KEPUTUSAN
MENDIKBUD
TENTANG
PENGHENTIAN
KURIKULUM
2013
KRONOLOGI
KURIKULUM
2013
Januari
2013
Pembentukan
tim
penyusun
Kurikulum
2013
berdasar
Surat
Keputusan
M endikbud
No.
015/P/2013
April
2013
Inspektur
Jenderal
Kemdikbud
berkirim
surat
kepada
M endikbud
m emperingatkan
bahwa
apabila
persiapan
belum
diyakini
m aka
pelaksanaan
kurikulum
baru
perlu
ditunda
mengingat
w aktu
yang
semakin
sempit.
Juli
2013
Penerapan
Kurikulum
2013
di
6.221
sekolah
sasaran.
Persiapan
guru
inti
dan
sasaran
dengan
m enerapkan
pelatihan
berjenjang
selama
lima
hari
dan
bersamaan
dengan
w aktu
dimulainya
Tahun
Pelajaran
2013/2014.
Buku
Kurikulum
2013
belum
siap,
kecuali
tiga
buku
yang
sudah
selesai
ditulis
untuk
m ata
pelajaran
Bahasa
Indonesia,
M atematika
dan
Sejarah.
September
2013
Survei
persepsi
terhadap
kepala
sekolah,
guru,
orangtua
dan
siswa
di
sekolah
sasaran,
dua
bulan
sesudah
Kurikulum
2013
diterapkan.
Tidak
ada
lagi
survei/evaluasi
m enyeluruh
terhadap
pelaksanaan
Kurikulum
2013
sampai
akhir
Tahun
Pelajaran
2013/2014
selesai.
Juli
2014
Penerapan
Kurikulum
2013
di
seluruh
sekolah.
Agustus
2014
Buku
semester
1
belum
terdistribusi
di
lebih
dari
60.000
sekolah.
Oktober
2014
Peraturan
M enteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
No.
159
Tahun
2014
untuk
m engevaluasi
Kurikulum
2013
secara
m enyeluruh
baru
dikeluarkan
pada
tanggal
14
Oktober
2014,
sesudah
penerapan
Kurikulum
2013
di
seluruh
sekolah
dilakukan.
November
2014
Per
tanggal
25
November
2014,
buku
semester
1
Kurikulum
2013
belum
diterima
di
19%
kabupaten/kota
untuk
tingkat
SD,
32%
kabupaten/kota
untuk
tingkat
SMP,
dan
22%
kabupaten/kota
untuk
tingkat
SMA
dan
SMK.
KAJIAN
YURIDIS
KURIKULUM
2013
Kajian
UU
Sisdiknas
No
.20
Tahun
2003
Pasal
38
Ayat
1
Kerangka
dasar
dan
struktur
kurikulum
pendidikan
dasar
dan
m enengah
ditetapkan
oleh
Pemerintah.
Kurikulum
pendidikan
dasar
dan
m enengah
dikembangkan
sesuai
dengan
relevansinya
oleh
setiap
kelompok
atau
satuan
pendidikan
dan
komite
sekolah/madrasah
di
bawah
koordinasi
dan
supervisi
dinas
pendidikan
atau
kantor
departemen
agama
kabupaten/kota
untuk
pendidikan
dasar
dan
provinsi
untuk
pendidikan
menengah.
UU
Sisdiknas
dan
PP
SNP
hanya
m emberi
kewenangan
kepada
Pemerintah
hanya
untuk
mengatur
kerangka
dasar
dan
struktur
kurikulum
pendidikan
dasar
dan
m enengah.
Faktanya
pengaturan
sampai
detail,
termasuk
silabus
dan
buku
teks
terpusat
dan
seragam.
UU
Sisdiknas
dan
PP
SNP
m emberi
ruang
bagi
Sekolah/Komite
Sekolah
atau
m adrasah/Komite
Madrasah
untuk
m engembangkan
kurikulum
yang
relevan.
Faktanya,
terjadi
penyeragaman
kurikulum.
Kajian
Permendikbud
No
81A
Tahun
2013
Pasal
1
Implementasi
Kurikulum
2013
pada
sekolah
dasar/
madrasah
ibtidayiyah
(SD/MI),
sekolah
m enengah
pertama/madrasah
tsanawiyah
(SMP/MTs),
dan
sekolah
m enengah
kejuruan/madrasah
aliyah
kejuruan
(SMK/MAK)
secara
bertahap
m ulai
tahun
pelajaran
2013/2014.
Faktanya,
sejak
2
Juli
2014
pemberlakukan
dan
pelaksanaan
Kurikulum
2013
dilakukan
secara
serentak,
pada
tingkat
SD/MI,
SMP/MTs,
SMA/MA
dan
SMK/MAK
di
seluruh
Indonesia,
setelah
penerapan
hanya
di
6.221
sekolah
tak
lagi
bertahap.
PERMASALAHAN
KONSEPTUAL
KURIKULUM
2013
Catatan
oleh
M ajelis
Guru
Besar
ITB
pada
Sidang
Pleno
M GB
ITB,
April
2013:
Beberapa
persoalan
m endasar
pada
rancangan
kurikulum
ini
antara
lain
sebagai
berikut:
Rancangan
Kurikulum
2013
tidak
disertai
naskah
akademik,
yang
berisi
pemikiran,
konsep,
tujuan,
serta
grand
design
(rancangan
besar)
pendidikan
nasional,
sebagai
landasan.
Rancangan
Kurikulum
2013
m emang
telah
mencantumkan
sikap
dan
nilai-nilai
luhur
kemanusiaan,
tetapi
dalam
beberapa
hal
kurang
memperhatikan
hakikat
STEAM
(Science-
Technology-Engineering-Art-M athematics),
yaitu,
ciri
budaya
ilmiah
di
balik
kemajuan
ilmu
pengetahuan
yang
diserasikan
dengan
pembangunan
karakter
bangsa
guna
menghadapi
tantangan
ke
depan.
Trend
(kecenderungan)
dewasa
ini
m enunjukkan
bahwa
posisi
peradaban
bangsa-bangsa
yang
akan
datang
sangat
dipengaruhi
oleh
kemajuan
ilmu
pengetahuan
serta
teknologi
(teknologi
informasi,
teknologi
bio,
teknologi
nano,
teknologi
neuro)
yang
terus
berkembang,
yang
telah
terbukti
berpengaruh
pada
kemajuan
budaya,
perkembangan
cara
berfikir,
serta
daya
kreativitas
m anusia
dewasa
ini
dan
ke
depan
dalam
m enghadapai
tantangannya.
Rancangan
Kurikulum
2013
belum
menunjukkan
keterkaitan
yang
jelas
antara
basis
filosofi
yang
digunakan
dengan
perwujudannya
pada
tataran
teknis
yang
dirancang
untuk
diimplementasikan.
M isalnya,
pendekatan
interdisiplin
dan
m etode
eklektik
yang
dipilih
tidak
terwujud
dalam
m odel
pembelajaran
tematik-integratif
yang
direpresentasikan
m elalui
Kompetensi
Inti
dan/atau
Kompetensi
Dasar.
Dalam
m odel
ini,
yang
tampak
bukanlah
interdisiplin,
m elainkan
multidisiplin:
beberapa
disiplin
dimasukkan,
bahkan
cenderung
dipaksakan,
dalam
sebuah
mata
pelajaran
tanpa
basis
ontologi
dan
epistemologi
yang
m engikatnya.
Rancangan
Kurikulum
2013
m engambil
konsep
integratif-tematik
yang
m enunjukkan
terdapatnya
perubahan
m endasar
pada
struktur
kurikulum
hingga
pola
penugasan
guru,
setidaknya,
sejumlah
m ata
pelajaran
akan
diintegrasikan
m enjadi
satu
m ata
pelajaran.
Konsep
ini
m embutuhan
guru
yang
m enguasai
sejumlah
m ata
pelajaran
(yang
digabungkan)
serta
m umpuni
dalam
m engajar
berbasiskan
Catatan
oleh
Prof.
Dr.
H.
Soedijarto,
M A,
April
2013:
Prof.
Soedijarto
adalah
guru
besar
UNJ,
ketua
dewan
direktur
CINAPS,
ketua
dewan
pakar
PPA
GMNI,
ketua
dewan
pembina
ISPI,
anggota
dewan
pembina
PGRI
dan
w akil
ketua
Yayasan
Indonesia-Jerman.
1. Tidak
jelas
dasar
hukum
dan
hasil
evaluasi
yang
dijadikan
landasan
untuk
m erancang
Kurikulum
2013.
Kurkulum
2006
strukturnya
didasarkan
atas
UU
Sisdiknas
No.
20
Tahun
2003.
Perubahan
struktur
kurikulum
yang
mengubah
jam
pelajaran
per
m inggu,
atau
ditiadakannya
m ata
pelajaran
IPA
dan
IPS
pada
kelas
1
s/d
3
SD,
perlu
jelas
latar
belakang
teorinya
dan
tujuan
yang
hendak
dicapai.
2. Mendikbud
Prof.
Dr.
Soemantri
Brodjonegoro
pada
tahun
1972
m enyadarkan
kepada
jajaran
P&K
agar
berhati-hati
m enerapkan
sesuatu
gagasan
baru
dalam
pendidikan
karena
dampaknya
akan
berjangka
panjang
pada
kehidupan
bermasyarakat.
Berangkat
dari
cara
berpikir
ini
bila
akan
m enerapkan
kurikulum
yang
baru
perlu
terlebih
dahulu
diujicobakan
3.
4.
5.
Kajian
oleh
Akademi
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia:
Latar
belakang
dan
temuan:
1. AIPI
m enghargai
niat
baik
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
m enyusun
Kurikulum
2013
sebagai
respon
terhadap
berbagai
tantangan
bangsa,
dan
juga
menghargai
beberapa
gagasan
baru
di
Kurikulum
2013,
antara
lain
m elalui
m ata
pelajaran
peminatan
yang
m emungkinkan
siswa
m emperluas
w awasannya.
2. AIPI
m emperhatikan
banyaknya
keluhan
dan
kritik
m engenai
kesulitan
dalam
penerapan
kurikulum
2013,
keluhan
datang
dari
para
guru,
murid,
orang
tua;
sedangkan
kritik
datang
dari
kalangan
pendidik
dan
ahli
pendidikan.
3. AIPI
m enyimak
Permendikbud
Nomor
67
sampai
dengan
Nomor
71
tahun
2013
tentang
Kurikulum
2013
dan
Buku
Ajar.
4. AIPI
sesuai
dengan
Undang-Undang
No.8
1990
mempunyai
tugas
untuk
m emberikan
masukan/pemikiran/rekomendasi
terhadap
hal-hal
yang
sangat
penting
dalam
pengembangan
ilmu
pengetahuan.
5. Ditemukan
ketidakjelasan
konsep
yang
digunakan
dalam
kurikulum,
tergambar
dalam
kerancuan
bahasa,
rumusan
tidak
operasional/logis,
serta
tidak
m enggunakan
Bahasa
Indonesia
yang
baik
dan
benar
dalam
naskah
kurikulum
tingkat
SD,
SMP
m aupun
SMA.
Kesimpulan
terhadap
temuan-temuan:
1. Kurikulum
2013
tidak
m endorong
terwujudnya
tujuan
bernegara
yaitu
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
yang
berdasarkan
Pancasila.
2. Kurikulum
2013
tidak
m endorong
terbentuknya
budaya
ilmiah.
3. Kurikulum
2013
tidak
dibangun
atas
prinsip
ilmu
pengetahuan
yang
m engedepankan
nalar
kritis,
m elalui
penggunaan
kata
mengagumi
yang
m endominasi
isi
kurikulum.
4. Kurikulum
2013
tidak
m encerminkan
terbentuknya
kompetensi
berdasarkan
asas
spesifik,
terukur,
dapat
dicapai,
realistis,
dan
mempunyai
batasan
w aktu
(specific,
measurable,
attainable,
relevant,
time-bound).
5.
Rekomendasi
tindak
lanjut:
1. Menyusun
kajian
filosofis
dan
pedagogis
yang
mendalam
terhadap
arah
penyusunan
kurikulum
dengan
m emperhatikan
kesimpulan
dalam
temuan-temuan.
2. Mengubah
Kurikulum
2013
sesuai
dengan
hasil
kajian
filosofis
dan
pedagogis
tersebut.
3. Mendorong
Pemerintah
untuk
secara
terus
menerus
m elakukan
perbaikan
Kurikulum
dengan
m elibatkan
seluruh
pemangku
kepentingan.
OMBUDSMAN
REPUBLIK
INDONESIA
3
April
2013
ORI
m erekomendasikan
kepada
Kemdikbud
untuk
m engevaluasi
dan
mempertimbangkan
kembali
rencana
penerapan
Kurikulum
2013,
dengan
dasar
pertimbangan
sebagai
berikut:
Banyak
guru
yang
berada
di
lapangan
mengindikasikan
ketidaksiapan
dan
kebingungan
m ereka
dalam
m enerapkan
kurikulum
anyar
tersebut.
Sosialisasi
pelaksanaan
Kurikulum
2013
yang
terbatas
pada
struktur
kurikulum
m engenai
jumlah
pelajaran
dan
jam
pelajaran
tentu
m asih
jauh
dari
komprehensif
untuk
sebuah
penerapan
kurikulum
yang
baru.
Penjabarannya
belum
detail
sampai
pada
tahap
implementasi
teknisnya.
Perlu
diingat
guru
yang
harus
dilatih
sangat
besar
jumlahnya
sementara
w aktu
yang
tersedia
sangat
terbatas,
m aka
efektifitas
pelatihan
yang
sangat
m epet
dengan
penerapan
Kurikulum
2013
tersebut
sangat
diragukan
akan
berhasil
dengan
optimal.
29
November
2014
ORI
kembali
merekomendasikan
kepada
Kemdikbud
untuk
menghentikan
penerapan
Kurikulum
2013,
dengan
dasar
pertimbangan
sebagai
berikut:
ORI
m enerima
laporan
dari
banyak
daerah
mengenai
buruknya
pelaksanaan
kurikulum
2013.
Laporan
dari
semua
daerah
rata-rata
seragam
yakni
m engenai
buku
yang
tidak
tersedia,
guru
sulit
m enerapkan
penilaian
dan
susah
m emenuhi
target
m engajar
24
jam
INDONESIA
CORRUPTION
W ATCH
15
Februari
2013
ICW
m enyatakan
terdapat
delapan
kejanggalan
dalam
proses
penyusunan
Kurikulum
2013,
yaitu:
1. Pemerintah
m enggunakan
logika
terbalik
dalam
perubahan
kurikulum
pendidikan,
yaitu
perubahan
standar
isi
dan
standar
kompetensi
lulusan
yang
dilakukan
sesudah
perubahan
kurikulum
nasional.
2. Pemerintah
tidak
konsisten
dengan
Rencana
Pembangunan
Jangka
M enengah
Nasional
(RPJMN),
Perpres
Nomor
5
Tahun
2010.
3. Anggaran
perubahan
Kurikulum
2013
tidak
terencana
dengan
baik.
4. Tidak
ada
evaluasi
komprehensif
terhadap
Kurikulum
2006
(KTSP).
5. Panduan
Kurikulum
2013
m engukung
kreativitas
dan
inovasi
guru
serta
penyeragaman
konteks
lokal.
6. Target
pelatihan
instruktur
nasional,
guru
inti
dan
guru
sasaran
terlalu
ambisius.
7. Bahan
perubahan
kurikulum
yang
disampaikan
pemerintah
berbeda-beda.
8. Buku-buku
yang
disiapkan
untuk
siswa
dan
guru
kurang
dari
50%
yang
sudah
selesai.
30
Agustus
2014
ICW
kembali
m endesak
pemerintah
untuk
m enghentikan
penerapan
Kurikulum
2013
dengan
berdasar
pertimbangan
sebagai
berikut:
Kurikulum
2013
dinilai
tidak
berdasarkan
konsep
yang
jelas
dan
m atang.
Terjadi
kekacauan
penerapan
Kurikulum
2013
di
m ana
sampai
tahun
ajaran
baru
dimulai
buku
belum
dibagikan
sehingga
m embuat
orangtua
dan
siswa
harus
m engeluarkan
biaya
sendiri
untuk
fotokopi,
m embeli
di
toko
buku
atau
mengunduh
dari
Internet.
Banyak
guru
yang
belum
m endapatkan
pelatihan,
pelatihan
guru
terlalu
singkat
dan
guru
terbebani
oleh
m etode
penilaian
siswa
yang
m ewijabkan
guru
m embuat
penilaian
otentik
bagi
setiap
siswa
berupa
narasi.
PERSATUAN
GURU
REPUBLIK
INDONESIA
17
Januari
2013
PGRI
m enilai
persiapan
Kurikulum
2013
belum
m atang
dan
m eminta
pelaksanaan
ditunda.
Ada
beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
oleh
pemerintah
sebelum
kurikulum
diterapkan,
antara
lain
rancangan
pendekatan
tematik
terpadu
yang
harus
jelas
antar
tingkatan,
pengkajian
ulang
penggantian
penjurusan
m enjadi
peminatan
pada
tingkat
SMA,
penerbitan
landasan
hukum
Kurikulum
2013,
serta
persiapan
yang
lebih
matang
dengan
m empertimbangkan
heterogenitas
wilayah
Indonesia,
kesiapan
guru
dan
sinkronisasi
yang
baik
antar
pemegang
kepentingan.
11
September
2014
PGRI
m enyangkan
distribusi
buku
Kurikulum
2013
semester
1
yang
belum
tuntas
menjangkau
semua
kabupaten/kota,
serta
pelatihan
implementasi
Kurikulum
2013
yang
belum
menjangkau
semua
guru.
Berdasarkan
segala
m asukan
dari
tim
evaluasi
dan
para
pemegang
kepentingan,
M endikbud
memutuskan
untuk:
1. Menghentikan
pelaksanaan
Kurikulum
2013
di
sekolah-sekolah
yang
baru
m enerapkan
satu
semester,
yaitu
sejak
Tahun
Pelajaran
2014/2015.
Sekolah-sekolah
ini
akan
kembali
menggunakan
Kurikulum
2006,
m aka
bagi
para
kepala
sekolah
dan
guru
di
sekolah-sekolah
tersebut
diminta
m empersiapkan
diri
untuk
kembali
m enggunakan
Kurikulum
2006
m ulai
semester
genap
Tahun
Pelajaran
2014/2015.
2. Tetap
m elanjutkan
penerapan
Kurikulum
2013
di
sekolah-sekolah
yang
telah
tiga
semester
menerapkan,
yaitu
sejak
Tahun
Pelajaran
2013/2014,
serta
m enjadikan
sekolah-sekolah
tersebut
sebagai
sekolah
pengembangan
dan
percontohan
penerapan
Kurikulum
2013.
Pada
saat
Kurikulum
2013
telah
diperbaiki
dan
dimatangkan
lalu
sekolah-sekolah
ini
(dan
sekolah-sekolah
lain
yang
ditetapkan
oleh
Pemerintah)
m aka
dimulai
proses
penyebaran
penerapan
Kurikulum
2013
ke
sekolah
lain
di
sekitarnya.
Bagi
sekolah
yang
keberatan
menjadi
sekolah
pengembangan
dan
percontohan
Kurikulum
2013,
dengan
alasan
ketidaksiapan
dan
demi
kepentingan
siswa,
dapat
m engajukan
diri
kepada
Kemdikbud
3.
untuk
dikecualikan.
Mengembalikan
tugas
pengembangan
Kurikulum
2013
kepada
Pusat
Kurikulum
dan
Perbukuan,
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
RI.
Pengembangan
Kurikulum
tidak
lagi
ditangani
oleh
tim
ad
hoc
yang
bekerja
jangka
pendek.
Kemdikbud
akan
melakukan
perbaikan
m endasar
terhadap
Kurikulum
2013
agar
dapat
dijalankan
dengan
baik
oleh
gur
di
dalam
kelas,
serta
m ampu
menjadikan
proses
belajar
di
sekolah
sebagai
proses
yang
m enyenangkan
bagi
siswa.
*****