Anda di halaman 1dari 16

18

BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan untuk memenuhi dan


mencapai tujuan dari penelitian. Tahapan- tahapan penelitian ini digambarkan
pada gambar 3.1. Data hasil dari akuisisi seismik kemudian diolah (processing)
dengan menggunakan program ProMAX 2D sehingga diperoleh sebuah gambaran
penampang seismik hasil dari migrasi dengan menggunakan metode dekonvolusi
prediktif dan dekonvolusi spiking yang berguna untuk meningkatkan rasio S/N.

3.1 Lokasi Akusisi Data Seismik


Akuisisi seismik dilakukan di Kepulauan Nusa Tenggara. Berdasarkan
Teori Tektonik Lempeng, Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi empat
satuan tektono-struktural dari utara ke selatan : Satuan Busur Belakang yang
ditempati oleh Laut Flores, Satuan Busur Dalam yang dibentuk oleh serangkaian
pulau vulkanik yang terdiri dari Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca,
Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar, Satuan
Busur Luar yang dibentuk oleh pulau bukan vulkanik yaitu Dana, Raijua, Sawu,
Roti, Semau dan Timor dan Satuan Busur Depan yang terletak di antara Satuan
Busur Dalam dan Busur Luar yang merupakan Cekungan Dalam yaitu Cekungan
Lombok dan Cekungan Savu.
Kepulauan Nusa Tenggara terbentuk akibat dari subduksi Lempeng IndoAustralia di bawah Arc Sunda-Banda selama Tersier Atas dimana, subduksi ini
membentuk busur vulkanik dalam di Kepulauan Nusa Tenggara. Namun ada
perbedaan dalam hubungannya dengan analisis kimia batuan vulkanik di
Kepulauan Nusa Tenggara Busur vulkanik di wilayah Sunda Timur, yang terletak
langsung pada kerak samudera dan dibatasi kerak samudera di kedua sisinya,
memiliki lava dengan karakteristik kimia yang berbeda dari lava di bagian barat
busur (Barber et al 1981). Menurut Hamilton (1979), punggungan-dalam
terbentuk oleh batuan bersifat kalk-alkali berumur Kenozoikum Atas

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

19

Data lapangan

Pre processing

Demultiplexingg
Geometri
Editing

Editing

(top mute,
autocorrelation)

(top mute)

Spiking
deconvolution

Predictive
deconvolution

Processing
Velocity
analysis

Velocity
analysis

DMO Corecction

DMO Corecction

PSTM

PSTM

Stacking

Stacking

penampang
Seismik

penampang
Seismik

Gambar 3.1: Diagram alur penelitian

Ukuran pulau-pulau dari jajaran gunung berapi ini secara bertahap


semakin kecil ke arah timur dari Jawa terus ke Bali, Lombok, Sumbawa, Flores,
Rengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

20

Wetar ke Banda. Penurunan ini paling nyata terlihat di sebelah timur Pulau Wetar,
mungkin mencerminkan jumlah kerak samudera yang masuk ke dalam zona
subduksi, menyiratkan baik yang gerakan dip-slip ke arah barat Pulau Wetar lebih
penting dan gerakan strike-slip ke arah timur semakin penting.

Gambar 3.2: Lokasi Pemetaan


(Sumber: Arsip Laporan Akhir Penelitian Laut Flores, Nusa Tenggara Timur)

Akuisisi data seismik dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan


Geologi Kelautan (PPPGL) pada bulan Mei 2012 dengan menggunakan kapal
Geomarin III. Akusisi data seismik dilakukan sebanyak 20 lintasan, sedangkan
yang peneliti gunakan untuk pengolahan data seismik adalah lintasan 17. Berikut
adalah gambar lintasan seismik:

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

21

Gambar 3.3 : Peta Lintasan Akuisisi Seismik (Sumber: Arsip PPPGL)

3.2 Data Lapangan


Data lapangan yang digunakan pada penelitian ini adalah data FLRS-17
dengan panjang lintasan 45,8 km yang diperoleh dari akuisisi seismik yang
dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
menggunakan kapal Geomarin III yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012 di
Kepulauan Nusa Tenggara, dengan format SEG-D.

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

22

Parameter Akuisisi Lintasan FLRS-17


NO

Parameter Akuisisi

Azimut

900

Active Channel

1-48

Shot Interval

37.5m

Near Offset

75m

Far Offset

662.5m

Fold maksimum

SP Awal

139

Sp Akhir

3808

FFID Awal

139

10

FFID Akhir

3789

11

SR

2ms

13

RL

8s

14

Panjang Lintasan

45,8 Km

Tabel 3.1: Parameter Akuisisi Seismik FLRS-17


3.3 Pre-Processing
Pada tahapan preprocessing yang bertujuan untuk memperbaiki parameter
fisik dari input (data seismik) melalui penyusunan geometri dan penguatan sinyalsinyal refleksi. Tahapan preprocessing pada tahapan ini adalah demultiplex,
geometry, editing dan deconvolution.
3.3.1 Demultiplex
Demultiplex adalah suatu proses pengubahan dari format urutan waktu
(time sequential) ke urutan trace (trace sequential). Data lapangan yang sudah
dimultiplexing disebut raw data. Proses demultiplex (demultiplexing) dengan
menggunakan program Pro MAX 2D dapat dilihat sebagai berikut ini.

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

23

Gambar 3.4: Flow Demultiplex


Berikut adalah gambar hasil raw data:

Gambar 3.5: hasil raw data


3.3.2 Geometry
Data yang direkam dari lapangan belum mempunyai informasi geometri.
Untuk memberikan informasi geometri pada setiap data hasil rekaman lapangan
maka diperlukan suatu proses yaitu Geometry Assigment sehingga semua data
yang direkam mempunyai informasi lapangan sesuai dengan informasi obsever
report.
Proses awal dari geometry adalah memasuki informasi dan data-data geometri
melalui perintah 2D Marine Geometry Spreadsheet.

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

24

Gambar 3.6: Flow Geometri


Setelah 2D Marine Geometry Spreadsheet* di execute, maka muncul
jendela perintah untuk mengisi parameter-parameter geometri, diantaranya adalah:
set up, auto 2Ddan binning trace QC. Berikut adalah Parameter trace QC.

(a)

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

25

(b)

(c)

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

26

Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet*


(a) Setup (b) Auto Marine 2D (c) SIN Ordered Parameter File (d) Trace QC

Hasil keluaran dari field geometri berupa stacking chart atau stacking
diagram yang sesuai dengan geometri penembakan yang dilakukan pada saat
akuisisi data. Setiap trace yang sudah didefinisikan identitasnya akan digunakan
untuk pengolahan data selanjutnya.

Gambar 3.8: Gambar Stacking Chart


3.3.3 Editing
Pada proses akuisisi dilakukan sering kali hasil rekaman terganggu oleh
beberapa sebab, seperti trace mati, berbagai jenis noise (Ground roll, koheren dan
random noise). Jika tidak dihilangkan maka akan sangat mengganggu dalam

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

27

proses pengolahan data. Proses editing yang dilakukan adalah top-mute dan
Autocorrelation.

Gambar 3.9: Flow Editing


Setelah display hasil dari maka langkah editing selanjutnya adalah sebagai
berikut:
a

Top mute dilakukan untuk menghilangkan noise-noise yang terjadi sebelum


refleksi atau noise yang ada sebelum first break.
Berikut adalah cara untuk melakukan top mute:
Picking > Pick Top Mute Buat nama file

Display hasil geometry

top_mute > OK lakukan picking seluruh FFID (139-3789) File > Save
> File > Exit/Continue Flow.
b

Autocorrelation dilakukan untuk mengkorelasi multiple atau noise pada trace


itu sendiri.

Gambar 3.10: Flow Autocorrealtion


Berikut adalah cara untuk melakukan autocorrelation:
Display hasil geometry

Piking > Pick Miscellaneous Time Gates

nama file autocorrelation > OK

Buat

lakukan piking seluruh FFID File >

Save > File > Exit/Continue Flow.

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

28

Gambar 3.11: Hasil Autocorrelation dalam bentuk raw data

3.3.4 Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah sebuah proses yang berguna untuk memperbaiki resolusi
temporal dari data seismik. Untuk memahami dekonvolusi, pertama perlu ditinjau
suatu lapisan litologi di bawah permukaan. Bumi tersusun oleh lapisan batuan
dengan litologi dan sifat fisik yang berbeda. Perbedaan impedansi lapisan batuan
yang berdekatan menyebabkan adanya refleksi dan terekam sepanjang permukaan.
Kebalikan dari sebuah proses konvolusi untuk memperoleh respon reflektivitas
disebut dengan dekonvolusi.

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

29

Gambar 3.12: Skema Proses Konvolusi dan Dekonvolusi


(sumber: http://totalcorner.blogspot.com)

Pada penelitian ini memakai dua metode dekonvolusi yaitu: dekonvolusi


spiking dan dekonvolusi prediktif.
a Dekonvolusi Spiking.
mengubah sinyal asli menjadi sinyal ideal yang bentuknya spike,

Gambar 3.13: flow Dekonvolusi Spiking


b Dekonovolusi Prediktif
Dekonvolusi Prediktif merupakan suatu metode dekonvolusi dimana pada
metode tersebut. mendesain suatu filter yang cocok dengan data untuk

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

30

mendapatkan resolusi seismik yang sebenarnya.

Quality Check dapat dilihat

melalui gambar stack, auto korelasi, dan spektrum frekuensi.


Prosedur predictive deconvolution menghilangkan bagian-bagian yang
terprediksi pada trace, terutama yang disebabkan oleh gaung yang berulang dan
akan meninggalkan signal yang merupakan deretan koefisien refleksi yang
diinginkan. Dekonvolusi prediktif dapat menekan gangguan-gangguan yang
diramalkan setelah terjadi peristiwa refleksi yang belum dapat dipastikan, seperti
multipel yang terjadi dengan perioda pendek maupun perioda panjang. Berikut
flow proses predictive deconvolution dalam ProMAX 2D
3.3.5 Brute Stack
Brute Stack adalah proses penjumlahan semua trace dari CDP yang sama
yang bertujuan untuk meningkatkan rasio S/N dan melihat kualitas penampang
seismik yang telah diproses sebelum proses analisa kecepatan.

Gambar 3.14: Flow Brute Stack


3.3.6 Velocity Analysis
Kecepatan didefinisikan sebagai penjalaran gelombang seismik pada
medium dimana gelombang tersebut bergerak. Untuk mengetahui nilai kecepatan
sangat penting karena bisa juga menentukan kedalaman, kemiringan, horizon dan
lain-lain.
Analisa kecepatan adalah proses penentuan atau pemilihan kecepatan pada
gelombang seismik yang sesuai. Kecepatan yang digunakn dalam penelitian ini
adalah kecepatan root mean square (Vrms), yaitu kecepatan total dari sistem
lapisan horizontal dalam bentuk akar kuadrat.

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

31

Pada penelitian analisis kecepatan dilakukan satu kali, analisis kecepatan


untuk dekonvolusi spiking juga bisa di gunakan pada dekonvlusi prediktif.
Berikut adalah flow untuk analisis kecepatan :

Gam
bar 3.15: Flow Analisis Kecepatan

Gambar 3.16: Picking Analisis Kecepatan


Setelah melakukan picking sampai CDP 22055, dapat di lihat hasil dari
pincking memalui perintah Velocity Viewer/Point Editor*, yang berfungsi
untuk melihat sudah baik kecepatan yang kita picking untuk setiap CDP.

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

32

Gambar 3.17: Display Hasil Picking Analisis Kecepatan

3.3.7 Koreksi Dip Move Out (DMO)


Dip Move Out dimaksud adalah untuk memindahkan data non zero Offse
menjadi data zero offset pada lapisan miring. Pada lapisan miring common mid
point (CMP) tidak sama dengan common depth point (CDP) sehingga ada jarak
antara titik CMP dan CDP.

Gambar 3.18: Flow Koreksi DMO (Dip Move Out)


3.3.8 Pre-Stack Time Migration (PSTM)
PSTM merupakan teknik migrasi data seismik yang diterapkan sebelum
proses stacking. Dibandingkan dengan Post Stack Time Migration, Pre Stack
Time Migration memberikan hasil yang lebih baik terutama untuk didalam
pencitraan struktur. Metodelogi yang biasa diterapkan untuk melakukan preRengga Deviandra, 2013
Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

33

stack time migration adalah: pertama, melakukan konvolusi dengan elliptical


impulse response, kedua melakukan penjumlahan disepanjang diffraction
response curve (Kirchhoff Migration). Dalam penelitian ini proses pre-stack time
migration dilakukan untuk dekonvolusi spiking dan dekonvolusi prediktif.

Gam
bar 3.19: Flow Pre-Stack Time Migration
3.3.9 Stacking
Stacking adalah penjumlahan trace-trace dalam satu CDP yang
mempunyai signal yang koheren sehingga dapat meningkatkan rasio signal to
noise.

Gambar 3.20: Flow Stacking

Rengga Deviandra, 2013


Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan
Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai