Kesehatan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

BPJS Kesehatan

Jenis

BUMN

Industri/ja Kesehatan
sa

Didirikan

1968 (sebagai BPDPK)

Kantor

Jln. Let. Jend. Suprapto Cempaka Putih

pusat

Jakarta Pusat

Situs web www.bpjs-kesehatan.go.id

Logo Askes sebelum menjadi BPJS Kesehatan

Gedung kantor pusat PT. Askes Indonesia.

logo Askeskin.

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan Usaha
Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untukPegawai Negeri Sipil,
Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan
Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan
program pemerintah dalam kesatuanJaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada
tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014,
sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.

Logo Jaminan Kesehatan Nasional

BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes
Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia
berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

Sejarah singkat BPJS Kesehatan[sunting | sunting sumber]

1968 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur


pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) beserta
anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri
Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan
Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI
pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan
Nasional.

1984 - Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta
dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil,Penerima
Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan
Umum Husada Bhakti.

1991 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan program


jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti ditambah dengan Veteran
dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan diijinkan
memperluas jangkauan kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta
sukarela.

1992 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum diubah
menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas pengelolaan
keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan
kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.

2005 - PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI,
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor
56/MENKES/SK/I/2005, sebagai Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
Miskin (PJKMM/ASKESKIN).

Dasar Penyelenggaraan :

UUD 1945

UU No. 23/1992 tentang Kesehatan

UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan


Nomor 56/MENKES/SK/I/2005,

Prinsip Penyelenggaraan mengacu pada :

Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong


royong sehingga terjadi subsidi silang.

Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.

Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara


terstruktur dan berjenjang.

Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.

Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada peserta.

Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan


prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.

2014 - Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama menjadi
BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang no. 24 tahun 2011 tentang BPJS.

Kepesertaan wajib[sunting | sunting sumber]


Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal
enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS. [1]
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau
keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya
pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian.
Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.

Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja informal.
Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan
dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada 2014 dan pada
2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala
jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi. [2]

Dasar hukum[sunting | sunting sumber]


1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 5
ayat (1) dan Pasal 52

IURAN
1.

Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah.

2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non
pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3%
(tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh peserta.
3.

Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar
4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat
persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.

4.

Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya,
ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per
orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.

5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah
tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah
sebesar:
a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
6.

7.

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim
piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari
45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa
kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan

DENDA KETERLAMBATAN PEMBAYARAN IURAN


1. Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Pekerja Penerima Upah dikenakan denda administratif
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3
(tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh Pemberi Kerja.
2.

Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Peserta Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja
dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang
tertunggak paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang dibayarkan bersamaan dengan total
iuran yang tertunggak.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :


a.

b.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup:
1.

Administrasi pelayanan

2.

Pelayanan promotif dan preventif

3.

Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

4.

Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

5.

Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

6.

Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

7.

Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama

8.

Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:


1.

Rawat jalan, meliputi:


a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub
spesialis
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f)

Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis

g)

Rehabilitasi medis

h) Pelayanan darah

2.

i)

Peayanan kedokteran forensik

j)

Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan

Rawat Inap yang meliputi:


a) Perawatan inap non intensif

b) Perawatan inap di ruang intensif


c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
A.

Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI


Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat
Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial.
Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk yang
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda
yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
B.

Pendafataran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU

1. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta


anggota keluarganya ke Kantor BPJS
Kesehatan dengan
melampirkan :
a)
b)

Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya


Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang ditentukan
oleh BPJS Kesehatan.

2. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA) untuk dilakukan
pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)
3. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan kartu
JKN atau mencetak e-ID secara mandiri oleh Perusahaan / Badan Usaha.
C.

Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan Bukan Pekerja

Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

1. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS


Kesehatan
2. Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan Fotokopi Kartu
Keluarga
(KK),
Fotokopi KTP/Paspor, dan Pasfoto 3 x 4
sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukkan Kartu Keluarga /
Surat
Nikah / Akte Kelahiran.

kartu

3.

Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual Account (VA)

4.

Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)

5.

Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk dicetakkan


JKN.

Pendaftaran selain di Kantor BPJS Kesehatan, dapat melalui Website BPJS Kesehatan
Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum (Pensiunan BUMN/BUMD)
Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan
hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi
formulir registrasi
dan formulir migrasi data peserta.

Anda mungkin juga menyukai