Anda di halaman 1dari 17

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendarahan Uterus Abnormal merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang
dianggap normal.PUA ada dua macam, yaitu PUA organic dan PUA nonorganik (disebut juga
perdarahan Uterus Disfungsional/ PUD).
Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal (PUD), berbagai
komplikasi kehamilan, penyakit sistematik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah
serviks atau uterus (leiomyoma) atau kanker. Namun pola pendarahan abnormal sering kali
sangat membantu dalam menegakan diagnose secara individual.
Batasan Perdarahan Uterus Abnormal
Batasan

Pola Abnormalitas Perdarahan

Oligomenorea

Pendarahan terus yang terjadi dengan interval >35 hari dan


disebabkan ole fase folikuler yang memanjang.

polimenorea

Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari dan


disebabkan oleh defek fase luteal.

Menoragia

Pendarahan uterus yang terjadi dengan interval normal ( 21-35


hari) namun jumlah darah haid >80 ml atau > 7 hari.

Menometroragia

Pendarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan


dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi
yang panjang (> 7 hari).

Metroragia atau

Pendarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir

pendarahan antara haid dengan penyebab a.1 penyakit servik, AKDR, endometritis, polip,
mioma submukosa, hiperplasia indometrium, dan keganasan.
Bercak

Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang


umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.

intermenstrual
Perdarahan pasca

Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita monopaude yang

sekurang-kurangannya sudah tidak mendapatkan haid selama 12


menopaus

bulan.

Perdarahan uterus

Prrdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang


sangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis

abnormal akut

(hipotensi,takikardia atau renjatan).

Perdarahan uterus

Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang

disfungsi (PUD)

tidak berkaitan dengan kehamilan,pengobatan, penyebab


iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau
gangguan kondisi sistemik.

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL ORGANIC (AUB Organik)


AUB organikm adalah perdarahan diluar siklus menstruasi yang diakibatkan oleh factor-faktor
organic,seperti kelainan fisik, kehamilan, penyakit sistemik, trauma maupun peradangan.AUB
organik merupakan jenis perdarahan uterus yang tidak disebabkan oleh gangguan pada poros
hipotalamus-hipofise-ovarium yang mengakibatkan terjadinya perdarahan uterus.
Factor-Faktor Etiologic :
1. Komplikasi kehamilan
1. Perdarahan implantasi
2. Abortus
3. Kehamilan ektopik
4. Kehamilan mola, penyakit trofoblastik
5. Komplikasi plasenta
6. Vasa previa
7.

Hasil konsepsi yang tertahan

8. Subinvolusi uterus setelah kehamilan


9. Infeksi dan imflamasi
1.

Vulvitas

2. Vaginitis
3. Servitis

4. Endometritis
5. Salving-oophoritis
6. Hiprplasia dan neo oplasia
1. Vagina: karsinoma, penyakit trofoblastik metastatic, sarcoma
botryoides.
2. Serviks: polip, papilloma, karsinoma.
3. Endometrium: hyperplasia, polip, karsinoma, sarcoma, penyakit
trofoblastik.
4. Myometrium:

leiomoima,

leomiosarkoma,

miosis

stroma

endolimfatik (hemangioperisioma).
5. Ovarium: tumor-tumor sel teka granulose yang menghasilkan
estrogen; tumor-tumor lain atau kista dapat merangsang hormone
stromaovarium.
6. Tuba falopii: karsinoma.
7. Trauma
1. Perdarahan post operatif
2. Laserasi obstetric
3. Benda asing dalam vagina
4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
5. Endometriosis
6. Adenomiosis
7. Aneurisma sirsiod- fistula arteriovenosa
1. Kelainan hematologic atau sistemik
1. Trombositopenia
2. Penyakit von willebrand
3. Terapi antikoagulan
4. Koagulasi intravascular diseminata
5. Hipertensi
6. Hipotiroidi (lebih banyak terjadi pada hipotiroidi dari pada hipertiroidi)
7. Leukemia

8. Penyakit hepar

LANGKAH PENENTUAN AUB DENGAN SISTEM PALM COEIN


Tentukan PUA Akut, Kronik, atau Perdarahan Intermenstrual.
Perdarahan uterus abnormal akut adalah episode perdarahan banyak yang menurut klinisi
dianggap memerlukan intervensi. Perdarahan uterus anormal kronik adalah perdarahan abnormal
dalam hal volume, regularitas, clan waktu yang telah berlangsung lebih dari enam bulan.
Perdarahan intermenstrual adalah perdarahan yang terjadi di antara dua siklus menstruasi. tstilah
ini digunakan untuk menggantikan istilah metroragia. Perlu diperhatikan pula bahwa perdarahan
dikatakan berlebih apabila-jumlah darah yang keluar lebih dari 80 mL per siklus, atau lama
perdarahan lebih dari 7 hari.
Masalah yang mungkin timbul adalah bagaimana menyamakan persepsi antara klinisi dengan
pasien dalam hal volume perdarahan. Kadangkala pasien merasa volume darah yang keluar
adalah banyak, namun belum tentu bagi pandangan klinisi. Untuk mengatasi hal tersebut
terdapM' berbagai cara, namun yang dianggap cukup praktis adalah dengan menggunakan
pictorial blood-loss assessment chart (PBAC). PBAC merupakan sistem skoring pada mana
pasien diminta untuk mengevaluasi jumlah perdarahan yang membasahi pembalut atau tampon,
serta menghubungkannya dengan hari menstruasi.
Cara ini dipandang cukup baik untuk menapis pasien-pasien yang diduga mengalami perdarahan
berlebih. Seorang wanita dikatakan mengalami perdarahan abnormal apabila didapat skor di atas
100.9

Apakah I(elainan yang Ditemukan Bersifat Struktural/ Anatomik?

Sistem PALM-COEIN menempatkan kelainan yang bersifat struktural/anatomik sebagai akronim


pertama (PALM). Hal ini ternyata berdampak juga bahwa kelainan anatomik harus diidentifikasi

terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh untuk mencari kemungkinan kelainan yang
bersifat nonstruktural (COEIN). Dalam sistem ini bila terdapat kelainan anatomik maka di
belakang huruf yang bersangkutan diberi kode 1. Sebaliknya bila tidak ditemukan kelainan
anatomik, diberi kode 0. Kelainan anatomik yang mungkin menjadi penyebab PUA antara lain:
a.

Polip (P): polip endometrium diketahui melalui proses pencitraan namun tidak dibedakan
menurut ukuran maupun jumlah polip yang didapat. Dalam perkembangannya
dimungkinkan untuk membuat subklasifikasi polip berdasar dimensi, lokasi, jumlah,
morfologi, dan histologinya.

b.

Adenomiosis (A): walaupun kaitan patofisiologi adenomiosis dengan PUA belum


sepenuhnya dipahami namun pengalaman klinis menunjukkan adanya hubungan erat
antara kondisi ini dengan PUA. Secara Minis diagnosis adenomiosis banyak
mengandalkan aspek pencitraan terutama ultrasonografi transvaginal. Beberapa poin
penting karakteristik adenomiosis secara ultrasonografi antara lain ekogenisitas
miometrium yang heterogen dan difus dengan batas endomiometrial yang tidakjelas,
adanya lakuna anekoik di miometrium, tekstur gema miometrium fokal yang abnormal
dengan batas yang tidak jelas, dan pembesaran yang globuler dan atau asimetris dari
uterus.

c.

Leiomioma (L): dalam sistem ini mioma uteri diklasifikasikan secara primer, sekunder,
dan tersier. Penggolongan primer dimaksudkan untuk menunjukkan ada atau tidaknya
mioma uteri. Penggolongan sekunder adalah untuk membedakan mioma submukosa
(SM) dengan mioma jenis lain (0-others). Penggolongan tersier adalah untuk
menentukan derajat "gangguan" yang ditimbulkan mioma terhadap endometrium.

d.

Malignancy-keganasan dan kondisi prakeganasan (M): kemungkinan kondisi ini sebagai


penyebab PUA perlu dipertimbangkan bila terdapat pasien pada usia reproduktif dengan
faktor risiko (obesitas, anovulasi kronik).

Bila Tidak Ada Keiainan Struktural, Apakah Ada Kelainan Fungsional?


Setelah kelainan anatomik diidentifikasi ataupun disingkirkan, langkah berikutnya adalah
mencari kemungkinan etiologi yang bersifat nonstruktural. Perlu dipahami bahwa bila telah
didapatkan kelainan yang bersifat anatomik, tidak serta merta hal tersebut merupakan penyebab
PUA mengingat PUA dapaf saja diakibatkan oleh lebih dari satu faktor etiologi. Beberapa faktor
nonstruktural yang mungkin menyebabkan PUA antara lain:
a.

Koagulopati (C): di luar dugaan, sekitar 13% PUA ternyata disebabkan oleh koagulopati
terutama penyakit von Willebrand. Untuk mempermudah penapisan kemungkinan
koagulopati sebagai penyebab PUA, dapat digunakan panduan sebagai berikut:

Perdarahan berlebih saat menstruasi mulai dari menars


Salah satu dari gejala berikut:

perdarahan pascasalin

perdarahan yang terkait pembedahan

perdarahan terkait dengan pengobatan gigi

Dua atau lebih gejala berikut:

b.

memar 1-2 kali per bulan

epistaksis 1-2 kali per bulan

sering mengalami perdarahan gusi

riwayat keluarga dengan kelainan perdarahan


Ketainan ovulasi (O): yang dimaksud dalam kelainan ovulasi di sini adalah anovulasi, di
mana terjadi ketiadaan produksi siklikdari progesteron sehinggaterjadi pengaruh
estrogen yang tidak terimbangi. Beberapa kemungkinan penyebab dalam kategori ini

antara lain sindrom ovarium polikistik, hipotiroidisme, hiperprolaktinemia, obesitas,


anoreksia, atau latihan olahraga yang berlebihan.
c.

Kelainan endometrium (f:): bila PUA terjadi pada wanita dengan siklus yang reguler tanpa
adanya kelainan struktural yang jelas, maka perlu dipertimbangkan kelainan
hemostasis lokal pada endometrium sebagai penyebabnya. Dalam hal ini terjadi
ketidakseimbangan antara zat vasokonstriktor (endotelin-1 dan prostaglandin F2a)
dengan vasodilator (prostaglandin E2 dan prostasiklin). Selain itu inflamasi dapat pula
menjadi penyebab PUA. Mengingat saat ini belum ada tes yang spesifik untuk
mengetahui kelainan-kelainan di endometrium tersebut, maka disebutkan kategori ini
merupakan eksklusi apabila faktor-faktor lain telah diselidiki.

d.

latrogenik (I): sesuai dengan arti istilah ini, maka PUA yang ditimbulkan merupakan akibat
dari intervensi medis yang diberikan. Komponen terpenting dari golongan ini adalah
penggunaan hormon seks steroid eksogen. Gejala yang sering dikeluhkan pasien
biasanya berupa perdarahan sela (breakthrough bleeding).

e.

Tidak terklasifikasi-not classified (N): beberapa kelainan yang jarang ditemukan seperti
malformasi arteriovenosa dan hipertrofi miometrium yang diduga menjadi penyebab
PUA digolongkan ke dalam kategori ini

PEMERIKSAAN
A.Data subjektif
Gejala saat ini

kesan

Perdarahan Pervaginam

Kuantitas

Komplikasi kehamilan, hyperplasia


endometrium,polip, kanker, polip fibroid

Penyemburan

(PUD)
Abortus imminens, kehamilan ektopik,
kontrasepsi oral

spotting (diluar menstruasi)

Durasi

Siklus ovulasi yang terkomplikasi oleh


leiomyomata, adenomiosis,
Hypoteroidi>>hypertiroidi,

Menorrhagia
Diskarsia
(Hipermenorrhoe)

Polip endometrium
Spotting (antara
menstruasi,postmenstruasi, post
monopouse)

Warna

Komplikasi kehamilan, laserasi akut

1. Merah segar

Darah tercampur oleh sekresi serviks atau

2. Noda coklat

vagina

-Interval

Siklik

Ovulator

Non siklik

Ovulasi tidak teratur,anovulasi, kondisi


patologis pelviks yang spesifik.

-setelah amenorrhoe
Komplikasi kehamilan (persisten dengan
volume yang kurang normal : kehamilan
Perdarahan antara menstruasi
(misalnya setelah koitus atau
pembilasan)

ektopik, abortus imminens,


implantasi).Adenomiosis, leiomyomata,polip,
Hyperplasia, dan karsinoma
uterus.Eversi,Ektrovion,Erosi,Polip,keganasan
serviks

Gejala penyerta

1. Demam dan nyeri

Infeksi pelvis

Kelainan gestasional

2. Kram uterus dan kehamilan


3. Petekiae dan Epitaksis
Kelainan koagulasi

Riwayat penyakit dahulu

Kemungkinan besar tidak hamil, kehamilan


ektopik.

1. Kontrasepsi oral
Infeksi pelvis, kehamilan ektopik.

1. AKDR

B.Data Objektif
1. Pemeriksaaan Fisik
1) Pemeriksaan umum
a. Suhu meningkat menandakan infeksi pelvis
b. takikardi dan hipotensi nenandakan hipovolemia (pendarahan eksta peritoneal atau intra
peritoneal),sepsis.
c. Petekiae atau ekimosis menandakan kelainan koagulasi.
2. Pemeriksaan abdomen dan pelvis
Inspeksi dan palpasi misalnya menunjukan kehamilan atau iritasi peritoneum. Uterus yang
membesar menandakan adanya kehamilan ektopuik maupun missed abortion, uterus yang lebih
besar (dari ukuran kehamilan bila dilihat darimHPHT) kemungkuinan menandakan kehamilan
mola, kehamilan ganda ataupun kehamilan dalam suatu uterus fibroid.
1. Spekulum digunakan untuk memeriksa kuantitas darah dan sumber perdarahan, laserasi
vagina, lesi servik, perdarahan ostium uteri, benda asing.
2. Bimanual digunakan untuk pemeriksaan patologis.
3. Tes laboratorium dan ultrasonografi(USG/TVS)
1. 4. Data diagnostik tambahan
1. Biopsy endometrium atau kuretase yang dapat memberikan suatu diagnosis
hitologi spesifik.

2. Biopsy vulva, vagina atau serviks, lesi harus dibiopsi kecuali jika lesi khas untuk
penyakit trofoblastik metastatic dan dapat berdarah hebat bila dibiopsi.
3. Cairan serviks dikirim untuk pewarnaan gram terutama jika dicurigai adanya
infeksi.
4. Tes kehamilan terhadap hCG. Tes positif kuat mengesankan adanya jaringan
trofoblastik baik intra maupun ekstrauterin.
5. Diterminasi serangkaian hematocrit.
6. Tes koagulasi dapat dilakukan bila dicurigai adanya kelainan koagulasi.
7. Tes fungsi tiroid dapat diindikasikan sewaktu evaluasi lanjutan.
Penatalaksanaan PUA
Pengobatan harus diarahkan kepada diagnosis yang spesifik. Keperluan untuk segera dirawat
dirumah sakit tergantung pada kuantitas kehilangan darah dan adanya enemia atau hipivolemia.
Apabila perdarahan pervaginam hebat, penanganan daruratnya meliputi cairan intravena,
transfuse darah, dan diagnosis etiologik segera.
Tindakan spesifik yang dapat diindikasikan meliputi :
1. Kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang tertahan .
2. Antibiotika untuk infeksi pelvis.
3. Penamponan vagina atau serviks untuk lesi-lesi serviks maligna.
4. Laporan untuk kehamilan ektopik.
5. Penjahitan laserasi vagina.
6. Radiasi untuk lesi-lesi kegnasan.
7. Pengeluaran AKDR .
8. Histerektomi untuk leiomiomata.
Penatalaksanaan pembedahan pada perdarahan uterus abnormal
Tindakan

Alasan

Histeroskopi operatif

Abnormalitas struktur intra uteri.

Mimektomi (abdominal,

Mioma uteri.

Laparoskopik, histeroskopik)
Reseksi endometrial

Terapi menoragia atau

transervikal

menometrogia resisten.

Ablasi endometrium (thermal Terapi Menoragia atau


ballon/roller ball)

menometroragia resisten dalam


rangka penatalaksanaan
pendarahan uterus akut yang
resisten

Embolisasi ateri uterine

Mioma uteri.

Histerektomi

Hiperplasia atipikal, karsinoma


endometrium.

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL NONORGANIK


(PENDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL/PUD)
Definisi
Pendarahan uterus disfungsional (PUD) adalah pendarahan uterus abnormal yang didalam
maupun diluar siklus haid, yang semata-mata disebabkan gangguan fungsional mekanisme kerja
hipotalamus-hipufisis-ovarium-endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi. PUD paling
banyak dijumpai pada usia perimenopause.
Penyebabnya
Pendarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada massa
akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars, penyebab paling mungkin adalah factor pembekuan
darah dan gangguan psikis.

Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan
atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan releasing
factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa premenopause proses
terhentinya proses ovarium tidak selalu berjalan lancer. Perdarahan Uterus Disfungsional dapat
dibedakan menjadi penyebab dengan siklus Ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan
siklus anovulasi.
Namun ada beberapa kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan Rahim disfungsional, antara
lain:

Kegemukan (obesitas)

Faktor kejiwaan

Alat kontrasepsi hormonal

Alat kontrasepsi dalam Rahim yang mengandung hormone.

Beberapa penyakit dihubungkan dengan pendarahan rahim (PUD), misalnya :


trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), kencing manis
(diabetes milletus), dan lain-lain.

Walaupun jarang, pendarahan Rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi, kista
ovarium (polycystic ovary disease / PCOS).

Pada siklus ovulasi


Perdarahan Rahim yang biasa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan
dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormone estrogen,
sementara hormone progesterone tetap terbentuk.
Ovulasi abnormal (DUB ovulatory) terjadi pada 15-20% pasien DUB dan mereka memiliki
endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya intermitten jika tidak
regular. Pasien ovulatory dengan perdarahan abnormal lebih sering memiliki patologi organic
yang mendasari, dengan demikian mereka bukan pasien DUB sejati menurut definisi tersebut.
Secara umum, DUB ovulatory sulit untuk diobati secara medis.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan Rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi. Hal
ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormone estrogen berlebihan sedangkan hormone
progesterone rendah. Akibatnya dinding Rahim (endometrium) mengalami penebalan berlebihan
(hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yan gmemadai. Kondisi
inilah penyebab terjadinya perdarahan Rahim karena dinding Rahim yang rapuh.
Gambar klinik
Perdarahan Rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan
bias sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada siklus ovulasi biasanya
perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bias diramalkan serta seringkali disertai masa tidak
nyaman sedangkan pada anovulasi merupakan kebalikanya. Selain itu gejala yang dapat timbul
diantaranya seperti mood ayunan, kekeringan atau kelembutan vagina serta juga dapat
menimbulkan rasa lelah yang berlebihan
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan homeostasis seperti
ptekie, selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan penyakit
metabolic, penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain-lain.
Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan kelainan organik,
yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan epnunjang yang dapat dilakukan adalah biopri endometrium (pada wanita yang
sudah menikah), laboratorium darah dan hemostasis, USG, serta radio immuno assay.
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan pasien.
Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka penylidikan
lebih jauh diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan
laparoskopi jika diperlukan.

Perdarahan siklik (regular) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan berat badan
karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram abdomen ) lebih cenderung
bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan interval tidak teratur setelah
mengalami amenore berbulan bulan, kemungkinan bersifat anovulatori.
Peningkatan suhu basal tubuh (0,3-0,6C), peningkatan kadar progesterone serum (>3 ng/ml) dan
atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biobsi yang dilakukan saat onset
perdarahan, semuanya merupakan bukti ovulasi.
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG, FSH, LH,
prolactin dan androgen serum jika ada indikasi atau krining gangguan perdarahan jika
tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur
atau wanita muda (<40 tahun) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani
sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitaliamungkin
terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan
investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasis perdarahan uterus abnormal berulang atau
berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitive
dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi: laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapautik.

Penatalaksanaan
Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah untuk mengontrol
perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien, memelihara
fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak.

Setelah menegakkan diagnose dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan


organ, ternyata tidak ditemukan penyakit lainya, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
3. Tranfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI YANG ANOVULATOIR
Pil kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid dan kontrasepsi. Pada pendarita
dengan siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik (oligo ovulasi), pemberian pil
kontrasepsi mencegah resiko yang berkaitan dengan stimulasi estrogen berkepanjangan terhadap
endometrium yang tidak diimbangi dengan progesterone (unopposed estrogen stimulation of the
endometrium). Pil kontrasepsi secara efektif dapat mengendalikan perdarahan anovulatoir pada
penderita pre dan perimenopause. Bila terdapat kontraindikasi pemberian pil kontrasepsi
(perokok berat atau resiko tromboflebitis) maka dapat diberikan terapi dengan progestin secara
siklis selama 5-12 hari setiap bulan sebagi alternatif.
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI OVULATOIR
Terapi medikamentosa untuk kasus menoragia terutama adalah NSAID (asam mefenamat)
dan AKDR-levonorgesterel (Mirena)
Efektitivitas asam mefenamat, pil kontrasepsi, naproxen, danazol terhadap menoragia adalah
setara.
Efek samping dan harga dari endrogen (Danazol atau GnRH agonis) membatasi
penggunaanya bagi kasus menoragia, namun obat obat ini dapat digunakan dalam jangka pendek
untuk menipiskan endometrium sebelum dikerjakan tindakan ablasi endometrium.
Obat antifibrinolitik secara bermakna mengurangi jumlah perdarahan, namun obat ini jarang
digunakan dengan alas an yang menyangkut keamanan (potensi menyebabkan tromboemboli).

DAFTAR PUSTAKA
1. May K, Octavia-lacob A, Sweeney C, Kennedy S, Kirtley S. NHS evidence-women's health.
Heavy menstrual bleeding annual evidence update.Edisi. Oxford: Nuffield Department of
Obstetrics & Gynaecology, University of Oxford; 2009.
2. National Collaborating Centre for Women's and Children's Health. Heavy Menstrual Bleeding.
Clinical Guideline.Edisi January 2007.
3. Fraser IS, Critchley HOD, Munro MG. Terminologies and definitions around abnormal uterine
bleeding. Dalam: O'Donovan PJ, Miller CE, penyunting. Modern Management of Abnormal
Uterine Bleeding.Edisi ke- 1. London: Informa Health Care; 2008. h. 17-24.
4. Munro MG, Critchley HO, Fraser IS, Group FMDW.The FIGO classification of causes of
abnormal uterine bleeding in the reproductive years. Fertil Steril. 2011;95(7):2204-8, 8 e1-3.
5. Munro MG, Critchley HO, Fraser IS. The FIGO systems for nomenclature and classification of
causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive years: who needs them? Am J Obstet
Gynecol. 2012.
6. Munro MG, Critchley HO, Fraser IS. The FIGO classification of causes of abnormal uterine
bleeding: Malcolm G. Munro, Hilary O.D. Crithcley, Ian S. Fraser, for the FIGO Working Group
on Menstrual Disorders. Int J Gynaecol Obstet. 2011;113(1):1-2.
7. Wootcock JG, Critchley HO, Munro MG, Broder MS, Fraser IS. Review of the confusion in
current and historical terminology and definitions for disturbances of menstrual bleeding. Fertil
Steril. 2008;90(6):2269-80
8. Ben Zion Taber, M.D. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC :
Jakarta.
9. Benson C, Ralph. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai