Pokok Bahasan 1
: Pendahuluan Umum
TIK :
- Mahasiswa memahami tentang model transformasi tanaman yang umum dilakukan di
laboratorium.
- Mahasiswa memahami secara umum proses molekular transformasi genetik oleh
Agrobacterium tumefaciens.
- Mahasiswa memahami metode transformasi in planta.
- Mahasiswa memahami tentang gene targeting
Waktu : 1 x 50menit
membelah seperti embrio muda dan kalus dalam sistim kultur jaringan. Kemudian,
A.tumefaciens dihilangkan menggunakan antibiotik dan tanaman tertransformasi
diseleksi dengan media selektif. Terakhir, tanaman diregenerasi dengan media tertentu.
Namun demikian metode ini memiliki sejumlah kelemahan; pertama, memerlukan suatu
kondisi yang steril; kedua, memakan waktu lama; ketiga, mutasi somatik atau variasi
somaklonal sering terjadi pada sel tanaman selama kultur in vitro; kempat, sejumlah
tanaman bersifat rekalsitran terhadap regenerasi. Semua kekurangan ini disebabkan oleh
kultur in vitro sel-sel tanaman.
Metode transformasi in planta tidak menggunakan kultur in vitro sel-sel maupun
jaringan tanaman dan oleh karena itu dapat mengatasi kelemahan-kelemahan pada
sistem diatas. Sejumlah peneliti telah melaporkan metode in planta yang telah
dikembangkannya namun demikian metode-metode tersebut belum dapat digunakan
secara luas oleh peneliti lainya karenan masalah efesiensi dan kemampuan reproduksi.
Suatu metode transformasi in planta untuk tanaman Arabidopsis telah dapat diterima
dan dilakukan secara luas yang disebut dengan metode floral dip. Metode ini cukup
sederhana; tanaman ditumbuhkan hinga fase berbunga, dicelupkan kedalam suspensi
Agrobacterium, dan ditumbuhkan hingga dewasa, dan kemudian biji-biji yang
dihasilkan dipanen dan dikecambahkan pada media seleksi untuk mendeteksi tanaman
tertransformasi. Ukuran tanaman kecil, waktu perkecambahan pendek dan biji yang
dihasilkan per tanaman banyak merupakan prasyarat yang dipenuhi oleh metode ini.
Namun demikian karena metode ini belum bisa diaplikasikan pada tanaman lain,
penggunaannya menjadi terbatas hanya pada tanaman Arabidopsis.
nptII) dan gen ketahanan terhadap herbisida serta seleksi menggunakan marker positif
dan negatif.
Kelompok lainnya menggunakan pendekatan dengan melakukan modifikasi genetik
pada tanaman inang untuk meningkatkan kompetensi terjadinya rekombinasi homolog
atau gene targeting. Hal-hal ini seperti tanaman yang mengekspresi protein resolvase
RecA atau RuvC yang diambil dari E.coli; tanaman yang mengekspresi site-spesifik
rekombinase; tanaman yang mengekspresi chimeric zinc-finger nuclease; dan tanaman
yang membawa gen homolog Rad50 yang dirusak.
Gene targeting bisa menggantikan target gen tanpa adanya perusakan pada target
gen sehingga fungsi gen target dapat dianalisa dengan tepat. Oleh karena itu gene
targeting melalui rekombinasi homolog telah lama menjadi tujuan utama dibidang
rekayasa genetik tanaman.