Anda di halaman 1dari 5

Minggu, 23 November 2014, 22:29

FOKUS

Kepala BPS Suryamin

Kami Siap Memotret Program Kementerian Baru


Data statistik, kini tidak hanya untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
Arinto Tri Wibowo, R. Jihad Akbar

Untuk lebih detailnya, VIVAnews mewawancarai


Kepala BPS, Suryamin, di kantornya, beberapa
waktu lalu. Berikut petikannya:

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin. (VIVAnews/Ikhwan)


Yanuar) (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)

VIVAnews - Penyediaan data statistik nasional,


kini tidak hanya untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi. Permintaan terhadap data statistik
semakin meningkat, seiring berkembangnya
indikator-indikator baru.

Dalam 10 tahun terakhir, indikator baru muncul


dan masih akan terus berkembang ke depannya.
Apalagi, ada acuan internasional di PBB, yakni
dari United Nations Statistics Division (UNSD)
yang setiap tahun membicarakan perkembanganperkembangan yang terjadi.
Akibatnya, perhitungan statistik makin
berkembang. Berkembang indikator lain, di
antaranya juga terkait indikator demokrasi.
Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) sudah
diminta untuk mengeluarkan survei indikator
perilaku antikorupsi dari masyarakat. Nanti,
diikuti indikator perilaku antikorupsi
penyelenggara negara.
BPS pun siap menyediakan data untuk
mendukung program dan visi misi pemerintahan
baru Joko Widodo dan Jusuf Kalla, terutama di
bidang kemaritiman hingga target swasembada
pangan.

Bagaimana Anda melihat perkembangan


statistik nasional saat ini?
Tentu, selain menyelenggarakan statistik nasional
di bidang ekonomi dan sosial, kini juga
berkembang data statistik lain yang cukup pesat.
Permintaan terhadap data statistik ini semakin
meningkat, seiring berkembangnya indikatorindikator baru.
Kalau kami, seperti biasa mengukur pertumbuhan
ekonomi berdasarkan sektor, rumah tangga
pemerintah, investasi, hingga ekspor-impor.
Demikian juga menurut sektor produksi,
pertanian, pertambangan, industri manufaktur,
konstruksi, listrik, air sampai ke perdagangan. Itu
terus kami lakukan.
Indikator sosial juga terus kami lanjutkan,
ketenagakerjaan, pengangguran, tingkat
pendidikan kemiskinan, dan lainnya. Tetapi, di
samping itu, berkembang juga 10 tahun terakhir
dan ke depannya masih akan terus berkembang,
indikator baru yang dituntut untuk disajikan, ini
tantangan untuk BPS.
Sebab, kami tidak bergerak sendiri, ada acuan
internasional di PBB, UNSD, yang setiap tahun
mengundang seluruh badan statistik di seluruh
dunia membicarakan perkembanganperkembangan yang terjadi. Sehingga,
perhitungan statistik makin berkembang.

hal 1/5

Berkembang indikator lain, di antaranya kami


sekarang di era demokrasi saja sudah dituntut
untuk mengeluarkan indikator demokrasi. Dulu
kan tidak terpikir, kemudian ada indikator baru
lainnya dalam rangka pemberantasan korupsi,
dituntuk juga bagaimana mengukurnya.
Sekarang, BPS sudah diminta untuk
mengeluarkan survei indikator perilaku
antikorupsi dari masyarakat. Nanti, diikuti
indikator perilaku antikorupsi penyelenggara
negara. Tetapi, itu belum. Kemudian, indikator
lain yang masih hangat, indikator kebahagiaan,
dulu nggak kebayang. Ini di internasional sudah
banyak yang melakukan, bahkan sudah dua atau
tiga tahun lalu, nah ini kami harus ikuti.
Karena untuk perbandingan di dunia, bukan saja
pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan
kemiskinan, tapi juga indikator-indikator ini
digunakan lembaga internasional untuk
membandingkan antarnegara. Jadi, tuntutannya
selama 10 tahun ini semakin berkembang dan di
masa depan tantangannya juga semakin besar.
Untuk indikator perilaku antikorupsi ini
permintaan siapa?
Di internasional ada indikator persepsi
antikorupsi, dengan sendirinya, sesuai anjuran
PBB, setiap negara, National Statistics Service
harus bisa menyajikan. Kami juga persiapkan
kebutuhan data untuk perubahan dari Millennium
Development Goals (MDGs) menjadi Sustainable
Development Goals (SDGS), pada 2015 harus
sudah berubah. Tentu, kami sebagai National
Statistics Service harus menyiapkan
kebutuhannya.
Misalnya, SDGs ini kan harus memasukkan
indikator lingkungan. Bagaimana mengukurnya,
variabel apa yang harus dikumpulkan di
lapangan, BPS banyak memberikan masukan
kepada PBB. Sebab, kami sudah banyak
pengalaman dalam hal ini. Semuanya ini di

negara lain juga sama dari MDGs ke SDGs, jadi


statistik terus berkembang.
Terkait visi dan misi pemerintahan Joko
Widodo-Jusuf Kalla, apa yang BPS siapkan?
Itu pasti akan menjadi perkembangan baru, dan
kami sudah bergerak. Misalnya, dengan adanya
kementerian baru, program-program baru kan
output-nya. Nah, bagaimana BPS sebagai
penyelenggara statistik harus bisa memotret,
seperti halnya memotret pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, dan kemiskinan.
Tetapi, ini kan tidak bisa langsung kami survei,
kami harus diskusi dulu bagaimana mengukur
keberhasilan program-program baru ini. Nah,
kami sudah bergerak dan diskusi dengan
Bappenas serta kementerian terkait. Misalkan ada
kementerian kemaritiman, nanti apa output-nya
dari pembangunan kemaritiman. Itu harus
dipetakan, apa program-program yang sudah
dijalankan di sektor kemaritiman, lalu bagaimana
mengukurnya, variabel-variabel apa yang harus
disurvei.
Pada akhirnya dijadikan indikator-indikator,
misalkan dalam memotret pertumbuhan ekonomi,
subsektor kemaritiman berapa besar
kontribusinya. Jadi, kami ikut membangun
indikator-indikator untuk menjadi suatu ukuran
sebagai bahan evaluasi dan perencanaan dalam
bidang itu. Khususnya, kementerian dan lembaga
yang baru, seperti apa. Kami harus ikuti apa yang
mau dibangun, nanti BPS memetakan dalam
bentuk data. Kami sajikan data-data tersebut
untuk bahan evaluasi.
Terkait kebutuhan data, apa yang sudah
disiapkan sebagai bahan acuan pemerintahan
baru?
Yang sudah ada kami siapkan. Kalau terkait visi
misi maritim, misalnya di sektor transportasi laut.
hal 2/5

Tetapi, memang ada yang belum kami survei, saat


ini kan baru beberapa yang disurvei, seperti
berapa banyak barang dan orang yang
menggunakan transportasi laut. Nah, apakah akan
dikembangkan lagi, kami akan koordinasi dengan
kementerian terkait dan Bappenas.
Perdagangan ekspor-impor biasa yang surveinya
sudah jalan menggunakan data yang ada di Bea
dan Cukai. Tetapi, kan pemerintah baru ingin
memperdalam survei sampai yang diselundupkan,
itu yang nanti kami diskusikan bagaimana
mengukurnya,
Bagaimana Anda melihat potret pertumbuhan
ekonomi selama 10 tahun terakhir?
Begini, pada 2004, pertumbuhan ekonomi itu
5,03 persen, 2005 naik 5,7 persen. Tetapi, dalam
perjalanannya sempat turun dan mencapai puncak
tertinggi pada 2011 sampai 6,5 persen. Tetapi,
setelah itu ada perlambatan, sehingga sampai
triwulan III-2014 secara kumulatif menjadi 5,11
persen. Jadi, ada penurunan. Ini bisa beberapa
faktor yang mempengaruhi.
Sektor apa yang paling berkembang?
Dilihat dari produksi sektor ekonomi yang
dominan masih tetap tiga, pertanian, industri
pengolahan, dan perdagangan. Itu mencakup dari
total PDB yang ada sekitar 52 persen. Dari sisi
konsumsi, paling kuat dan stabil adalah konsumsi
rumah tangga. Konsumsi pemerintah tidak terlalu
berkontribusi besar. Yang menunjukkan
perlambatan itu ekspor dan impor. Selama tahuntahun awal 10 tahun belakangan cukup tinggi.
Tetapi, tiga tahun ini mulai defisit, ada
kecenderungan melambat sehingga defisit.
Presiden Jokowi menargetkan swasembada
pangan, apa tanggapan Anda?
Pangan ini meningkat cukup bagus, ada tiga
komoditas yang cukup baik perkembangannya
dan mungkin bisa ditingkatkan, yakni beras,
jagung, dan kedelai. Tetapi, di samping itu ada

yang berpotensi tapi belum tergali, seperti


perikanan dan perkebunan.
Apa tantangannya?
Pangan ini kalau kami lihat ada tiga komoditas,
padi, jagung, dan kedelai, ini memang perlu
penyesuaian luas lahan. Sebab, antara tiga
komoditas ini lahannya tarik-tarikan. Kalau tidak
diperluas lagi, jika kemarau, padi berkurang,
beralih ke jagung dan kedelai. Makanya, harus
ada penambahan lahan.
Selain itu, hasil sensus penduduk, usia petanipetani kita cukup tua. Artinya, memang harus ada
upaya, minimal sosialisasi agar yang usia muda
ini lebih tertarik. Di sisi lain, masalah infastruktur
seperti irigasi, luas lahan, bibit, dan benih, itu
harus menjadi perhatian. Tentu, ada strategi baru
dari Kementerian Pertanian, penyuluh dan
sebagainya harus ditingkatkan.

Untuk target pertumbuhan ekonomi 7 persen,


apa yang harus menjadi fokus Pemerintahan
Jokowi?
Sektor pertanian harus diperhatikan, dan industri
manufaktur, karena perannya agak menurun.
Pertanian termasuk perikanan, peternakan,
perkebunan dan kehutanan. Nah, dua itu harus
dikaitkan dengan industri manufaktur. Kalau
melihat data, sekarang kan yang tinggi sektor
tertier, misalnya, jasa perdagangan, jasa
transportasi, dan sebagainya.
hal 3/5

Pertanian ini sektor premier, dan manufaktur


ditingkatkan, pertumbuhannya akan meningkat.
Sebab, kalau banyak yang dihasilkan dari
pertanian dan industri, maka yang
diperdagangkan akan meningkat lagi. Kalau lihat
data, sektor premier ini digenjot, dan hasil
pertanian tidak dijual dalam bentuk mentah,
diproses dulu. Dikaitkan dengan industri
manufaktur, apakah itu skala mikro kecil,
menengah atau besar, maka itu akan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Jadi, program Pak Jokowi mulai dari sektor
pertanian itu pas. Tinggal nanti dikaitkan ke
manufaktur, diproses dulu, dijual di dalam
maupun luar negeri. Selain itu, kalau diproses
dulu kan akan menciptakan lapangan kerja baru,
dan meningkatkan nilai tambah. Tidak
mengekspor singkong, tetapi digoreng dulu,
dikemas dijadikan makanan ringan, maka ada
industri yang tumbuh. Industrinya berkembang,
menciptakan lapangan kerja dan memberikan
nilai tambah.
Sektor pariwisata juga menjadi salah satu
andalan Presiden Jokowi untuk mendorong
perekonomian. Berdasarkan data, bagaimana
potensinya?
Potensinya besar, tapi masih kalah jauh dengan
negara lain. Padahal merupakan sumber
pertumbuhan. Berdasarkan pintu masuk, terlihat
potensi-potensi baru, misalnya Sumatera Utara,
itu harus dikembangkan. Banyak potensinya kita
punya, tinggal bagaimana meningkatkannya lagi.
Dengan promosi ke luar negeri melalui KBRI
misalnya.
Bagaimana dengan target 20 juta wisatawan
mancanegara untuk lima tahun ke depan?
Sekarang kan sembilan juta, harus kerja keras
capai itu. Kalau lima tahun nambah 11 juta, kan
dua juta lebih per tahun. Sementara itu, sekarang
trennya tidak sampai satu juta per tahun.

Mungkin promosi, infrastruktur, pelabuhanpelabuhannya dibenahi, objek wisatanya


dibangun kemudian keamanannya dipastikan.
Realistis bisa tercapai, hanya caranya mungkin
yang harus dibenahi. Intinya 10 tahun lalu lima
jutaan, sekarang sembilan juta lebih wisman.
Kalau lima tahun ke depan 20 juta, kerjanya harus
dua kali lipat. Pemerintah mungkin ada strategi
khusus.
Terkait inflasi, bagaimana potret dalam 10
tahun terakhir?
Selama ini cukup terkendali, mungkin naik pada
saat ada kenaikan-kenaikan harga BBM misalnya,
jadi tidak terhindari. Maka tinggal pengendalian
harga, supply-demand dan logistiknya bagaimana.
Kalau ke depan infrastruktur akan dibangun
besar-besaran, itu berarti memengaruhi distribusi
logistik. Nah, itu juga akan menjadi salah satu
faktor yang memengaruhi inflasi. Harga tidak
akan berfluktuasi, tetapi produksinya harus tetap
dipastikan.
Seberapa besar pangan mendorong inflasi?
Cukup besar, dan produk pertanian seperti beras,
umbi-umbian itu bobotnya hampir empat persen.
Tetapi, pangan bobotnya sekitar 20 persen
terhadap konsumsi, sehingga berpengaruh
terhadap inflasi. Sebab, inflasi kan dipengaruhi
perkembangan harga, baik makanan maupun non
makanan. Baik barang maupun jasa, non
makanan misalnya sewa rumah, pendidikan dan
sebagainya. Pangan kalau berfluktuasi, harganya
cukup tinggi maka akan berpengaruh terhadap
inflasi.

hal 4/5

Bagaimana kaitan inflasi dengan peningkatan


kesejahteraan rakyat dan menekan
kemiskinan?
Inflasi berpengaruh terhadap daya beli, itu
intinya. Secara langsung maupun tidak langsung
akan memengaruhi tingkat kesejahteraan
masyarakat dan akhirnya jika dapat dikendalikan
atau diredam, kemiskinan dapat ditekan.

Apa tantangan BPS ke depan dalam


pemutakhiran data?
Tantangan yang kami hadapi makin berkembang.
Ekonomi makin berkembang, kebebasan
masyarakat berkembang juga, maka agak sulit
mencari data. Ada kecenderungan yang sedikit
meningkat kesulitannya, terutama responden
perusahaan-perusahaan. Karena ada dua
responden yang kami survei, rumah tangga dan
perusahaan. Nah, untuk perusahaan ada
kecenderungan menjadi sulit, kami harus
mendatangi berkali-kali. Tetapi, tantangan itu
seninya. (asp)

hal 5/5

Anda mungkin juga menyukai