Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir. Perkembangan
bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat diandalkan dan bertahan
lebih lama. Sistem adhesif yang lebih baru menghasilkan kekuatan perlekatan yang tinggi pada
dentin yang lembab dan kering, dengan pembuangan smear layer secara keseluruhan ataupun
sebagian. Akan tetapi, kekuatan perlekatan dapat bervariasi tergantung pada kelembaban
intrinsik dentin, daerah yang dietsa, dan bahan adhesifnya.
Kata adhesif berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti melekatkan. Secara terminologi,
adhesi adalah suatu proses interaksi zat padat maupun cair dari suatu bahan (adhesive atau
adherent) dengan bahan yang lain (adherend) pada sebuah interface. Dental adhesion biasanya
disebut juga dengan dental bonding. Kebanyakan keadaan yang berhubungan dengan dental
adhesion akan melibatkan adhesive joint. Adhesive joint adalah hasil interaksi lapisan bahan
intermediet (adhesive atau adherent) dengan dua permukaan (adherend) menghasilkan dua buah
adhesive interface. Enamel bonding agent yang melekat di antara enamel yang dietsa dan bahan
resin komposit, merupakan dental adhesive joint yang klasik.
Perlekatan yang kuat bahan tumpatan pada dentin sulit didapatkan bila dibandingkan
ke permukaan enamel meskipun telah dilakukan pengetsaan asam. Hal ini disebabkan adanya
komponen tertentu yang dimiliki dentin seperti struktur tubulus dentin, kelembaban intrinsik
dentin dan bersifat lebih hidrofilik dibanding enamel.Beberapa faktor yang memberikan
pengaruh pada perlekatan dentin antara lain komposisi dari dentin (dentin mengandung air lebih
banyak 12%, kolagen 18% dan hidroksiapatit 70%), adanya cairan di dalam tubulus dentin,
prosesus odontoblast yang terdapat pada tubulus dentin, jumlah dan lokasi dari tubulus dentin,
serta keberadaan smear layer. Smear layer tersebut dapat menutup tubulus dentin dan berperan
sebagai barrier difusi sehingga mengurangi permeabilitas dentin.
Sistem adhesif generasi ke-7 menggunakan sistem self-etching sebagai karakteristik
utamanya, yaitu sistem one-step self-etching. Sistem adhesif ini disebut juga dengan all-in-one
adhesive system,ketiga langkah etsa, priming, dan bonding resin telah digabung,dalam satu
kemasan dengan air, etanol atau aseton. Aplikasi dari asam primer menyebabkan demineralisasi
dentin dan penetrasi adhesif. Air dan monomer hidrofilik merupakan komponen penting yang
akan menghasilkan ion hidrogen yang diperlukan untuk melarutkan dan mendemineralisasi
gigi.Etanol dan/atau aseton juga mendukung kelarutan monomer resin.
Untuk mendapatkan perlekatan ke dentin yang stabil, sistem adhesif self-etch harus berpenetrasi
melewati smear layer ke dalam dentin. Sistem adhesif one-step self-etching mengandalkan
demineralisasi sebagian dari permukaan dentin oleh monomer asam untuk menghilangkan smear
layer serta mengekspos serat kolagen untuk penetrasi monomer resin.
Efek pengetsaan sistem adhesif one-step self-etching berhubungan dengan interaksi monomer
fungsional asam dengan komponen mineral substrat gigi, dan membentuk kesatuan antara
permukaan gigi dan adhesif oleh demineralisasi yang simultan dan penetrasi resin. Sistem
adhesif one-step self-etching harus mengandung air serta monomer hidrofilik yang larut terhadap
air seperti 2-hidroksietil metakrilat (HEMA), sehingga monomer asam dapat penetrasi ke dalam
dentin yang hidrofilik. Kedalaman demineralisasi selama aplikasi adhesif tergantung pada tipe
monomer asam, konsentrasinya, dan lamanya aplikasi serta komposisi dentin.
Sistem adhesif one-step self-etching adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk
restorasi karena dapat digunakan dengan mudah dan dirancang untuk digunakan pada dentin
yang kering, Walaupun tidak bisa mendapatkan dentin yang kering, permukaan dentin dapat
dikeringkan setelah preparasi kavitas.
Tujuan aplikasi bahan adhesif one-step self-etching adalah untuk memudahkan prosedur restorasi
dengan
mengurangi
langkah-langkah
yang
dibutuhkan
dalam
prosedur
bahan
adhesif.Keuntungan lain dari sistem adhesif one-step self-etching yaitu sistem adhesif ini tidak
teretsa terlalu jauh ke dalam dentin di bawah smear layer. Pada sistem ini, smear layer tidak
disingkirkan sehingga sensitivitas post-operative, yang disebabkan infiltrasi resin yang tidak
sempurna pada tubulus dentin, dapat dikurangi. Secara klinis, sistem one-step self-etching ini
tidak hanya mengurangi jumlah tahap aplikasi, tetapi juga menghilangkan beberapa sensitivitas
teknik dari sistem total-etching. Meskipun lapisan hybrid dangkal, kekuatan perlekatan resin ke
dentin sangat tinggi.
Pada umumnya sistem adhesif one-step self-etching atau sistem all-in-one memiliki kemampuan
perlekatan yang lebih lemah dibandingkan sistem adhesif lain. Hal ini disebabkan beberapa
faktor. Pertama, asam, monomer hidrofilik dan hidrofobik, solvent organik, dan air digabung
bersama dalam satu atau dua botol ini mempengaruhi fungsi dan efisiensi komponen ini menjadi
buruk. Kedua, konsentrasi solvent yang tinggi. Ketiga, kadar air yang tinggi dan viskositas yang
rendah menyebabkan lapisan adhesif yang tebal selama light cured. Keempat, kemungkinan
beberapa solvent yang tersisa (air), mengganggu polimerisasi resin. Kelima, sifat hidrofilik yang
tinggi setelah polimerisasi, membuatnya berperan seperti membran yang permeabel.
Pada sistem adhesif one-step self-etching, solvent dan monomer fungsional biasanya 50% dari
adhesif. Maka konsentrasi monomer hidrofobik cross-linking berkurang drastis. Oleh karena
kekuatan mekanis bahan adhesif diberikan oleh polimerisasi monomer cross-linking, monomer
hidrofobik yang lebih sedikit terdapat pada permukaan gigi setelah aplikasi bahan adhesif ini
mengganggu kekuatan perlekatan.
Tokuyama Bond Force memiliki pH sebesar sehingga dikelompokkan sebagai self-etch yang
ringan. Kemampuan self-etch yang lebih ringan untuk bereaksi secara kimia dengan kristal
hidroksiapatit di dalam smear layer yang terdemineralisasi sebagian dapat dipertimbangkan. Di
samping itu, monomer self-reinforcing Bond Force diperlukan untuk memberikan lapisan
adhesif yang lebih kuat yang dapat menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi.
Reis et al cit. Shafiei et al melaporkan bahwa pengurangan kekuatan perlekatan secara signifikan
pada dentin terjadi dengan pembuangan solvent organik (etanol atau aseton) pada dua macam
sistem adhesif. Berkurangnya kekuatan perlekatan ini ditandai dengan penetrasi monomer yang
tidak sempurna ke dalam dentin yang terdemineralisasi dan penggantian air mungkin
mengakibatkan pengenceran komponen resin, yang mengurangi derajat polimerisasi serta
kekuatan perlekatan.
Pengetsaan pada ujung enamel rod menghasilkan keuntungan yang besar. Desain margin
enamel dengan bevel 45 derajat merupakan desain yang paling umum digunakan. Desain ini
melindungi struktur gigi yang banyak dan mengekspos ujung enamel rod. Jika dibandingkan
dengan desain 90 derajat, desain dengan bevel 45 derajat memberikan penutupan yang lebih baik
untuk enamel.
Penelitian terdahulu pernah mengevaluasi efek dari aplikasi multipel dari self-etching
atau self-priming adhesives. Meskipun dianjurkan teknik aplikasi double dari bahan adhesif
untuk menambah kemampuan perlekatannya, tidak ada keuntungan signifikan yang dilaporkan
dari teknik aplikasi ini. Efek dari ketebalan lapisan adhesif terhadap kekuatan perlekatan
tergantung pada bahan adhesif itu sendiri. Meskipun ketebalan lapisan adhesif mempengaruhi
kekuatan perlekatan, namun hal ini dapat ditanggulangi dengan memperpanjang waktu
pengeringan udara pada bahan adhesif.
Agitasi yang lemah dari bahan adhesif dapat meningkatkan difusi ke dentin yang
terdemineralisasi, terutama bahan adhesif dengan viskositas yang lebih tinggi. Agitasi yang kuat
harus dihindari karena solvent yang tersisa akan berperan sebagai penghambat dan memberi efek
buruk pada perlekatan.IIjima et al menyatakan bahwa bertambahnya waktu aplikasi dan agitasi
tidak menambah shear bond strength secara signifikan. Miyazaki et al cit IIjima et al meneliti
shear bond strength pada enamel jika self-etching bonding diaplikasikan dengan dan tanpa
agitasi, dan melaporkan bahwa kekuatan perlekatan ke enamel bertambah dengan agitasi pada
Imperva Fluorobond, MacBond II dan Unifil Bond. Tetapi, tidak ditemukan adanya perbedaan
signifikan untuk Clearfil SE Bond.Shah et al menyatakan bahwa agitasi tidak menambah shear
bond strength secara signifikan pada enamel yang kering tapi memberikan pengaruh pada dentin
yang basah. Bianco et al menyatakan bahwa pada dentin yang kering kekuatan perlekatan paling
tinggi didapatkan ketika dilakukan agitasi yang kuat pada dentin. Ketika dentin dalam keadaan
lembab, agitasi yang lemah dan kuat menghasilkan kekuatan perlekatan yang tinggi.
Dalam penelitian ini, akan diuji shear bond strength bahan adhesif one-step self-etching dengan
waktu pengeringan 5 detik, 10 detik, dan 15 detik pada bahan adhesif.