BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi mempunyai peranan yang penting terhadap kehidupan manusia.
Ditinjau dari sudut penyediaannya, sumber
energi
dari
bumi
dapat
dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu energi terbarukan atau energi non fosil
dan energi tak terbarukan atau energi fosil seperti minyak bumi, batu bara dan
gas alam. Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari
sumber daya energi yang secara alammiah tidak akan habis dan dapat
berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain: energi panas bumi,
energi matahari, biofuel, aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa,
biogas, ombak laut dan suhu kedalaman laut.
Energi fosil khususnya minyak bumi, merupakan sumber energi utama
Negara . Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Terbatasnya sumber
energi fosil menyebabkan perlunya pengembangan energi terbarukan. Yang
dimaksud dengan energi terbarukan di sini adalah energi non-fosil yang
berasal dari alam dan dapat diperbaharui. Bila dikelola dengan baik, sumber
daya itu tidak akan habis.
Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dapat digolongkan dalam
tiga kategori. Yang pertama adalah energi yang sudah dikembangkan secara
komersial, seperti biomassa, panas bumi dan tenaga air. Yang kedua adalah
energi yang sudah dikembangkan tetapi masih secara terbatas, yaitu energi
surya dan energi angin. Dan yang terakhir adalah energi yang sudah
dikembangkan, tetapi baru sampai pada tahap penelitian, misalnya energi
pasang surut.
Energi panas matahari merupakan salah satu energi yang potensial
untuk dikelola dan dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber cadangan
energi terutama bagi negara-negara yang terletak di khatulistiwa termasuk
2
B. Tujuan
1.
Tujuan
a) Mendapatkan salah satu solusi mengurangi pemakaian energi fosil
dalam kehidupan sehari-hari.
b) Mengenal beberapa aplikasi teknologi energi surya termal dan cara
kerja masing-masing alat.
c) Modifikasi alat konversi energi solar termal dengan menggunakan
lup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Energi Surya
Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas
surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam
bentuk lain. Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada dua
macam teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi energi fototermik
dan energi surya fotovoltaik. Energi surya fototermik atau energi surya termal
pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan
hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan
memanaskan air. Energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin.
B. Energi Surya non-photovoltaic (Energi surya termal)
Surya termal adalah teknologi yang mengubah radiasi matahari menjadi
energi panas dengan menggunakan alat pengumpul panas atau yang biasa
disebut Kolektor surya.
1.
Kolektor Surya
Kolektor surya merupakan piranti utama dalam system surya termal
yang berfungsi mengumpulkan dan menyerap radiasi sinar matahari dan
mengkonversinya menjadi energi panas. Ketika cahaya matahari
menimpa absorber pada kolektor surya, sebagian cahaya akan
dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan sebagian besarnya akan
diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas tersebut
dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya
untuk kemudian dimanfaatkan pada berbagai aplikasi yang membutuhkan
panas. Kolektor surya yang pada umumnya memiliki komponenkomponen utama, yaitu
a) Cover, berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi
menuju lingkungan
radiasi akan dipantulkan kembali menuju penutup transparan dan sebagian lagi
akan diserap oleh pelat penyerap. Radiasi yang dipantulkan ke penutup beberapa
akan dipantulkan kembali ke pelat penyerap, sehingga terjadi pemantulan
berulang. Radiasi yang diserap olep pelat penyerap, akan dirubah menjadi energi
panas dan ditransmisikan ke fluida kerja yang mengalir di bawah pelat penyerap.
a) Kolektor Tabung Hampa
Penemuan yang paling kontemporer di abad 21 adalah pemanas air dengan
kolektor penyerap panas Sistem Tabung Vacuum yang sangat sensitif (cepat)
menyerap panas dan sangat efisien menyimpan panas. Tabung vacuum terdiri dari
dua tabung kaca yang membentuk lapisan. Tabung lapisan dalam dilapisi dengan
lapisan penyerap terbaik yang menyerap energi surya dengan sempurna dan
menahan pembuangan panas. Antara dua lapisan tersebut terbentuk suatu ruang
vacuum (hampa udara), yang dapat meminimalisasi pembuangan panas. Tabungtabung ini bekerja sangat baik dalam segala kondisi cuaca bahkan pada saat
mendung dan temperatur rendah (bersalju). Tabung ini terbuat dari 100% kaca
borosilicate (pyrex). Penyerapan panas pada sistem tabung vacuum diterima
secara radiasi. Sehingga, persentase kehilangan panas sangat kecil.
Keunggulan
a) Aplikasi teknologi energi surya termal mudah ditemukan di pasaran
dibandingkan energi sel surya yang masih impor.
b) Harganya lebih ekonomis dibandingkan dengan energi sel surya
c) Bisa dibuat sederhana oleh masyarakat (cth : Kompor surya)
d) Bahan dan material yang dibutuhkan cukup murah dan mudah
ditemukan
2.
Kekurangan
Dari efisiensi siklus carnot dapat terlihat bahwa, semakin tinggi temperatur TH
tinggi
untuk
mendapatkan
efisiensi
yang
tinggi.
Oleh
karena
itu
Hampir semua pembangkit listrik, baik itu yang berbahan bakar batu bara atau
pun nuklir, menggunakan siklus rankine untuk mendapatkan energi gerak (kerja).
Untuk lebih jelasnya perhatikan siklus rankine di bawah ini:
Pada boiler air dipanaskan hingga mengahasilkan uap bertekanan dan temperatur
tinggi. Uap ini dialirkan ke turbin sehingga poros turbin berputar. Setelah
memutar turbin uap kondensasikan menjadi air di kondenser. Selanjutnya air
kondensasi ini dipompakan kembali ke boiler untuk proses yang sama. Listrik
dapat dihasilkan karena putaran turbin dihubungkan ke generator. Dalam
pembangkit listrik energi solar thermal, panas matahari digunakan untuk
memanaskan air sehingga dihasilkan uap. Pada gambar ditunjukkan dengan Qin.
10
Salah satu pembangkit listrik tenaga solar thermal yang menggunakan siklus
rankine adalah Solar Energy Generating System (SEGS) yang terletak di gurun
Mojave di California. Sembilan buah pembangkit listrik dibangun antara tahun
1984 dan 1990 dengan total kapasitas 354 MW. Pembangkit listrik ini
menggunakan cermin parabolik berjumlah 232.500 cermin. Luas area nya
mencapai 6.5 km2, dengan panjang total 370 km. Radiasi matahari yang datang
dipantulkan ke pipa yang terisi minyak sintetis yang dapat dipanaskan hingga
400 oC. Dengan cermin parabolik ini intensitasnya 70 80 kali lipat dari
intensitas matahari biasa. Oli sintetis yang bertemperatur ini dialirkan ke boiler
sehingga terjadi perpindahan panas dari oli ke air untuk siklus rankine, sehingga
listrik dihasilkan.
Untuk mencapai temperatur yang lebih tinggi, radiasi matahari difokuskan ke satu
titik (Heliostat), ditunjukkan oleh gambar 1. Dengan cara ini, temperatur yang
sangat tinggi dapat dicapai (565 oC). Pembangkit listrik yang menggunakan
11
konsep ini adalah proyek Solar One yang juga terletak di gurun Mojave, gambar
2.
Proyek ini selesai pada tahun 1981 dan dioperasikan pada ahun 1982 sampai
dengan 1986. Pembangkit ini menggunakan 1818 cermin. Oli atau air digunakan
sebagai fluia kerja. Pada awalnya efisiensi pembangkit ini hanya 6%. Pada tahun
1995, Solar
One ditingkatkan
menjadi Solar
Two.Garam
yang dilelehkan
digunakan sebagai fluida kerja dalam pembangkit ini, yaitu 60% sodium nitride
dan 40% potasisium nitrde. Kapasistas yang dihasilkan mencapai 10 MW dengan
efisiensi 16%.
12
Titik fokus suatu lup menentukan perbesaran yang dihasilkan, oleh karena itu titik
fokusnya adalah besaran yang perlu diketahui (lihat juga dibawah). Dalam
penggunaan sehari-hari jarak titik fokus dari sebuah lup dapat ditentukan dengan
percobaan sederhana cahaya dapat dikumpulkan di satu titik yang berjarak
tertentu dari lensa lup. Apabila cahaya mencapai tingkat energi yang tinggi maka
kertas, serpih kayu, atau lainnya dapat terbakar ketika diletakkan di bawah lup
tersebut. Dalam hal ini cahaya dikumpulkan di sebuah titik yang disebut titik
fokus atau titik api yang sifatnya maya atau semu bukan nyata atau di belakang
lensa tersebut.
Pembesaran
Perbesaran angular
Besar objek
Titik fokus
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Prosedur kerja
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dengan membuat sebuah
penghangat air bertenaga surya yang memanfaatkan lup sebagai alat utamanya.
Setelah jadi, penulis akan menguji efektifitas penghangat air tersebut secara
langsung. Jika suhu air yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan penghangat air
yang secara langsung tanpa lup, maka terbukti bahwa lup dapat menghangatkan
air secara langsung dan dengan waktu yang lebih cepat.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah jumlah lup dan kekuatan lensa dari
lup yang digunakan. Sementara variabel terikat dari penelitian ini adalah volume
air yang berada di dalam wadah kaleng.
Alat yang digunakan antara lain: kaleng bekas, lup, alumunium foil, karton
hitam, penyangga lup, lakban bening, lem, dan thermometer. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu air.
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah menjemur langsung alat di
bawah sinar matahari. Tahap dalam penelitian ini adalah:
14
BAB IV
PEMBAHASAN
contoh hasil dan Pembahasan yang telah dikerjakan oleh orang lain :
Hasil penelitian yang didapat dari pengamatan suhu air yang dimulai dari
hari Jumat tanggal 1 November 2013 hingga Senin tanggal 4 November 2013
yang bertempat di Pamulang dan Depok adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Tabel Kaleng berLup Hari-1
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah
Lup/Dioptri
09:00
27oC
1 liter
1/3
12:00
31 C
1 liter
1/3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
1/3
1 liter
1/3
18:00
27 C
Waktu Pengecekan
Suhu Air
o
Volume Air
09:00
27 C
1 liter
12:00
28oC
1 liter
15:00
1 liter
1 liter
3
4
18:00
28 C(Hujan)
26 C
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah
Lup/Dioptri
09:00
27 C
1 liter
1/3
12:00
29oC
1 liter
1/3
15:00
27 C(Hujan)
1 liter
1/3
18:00
27oC
1 liter
1/3
Hari kedua:
15
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah
Lup/Dioptri
09:00
1 liter
1/3
27 C(Mendung)
12:00
27 C(Mendung)
1 liter
1/3
15:00
27oC(Hujan)
1 liter
1/3
1 liter
1/3
18:00
27 C
Waktu Pengecekan
Suhu Air
o
Volume Air
09:00
27 C(Mendung)
1 liter
12:00
27oC(Mendung)
1 liter
15:00
27 C(Hujan)
1 liter
18:00
27oC
1 liter
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah
Lup/Dioptri
09:00
27 C(Mendung)
1 liter
1/1.3
12:00
27oC(Mendung)
1 liter
1/1.3
15:00
27 C(Hujan)
1 liter
1/1.3
18:00
27oC
1 liter
1/1.3
Hari ketiga:
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Tabel berLup Hari-3
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah
Lup/Dioptri
09:00
1 liter
1/3
28 C(Mendung)
12:00
28 C(Mendung)
1 liter
1/3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
1/3
1 liter
1/3
18:00
28 C
Waktu Pengecekan
Suhu Air
16
Volume Air
09:00
28oC(Mendung)
1 liter
12:00
28oC(Mendung)
1 liter
15:00
28 C(Hujan)
1 liter
18:00
28oC
1 liter
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah
Lup/Dioptri
09:00
28oC(Mendung)
o
1 liter
1/1.3
12:00
28 C(Mendung)
1 liter
1/1.3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
1/1.3
1 liter
1/1.3
Volume Air
Jumlah
18:00
28 C
Hari keempat:
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Tabel berLup Hari-4
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Lup/Dioptri
09:00
26 C
1 liter
1/3
12:00
36 C
1 liter
1/3
15:00
32oC(Mendung)
1 liter
1/3
1 liter
1/3
18:00
32 C
Waktu Pengecekan
Suhu Air
o
Volume Air
09:00
26 C
1 liter
12:00
32oC
1 liter
15:00
28 C
1 liter
18:00
27oC
1 liter
17
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah
Lup/Dioptri
09:00
26 C
1 liter
1/1.3
12:00
30 C
1 liter
1/1.3
15:00
32oC(Mendung)
1 liter
1/1.3
1 liter
1/1.3
18:00
32 C
Dari hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa perubahan suhu yang terjadi di
dalam kaleng berLup lebih tinggi jika dibandingkan dengan klaeng yang tidak
dipasangi lup sama sekali.
Dari hasil pengamatan selama 4 hari tersebut terlihat bahwa perubahan suhu
yang terjadi di dalam kaleng berLup lebih tinggi jika dibandingkan dengan kleng
yang tidak dipasangi lup samasekali.
Untuk mengetahui efekifitas penggunaan lup sebagai pemanas air pertama
tama peneliti membuat sebuah wadah air menggunakan kaleng bekas. Agar kaleng
tersebut dapat menyimpan panas lebih lama seluruh permukaan luar kaleng
tersebut di cat berwarna hitam, karena menurut teori fisika warna hitam dapat
menyerap dan menyimpan panas lebih sempurna dibandingkan warna lainnya.
Setelah itu seluruh permukaan dalam kaleng yang sama ditutup menggunakan
karton hitam dengan tujuan yang sama, namun karena karton tidak bersifat
waterproof maka bagian atas karton ditutupi kembali dengan alumunium foil
untuk menahan air dan menyimpan panas lebih lama. Setelah wadah siap, lup
dipasang di bagian tutup kaleng dan wadah diisi air bersuhu normal sekitar 25
hingga 30 derajat celcius. Siapkan kaleng lain yang tidak diwarnai ataupun di
tutupi oleh karton hitam, alumunium dan juga tidak dipasangi lup, lalu isi dengan
air bersuhu dan volume yang sama seperti kaleng yang sebelumnya.
Setelah dilakukan penelitian, pada hari pertama didapatkan hasil yang
menyatakan bahwa kenaikan suhu yang terdapat di wadah air yang dipasangi lup
lebih tinggi dibandingkan dengan wadah yang tidak dipasangi lup dibagian
atasnya. Suhu awal kedua air didalam wadah berbeda tersebut merupakan 27
18
derajat celcius. Namun, setelah tiga jam dipanaskan dibawah sinar matahari
dengan intensitas yang sama didapatkan perubahan suhu yang berbeda. Perubahan
suhu yang terjadi di wadah berLup yaitu 4 derajat celcius sementara di wadah
tidak berlup hanya 1 derajat celcius. Hal ini menandakan lup dapat
mengefektifkan energi panas yang terdapat di dalam sinar matahari.
Pada hari kedua dan ketiga penelitian dilakukan, didapatkan hasil yang sangat
tidak maksimal suhu di kedua wadah tetap sama dari awal pengamatan pukul
09:00 waktu setempat hingga akhir pengamatan yaitu pukul 18:00. Hal ini
disebabkan oleh minimnya intensitas cahaya matahari yang ada dan juga
terjadinya hujan sekitar pukul 14:45 saat itu.
Pada hari terakhir penelitian, hasil yang didapatkan menunjukkan hasil yang
paling maksimal diantara hari hari lainnya. Suhu awal yang sama yaitu 26 derajat
celcius berubah menjadi 36 derajat celcius pada kaleng yang berLup dan 32
derajat celcius pada kaleng yang tidak berLup. Hal tersebut kembali membuktikan
bahwa lup dapat mengefektifkan energi panas yang terkandung didalam cahaya
matahari.
Hipotesis Sementara
Perubahan suhu yang terjadi di wadah ber Lup yaitu 4 derajat celcius
sementara di wadah tidak berlup hanya 1 derajat celcius. Hal ini menandakan lup
dapat mengefektifkan energi panas yang terdapat di dalam sinar matahari.
Dari perubahan suhu yang didapatkan dan menunjukkan hasil bahwa lup lebih
efektif untuk meningkatkan suhu air dibandingkan dengan tidak menggunakan lup
dikarenakan sifat lup yang merupakan lensa cembung yaitu konvergen, atau
mengumpulkan cahaya. Dalam penelitian ini, cahaya matahari yang difokuskan
mengandung energi termal atau biasa disebut energi panas. Oleh karena itu energi
panas yang terkandung di dalam cahaya matahari juga ikut terfokuskan ke arah
air.
19
Didalam penelitian ini proses yang terjadi adalah proses heliothermal yang
merupakan konversi energi tenaga surya yang menyerap langsung radiasi yang
terkandung dalam cahaya matahari, jenis konversi energi ini merupakan yang
paling efektif diantara proses konversi energi surya lainnya. Karena proses
heliothermal dapat mengefektifkan 100% energi yang dihasilkan secara langsung
oleh matahari.
Suhu yang berubah ketika sinar matahari belum muncul ataupun telah terbenam
juga bukan berarti bahwa energi yang ada di dalam sistem menghilang. Energi
bersifat tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan tetapi dapat dirubah
bentuknya menjadi berbagai jenis seperti energi listrik dan lain-lain.
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ditinjau dari sudut penyediaannya, energi dapat dikelompokkan
menjadi energi terbarukan dan energi tak terbarukan (fosil) seperti minyak,
gas dan batu bara. Energi terbarukan adalah sumber energi yang secara
alamiah tidak akan habis dan berkelanjutan jika dikelola dengan baik seperti
energi surya, energi angin, aliran air sungai, ombak laut, panas bumi dan suhu
kedalaman laut. Untuk memanfaatkan potensi energi surya ada dua macam
teknologi yang sudah diterapkan, yaitu energi surya fotovoltaik (PV) dan
energi surya fototermik (surya termal).
Energi surya termal merupakan salah satu energi terbarukan yang
diperlukan bagi masyarakat karena memiliki keunggulan-keunggulan dan
dapat mengurangi pemakaian energi fosil yang saat ini semakin berkurang.
Energi surya termal berfungsi menyerap panas dari radiasi matahari melalui
kolektor surya. Energi surya termal dapat dijangkau daripada energi sel surya
karena harganya yang ekonomis dan juga salah satu teknologinya bisa dibuat
sendiri di rumah yaitu kompor surya tipe kotak. Teknologinya bertahan lama
sampai 25 tahun dan cara merawat teknologi tersebut juga mudah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Algi,
2014.
Pemanfaatan
http://karyailmiahcopas.blogspot.com/2014/01/pemanfaatan-lup.html
22
Lup
STUDENT PROJECT
PEMANFATAAN PEMBANGKIT ENERGI SOLAR TERMAL
DENGAN MODIFIKASI PENGGUNAAN LUP
Nama
: Brain Aulia
NPM
: 140310100016
23