Disusun Oleh
Carissa Paresky Arisagy
12/334991/PN/12981
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Asisten :
Lukman Hakim
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Resmi Praktikum
Disusun oleh :
CARISSA PARESKY ARISAGY
12 / 334991 / PN / 12981
Laporan ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah Teknik
Penangkapan Ikan (PIM ) yang diselenggarakan oleh Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta .
Asisten Praktikum
Praktikan
( Lukman Hakim )
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Teknik
Penangkapan Ikan ini. Praktikum Teknik Penangkapan Ikan dilaksanakan sebagai upaya
pembelajaran serta pelatihan bagi Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan
Universitas Gadjah Mada. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti responsi
Praktikum Teknik Penangkapan Ikan Tahun ajaran 2014/2015.
Laporan ini berisi laporan hasil praktikum yang telah dilakukan. Dalam penyusunan laporan
ini, tentunya saya memperoleh bantuan baik berupa fisik maupun materi sehingga laporan ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada orang
tua, teman-teman, serta Tim Asisten Laboratorium Teknik dan Alat Penangkapan Ikan yang
telah memberikan bimbingan di dalam praktikum dan pembuatan laporan ini.
Tidak ada gading yang tak retak, saya sangat menyadari bahwa masih ada kekurangan di
dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini. Atas segala kekurangan tersebut saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan ini. Saya
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
I.
1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Trenggalek adalah salah satu daerah di Jawa Timur yang mempunyai potensi
sumberdaya alam yang cukup besar baik untuk peairan laut, perairan payau, maupun
periaran tawar. Luas perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Kabupaten Trenggalek
seluas 35.558 km2, dengan tingkat eksploitasi masih sekitar 9,8% dari potensi yang
tersedia (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Perairan Teluk Prigi merupakan
daerah perikanan penghasil ikan-ikan pelagis kecil (56,80%) yang potensial, serta ikanikan seperti ikan lemuru, layang, tembang, dan slengseng (PPN Prigi, 2002). Jenis-jenis
ikan tersebut pola hidupnya membentuk gerombolan dan merupakan salah satu target
dari alat tangkap pukat cincin di Prigi.
Pukat cincin (purse seine) merupakan salah satu alat tangkap yang produktif.
Pengoperasian pukat cincin di Prigi umumnya menggunakan sistem dua kapal (two boat
system). Kapal yang digunakan untuk kegiatan penangkapan terdiri atas kapal utama
yang berfungsi untuk melingkarkan pukat cincin serta kapal pembantu yang berperan
dalam proses penarikan purse line setelah pelingkaran pukat cincin selesai. Kapal
pembantu juga berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan.
Berdasarkan data hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di PPN Prigi dalam lima
tahun terakhir menunjukkan jumlah produksi ikan terbanyak dibandingkan dengan alat
tangkap lainnya. Jumlah produksi ikan yang dihasilkan pukat cincin pada tahun 2002
mencapai 11.796,2 ton atau sekitar 77,55% dari total hasil tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Prigi (Priambodho, 2004). Hasil tangkapan yang banyak tertangkap
pukat cincin terutama untuk jenis ikan-ikan yang bersifat pelagic shoaling species,
seperti ikan ekor merah, tongkol, dan jenis ikan yang lain. Ikan-ikan tersebut merupakan
jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
Memperhatikan dan menyadari pentingnya pengelolaan perikanan tangkap tersebut
terhadap kelaberlanjutan usaha perikanan, maka dirasa perlu untuk mengetahui dan
memahami lebih lanjut tentang teknik penangkapan ikan, khususnya pada alat tangkap
pukat cincin (purse seine).
2.
Tujuan Praktikum
Praktikum Teknik Penangkapan Ikan ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi
umum dari alat tangkap pukat cincin (purse seine) serta mengetahui mekanisme
pengoperasian alat tangkap purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Jawa
Timur.
3.
Manfaat
Manfaat Praktikum Penangkapan Ikan ini adalah agar mahasiswa mengetahui
konstruksi umum alat tangkap ikan khususnya pukat cincin (purse seine) beserta
mekanisme pengoperasiannya dan mengetahui aktifitas nelayan dalam operasional
penangkapan ikan.
4.
II.
1.
TINJAUAN PUSTAKA
Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2003) adalah
kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air
yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Sementara menurut UU Nomor 9
Tahun 1985, penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
ikan diperairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, mengolah atau mengawetkan ikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud bertujuan untuk memperoleh nilai tambah
lainnya, seperti penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan terhadap protein hewani,
devisa serta pendapatan negara (Monintja, 2002).
Kegiatan perikanan tangkap sangat tergantung pada tersedianya sumberdaya perikanan,
baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya buatan (sarana
dan prasarana pendukung). Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam
mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal adalah diterapkannya
pengelolaan yang rasional. Pengelolaan yang rasional menerapkan sistem pengelolaan
yang mencakup semua sumberdaya, termasuk diantaranya lingkungan sumberdaya ikan
yang dimanfaatkan, perencanaan, organisasi, dan kelembagaan, serta sumberdaya
manusia, terutama pelaku dan pemanfaat, baik lokal maupun pendatang (Nikijuluw,
2002).
Dalam rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries)
sesuai dengan Code of conduct for Responsible Fisheries (CCRF) maka eksploitasi
sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab (Responsible
fisheries). Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yang dicetuskan FAO
tahun 1995 menyebutkan beberapa prinsip mengenai pengelolaan perikanan yang
bertanggung jawab serta himbauan bagi negara-negara lain untuk mengelola sumberdaya
perikanannya. Butir-butir dalam prinsip-prinsip umum CCRF tersebut antara lain: 1)
melindungi ekosistem perairan; 2) menjamin ketersediaan sumberdaya perikanan secara
berkelanjutan; 3) pencegahan kondisi tangkap berlebih (overfishing); 4) rehabilitasi
Purse Seine
Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia
pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan di seluruh Pantai
Atlantik, Amerika Serikat terutama di perairan Rhode Island. Alat ini umumnya
digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia tyranus). Tahun 1870 bentuk
purse seine diperkenalkan di Negara Skandivaria. Selanjutnya dari Skandivaria purse
seine menjadi popular tahun 1880 di Norwegia, Swedia. Negara Denmark dan Jerman
mengenal alat tangkap purse seine pada tahun 1913. Purse seine pertama kali di
Indonesia diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh Balai Penelitian Perikanan Laut
(BPPL) pada tahun 1970, kemudian diterapkan di Muncar dan berkembang pesat sampai
sekarang (Hidayat, 2004).
Menurut Ayodhyoa (1981), bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari alat
tangkap purse seine ialah ikan-ikan pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan
tersebut haruslah membentuk sesuatu gerombolan, berada dekat dengan permukaan air
dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara
ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. dengan perkataan lain dapat juga
dikatakan persatuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. hal ini
dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring, akan dibatasi
oleh ukuran dari jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jika ikan-ikan belum
terkumpul pada suatu catchabel area, dan ikan-ikan masih berada diluar kemampuan
tangkap jaring, maka haruslah diusahakan agar ikan-ikan itu datang berkumpul ke suatu
catchabel area. Hal ini dapat ditempuh misalnya dengan penggunaan cahaya, rumpon
dan lain sebagainya Purse seine dapat dibedakan atas berbagai segi. Ada yang
membedakan berdasarkan ada tidaknya kantong, sehingga dikenal ada purse seine
berkantong dan purse seine tanpa kantong. Akan tetapi, ada juga yang membedakan
berdasarkan jumlah kapal yang digunakan sehingga dikenal one boat purse seine dan two
boat purse seine. Ada pula yang menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi
tujuan penangkapan sehingga kita kenal tuna purse seine, sardin purse seine, dan
sebagainya (Sudirman, 2004).
Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek daripada tali ris bawahnya.
Berbeda dengan alat tangkap lain dalam kelompoknya seperti lampara yang memiliki tali
ris atas yang lebih panjang daripada tali ris bawah. Pukat cincin adalah suatu alat tangkap
yang berbentuk empat persegi panjang dengan dinding yang sangat panjang. Alat
tangkap pukat cincin terdiri atas badan jaring, jaring pada pinggir badan jaring
(selvedge), kantong (bunt), tali atas (float line), tali ris bawah (lead line), pemberat dan
pelampung, serta cincin-cincin yang menggantung pada bagian bawah jaring (Von
Brandt, 1984).
1. Badan Jaring
Badan jaring terdiri dari sayap (wing), perut, bahu dan kantong merupakan dagian utama
dari pukat cincin, biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon (PA)
atau bahan lainnya. Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya disesuaikan dengan ikan
yang menjadi tujuan penangkapan.
2. Pelampung (buoy)
Bahan yang dipergunakan sebagai pelampung biasanya memiliki berat jenis (Bj) yang
lebih kecil dibandingkan dengan Bj air laut, sehingga dapat mengapung di permukaan air
laut. Pada umumnya pelampung purse seine dibuat dari bahan plastik yang keras. Ukuran
pelampung disesuaikan dengan bentuk dan daya apung benda tersebut, pelampung yang
biasanya digunakan pada alat tangkap ini berbentuk oval. Sedangkan jumlah pelampung
tergantung dari extra buoyancy yang diinginkan. Pelampung biasanya dipasang pada tali
pelampung (buoy line) yang besar ukuranya sama dengan tali ris atas yang berbeda hanya
arah pintalan tali tersebut. Pelampung berfungsi untuk mengapungkan seluruh jaring
ditambah dengan kelebihan daya apung (extra buoyancy), sehingga alat ini tetap mampu
mengapung walaupun di dalamnya ada ikan hasil tangkapan.
3. Pemberat (Sinker)
Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring sewaktu dioperasikan, semakin
berat pemberat maka jaring utama akan semakin cepat tenggelamnya. Tetapi daya
tidak dapat meloloskan diri, oleh karena itu, tali kerut harus dibuat dari bahan yang kuat
sehingga pada umunya ukuranya relatif lebih besar (Mudztahid, 2011).
3.
Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang
Pelagic Shoaling Species, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal
(gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) (Gunarso, 1985).
Menurut Rahardjo (1978), ikan-ikan ini yang biasanya tertangkap dengan purse seine
adalah hering (Clupea ap.), anchovy (Engraulis sp.), layang (Decapterus russeli), selar
(Caronx sp.), kembung laki-laki (Rastrelliger kanagurta), kembung perumpuan
(Rastrelliger negletus), cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus spp.),
Sardin (Sardinella sp.), tongkol (Euthynnus spp.), salmon (Onchorynchus sp.).
Sumberdaya ikan pelagis kecil dapat disebut sebagai sumberdaya yang bersifat poorly
behaved (Merta, 1992), karena makanan utamanya adalah plankton, sehingga
kelimpahannya sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu,
kelimpahan sumberdaya tersebut berfluktasi dan tergantung kepada terjadinya fenomena
El Nino yang mempengaruhi proses upwelling (pertemuan arus hangat dan arus dingin di
dalam laut) di perairan yang ada. Yusron (2005) menambahkan bahwa pada ikan Lemuru
di Selat Bali memberikan hasil yang lebih tinggi selama tahun-tahun El Nino, hal
tersebut dikarenakan adanya pergerakan arus dari laut Jawa dan Flores melalui Selat Bali,
Lombok, Alas dan Sape ke Samudera Hindia.
1.
Metode Dasar
Metode dasar dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode survei dan observasi
secara langsung kepada objek yang diamati. Metode survey merupakan upaya
pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi
tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan
sehingga tidak akan memunculkan teori yang baru. Sedangkan observasi adalah
pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.
Hasil observasi dicatat secara sistematis. Selain itu juga dilakukan pengambilan foto
untuk mendokumentasikan kegiatan nelayan serta melakukan survei dengan ikut dalam
kegiatan penangkapan.
2.
3.
Kapal Utama
a.
b.
Ukuran Geladak
(
Keterangan :
GT = kekuatan kapal
P
2.
Kapal Pembantu
(
Keterangan :
GT = kekuatan kapal
P
3.
Pelampung
a.
Berat di udara
A = jumlah pelampung x berat pelampung
b.
Daya Apung
(
Di mana,
P
=1
= -3,10
c.
4.
Pemberat
a.
Berat di udara
A = jumlah pelampung x berat pelampung
b.
Daya Apung
(
Di mana,
P
c.
5.
Jaring
a.
Slevedge
( )
( )
b.
Badan/tubuh jaring
( )
( )
( )
( )
6.
Format koordinat
aa mm dd
Keterangan :
aa
mm
: menit
dd
: detik
1.
Keadaan Wilayah
Perairan Prigi merupakan suatu daerah strategis yang ada di Kabupaten Trenggalek
tepatnya di Desa Tasikmadu yang terletak 47 km, sebelah tenggara dari Kota
Trenggalek yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Secara administratif perairan ini
termasuk dalam wilayah Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
(PPN Prigi, 2007). Secara geografis perairan Prigi terletak pada 08 o1722 LS dan
111o4358 BT.
Perairan Prigi juga dikenal sebagai objek wisata perikanan dimana terdapat Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) yang merupakan pendaratan ikan terbesar setelah Cilacap di
pantai selatan. Letak yang strategis baik ditinjau dari ketersediaan sumberdaya alam
maupun jalur transportasi dan pemasaran menyebabkan wilayah ini mengalami
perkembngan yang sangat cepat. Nelayan yang beroperasi di Prigi pun tidak hanya
penduduk setempat, namun juga para pendatang yang umumnya adalah nelayan dari
daerah lain seperti Banyuwangi, Sendang Biru, Pacitan, Sulawesi dan lain-lain.
Teluk Prigi mempunyai tiga pantai yang digunakan untuk wisata, yaitu Pantai Damas,
Pantai Prigi dan Pantai Karanggongso (Adhicipta Engineering Consultant, 2006).
Keindahan alam pada wilayah pantainya yang disempurnakan dengan hamparan pasir
putih yang luas dan perkampungan nelayan dengan segala kegiatannya merupakan
perpaduan yang khas kawasan perairan Prigi. Ditambah Upacara adat labuh Laut Larung
Sembonyo yang dilaksanakan setiap bulan Selo merupakan sajian ritual yang memberi
daya tarik tersendiri (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 2008).
Karakteristik potensi sumberdaya di kawasan Prigi tersebut semestinya dapat
dikembangkan sebagai objek ekowisata yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
2.
2.
Fasilitas
fungsional
merupakan
fasilitas
yang
difungsikan
dalam
yaitu 1 unit berada di sisi barat dengan luas 940 m2 dan 1 unit di susu timur
dengan luas 400 m2, pabrik es dengan kapasitas 20 ton/hari, instalasi BBM
dengan kapasitas tangki 50 ton, instalasi air tawar dengan kapasitas 70 ton
yang berasal dari sumur artesis dengan kedalaman 90 meter, bengkel,
jaringan listrik PLN berkapasitas 226,5 KVA, kamar mandi (MCK) umum, pos
keamanan, sarana komunikasi, dan lampu suar sebanyak 4 unit yang dipasang
pada pintu masuk kolam pelabuhan dengan warna merah dan hijau.
3.
balai pertemuan nelayan, kios BAP/ Bahan Alat Penangkapan dan kendaraan
dinas).
Kegiatan usaha perikanan yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi baik
bidang penangkapan maupun pengolahan pada umumnya masih bersifat
tradisional. Faktor utama untuk mendukung pengembangan usaha perikanan
tangkap adalah keberadaan pelabuhan perikanan sebagai tempat berlabuh bagi
kapal-kapal perikanan, mengisi perbekalan / bahan produksi, serta mendaratkan
ikan hasil tangkapan, sehingga dapat memberikan kemudahan dan jaminan
kelancaran sejak dimulai produksi sampai ke pemasaran.
Kegiatan usaha perikanan tangkap di PPN Prigi yang tergolong usaha kecil dan
menengah terdiri dari 912 unit usaha yaitu:
1. Usaha perikanan Purse Seine berjumlah 136 unit;
2. Usaha perikanan pancing ulur berjumlah 546 unit;
3. Usaha perikanan pancing tonda berjumlah 72 unit;
4. Usaha perikanan pukat pantai berjumlah 42 unit;
5. Usaha perikanan jaring insang berjumlah 43 unit
6. Usaha perikanan payang berjumlah 36 unit
7. Usaha perikanan jaring klitik berjumlah 53 unit.
Letak yang strategis baik ditinjau dari ketersediaan sumberdaya alam maupun jalur
transportasi dan pemasaran menyebabkan wilayah Prigi mengalami perkembangan
yang sangat cepat. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi sebagai sentra
kegiatan perikanan dan perekonomian masyarakat adalah tempat berkumpulnya
orang-orang yang berusaha dan bekerja dibidangnya masing-masing dalam
menunjang kegiatan perikanan di pelabuhan.
Armada kapal yang beroperasi di perairan Prigi umumnya sudah cukup maju, ini
dapat dilihat bahwa sudah semua kapal memakai mesin untuk menjalankan
kapalnya. Perahu motor, yaitu armada yang paling sederhana di perairan Prigi
mengalami penurunan. Pergantian armada kapal yang digunakan oleh nelayan di
Pantai Prigi dari armada yang sederhana ke armada yang lebih canggih dikarenakan
nelayan setempat sudah menyadari bahwa semakin canggih armada yang
digunakan maka aktivitas penangkapan dapat ditingkatkan dan penghasilan pun
dapat meningkat. Selain itu faktor ekonomi yang meningkat dikarenakan hasil
tangkapan yang banyak, mendorong nelayan untuk memperbaharui armadanya agar
lebih canggih dan dengan harapan hasil tangkapan dapat lebih meningkat.
Alat tangkap yang digunakan nelayan Prigi bervariasi jenisnya. Dari hasil laporan
tahunan PPN Prigi terdapat 6 jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan Prigi.
Alat tangkap yang pertama kali dioperasikan di perairan Prigi adalah pancing. Alat
tangkap ini memiliki konstruksi yang sangat sederhana dan pada mulanya hanya
dioperasikan di pinggir pantai menggunakan perahu dayung, tetapi saat ini pancing
dioperasikan dengan perahu motor. Seiring dengan berkembangnya sarana dan
prasarana transportasi termasuk perkembangan armada kapal, banyak armada kapal
dari luar Prigi yang datang dan menangkap ikan dengan menggunakan beragam
alat tangkap di sekitar Teluk Prigi yang memang kaya akan sumberdaya hayati
ikan. Alat tangkap yang berkembang dengan cepat adalah pancing dan pukat
cincin. Pancing diminati oleh nelayan setempat karena harganya yang murah dan
mudah dioperasikan, serta hasil tangkapannya yang banyak. Pukat cincin diminati
oleh nelayan lokal karena alat tangkap ini dapat memberikan hasil tangkapan dan
keuntungan yang besar dibanding alat tangkap lain yang beroperasi di Prigi.
Ditinjau dari daerah tempat penangkapan nelayan Prigi yang sangat luas (Samudera
Hindia) dan memiliki potensi yang sangat besar dan dengan didukung oleh
peralatan yang semakin modern dengan ukuran armada yang semakin besar dengan
disertai alat yang lengkap (multi gear) dan adanya peletakan rumpon-rumpon oleh
pemerintah dan juragan besar di daerah ruaya ikan-ikan ekonomis penting (tuna,
cakalang, tongkol, dan lain-lain) maka sangat mungkin sekali untuk terus
mengembangkan dan meningkatkan usaha dibidang penangkapan dan pengolahan
ikan di daerah ini.
Produksi perikanan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi pada lima tahun
terakhir mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu. Menurut nelayan
hal ini disebabkan karena pada lima tahun terakhir ini musim tidak menentu dan
ada indikasi terjadi pencemaran akibat penangkapan ikan menggunakan potasium,
sehingga mempengaruhi hasil tangkap. Pada tahun 2008 produksi perikanan yang
didaratkan di PPN Prigi sebesar 26.355 ton dengan nilai produksi Rp
131.017.625.000 dibandingkan dengan data volume dan nilai produksi pada tahun
2007, volume produksi tahun 2008 meningkat sebesar 4.023 ton (18,01%).
Sedangkan nilai produksinya meningkat sebesar Rp 38.758.475.000 (42,01%).
Kenaikan produksi ikan ini dikarenakan pada tahun 2008 produksi ikan unggulan
seperti tongkol dan lemuru mengalami kenaikan. Namun, pada tahun 2009 nilai
produksi mengalami sedikit penurunan dan turun drastis di tahun 2010 sebesar Rp
61.306.426.750,- akibat musim paceklik (Ross,2011).
Musim penangkapan di daerah Prigi tergantung dari posisi bulan. Ketika bulan
terang atau bulan purnama nelayan tidak melakukan aktivitas penangkapan dan
jarang yang melaut kalaupun ada yang melaut biasanya mereka keluar dari daerah
perairan Prigi. Tetapi ketika bulan gelap, hampir semua nelayan dengan berbagai
armada kapal dan alat tangkapnya melakukan aktivitas penangkapan. Dalam satu
bilan biasanya hari penangkapan hanya berjumlah 22-25 hari hari. Musim
penangkapan tidak berlangsung sepanjung tahun, biasanya berlangsung sekitar 6-7
bulan dari bulan April sampai Oktober dimana sedang terjadi musim Timur.
Nelayan di Prigi membagi musim penangkapan ikan menjadi 3 musim, yaitu :
1.
Musim puncak yang terjadi dari bulan Juli sampai dengan Oktober. Pada
musim ini alat tangkap yang mendominasi adalah purse seine.
2.
Musim sedang yang terjadi dari bulan April sampai Juni. Pada musim ini
semua alat tangkap beroperasi untuk melakukan kegiatan penangkapan.
3.
Musim paceklik yang terjadi dari bulan November sampai Maret. Pada musim
ini terjadi musim barat dimana angin dan arus sangat kencang sehingga ikanikan tidak ada yang menyebabkan nelayan tidak melaut. Alat tangkap yang
beroperasi hanya pukat pantai yang dioperasikan di pinggir pantai. Karena
hanya pukat pantai yang beroperasi maka semua nelayan yang awalnya
menggunakan alat tangkap lain seperti purse seine, pancing, dan lain-lain
beralih menggunakan pukat pantai.
Daerah penangkapan nelayan di Prigi umumnya hanya disekitar Teluk Prigi, tetapi
ada juga yang keluar dari daerah sekitar teluk seperti ke Blitar, Tulungagung,
Pantai Selatan Pacitan, dan Malang. Daerah penangkapan ikan ini tergantung dari
alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Untuk nelayan purse seine misalnya
hanya beroperasi di sekitar teluk dan sepanjang Pantai Selatan Kabupaten
Trenggalek, begitu juga pancing dan gillnet yang beroperasi di sekitar teluk. Waktu
tempuh menuju fishing ground berkisar 1 sampai 2 jam, hal ini dikarenakan
nelayan setempat hanya melakukan one day fishing. Ada beberapa nelayan yang
melakukan penangkapan sampai satu minggu, umumnya nelayan seperti ini
menangkapn ikan mencapai ZEE dengan menggunakan alat tangkap pancai rawai.
V.
1.
Hasil
1.1. Kapal Penangkapan Ikan
1.1.1. Jenis
: Lorena
: Pak Par
: Pairan
1.1.7. Bahan
: Kayu
1.1.8. Ukuran
a.
Kapal Utama
Badan Kapal
Panjang
: 15 m
Lebar
: 3,15 m
Tinggi/dalam
: 1,5 m
Cb kayu
: 0,425
Tonage (GT1)
:
=
= 10,63 GT
Geladak
Panjang
:5m
Lebar
:1m
Tinggi/dalam
:3m
Cb kayu
: 0,425
Tonage (GT1)
:
=
= 2,25 GT
GT = GT1 +GT2
= 10,63 GT + 2,25 GT
= 12,88 GT
b.
Kapal Pembantu
Panjang
: 12 m
Lebar
:3m
Tinggi/dalam
: 1,3 m
Cb kayu
: 0,425
Tonage (GT)
:
=
= 7,02 GT
: Mitsubishi
Tenaga
: 160 PK
Bahan bakar
: Solar
Jumlah mesin : 2
Tenaga
: 120 PK
Bahan bakar
: Solar
Jumlah mesin : 2
1.3.3. Komponen Alat Tangkap : Jaring, tali ris, tali kolor, pelampung
Pemberat, cincin (ring),
1.3.4. Gambar Alat Tangkap
: Kuralon
Diameter
: 9 mm
Panjang
: 450 m
: Kuralon
Diameter
: 9 mm
Panjang
: 450 m
: Rues
Diameter
: 30 mm
Panjang
: 450 m
: Kuralon
Diameter
: 9 mm
Panjang
: 450 m
: Kuralon
Diameter
: 9 mm
Panjang
: 20 m
: Kuralon
Diameter
: 9 mm
Panjang
: 20 m
: Rues
Diameter
: 30 mm
Panjang
: 450 m
1.5. Pelampung
1.5.1. Bahan
: Plastik
1.5.2. Bentuk
: Oval
1.5.3. Ukuran
Diameter lubang
: 1,5 cm
Diameter tebal
: 8 cm
Panjang
: 12 cm
Berat
: 0,25 kg
: 402,06 kg
)
)
= 402,06 kg
1.5.4. Jarak Antar Pelampung
: 25 cm
: 1216 buah
Jml Pelampung
=
= 1216 buah
1.5.6. Gambar
: Timah
1.6.2. Bentuk
: Bulat
1.6.3. Ukuran
Diameter lubang
: 1 cm
Diameter tebal
: 2-3 cm
Panjang
: 10 cm
Berat
: 0,33 kg
)
)
)
(
= -9,17 kg
1.6.4. Jarak Antar Pemberat
: 1,5
Jml Pemberat
=
= 281 buah
1.6.6. Gambar
: Kuningan
1.7.2. Bentuk
: Cincin
: 8 cm
Berat
: 0,5 kg
)
(
1.7.5. Jumlah
: 412 buah
1.7.6. Gambar
: Nilon
: 1 inch = 2,54 cm
)
)
= 16.142 buah
1.8.4. Jumlah Mata Jaring ke Arah Lebar
= 1.969 buah
(
(
: 2 orang
: 14 orang
: 3 orang
: 1 orang
: 1 orang
1.9.7. Pemantau
:-
: 22 orang
E 111o43,636
1.10.2. Koordinat FG1
: S 8o22.46
E 112o4.398
8o LS lebih 31,85
111o BT lebih 80,73
8o LS lebih 41,55
112o BT lebih 8,14
Lamanya 1 Trip
: 8 jam 43 menit
Pelabuhan FG1
Setting
: 13 menit
Hauling
: 9 menit
: 10 menit
: Rengis / Tongkol
Nama Ilmiah
: Euthynnus sp.
Gambar
2.
Pembahasan
2.1. Konstruksi Alat Tangkap
Purse seine merupakan alat tangkap yang terbuat dari lembaran jaring berbentuk
segi empat yang pada bagian atasnya dipasang pelampung dan pada bagian bawah
dipasang pemberat, cincin (ring), dan tali kerut. Tali kerut (purse line) berguna
untuk menyatukan bagian bawah jaring sehingga ikan tidak dapat meloloskan ke
bawah dan samping. Ukuran mata jaring yang digunakan berbeda-beda,
disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Bukan hanya ukuran mata
jaring yang memiliki ukuran yang berbeda-beda namun juga ukuran benang yang
digunakan. Fungsi mata jaring dan jaring tersebut adalah sebagai dinding
penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan (Subani dan Barus, 1989).
Purse seine juga sering disebut dengan nama pukat cincin karena pada jaring
bagian bawah dipasangi cincin (ring) yang berguna untuk memasang tali kerut atau
tali kolor. Purse seine atau pukat cincin ini digolongkan dalam kelompok jaring
lingkar (surrounding net). Alat tangkap yang bersifat mengurung gerombolan ikan
ini dioperasikan dengan melingkari kumpulan ikan, baik dari bagian samping
maupun dari bagian bawah sehingga kumpulan ikan tersebut tidak dapat
meloloskan diri dari jaring (Partosuwiryo, 2008).
Di PPN Prigi kebanyakan purse seine yang digunakan termasuk yang berbentuk
segi empat dan dioperasikan dengan menggunakan sistem 2 kapal (two boat trawl).
Salah satu dari kedua kapal tersebut merupakan kapal utama yang bertugas
melingkarkan jaring ke arah kumpulan ikan sementara kapal lainnya merupakan
kapal pembantu yang bertugas mengangkut hasil tangkapan serta menarik tali kolor
agar ikan tidak lolos dari jaring. Prinsip penangkapan ikan dengan menggunakan
purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah
itu jaring bagian bawah dikerucutkan, sehingga ikan-ikan terkumpul di bagian
kantong. Dengan demikian ruang gerak ikan terbatasi, ikan-ikan tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya tertangkap.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, jaring purse seine yang digunakan
kapal penangkapan Lorena memiliki panjang 450 meter dan kedalamannya
mencapai 50 meter. Komponen jaringnya terdiri dari selvadge dan badan jaring
yang berbahan nilon dengan ukuran mata jaring sebesar 1 inch. Komponen tali
temali yang digunakan rata-rata berbahan kuralon dengan panjang yang berbedabeda.
Tali pelampung yang digunakan dalam unit penangkapan dengan purse seine
terbuat dari bahan kuralon dengan diameter 9 mm dengan panjang 450 m. Untuk
tali ris atas adalah tali yang berfungsi untuk menempelnya bagian jaring serta tali
pelampung dimana terbuat dari tali kuralon dengan diameter 9 mm dan memiliki
panjang 450 m. Selanjutnya bagian purse seine memiliki tali pemberat dimana
berfungsi sebagai tempat menempelnya pemberat yang terbuat dari tali rues dengan
diameter tali sebeesar 30 mm dengan panjang 450 m. Diameter tali pemberat lebih
besar dibanding diameter tali pelampung sebab untuk menggantungkan pemberat
dibutuhkan kekuatan tali yang kuat dan tebal tali yang berdiameter besar. Tali ris
bawah adalah tali yang berfungsi menggantungkan bagian bawah jaring serta tali
pemberat dimana terbuat dari tali kuralon dengan diameter yang sama dengan tali
ris atas yakni sebesar 9 mm dan panjang 450 m. Selanjutnya yaitu tali selambar
depan dan belakang adalah tali yang menghubungkan kapal utama dan kapal
pembantu sehinggga kapal pembantu dapat menarik tali selambar terlebih dahulu
sebelum jaring diturunkan. Tali selambar ini terletak di bagian ujung jaring.
Kemudian yang terakhir adalah tali kolor/kerut, tali yang dapat bergerak bebas
melalui ring ini terbuat dari tali rues dengan diameter 30 mm dan panjang 450 m.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah pelampung. Pelampung merupakan
alat untuk mengapungkan seluruh jaring ditambah dengan kelebihan daya apung
(extra buoyancy), sehingga alat ini tetap mampu mengapung walaupun di dalamnya
ada ikan hasil tangkapan. Bahan yang dipergunakan sebagai pelampung biasanya
memiliki berat jenis (Bj) yang lebih kecil dibandingkan dengan Bj air laut, selain
itu bahan tersebut tidak menyerap air. Pada umumnya pelampung purse seine
dibuat dari bahan plastik yang keras. Pelampung yang digunakan dalam
penangkapan kali ini terbuat dari bahan plastik dan berbentuk oval. Pelampung ini
memiliki diameter lubang 1,5 cm dengan diameter tebal 8 cm dan panjang 12 cm
serta berat 0,25 kg dan memiliki daya apung 402,06 kg. Berat pelampung di udara
yang didapatkan dengan memasukkan rumus adalah 304 kg. Jarak antar pelampung
yang dipasang pada jaring berjarak 25 cm antar pelampungnya dengan jumlah
pelampung sebanyak 1216 buah.
Komponen pemberat terdiri dari ring dengan jumlah 412 buah dan pemberat
dengan jumlah 281 buah. Ring yang digunakan berbahan dasar kuningan dengan
berat masing-masing 0,5 kg, sedangkan pemberat yang digunakan berbahan dasar
timah dengan berat masing-masing 0,33 kg. Pemberat (sinker) berfungsi untuk
menenggelamkan badan jaring sewaktu dioperasikan, semakin berat pemberat
maka jaring utama akan semakin cepat tenggelamnya. Tetapi daya tenggelam ini
tidak sampai menenggelamkan pelampung, sehingga pelampung harus memiliki
extra buoyancy yang besar. Pemberat dibuat dri benda yang berat jenisnya lebih
besar dari air laut, sehingga benda ini tenggelam di dalam air laut. Pemilihan
pemberat juga harus diperhatikan, yakni menggunakan bahan yang anti karat, sebab
air laut bersifat korosif pada logam. Cincin atau biasa disebut ring pada umunya
berbentuk bulat, dimana pada bagian tengahnya merupakan tempat untuk lewatnya
tali kerut, agar ring terkumpul sehingga jaring bagian bawah tertutup. Bahan yang
dipergunakan biasanya dibuat dari besi dan kadang-kadang kuningan. Ring ini
selain memiliki fungsi seperti tersebut di atas berfungsi juga sebagai pemberat.
Cincin yang digunakan dalam praktikum ini terbuat dari bahan kuningan dengan
bentuk bulat dimana memiliki diameter lubang sebesar 8 cm. Jarak antar cincin
yakni 1 m dan berjumah 412 buah.
Sayap (wing), perut, bahu dan kantong merupakan dagian utama dari pukat cincin,
biasanya bagian ini dibuat dengan menggunakan benang nylon (PA) atau bahan
lainnya. Ukuran mata jaring (mesh size) biasanya sama tetapi kadang kala berbeda.
Hal ini disesuaikan dengan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Pada setiap
bagian jaring purse seine yang menggunakan ukuran jaring yang berbeda, biasanya
pada bagian sayap merupakan menggunakan ukuran mata jaring yang paling besar
dan makin kearah kantong semakin mengecil. Penggunaan benang pada umumnya
kebalikan dari mata jaring, yaitu dari sayap ke arah kantong semakin besar,
maksudnya agar jaring pada kantong lebih kuat. Sebab pada bagian kantong
merupakan tempat terkumpulnya ikan, sedangkan pada bagian sayap, perut dan
bahu ukuran benangnya relatif lebih kecil daripada ukuran beang pada kantong, hal
ini disebabkan pada bagian-bagian tersebut hanya merupakan bagian penggiring
ikan agar ikan berkumpul di kantong. Jaring yang digunakan pada penangkapan
kali ini diketahui memiliki mesh depth total sebesar 50 m. Badan tubuh jaring
terbuat dari nylon dengan jumlah mata jaring ke arah panjang sebanyak 16.142
buah dan ke arah lebar 1.969 buah.
Secara garis besar jaring purse seine terdiri atas :
a.
Kantong (bag)
b.
c.
d.
e.
Purse line
f.
Ring (cincin)
g.
Bridle ring
Hubungan Konstruksi Alat Tangkap dengan Hasil Tangkapan dan Musim yang
sedang Berlangsung
Pengoperasian purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga
membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik dari bagian bawah
dan membentuk seperti sebuah kolam (Sainsbury 1996). Untuk memudahkan penarikan
jaring hingga membentuk kantong, alat tangkap ini mempunyai atau dilengkapi dengan
cincin sebagai tempat lewatnya tali kolor atau tali pengerut (Subani & Barus 1998).
Dengan bentuk konstruksi jaring seperti ini, memungkinkan jaring purse seine untuk
menangkap gerombolan ikan pelagis dalam jumlah yang besar dengan cara
mengumpulkannya pada kantong yang terbentuk oleh jaring purse seine ini. Dengan
demikian, hasil produksi yang diperoleh menggunakan alat tangkap jaring purse seine
akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Von Brandt (1984) yang mengemukakan bahwa purse seine
merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis di sekitar
permukaan air.
Menurut Suryana et.al (2013), panjang jaring purse seine juga mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan nilai produksi karena semakin panjang jaring
semakin optimal juga hasil tangkapannya. Semakin panjang jaring maka area yang akan
ditebari jaring pun akan semakin luas sehingga ikan yang terjaring oleh purse seine akan
semakin optimal. Di samping itu, GT kapal juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil
tangkapan yaitu semakin besar GT kapal semakin besar pula hasil tangkapan. Hal ini
dikarenakan bentuk dan ukuran suatu kapal akan berpengaruh terhadap kekuatan kapal
tersebut di atas laut. PK mesin juga mempunyai pengaruh, dimana semakin besar daya
mesin yang digunakan maka kecepatan saat setting akan semakin cepat. Dengan
demikian mangkok akan lebih cepat terbentuk, sehingga memperkecil kemungkinan ikan
untuk melepaskan diri.
1.
Kesimpulan
Alat tangkap yang umum digunakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi adalah
purse seine. Purse seine termasuk dalam jaring lingkar dan merupakan alat tangkap yang
dioperasikan dengan melingkari gerombolan ikan. Mekanisme pengoperasian jaring
purse seine dilakukan dengan cara melingkarkan jaring ke perairan untuk mengumpulkan
ikan (setting) kemudian menarik dan mengambil hasil tangkapan (hauling). Konstruksi
jaring purse seine tersusun atas badan jaring, tali-temali, pelampung, pemberat, cincin,
dan tali kolor. Hasil tangkapan utama jaring purse seine berupa ikan tongkol.
2.
Saran
Sebaiknya praktikum lapangan TPI selanjutnya dilakukan dalam dua macam trip
penangkapan yaitu siang dan malam hari sehingga data yang diperoleh lebih beragam
dan dapat dibandingkan proses serta hasil penangkapan antara siang dan malam hari.
Kemudian, kegiatan praktikum akan lebih baik apabila asisten juga mendampingi
praktikan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Suryana et.al. 2013. Pengaruh Panjang Jaring, Ukuran Kapal, PK Mesin dan Jumlah ABK
terhadap Produksi Ikan pada Alat Tangkap Purse Seine di Perairan Prigi, Kabupaten
Trenggalek. PSPK Student Journal. Universitas Brawijaya. Malang. 1(1) : 36-43.
Von Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of World. FAO Fishing News Books. Ltd.
Farnham, Jursey. England.
Wisudo dan Solihin I. 2008. Profil SDM Perikanan Tangkap Indonesia. KKP. Jakarta.
Yusron, M. 2005. Analisis Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Pelagis Kecil di Perairan
Kepulauan Samataha dan Sekitarnya. Tesis Program Pascasarjana Program Studi
Manajemen Sumberdaya Pantai. Universitas Diponegoro. Semarang.