Anda di halaman 1dari 14

Konsep Dasar Ekologi Tumbuhan

Konsep Dasar Ekologi Tumbuhan


1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan ekologi tumbuhan adalah ilmu
pengetahuan yang secara spesifik mempelajari interaksi tumbuh tumbuhan dengan
lingkungannya.
2. Lingkungan sebagai suatu faktor ekologi yang terdapat di sekitar tumbuh-tumbuhan
dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik.
Lingkungan biotik (makhluk hidup) adalah lingkungan yang terdiri dari semua unsur
makhluk hidup yang ada (tumbuhan, hewan atau mikrobiota) dan lingkungan tak
hidup (abiotik), misalnya habitat, air, dan cahaya.
3. Habitat sebagai faktor lingkungan tempat tinggal makhluk hidup dalam melaksanakan
kehidupannya akan mempengaruhi kehidupan tumbuh-tumbuhan dan makhluk
lainnya. Misalnya air, bahan-bahan mineral dan nutrien, serta cahaya matahari adalah
faktor abiotik yang berguna untuk proses sintesis. Hasil fotosintesis tersebut, misalnya
karbohidrat kemudian dapat dimanfaatkan pula oleh makhluk hidup lain sebagai
sumber energi.
4. Dalam suatu sistem ekologi, tumbuhan sebagai satu kesatuan makhluk hidup secara
individu disebut jenis atau spesies, yang kemudian berkelompok dengan sesama
jenisnya membentuk populasi tumbuhan. Kumpulan berbagai jenis tumbuhan
bersamasama membentuk komunitas tumbuhan.
5. Dalam Ekologi Tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek ekologinya hanya
pada tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja. Kajian tersebut dinamakan
autekologi (ekologi populasi), misalnya tentang aspek tahap-tahap kehidupannya atau
respon dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Jika kajiannya meliputi
berbagai populasi tumbuhan dari bermacam-macam jenis (masyarakat tumbuhan)
maka kajiannya disebut sinekologi (ekologi komunitas), misalnya interaksi tumbuhtumbuhan satu sama lain dalam memanfaatkan air dan nutrien atau persebarannya.

KONSEP EKOLOGI, KOMUNITAS, DAN POPULASI TUMBUHAN

KONSEP EKOLOGI, KOMUNITAS, DAN POPULASI


TUMBUHAN
1. Terdapat berbagai sistem ekologi atau ekosistem di biosfer atau ekosfera bumi pada
lingkungan terestris atau lingkungan akuatik yang menjadi habitat makhluk hidup (tumbuhtumbuhan, hewan, dan mikrobiota) tinggal dan melaksanakan kehidupannya berinteraksi
dengan lingkungan hidupnya.
2. Proses kehidupan yang berlangsung dalam sistem ekologi atau ekosistem tersebut pada
dasarnya memiliki prinsip-prinsip ekologi yang menjadi dasar interaksi atau hubungan timbal
balik antara komponen penyusun ekosistem.
3. Dalam ekologi tumbuhan prinsip-prinsip ekologi tersebut berkaitan dengan jenis dan
struktur ekosistem, komponen-komponen penyusunnya, fungsi ekosistem, habitat atau tempat

tinggal tumbuhtumbuhan dan biota lainnya, serta relung ekologi (fungsi makhluk hidup di
habitatnya), macam-macam interaksi yang berlangsung dalam ekosistem, dan sebagainya.
4. Komponen penyusun ekosistem antara lain, terdiri dari komponen biotik (makhluk hidup)
dan komponen abiotik (habitat dan lingkungan) atau menurut komponen makhluk hidup
sebagai penyusun ekosistem antara lain dapat digolongkan menurut perolehan energi menjadi
komponen ototrof (tumbuhan hijau) dan komponen heterotrof (hewan dan mikrobiota) atau
menurut jenisnya dikenal ekosistem terestris (darat) dan akuatik (perairan: perairan tawar dan
laut).
5. Dalam ekosistem tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang penting, antara lain dapat
mengubah kondisi habitat dan lingkungannya, seperti mengurangi radiasi sinar matahari,
mengatur iklim, atau membentuk humus mengikat energi matahari menjadi energi kimia
melalui proses fotosintesis dan menjadi menjadi sumber energi dan sumber nutrisi dengan
adanya kandungan unsurunsur organik maupun anorganik, energi yang berguna untuk
makhluk hidup lainnya.
6. Seluruh unsur makhluk hidup dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, hewan atau
mikrobiota dalam sistem ekologi membentuk suatu komunitas. Suatu komunitas tumbuhtumbuhan adalah sekelompok individu (jenis) tumbuhan yang menempati habitat
tertentu.Penelaahan ekologi komunitas diperlukan untuk memahami berbagai proses yang
terjadi dalam ekosistem, misalnya terbentuknya suatu komunitas rumput, komunitas pakupakuan atau komunitas hutan.
7. Konsep komunitas tumbuhan penting dalam penelitian ekologi, karena apa yang terjadi
dalam suatu komunitas akan mempengaruhi makhluk hidup lainnya dalam komunitas
tersebut. Misalnya dalam pemberantasan gulma di perkebunan yang menjadi saingannya bagi
tanaman budidaya.
8. Dalam ekologi tumbuhan secara umum yang dimaksud dengan populasi adalah
sekelompok individu tumbuh-tumbuhan sejenis, seperti pohon karet yang ditanam di
perkebunan, tanaman padi di sawah, dan lain lain. Dalam ekosistem, populasi tumbuhan
tidaklah statis karena dipengaruhi oleh pertambahan atau pengurangan anggota populasi
sepanjang waktu. Perubahan populasi dapat diketahui dari berbagai sifat populasi yang
mejadi ciri-ciri populasi, seperti kerapatan populasi, natalitas, mortalitas, pertumbuhan atau
persebaran populasi. Salah satu sifat populasi yang bersifat numeric dan struktural adalah
kerapatan jenis, yaitu jumlah individu tumbuhan per satuan luas. Dengan kerapatan dapat
ditentukan perkembangan populasi dan sifat persebarannya.

CAHAYA DALAM KAJIAN EKOLOGI TUMBUHAN


Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya
dengan sistem ekologi, yaitu:
a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.

b. Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.


c. Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
1. Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang elektromagnetik dengan berbagai
panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas
atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan
perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu
merupakan faktor ekologi yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39
7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan demikian
panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat
bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi
fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di
permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat
sulit untuk diserap oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas cahaya ini dapat
merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi
terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi
panjang
2. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor
lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini
sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit
cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah, cahaya matahari menembus
atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer
yang tembus berada dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang yang tinggi
matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer,
dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih
banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
3. Kepentingan Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan

dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu
menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar.
Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali
dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama
kemampuan di dalam mensisntesis protein.
4. Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah
cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan
sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju
fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan
tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.
Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat mengimbangi
kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini
akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.
5. Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi
disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang
rendah, dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita),
metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan
siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
6. Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik
kompensasinya.
7. Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi
kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya
dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga
cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya
sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.
8. Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fisiologis dari
tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar
matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.

Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang
tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim
panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin.
Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
a. Tumbuhan berkala panjang; tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam
untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
b. Tumbuhan berkala pendek; tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam
untuk terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.
c. Tumbuhan berhari netral; tTumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk
proses perbungaannya, misalnya tomat.
Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal,
maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah
laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang
mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya
dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.

SUHU DALAM KAJIAN EKOLOGI TUMBUHAN


Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap
fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut,
sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air.
Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga
laju kehilangan air dari organisme.
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor
lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi
oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol
fungsi- fungsi dari organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu
yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum atau keadaan harga
rata- ratanya yang penting.
Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada dalam kondisi
terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya mempunyai variasi baik

secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan
dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi dan jarak dari laut.
Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan.
Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar
hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ), bersama- sama dengan
putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi suhu di alam tempat tumbuhan hidup.
Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung pada lintasan awan,
bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas
dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan demikian suhu akan naik
dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat
petang mulailah terjadi penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar
dibandingkan dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan
bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi
berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah dari suhu udara
disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang paling
tinggi akan terjadi di daerah antara ombak di tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang dipantulkan,
makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap.
Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon pada
pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar
air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan bebas maka tidak ada
perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak
menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu mereduksi
pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara dibawah
rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air,
akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah
akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh terhadap iklim
mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu
yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang
bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduksi suhu sebanding
dengan 450 km perjalanan arah ke kutub.

Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi ini
akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.
Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara 00 C sampai dengan 500
C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum
yang diperlukan untuk aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan organisme hidup
dikenal dengan suhu kardinal.
Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu
yang terus- menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya.
Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak
dapat mentoleransi suhu di bawah 150 180 C, sedangkan untuk biji- bijian tidak bisa hidup dengan
suhu di bawah minus 20 C minus 50 C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa
mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya mempunyai kisaran
toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan.
Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda
tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim.

AIR DALAM KAJIAN EKOLOGI TUMBUHAN


Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air seluruh
organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena
dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah.
Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang
bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3. Air terdapat
dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di danau,
sungai, air tanah (ground water) dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan
dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Effendi, 2003).

a. Sifat air
Menurut Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki karakteristik yang khas yang
tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, yaitu.
1. Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa maka pada suhu
ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair. Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan

cenderung berbentuk gas.`Air yang berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu
ruang karena adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air, sehingga tiap molekul air
akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi gas.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang
baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan
suhu yang lambat ini mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang
mendadak dan juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup.
3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah energi yang dibutuhkan
untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oC. Sedangkan panas laten fusi adalah energi yang dibutuhkan
untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC. Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan
untuk panas laten fusi adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air ini
penting artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan hidrogen harus diputus agar
air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air akan tinggi. Tapi pada kenyataannya
tidaklah demikian, karena pada air dalam keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama
oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus.
Inilah yang menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah ini menyebabkan air
menjadi pelarut yang baik, sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut dapat diangkut ke seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan mampu mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan
mengeluarkannya ke luar tubuh.
5. Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik antara molekul air
dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan polisakarida penyusun dinding sel) akan
mudah terjadi. Adhesi merupakan daya tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi
adalah daya tarik menarik antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air
dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan xilem. Selain itu juga menyebabkan
adanya tegangan permukaan yang tinggi, ini memungkinkan air mampu membasahi suatu bahan
secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini berarti es memiliki
kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah dibandingkan air. Dengan demikian es
akan mengapung di atas air. Sifat ini mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim
dingin hanya membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih bisa bertahan hidup.
b. Jenis jenis air
Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan tidak dapat
dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer yaitu lapisan yang bersifat porous
(mampu menahan air) dan permeable (mampu memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat
lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air (residence

time) berlangsung lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air tanah preatis dan air tanah
artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta
berada di atas lapisan kedap air/impermeable. Sedangkan air tanah artesis merupakan air tanah
yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan bumi dan tidak
terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang,
dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan tergenang
(lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa.
Pada umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-0,01 m/detik) sehingga
waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama. Perairan mengalir salah satunya adalah
sungai, sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang dengan kecepatan arus berkisar
antara 0,1-1,0 m/detik.
c. Sumber air
Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung atau melalui
pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain :
1. Air dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi secara langsung untuk
kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air PDAM yang akan diminum harus direbus dahulu.
Namun air PDAM ini kadang belum tersedia diberbagai tempat.
2. Air hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di udara yang ketika turun
melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori dan mencemari air hujan seperti: gas (O2,
CO2, N2, dll), jasat renik, debu, kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran
talang/genteng rumah di tampung dalam bak penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan
pengotor dan pencemar yang berasal dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal
penampungan air hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi saringan dari
ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu.
3. Mata air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air mata air berasal
dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul keluar tanah kembali karena kondisi
batuan geologis didalam tanah. Kondisi geologis mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya
kualitasnya baik dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum
diminum.
4. Air tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam bumi. Air tanah
dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Bagaimana mendapatkan air tanah
caranya adalah dengan mengebor atau menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah
adalah:
1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan menaikkan airnya
dengan ditimba.

2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan
menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan
airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.
5. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air irigasi, air laut dan
sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai sebagai bahan air bersih dan air
minum tetapi perlu pengolahan. Air permukaan sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh
bahan pengotor dan pencemar yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air
permukaan. Karena sifatnya yang demikian maka sebelum diminum air permukaan perlu diolah
terlebih dahulu sampai benar-benar aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih atau air minum.
d. Siklus air (water cycle)
Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai fase, mulai dari bentuk
uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling
penting dalam atmosfer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter. Bila
seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi
akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga
bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua
bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.
Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi setiap saat. Dalam
proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan wujud, sifat dan mutu ataupun air tetap
dalam kondisi awal (Tersiawan, 2005). Secara garis besar transformasi itu dapat berupa evaporasi,
transpirasi, kondensasi, presipitasi dan perkolasi.
Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian akan mengalir ke
permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara di laut atau di danau. Sebagian
lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir di dalam tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai air
tanah.
Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari akan membuat air
laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air dari makhluk hidup pun ikut mengalaminya
(evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air mendingin dan menjadi mampat terbentuklah awan yang
kemudian digerakkan oleh angin.
Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang memiliki tekanan temperatur
yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa oleh angin ini melalui daerah pegunungan, maka
gerakannya akan terhalang dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan
semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung uap air
tadi mencapai titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali ke
bumi sebagai air hujan (presipitasi).

Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih rendah, dan sebagian
diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus menuju ke laut atau ke danau dan apabila terkena
sinar matahari akan menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian
dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah seterusnya siklus dari air
yang berulang secara bergantian. Adapun proses siklus hidrologi dapat dilihat pada
http://herrywidayat.files.wordpress.com/2009/01/water_cycle.jpg)
e. Peranan Air bagi Tumbuhan
Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi tumbuhan yaitu antara lain :
1. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan dari semua makhluk
hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon tersusun atas air. Cairan yang mengisi sel
memiliki peran dalam menjaga substansi tetap dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi
metabolisme.
2. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringan-jaringan yang tidak
berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup air, maka sel-sel tersebut akan berada
dalam keadaan kokoh. Air yang ada dalam sel tumbuhan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu
tekanan yang disebut tekanan turgor. Dengan adanya tekanan turgor tersebut akan menyebabkan
sel mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai akan menyebabkan terjadinya proses
plasmolisis.
3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut materi dan nutrisi di
sekitar tubuhnya, dan menyalurkan materi dan nutrisi tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai
substansi yang terlarut dalam air.
4. Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari proses transpirasi
tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air. Hilangnya sebagian air dari tumbuhan akan
mendinginkan tubuh tumbuhan tersebut dan menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan
sehingga suhu tanaman menjadi konstan.
5. Pelarut dan medium reaksi biokimia
6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel)
7. Bahan baku fotosintesis
f. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim
Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu yang tinggi bisa juga
memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi tumbuhan. Bila musim kering itu bersifat
periodik dan merupakan karakteristik daerah tersebut, maka tumbuhan yang ada disekitarnya akan
memperlihatkan penyesuaian dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap lingkungannya
tergantung pada tumbuhan tersebut.

Warning mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya terhadap air, yaitu antara lain
:
1. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah yang tergenang
secara permanen.
2. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan berkadar garam tinggi.
3. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
4. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang tidak terlalu ekstrim.

HABITAT, RELUNG (NICHE) EKOLOGI, DAN INTERAKSI TUMBUHAN


DALAM EKOSISTEM
1. Habitat makhluk hidup adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan
kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya dapat bermacam-macam, seperti
perairan, daratan, hutan atau sawah.
2. Istilah habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi
atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem.
3. Bagi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya, sebagai habitat selain lokasi atau tempat yang bersifat
fisik juga berbaga jenis hubungan (asosiasi) yang terjadi dalam habitat tersebut. Pada umumnya
tumbuhan dan makhluk hidup lainnya mempunyai preferensi ekologi (persyaratan faktor ekologi
yang dibutuhkan untuk hidupnya yang sesuai) tertentu. Misalnya tumbuhan mangrove mempunyai
preferensi ekologi habitat rawa payau di tepi pantai yang berlumpur dengan salinitas bervariasi
sesuai dengan frekuensi, kedalaman dan lumpur, dan ketahanan jenis mangrove terhadap arus dan
ombak.
4. Berbagai jenis tumbuhan mempunyai habitat yang berbeda-beda, serupa atau sama sesuai
dengan preferensi ekologinya. Berdasarkan kondisi habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu habitat
mikro dan habitat makro. Habitat makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi
lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan
tropika, dan sebagainya. Sebaliknya habitat mikro merupakan habitat local dengan kondisi
lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau berlumpur
lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya.
5. Relung atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara
hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara
alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti
bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai

dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada.
6. Dalam ekologi, seluruh peranan dan fungsi makhluk hidup dalam komunitasnya dinamakan relung
atau niche ekologi. Jadi relung ekologi merupakan semua faktor atau unsur yang terdapat dalam
habitatnya yang mencakup jenis-jenis organisme yang berperanan, lingkungan, dan tempat tinggal
yang sesuai dan spesialisasi populasi organisme yang terdapat dalam komunitas.
7. Relung ekologi bukan konsep yang sederhana, melainkan konsep yang kompleks yang berkaitan
dengan konsep populasi dan komunitas. Relung ekologi merupakan peranan total dari semua
makhluk hidup dalam komunitasnya.
8. Dalam ekologi tumbuhan, setiap jenis tumbuhan akan mempunyai relung ekologi yang
menentukan struktur komunitas dan menunjukkan pola adaptasi di habitatnya. Relung ekologi
merupakan milik yang mewakili anggota komunitas tumbuhan di habitat tersebut.
9. Dalam pengertian yang lebih luas, relung ekologi tumbuhan tidak saja berkaitan dengan fungsi
ekologi tumbuhan dalam ruang fisik (habitat) tempat tumbuh-tumbuhan tumbuh dan berkembang,
tetapi juga berkaitan dengan peranannya dalam komunitas, apakah peran dalam habitatnya, dalam
jenjang makanannya atau dalam multi dimensi yang berhubungan dengan pH tanah atau iklim.
Menurut aspek-aspek tersebut, dikenal relung habitat, relung jenjang makanan, dan relung
multidimensi atau relung geografi.
10. Dalam ekosistem, berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dalam habitat dan relung
ekologi masing-masing hidup bersama dan berinteraksi. Interaksi yang terjadi antara tumbuhan dan
makhluk hidup tersebut, merupakan interaksi yang terjadi antara tumbuh-tumbuhan dengan
tumbuhan, antara tumbuhan dan hewan/manusia atau antara tumbuhan dengan mikrobiota.
11. Hubungan atau asosiasi yang terjadi antara tumbuhan dengan makhluk hidup yang lain dapat
bersifat netral (0, 0; tidak saling merugikan), bersifat positif (+, +) menguntungkan satu atau kedua
individu yang beriteraksi atau bersifat negatif (-, -) yang merugikan antara kedua individu yang
berinteraksi.
12. Berdasarkan hubungan atau asosiasi tumbuhan dengan makhluk hidup yang dapat bersifat
netral, positif atau negatif: dikenal beberapa tipe interaksi; diantaranya adalah interaksi: netralisme
(0, 0), protokoperasi (+, +), mutualisme (+, +), komensalisme (+, 0), amensalisme (-, 0), parasitisme
(+, 0), predasi atau pemangsaan (+, -), dan kompetisi atau persaingan (-, -).

STRUKTUR DAN FUNGSI EKOSISTEM

STRUKTUR DAN FUNGSI EKOSISTEM


1. Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya
sistem pemrosesan energi dan perputaran materi oleh komponen-komponen ekosistem dalam
waktu tertentu.

2. Struktur ekosistem adalah suatu kajian ekosistem menguraikan hal ikhwal tentang makhluk
hidup, habitat, dan lingkungan sebagai Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! penyusun komponen biotik dan abiotik, serta
menjelaskan wilayah lingkungan fisik dan persebaran nutrien.
3. Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen abiotik yang terdiri dari habitat seperti
tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi makhluk hidup termasuk
cahaya matahari dan iklim, dan komponen biotik yang terdiri dari semua unsur makhluk
hidup, tumbuhan, hewan, dan mikrobiota; yang tersusun dari unsur ototrof sebagai produsen
(tumbuhan hijau), unsur heterotrof sebagai konsumen dan dekomposer.
4. Secara fungsional sebagian besar peran dan fungsi ekosistem adalah melaksanakan proses
fotosintesis, proses dekomposisi (penguraian materi), dan proses alir energi dan daur
biogeokimiawi.
5. Operasionalisasi fungsi ekosistem berlangsung secara bertahap, melalui proses
penerimaan/fiksasi energi radiasi cahaya matahari, penyusunan materi organik dari bahanbahan anorganik oleh produsen, pemanfaatan komponen produsen oleh komponen konsumen
dan perombakan bahan-bahan organik oleh decomposer dari makhluk hidup yang telah mati
menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana, yang dapat dimanfaatkan ulang oleh
produsen dan konsumen kembali.
6. Operasionalisasi fungsi ekosistem tersebut tidak saja melibatkan proses alir atau transfer
energi, produksi, pertumbuhan, perkembangan, dan kematian dari semua unsur-unsur
makhluk hidup yang kemudian akan mengalami dekomposisi dan daur biogeokimiawi.
Dalam proses fungsi ekosistem tersebut, juga akan berlangsung interaksi secara timbal balik
antara komponen ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai