Anda di halaman 1dari 10

Tugas 1

KL4111
Bangunan Pantai
Dosen

: Andojo Wurjanto, Ph.D.

Yofan Tahamano Deo Harita

NIM 15511040

PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014

1. Tanggul Laut Belanda


Belanda secara geografis merupakan negara berpermukaan rendah, dengan kira-kira 27 %
dari keseluruhan luas Belanda letak daratannya 6,7 meter di bawah permukaan laut, dan 60%
penduduk Belanda tinggal disana. Desakan akan kebutuhan permukiman akibat peningkatan
penduduk di sekitar tahun 1000-an menjadikan wilayah permukiman harus semakin
diperlebar.
Pada tahun 1953 terjadi bencana banjir yang sangat parah yang menewaskan hampir 2000
orang. Mengingat kejadian tersebut Pemerintah Belanda membuat suatu perundangundangan yang mengatur ketentuan dalam pembangunan tanggul yang dikenal dengan
Undang-undang Delta.
Untuk mengatasi hal tersebut Belanda membangun berbagai bendungan dan tanggul
dengan tujuan untuk melindungi diri dari ancaman banjir, meningkatkan jalur pengairan, dan
juga sebagai reklamasi daratan dan juga cadangan air tawar. Akhirnya pada tahun 1997
sebuah penghalang gelombang badai yang dibangun di Kota Rotterdam telah selesai
didirikan. Penghalang gelombang badai tersebut dikenal dengan sebutan

Penghalang

Maeslant.
Pada tanggul laut ini elevasi air sangat diperhatikan dengan cara mempersiapkan beberapa
strategi pengoperasian tanggul, seperti :

Dilakukan penutupan saat elevasi air laut mencapai MSL +2.00m untuk pembuangan air
laut lebih dari 6000m3/s

Pembukaan saat elevasi air pada kedua sisi tanggul sama

Pembuangan air melalui sela tanggul diantara dua elevasi air laut tinggi.

Dalam aspek manajemen kualitas air, Peraturan Manajemen Air Belanda untuk beberapa air
tahun kedepan dibagi menjadi:

Reduksi polusi

The stand-still principle

The polluter pays principle.

Berikut skema garis besar dari peraturan pengontrol polusi air di Belanda

Gambar Pengorntrolan air

Struktur tanggul terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

Retaining wall. Dinding ini dibangun dari beberapa bagian dengan bagian tersebut terbuat
dari potongan yang sudah difabrikasi dan mudah ditransprotasikan. Bagian-bagian ini
disusun di parking dock. Setiap segmen terdiri dari bagian buoyancy sebagai bagian
bawah dan bagian atas dengan ketinggian 22m. Sebuah retaining wall terdiri dari 13
bagian dan ditambah 2 bagian atas.

Tangan penopang baja. Penopang ini terbuat dari baja berkualitas tinggi dengan diameter
1.8 m pada rangka utama dan 0.8mm untuk batang konektor. Untuk ketebalan dinding,
bervariasi mulai dari 40-80mm pada bagian utama dan 12-30mm pada batang konektor.
Pemasangan batang penopang dilakukan di lapangan dengan cara dilas.

Ball-joint beserta pondasinya. Ball-joint didesain untuk mengakomodir pergerakan dalam


segala arah, pergerakan horizontal saat gerbang tanggul mengambang dan vertical saat
tenggelam.

Bagian basah. Bagian ini terdiri dari struktur sill, filter, dan proteksi pada bagian bawah

2. Saemangeum
Pembahasan awal tentang project plan tanggul saemangeum disebabkan oleh kekeringan,
kekurangan makanan dan kerusakan pertanian akibat cuaca dingin pada tahun 60an-80an
yang terjadi di Korea Selatan, sehingga membuat Korea Selatan mengimpor beras untuk
memenuhi kebutuhannya. Proyek pengembangan Saemangeum merupakan proyek nasional
Korea Selatan untuk membangun sebuah kota global sebagai pelopor pertumbuhan hijau.
Proyek ini akan menghasilkan area reklamasi seluas 283 km2 dan danau yang besar seluas
118 km2 dengan membangun tanggul terpanjang di dunia dengan panjang 33.9 km yang
menghubungkan Gunsan dan Buan di pantai barat Korea. Sehingga Saemangeum akan
menjadi sebagai pusat ekonomi di Asia Timur Laut, lokasi pilihan untuk bisnis, industri dan
pariwisata.
Project Saemangeum dimulai tahun November, 1991 melalui proses kelayakan studi,
analisis mengenai dampak lingkungan, persetujuan penduduk sekitar, diskusi dengan
organisasi terkait dan persetujuan reklamasi laut sejak tahun 80an.
Manajemen elevasi air pada tanggul Saemangeum

menggunakan pintu air Garyeok

Sluice Gate (8 gates x 2) dan Sinsi Sluice Gate (10 Gates x 2) dengan lebar 30 m dan tinggi
15 meter dengan berat 484 tons. Saat elevasi air di belakang tanggul mencapai 1.5 m, pintu
air akan dibuka saat pasang surut hingga elevasi air di dalam tanggul akan turun hingga
elevasi -1.5 m. Biasanya elevasi air di dalam tanggul akan naik akibat hujan.

Gambar Pintu Air

Panjang total dari tanggul laut Saemangeumadalah 33 km, lebar dasar tanggul 290 m
(max 535m) dengan tinggi tanggul 36 m (max 54 m). menghemat biaya konstruksi dan
mengurangi dampak lingkungan dengan lebih banyak menggunakan pasir laut.

Gambar potongan tanggul Saemangeum

3. Indonesia National Capital integrated Coastal Development (NCICD).


Pada saat ini, tiga tipe banjir melanda Jakarta. Yang pertama, hujan lebat di kota yang
telah dikombinasikan dengan kapasitas penyimpanan air yang tidak mencukupi telah
menghasilkan genangan. Karena curah hujan yang berlebihan di kota ini mengalir ke
arahwilayah pesisir yang berdaratan rendah, daerah inilah yang paling rentan terhadap banjir
tipe ini. Tipe banjir kedua datang dari sungai-sungai dank kanal-kanal sebagai akibat
tingginya laju aliran di hulu. Pada banyak tempat kapasitas system air saat ini tidak
mencukupi. Tanggul sungai tidak cukup tinggi atau cukup kuat dan sungai-sungai, anak
sungai dan pompa tersumbat oleh sedimen dan sampah. Akibat sungai-sungai ini meluap.
Tipe banjir ketiga dating dari laut ketika tanggul laut, dan tanggul sungai di daerah pesisir,
tidak cukup tinggi atau cukup kuat. Ketika laut berada di muka air tertinggi, tanggul-tanggul
ini terlimpasi, dan air laut membanjiri kota ini seperti yang terjadi pada 2007.

Banjir dari laut ini membenarkan apa yang diperingatkan oleh para peneliti. Jakarta Utara
telah mengalami penurunan muka tanah pada laju yang mengejutkan di rata-rata 7.5
centimeter per tahun. Dibeberapa tempat laju penurunan muka tanah ini dapat mencapai
hingga 17 centimeter per tahun. Banyak tempat di kota ini, termasuk pertahanan pesisir, yang
terus menerus mengalami penurunan muka tanah hingga di bawah permukaan air laut.

Gambar penurunan muka tanah.

Master Plan NCICD ini bermaksud untuk mencegah ketiga tipe banjir di atas. Saat ini
tipe ketiga banjir ini sangat mungkin terjadi karena pertahanan banjir Jakarta sudah tidak
mencukupi lagi, survey pendahuluan dari 2013 memperlihatkan bahwa saat ini lebih 40%
pertahanan banjir di daerah pantai tidak mampu menahan muka air laut tertinggi (HHWS).
Tujuan utama master plan NCICD ini adalah untuk memberi perlindungan jangka
panjang untuk banjir Jakarta dari sungai dan air laut, dan di saat yang bersamaan Master Plan
ini akan memfasilitasi pengembangan sosio-ekonomi Jakarta.
Pengolahan Air
Komponen utama system air yang dirancang untuk wilayah pesisir ini terdiri atas sistem
polder di utara Jakarta, sungai-sungai dan kanal-kanal yang mengalir ke waduk retensi itu
sendiri, dan sistem manajemen air di Garuda itu sendiri.
Pengolahan polder
Secara keseluruhan tujuh polder akan dibangun dalam Fase A. Untuk menciptakan satuan
yang dapat dikelola secara hidrolik, sejumlah cincin tanggul akan dibangun. Untuk

mempertahankan lahan yang berada di dalam polder ini tetap kering, pompa waduk dan
pompa drainase dibutuhkan untuk memompa keluar air hujan dan air yang mengalir masuk
dari hulu. Sebagian besar polder akan mengalirkan airnya ke dalam danau retensi di belakang
Tanggul Laut Luar. Pompa-pompa Sunter bawah dan Ancol akan disesuaikan sehingga
pompa-pompa tersebut dapat mengalirkan airnya secara langsung ke laut di Tanjung Priok.
Sungai-sungai
Sungai dan kanal di Jakarta bagian barat akan mengalirkan airnya ke waduk raksasa
(retensi penahan di belakang Tanggul Laut Luar), termasuk Cengkareng Drain and Banjir
Kanal Barat. Setelah menutup teluk ini, muka air akan diturunkan sedalam 1,5 m menjadi 0,90 LWS-2012 ketika musim kemarau. Permukaan minimum ini ditentukan berdasarkan
kedalaman sungai dan teluk saat ini. Menurunnya muka air akan segera meningkatkan laju
aliran sungai selama banjir.
Waduk retensi
Waduk retensi seluas total 75 km2 berfungsi sebagai waduk raksasa: waduk ini untuk
sementara menyimpan air sungai yang dialirkan ke dalamnya sebelum air ini dipompakan ke
luar. Muka air di dalam waduk retensi ini berfluktuasi 2.5 meter, yang menciptakan ruang
untuk penyimpanan. Stasiun pompa terbesar di dunia akan dibangun untuk mempertahankan
muka air di dalam batas yang ditetapkan.
Muka air di danau retensi dapat pada waktunya diturunkan untuk mempermudah aliran
sungai apabila sungai tersebut mengalami penurunan muka tanah lebih lanjut. Penurunan ini
akan menyebabkan perbedaan ketinggian yang lebih besar antara muka air di danau retensi
dan muka air di laut. Akan tetapi, beda tinggi yang dapat diterima di bagian luar tanggul laut
sudah dalam batas yang ditentukan.
Memasok air minum bermutu untuk penduduk Jakarta saat ini merupakan tugas yang
menantang. Air perpipaan dan distribusinya hanya sanggup mencapai sebagian kecil
populasi. Waduk retensi ini dapat saja, sejalan dengan waktu, menjadi sumber air baku untuk
Jakarta. Untuk keperluan ini ketinggian operasional yang perlu dinaikkan pada saat musim
kemarau hingga +0,65 m LWS-2012 agar tidak melewati muka air minimum. Pada tahun
kering, waduk raksasa ini dapat menjamin pasokan air yang terandalkan sebanyak 7 m3/detik

pada musim kemarau, yang bertambah hingga 30 m3 pada musim hujan. Dengan
menggabungkan sumber air melimpah ini dengan sumber-sumber lain (termasuk penggunaan
air tanah yang berkelanjutan), Ibukota dapat dipasok dengan air perpipaan sepanjang tahun.
Mutu air perkotaan saat ini sangat buruk dan perlu ditingkatkan agar waduk retensi dapat
berfungsi baik.
Pengelolahan air di Garuda Megah
Merancang daerah perkotaan selengkapnya memberi kesempatan untuk membentuk
sistem

air

yang

terkemuka

dan

berkelanjutan

pada

Garuda

Megah.

Daripada

mempertimbangkan solusi secara teknik saja, pendekatan gabungan atas unsur-unsur alami
dan buatan manusia merupakan solusi yang paling sesuai untuk membangun sistem
pengelolahan air yang tangguh yang digabungan dengan kualitas lingkungan yang tinggi.
Semua air limbah di Garuda ini akan dikumpulkan dan diolah. Limpasan dari jalan-jalan
akan disaring sebelum air limpasan ini mencapai air permukaan, atau akan dikumpul
sekaligus untuk diolah. Sistem terpisah dirancang untuk air hujan. Air yang relatif bersih ini
tidak dicampur dengan air selokan; air hujan ini digunakan sebagai pasokan untuk aliran air
permukaan pada garuda dan disalurkan ke taman-taman, zona hijau dan daerah hutan bakau.
Akhirnya, air ini sebisa mungkin mengalir secara gravitasi ke danau retensi atau ke laut.
Tangkapan air di sisi jalan dan drainase sengkedan (swales), kolam pendalaman air, dan
permukaan yang berpori dapat diintegrasikan ke dalam perancangan ini dan manfaat atap
hijau dan teknik-tekik lain untuk memperlambat limpasan air harus digalakkan.
Satu isu mengenai pengelolaan air di Garuda adalah rembesan air asin hingga 3 m3/detik,
yang terjadi melalui tanggul laut luar. Karena hal ini relatif tinggi, dapat saja
dipertimbangkan untuk membangun polder di Garuda dan menangkap rembesan air asin ini
dalam satu sistem drainase.

Struktur Tanggul
Tanggul laut luar ini merupakan struktur yang impresif karena panjangnya 25 km dan,
pada titik terdalam, tingginya 24 meter yang 7.7 meter akan berada di atas muka air laut
(+7.7 LWS-2012). Pada bagian terlebar waduk ini, dasarnya akan seluas 380 meters.

Kemiringan bagian luar waduk ini sekitar 1:7 karena kestabilan geoteknik dan gelombang.
Untuk melindungi lereng sebelah dalam dan sebelah luar tanggul laut ini, akan dipasang
lapisan pelindung yang terbuat dari batu. Pelat pancang akan dipasang pada lereng sebelah
dalam yang dikombinasikan dengan pengembangan perkotaan. Tanggul laut luar ini akan
ditutup pada tahun 2022. Waktu pembangunan tanggul laut, stasiun pompa, dan jalan tol
diperkirakan berlangsung selama 4-6 tahun. Tanggul laut luar ini akan memberikan
perlindungan hingga tahun 2080 (pada laju penurunan muka tanah 2.5 cm/tahun di bawah
tanggul laut luar dan kenaikan muka air laut pada laju 0.8 cm/tahun.

Gambar penampang melintang

4. Susun narasi mengenai road map anda untuk realisasi NCICD

Indonesia National Capital integrated Coastal Development (NCICD) merupakan rencana


yang dipilih oleh pemerintah untuk mengatasi masalah banjir yang melanda kota Jakarta
khususnya Jakarta Utara. NCICD adalah buah hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Belanda.
Menurut saya, Master Plan NCICD sudah cukup bangus, akan tetapi banyak hal-hal kecil
yang diabaikan dalam master plan NCICD. Salah satunya yaitu masalah sanitasi yang cukup
kompleks.
Menurut saya pelaksanaan NCICD dimulai dengan penguatan tanggul laut sementara
yang sudah ada. Fungsi tanggul sementara ini adalah untuk menahan banjir tp hanya bersifat
sementara. Setelah pembuatan tanggul itu, sebaiknya pemerintah memperbaiki masalah

sanitasi di Jakarta yang cukup kompleks. Dalam pelaksanaan perbaikannya harus disertai
dengan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat, seperti masalah kebersihan sungai,
pembuangan sampah, sanitasi dan pembuangan limbah rumah tangga.
Pembangunan tanggul raksasa untuk jangka panjang diusahakan selesai bersamaan
dengan perbaikan masalah sanitasi di Jakarta. Sehingga fungsi tanggul raksasa sebagai
reservoir air bersih Jakarta dapat terwujud. Menurut saya pembangunan pulau-pulau yang
berada didekat tanggul dapat dilakukan akan tetapi jalan yang direncanakan sebagai jalur
utara, sebaiknya tidak perlu dilakukan, karena akan menggunakan biaya yang sangat besar.
Untuk mengganti pembiayaan pembangunan ini dapat ditarik distribusi kepada masyarakat
Jakarta. Namun harus dilakukan penyuluhan terlebih dahulu kepada masyarakat Jakarta
tentang urgent-nya pembangunan tanggul raksasa ini sehingga mereka merasa harus
membayar retribusi untuk biaya pembangunan tanggul raksasa ini.

Anda mungkin juga menyukai