ISSN 2088-4532
) Peneliti pada Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala,
Jl. Tgk Abdurrahman, G ampong Pie, Banda Aceh, Indonesia
2
) Progam Studi Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
) Progam Studi Fisika, FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
4
) Progam Studi Kimia, FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
5
) Progam Studi PGSD, FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Abstract
This study is aimed to find the impact of disaster training that had ever been conducted in primary and secondary
schools during post-tsunami in Aceh. The methodology used was descriptive qualitative. This study was conducted in
Calang, Aceh Tengah, dan Pidie Jaya. Subjects in this study are school committees, school supervisors, principals,
teachers and students. Results of the study showed that disaster training those had been conducted in Calang was
disaster risk reduction (DRR) training that coordinated by Indonesian Red Cross. In addition, knowledge of DRR in
three school samples in each area were found to be limited to natural disaster, however they had not understood about
DRR. The preparedness of school community in DRR was still focused on knowledge regarding safety actions only, but
it was not on DRR skill.
Keyword: post tsunami disaster training, schools community, and preparedness of disaster risk reduction
1. PENDAHULUAN
58
ISSN 2088-4532
1.4 Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang d iharapkan dari penelitian ini adalah:
- Identifikasi bentuk pendidikan dan pelatihan
kebencanaan yang pernah diperoleh komunitas
sekolah.
- Diketahui tingkat pemahaman
yang dimiliki
komunitas sekolah tentang kebencanaan
- Diketahui kesiapan sekolah dalam menghadapi
bencana yang mungkin terjadi
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Banyaknya peristiwa bencana di dunia pada awal abad
ke-21, sebanyak 168 negara, termasuk Indonesia untuk
segera membangun komitmen global dalam
pengurangan risiko bencana. Atas dasar komitmen
tersebut kemudian dituangkan dalam Hyogo
Framework for Action tahun 2005. Peristiwa bencana
alam yang terjadi di Aceh dan komitmen Indonesia
pada Hyogo Framework for Action memberi kesadaran
bagi Indonesia untuk mewujudkannya komitment
tersebut
menjadi kebijakan
nasional dalam
penanggulangan
bencana,
yaitu
dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. UndangUndang tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap
orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak
terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi
bencana.
Melalui pendidikan
dan
pelatihan
kebencanaan diharapkan dapat mengurangi resiko
bencana dengan sasaran yang lebih luas dan dapat
dikenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta
didik melalui pengintegrasian pendidikan pengurangan
ris iko bencana ke dalam kurikulum sekolah.
ISSN 2088-4532
program Safer Communities through Disaster Risk
Reduction in Development (SC DRR) sejak bulan
September 2007. Program SC DRR bertujuan untuk
membangun masyarakat yang aman dari ancaman
bencana melalui berbagai upaya pengurangan risiko
bencana. Sesuai dengan mandat Undang-Undang
24/2007 tentang Penanggulangan Bencana ditegaskan
bahwa
pengurangan
risiko
bencana
harus
diintegrasikan kedalam proses pembangunan, yang
salah satunya adalah sektor pendidikan. Melalui
pendidikan, upaya pengurangan risiko bencana
diharapkan dapat dikenalkan kepada anak-anak sejak
dini. Bahkan pada acara Latihan Evakuasi menghadapi
Bencana Tsunami (Tsunami Drill) di Banten pada
Desember 2007 yang lalu, Bapak Presiden telah
menghimbau kepada Menteri Pendidikan Nasional dan
Menteri Dalam Negeri untuk mendorong daerah untuk
integrasi PRB kedalam s istem pendidikan sekolah.
4. HASIL PENELITIAN
Berikut adalah hasil temuan penelitian yang
dikelompokkan
menjadi identifikasi pelatihan,
kesiapsiagaan komunitas sekolah, dampak pelatihan
kebencanaan, yang dibagi atas 3 wilayah sampel
penelitian yaitu Aceh Jaya, Aceh Tengah dan Pidie
Jaya.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif,
menggunakan teknik observasi, wawancara, FGD
(Focused group discussions) atau diskusi kelompok
terfokus sebagai metode pengumpulan data. Sasaran
penelitian ini adalah komunitas sekolah yang terdiri
dari komite sekolah, kepala sekolah, guru, dan siswa.
ISSN 2088-4532
karena itu perlu dilakukan pendidikan kebencanaan
mengingat daerah kabupaten Aceh Tengah yang rentan
terhadap bencana.
a.
ISSN 2088-4532
menjawab gempa bumi merupakan fenomena alam
yang dapat menyebabkan bencana. Selanjutnya,
tsunami (62,3%), tanah longsor (63,11%), badai
(56,56%), gunung api (65,57%) dan banjir (60,66%).
Hal ini mungkin d isebabkan karena di Kabupaten Aceh
Tengah pernah terjadi gempa bumi yang menimbulkan
kerusakan pada bangunan sekolah sampel.
Tentang bencana alam yang dapat mengancam
masyarakat sekitar sekolah, maka jumlah responden
memilih banjir yaitu sebesar 95,9%, tanah longsor
(100%), gunung meletus (100%), gempa bumi (100%),
dan tsunami (100%).
Jawaban responden ini
mengind ikasikan bahwa semua bencana alam, yaitu
banjir, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi,
dan tsunami, menurut responden adalah merupakan
bencana alam. Berdasarkan persentase jawaban
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa responden
sudah memahami jenis-jenis bencana yang menjadi
ancaman bagi masyarakat di sekitar mereka tinggal.
Sebab secara geografi, Kabupaten Aceh Tengah tengah
berada di daerah pegunungan, sehingga sangat besar
kemungkinan akan mengalami gempa bumi, dan tanah
longsor. Sehingga, jawaban responden diduga
berdasarkan pengalaman bencana alam yang terjadi di
daerah tersebut. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa pada sekolah sampel di
Kabupaten Aceh Tengah sudah leb ih memahami
berbagai ancaman bencana yang mungkin d ialami o leh
masyarakat di sekitar.
4.2.3
Pemahaman Komunitas Sekolah Terhadap
Bencana di Kabupaten Pidie Jaya
Berdasarkan hasil kuesioner pada tiga sekolah sampel
di kabupaten Pidie Jaya yakni SD Lancang Baro, SD
Musa Baroh, dan SMP 5 Bandar Baru kabupaten Pidie
Jaya diperoleh temuan sebagimana dijelaskan berikut.
a. Pengetahuan komunitas sekolah terhadap
kebencanaan
Tentang fenomena alam yang dapat menyebabkan
bencana, 71 siswa yang dijadikan responen Pidie Jaya,
diperoleh jawababan yaitu gempa bumi (98,6%),
tsunami (83,1%), tanah longsong (84,5%), badai
(98,6%), gunung api (83,1%) dan banjir (96,6%).
Pemahaman siswa tentang tentang bencana alam yang
menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar sekolah di
Pidie Jaya, dari 71 respondent (siswa) yang memberi
jawaban ya adalah banjir (46,5%), gempa bumi
(42,3%), tsunami (77,5%). Berdasarkan prosentase
jawaban responden tersebut dapat dikatakan bahwa
sebagian besar responden menganggap jenis bencana
alam yang menjadi ancaman bagi masyarakat Pid ie
Jaya adalah tsunami, banjir, dan gempa bumi. Hal ini
karena Pidie Jaya merupakan daerah yang terkena
dampak Gempa dan Stunami 2004 dan daerah Pidie
Jaya sering mengalami banjir. Sedangkan gunung api
dan longsor dianggap idak merupakan ancaman bagi
masyarakat Pidie Jaya karena secara geografis Pidie
Jaya berada pada daerah pesisir yang rawan banjir.
ISSN 2088-4532
menunjukkan bahwa 90,1% responden memilih opsi
tindakan penyelamatan yakni berlari keluar saat
gempa, hal ini disebabkan karena sekolah sampel di
Pidie Jaya seluruhnya berlantai satu. Sehingga mereka
lebih mudah untuk berlari keluar ruangan.
b.
4.3 PEMBAHASAN
4.3.1 Kerentanan Geologis dan Geografis Wilayah
Provinsi Aceh
Wilayah Aceh terletak di dekat pertemuan tiga
lempeng yakni lempeng Pasifik, lempeng Eurasia dan
lempeng Australia. Sehingga, semua kawasan di Aceh
memiliki potensi terjadi gempa bumi, sedangkan
kawasan pesisir barat selatan yang berhadapan
langsung dengan Lautan Hindia mempunyai potensi
tsunami lebih besar dibandingkan kawasan wilayah
timur utara. Letak geografi sekolah dasar di tiga zona
yang diteliti memiliki kerentanan yang tinggi terhadap
bencana.
63
ISSN 2088-4532
untuk memberi tanda bila terjadi bahaya bencana jika
sudah disepakati oleh komunitas sekolah.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini dapat dihasilkan beberapa
kesimpulan yaitu
64
ISSN 2088-4532
1.
2.
3.
6. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka
dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pelatihan PRB selama ini belum
dilakukan secara optimal dan merata di sekolahsekolah sampel di ketiga daerah Calang, Pidie
Jaya, dan Aceh Tengah. Oleh karena itu pelatihan
PRB perlu diadakan secara merata dan terus
ditindak
lanjuti
untuk
meningkatkan
kesiapsiagaan dan menambah pengetahuan PRB
bagi komunitas sekolah.
2. Perlu adanya kebijakan dan komitmen dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tentang
PRB di sekolah-sekolah.
3. Sekolah-sekolah perlu membuat peta rawan
bencana dan peta evakuasi sebagai informasi bagi
komunitas sekolah untuk PRB