PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
Dalam dunia pertambangan terutama dalam tahap awal melakukan kegiatan
Penambangan dimana pekerjaannya yang dimulai dari tahapan peninjauan, Eksplorasi,
Eksploitasi, sampling preparasi sampai pada perhitungan mutu atau kadar serta
pemasarannya kegiatan-kegiatan ini mutlak diperlukan selain itu kegiatan yang tidak kalah
pentingny juga dalam melakukan kegiatan penambangan adalah pada tahap peninjauan
adalah Orientasi Medan, kemudian Eksplorasi, Metode Geolistrik serta Metode Sampling
dan Pendulangan. Metode metode tersebut harus dilakukan secara bertahap mulai tahap
peninjauan sampai pada pemasarannya, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
pengeluaran dengan biaya yang sangat besar terutama pada tahap peninjauan sampai pada
tahap Eksplorasi, karena pada tahap ini sangat membutuhkan biaya yang sangat besar.
Pada tahap Peninjauan yang perlu diperhatikan adalah kondisi geologi dari suatu lokasi
yang sedang diamati dan dilakukan penelitian.
Pada tahap Eksplorasi juga merupakan suatu tahap yang penting dalam kegiatan
penambangan ini karena dalam tahap eksplorasi ini kita dapat me nentukan arah
penyebaran, bentuk, sampai pada nilai kadar suatu endapan mineral yang diamti serta
penentuan prospek tidaknya suatu lokasi penelitian tersebut. Pada tahap inilah proses
pencarian endapan mineral dan bahan galian dilakukan. Adapun beberapa metode atau
teknik yang dilakukan dalam Eksplorasi yang diharapkan akan membantu lancarnya
kegiatan Eksplorasi misalnya metode Geolistrik , Metode Sampling dan metode
pendulangan.
yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini
menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan
jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik
bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka
akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di
permukaan tanah diukur dengan menggunakan Multimeter yang dihubungkan melalui dua
buah elektroda tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elexktroda
AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang
terjdi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut
terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar dengan asumsi bahwa kedalaman
batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang
biasa disebut AB/2 (Anonim, 2007A)
Metode yang selanjutnya juga yang dianggap penting dalam melakukan peninjauan
pada tahap eksplorasi ini adalah metode Penyamplingan. Ada beberapah hal yang perlu
diperhatikan dalam metode penyamlingan ini antara lain lokasi pengambilan contoh harus
dicatat dan kalau memakai metode paritan (chanel sampling) maka lebar dan kedalaman
paritan tersebut supaya uniform, lebar dari setiap conto harus selalu dicatat, permukaan
batuan yang diambil contohnya harus bersih dan segar. Adapun teknik atau cara
penyamplinagan yang sering digunakan ialah cara paritan (chanel sampling), cara
treeching, Chip sampling, Grab sampling, dan bulk sampling.
Chanel sampling adalah suatu cara pengambilan sampling dengan membuat paritan
di sepanjang daerah atau lokasi yang terdapai singkapan mineral, sedangkan yang dimaksud
dengan dengan, Chip sampling adalah mengambil suatu conto atau sampel yang berupah
pecahan pecahan. Adapun Grab Sampling adalah metode penyamlingan dengan cara
mengambil sampling secara acak serta yang terakhir yaitu metode bulk sampling adaalh
metode penyamplingan dengan cara mengambil sampling dalam ukuran yang besar
biasanya sebesar kepalan tangan.
Metode pendulangan sering dilakukan pada penambangan endapan aluial yang
masih aktif (muda) yang dilakukan pada badan badan sungai. Seperti telah diketahui
bahwa metoda penambangan dan pengolahan yangpaling sederhana dan murah
serta mudah untuk diterapkan pada cebakan emas placer adalah penambangan
secara manual dengan cara pendulangan
efisien
dalam
menangkap
emasberbutir
halus.
Hanya
dalam
metoda
perolehan
utama
dalam
awal
penambangan.
Namun
dalampengoperasiannya sangat terbatas, karena hanya emas berbutir kasar saja yang
dapat diperoleh, sedangkan partikel emas yang sangat halus pada umumnya
lolos bersamagravel. Hanya sejumlah gravel yang mengandung emas dapat
diproses, ini jugatergantung pengalaman pendulang
(panners).
tersebut
disebabkan
oleh
karakteristik
masing-masing
batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang telah berlangsung dan
akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti yang nampak sekarang ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di daerah
Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya serta proses
geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak sekarang
pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :
1. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.
2. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
3. Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih
dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap pembentukan
bentang alamnya.
lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai dibeberapa tempat disepanjang jalur
morfologi gawir sesar ini.
Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu dengan
beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan tipe genetic sungai
Obsekuen.Satuan
batuan
yang
menyusun
satuan
morfologi
ini
adalah
Breksi,Batugamping,dan Napal.
Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat batuannya yang
kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang mengadakan pengolahan
lahan untuk diguinakan sebagai daerah permukiman,perkebunan,dan persawahan yang
mempercepat terjadinya erosi.
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan pada proses geomorfologi serta bentuk
morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi yang terjadi dan
dominant terdapat pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa proses pelapukan,erosi,dan
longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak dan membentuk permukaan bumi.
Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Musula-B.Pitu menyabar dibagian timur
laut B.Laposso (931 m).Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa daerah
pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu B.Matjekke
(431 m),B.dua
(938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903 m).B.Pitu (342 m),dan Kalukku (407
m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 % Terdapat bebrapa perbukitan disekitar
B.Pitu,B.Masula,dan B.Matonrong dengan arah penyebaran pegunungan bukit yang
memanjang dari barat laut tenggara.
Aktivitas denudasi dipegunungan seperti B.dua memperlihatkan danya sisa-sisa
erosi dan pelapukan yang mengikis senagian pegunungan tersebut.Pada beberapa tempat
ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat adanya pengaruh erosi
dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak bukit sangat tipis namun pada
bagian lembah yang mempunyai soil yang tebal.
Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adlah S.Birunga dengan beberapa
anak sungainya yang mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe genetik sungai
Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi pegunungan denudasi ini pada
umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada daerah B.dua dan B.Matjekke batuan
penyusunnya terdiri dari dari batuan beku andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi
bentuk sill.Satuan morfologi ini sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai
daerah permukiman dan persawahan.
C. Stadia Daerah
Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis bentang
alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur sehingga
menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak beraturan.Sebagian
batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga nampak kurang segar
terutama pada napal.
Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri fisik
dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan dapat
dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan dalam 5
(lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua yaitu sebagai
berikut :
litologi
dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang menunjukkan
lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam.
Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam formasi
Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah tidak selaras.
hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak selarasa dengan
satuan batuan diatasnya.
Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini terdiri
atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta matriks berupa
lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan satuan breksi
batugamping
Penyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah
Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana gawir sesar
Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %. Arah umum perlapisan
batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan 25-37. ketebalan relative
satuan breksi batugaming adalah 264 m.
Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan perlapisan
umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara 16-60
cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk berwarna abu-abu
kehitaman.
Klastik
kasar
dengan
sortasi
jelek
dan
mengandung
fosil,mineral
glukonit,muskovit,dan sekis.
Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites gizehensis
TAMARCK dan Discocyline indopacticia GALLOWAY. Berdasarkan cirri-ciri litologi
dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral mineral
berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan fosil
yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi antar satuan
breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan menjemari denga
nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang berasda diatasnya. Satuan
batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa.
D. Satuan Napal
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan
sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati daerah
satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi terdapat pada
daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan beraraha baratlauttenggara dengan sudut kemiringan antara 23-840
Kenampakan satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n ketebalan
anatar 25-50 cm. dalam keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk
berwarna kuning keabuan, tekstur klastik.
Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera plantonik
yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks FINLAY sedang fosil foraminifera
bentonik yaitu Textularia agglutinans D` ORBTONY. Berdasarkan kandungan fosi lini
ditentukan lingkungan pengendapanya yaitu pada inner neritik-middle neritik denga n
kedalaman 0-100m, atau lingkungna laut dangkal(TIPSWORD & SITTZER 1975)
Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970) yang
ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan in derngan batuan
yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi batugamping menjemari dan dengan satuan
breksi vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam
formasi Tonasa
Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit. Batuan
beku diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan sebagian kecil terdapat
disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan morfologi pegunungan
denudasi B.masula, B.pitu, dalam keadaa segar batua ini berwarna abu-abu dengan struktur
kompak,tekstur faneritik dan bentuk kristal subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm.
Penentuan umur batua ndiorit disebandingkan dengan hasil peneliti terdahulu (RA
SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan batuan ini dalam keadaan segara
menampakkan warna abu-abu kehitaman, struktur vasikuler,tekstur afanitik, komposisi
mineral plagioklas,hornblend. Umur batuan beku andesit ini adalah Miosen berdasarkan
hasil radiometri K/Ar terhadap mineral Hornblende.
BAB III
METODOLOGI
Metodologi dalam melakukan kegiatan ini adalah :
A. Orientasi Medan
Melakukan plotting lokasi dimana singkapan batuan ditemukan dengan
menggunakan kompas atau GPS
Mengambil Sampel dari singkapan batuan yang diamati
Mendeskripsi batuan atau singkapan batuan yang diamati
Menentukan atau mengukur arah pengammbaran dari sample yang diamati
ddengan mengunakan Kompas
Mengukur dan menentukan arah penyebaran Strike dan Dip nya
Mengambil data singkapan , data litologi, data geomorfologi, dari singkapn
batuan yang di amati.
B. Metode Geolistrik
Siapkan Resistivity satu set
Rangkaikan
alat
yang
akan
digunakan
untuk
pengamatan
dengan
menghubungkan patok dalam dan patok luar dengan kabel positif dan negative
yang ada pada Resistivity meter
Hidupkan daya dengan memutar Power On
Atur Voltase dengan memutar tombol kedua tombol pengatur kasar dan
halusnya sampai menunjuk angka nol
Setelah Voltasenya stabil dengan menunjukan angka nol , tekan tombol star dan
tunggu sampai arus listrik yang ditunjukan stabil
Setlah voltase dan arus istriknya stabil tekan tombol Hold dan jangan melepas
tombol Star
Baca dan catat angka yang ada pad pembacaan Voltase dan Arus Listriknya
C. Metode Sampling
Melakukan plotting lokasi dimana singkapan batuan ditemukan dengan
menggunakan kompas atau GPS
Mengambil Sampel dari singkapan batuan yang diamati
Mendeskripsi batuan atau singkapan batuan yang diamati
Menentukan atau mengukur arah pengammbaran dari sample yang diamati
ddengan mengunakan Kompas
Mengukur dan menentukan arah penyebaran Strike dan Dip nya
Mengambil data singkapan , data litologi, data geomorfologi, dari singkapn
batuan yang di amati.
D. Metode Pendulangan
Siapkan alat dulang atau Panning
Tentukan lokasi dimana Endapan yang didulang kemudian tentukan arah
utaranya untuk mengetahui arah pemasangan patoknya
Setelah arahnya diketahui tentukan titik tespitnya
Pasang patok dengan arah membentuk bujur sangkar
Patok yang dipasang dengan jarak masing-masing 30 cm
Kemudian lakukan penggalian sedalam 1 meter di dalam area titik tespit
Timbang hasil galiannya
Setelah melakukan penimbangan pindahkan kea lat dulang
Kemudian lakukan pendulangan sampai menghasilkan Recovery.
BAB VI
PEMBAHASAN
Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.
Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.
Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).
jurang
dan
lain-lain
(dapat
bertanya
kepada
penduduk
setempat).
Perlu diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila
dilihat dari titik kedudukan yang berlainan, maka dalam hal orientasi perlu hati-hati.
Orientasi Peta adalah mengidentifikasi keadaan di medan dengan bentuk atau gambar
di peta. Hal ini merupakan cara/prosedur yang pertama kali harus dilakukan bila kita
akan melakukan orientasi peta dan medan, langkahnya adalah:
Utarakan peta
Cari tanda moment yang paling menonjol, kemudian cocokkan dengan peta
dan beri tanda
Arah dari bidikan adalah azimut, cari nilai back azimutnya dengan cara arah
yang kurang 180 maka sudutnya di tambah 180 dan jika lebih dari 180 maka
di kurangi 180
Garis bentang alam yang ada di peta dengan arah back azimutnya
Titik pertemuan dari garis tersebut adalah posisi di mana keberadaan kita.
B. Orientasi Medan
Merupakan cara untuk membaca kenampakan medan dan disesuaikan dengan peta,
juga untuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan. Ada dua cara orientasi medan,
yaitu:
Resection
Penentuan posisi kita pada peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan.
Langkah-langkah resection :
Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan temukan di peta.
Minimal dua tanda medan
Bidik tanda-tanda medan tersebut (ingatlah pada waktu membidik tanda medan
terebut posisi kita tidak boleh berubah/bergerak)
Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya dari
tanda medan tersebut dengan cara tambah 180 jika sudut yang di dapat kurang
dari 180 dan kurangi 180 jika lebih dari 180
Perpotongan garis yang ditarik dari sudut pelurus tersebut adalah posisi kita
Intersection
Menentukan posisi benda lain di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu
benda yang terlihat di lapangan, tetapi sulit untuk dicapai. Untuk melakukan
intersection kita harus yakin dengan posisi kita di peta dengan melakukan resection
lebih dulu. Langkah-langkah intersection :
Perpotongan garis memanjang dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek
yang dimaksud
Titik awal dan titik akhir perjalanan diplotkan di peta, tarik garis lurus dan hitung
sudut yang menjadi arah perjalanan. Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal.
Perhatikan tanda medan yang mencolok. Misalnya pohon besar, pohon tumbang,
longsoran tebing, dll
Bidikkan kompas sesuai dengan dengan arah perjalanan kita. Perhatikan tanda
medan lain yang ada di sekitar ujung lintasan yang akan dilalui
Setelah sampai di pada tanda medan tersebut, bidikkan kompas kembali ke belakang
untuk mengecek apakah kita sudah berada pada lintasan yang benar
Terkadang sulit menemukan tanda medan yang dapat dijadikan sasaran. Jika hal ini
terjadi, maka salah satu dari anggota tim kita dapat berperan sebagai tanda medan
tersebut
akibat dari perbedaan jenis lapisan batuan yang dilalui arus tersebut maka akan
menimbulkan perbedaan potensial. Perbedaan potensial ini dapat diukur di permukaan
tanah melalui dua buah elektroda potensial.
Tahanan jenis dari lapisan batuan dapat dibedakan berdasarkan elemen-elemen
penyusun bumi dan dikelompokkan menjadi bagian bumi yang homogen dan bagian bumi
yang tidak homogen. Artinya, sistem bumi ditinjau dari ilmu geologi tersusun dari
monomineral atau polimineral yang membentuk batuan dan atau lapisan batuan.
Pengukuran tahanan jenis dari sifat fisika aliran listrik ke dalam bumi dapat ditinjau dari
tiga komplemen geofisika, geokimia, geologi; yaitu
1. Potensial ( V )
2. Medan elektromagnetik (E )
3. Kuat arus ( / )
Di dalam bumi, tahanan jenis diketahui sebagai electric properties yang terdiri dari
electric moment dan electric field, didefenisikan sebagai berikut
1. Resistansi bumi ( R= V11 )
2. Resistivitas bumi ( p E/J )
3. Konduktivitas bumi (Ilp)
Dimana
V = beds potensial
I = arus besar yang mengalir
E = medan magnet listrik
J = rapat jenis (massa jenis atau berat jenis) arus listrik persatuan lugs.
Resistansi bumi (R) dapat menyatakan "fungsi korelasi" dengan resistivitas bumi
( p ) dan konduktivitas bumi ( a ). Resistansi menyatakan true resistivity, rho adalah
apparent resisitivity dan sigma adalah electric field dan electric moment.
Metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode yang bersifat aktif dengan
mengalirkan arus listrik ke dalam lapisan bumi melalui dua elektroda arus,
sedangkan potensialnya diukur melalui dua bush elektroda potensial atau lebih.
Susunan posisi elektroda arus dan potensial pada metode geolistrik tahanan jenis
disebut sebagai konfigurasi elektroda. Hasil perbandingan nilai potensial
pengukuran dan besarnya injeksi arus, serta nilai faktor geometri dari susunan
Multi medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri dari 2 lapis yang
mempunyai resistivitas berbeda (1 dan 2) dianggap sebagai medium satu lapis homogen
yang mempunyai harga resistivitas yaitu resistivitas semu a dengan konduktansi lapisan
fiktif sama dengan jumlah konduktansi masing-masing lapisan f = 1 + 2
P2
Dan besarnya arus dan beds potensial yang terukur maka nilai resistivitas dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
dimana K adalah faktor geometri yang tergantung oleh penempatan elektroda di
permukaan.
Arus listrik lebih mudah mengalir melalui bahan yang konduktivitasnya lebih tinggi
dan resistivitasnya lebih rendah. Sebagian besar mineral pembentuk batuan sangat
miskin konduktor elektronik, kecuali untuk beberapa jenis bip mineral. Listrik lebih
banyak dihantarkan oleh ion-ion dart fluids yang terdapat dalam port-port, rekahan
dan retakan Berta sepanjang batas butiran. Oleh karena itu faktor utama penentu
resistivitas batuan adalah porositas terhubung, permeabilitas, saturasi fluids dan
resistivitas fluids.
Resistivitimeter
Alat ukur yang digunakan dalam metode ini adalah resistivitimeter. Satu unit
resistivitimeter biasanya terdiri dari sebuah injektor arus dan unit ukur yang dapat
menampilkan nilai arus terinjeksi Berta potensial terukurnya. Selain itu alat ini
dilengkapi oleh elektroda arus dan elektroda potensial beserta kabel -kabel
penghubungnya.
Saat ini sudah mulai dikembangkan dan digunakan peralatan multi-elektoda yang
memiliki banyak elektroda. Elektoda-elektroda tersebut dapat diset sebagai elektroda
arus maupun potensial. Kelebihan alat ini adalah mampu mengukur banyak nilai
potensial dalam satu kali injeksi arus, sehingga pengukuran bisa menghasilkan data
yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Hak ini seiring dengan
berkembangnya metode pengukuran 2 dimensi dan 3 dimensi dalam metode geolistrik
tahanan jenis.
1. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini jugs dapat digunakan untuk resistivity mapping maupun resistivity
sounding. Cara pelaksanaan pengukuran untuk resistivity mapping jarak spasi elektroda
dibuat tetap untuk masing-masing titik amat (titik sounding). Sedang untuk resistivity
sounding, jarak spasi elektroda diubah-ubah secara graduil untuk titik amat. Untuk aturan
elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih lebar dart spasi elektroda
potensial seperti pada Gambar-7.
2. Konfigurasi Wenner
Seperti pada konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner memiliki Konfigurasi
yang sama, tetapi jarak antar elektrodanya sama. Jarak antar elektroda arcs adalah sama,
seperti terlihat dalam Gambar-8.
Konfigurasi Dipol-dipol
Konfigurasi dipol-dipol memiliki beberapa variasi berdasarkan orientasi relatif
elektroda saat pengukuran. Sumbu dipol sumber (AB) dan sumbu dipol pengamatan
(MN), serta garis penghubungnya (s) digunakan sudut-sudut 0 dan . Variasi utama yang
mungkin adalah azimutal, radial, tegak, paralel, aksial dan ekuatorial (Parasnis, 1997).
Sounding dilaksanakan melalui pengukuran beda potensial antara kedua kutub dipolpengamatan dengan memperbesar jaraknya terhadap pusat dipol-arus (titik 0) secara
bertahap. Konfigurasi dipol-dipol merupakan konfigurasi bipol-dipol aksial (0 = 0) di
mans seluruh posisi elektroda berada dalam sebuah garis lurus, seperti terlihat dalam
Gambar-9
Pengolahan Data
Pengukuran lapangan metode geolistrik tahanan jenis akan menghasilkan nilai faktor
konfigurasi, beds potensial dan arus. Seluruh data ini akan menjadi bahan untuk
menentukan besarnya nilai resistivitas terukur untuk setiap titik pengukuran.
resisitivitas
memberikan
gambaran
distribusi
resistivitas
bawah
eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto
dengan sumur uji.
Chip sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan
lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat.
Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut
dikumpulkan dalam suatu kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang
seragam (baik ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat
yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti
oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak
daripada fragmen yang low grade.
Channel sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan membuat alur
(channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur
tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara
horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan (Gambar).
Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)
Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis (Chaussier et al.,
1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan
fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (subchannel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
o Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang diakibatkan
oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada pembuatan channel
dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual. Membagi panjang channel
dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona
mineralisasi.
o Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu analisis
kadar atau dibuat komposit.
o Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal seam
(lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
Grab Sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara
mengambil bagian dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang
mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian
sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara lain :
Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai akibat masuknya
material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang representatif.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan
dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
VI.4.2 Trenching
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi
singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali
tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada
endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan,
kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (adasplit atau
sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah
paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih
tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain; adanya zona alterasi,
zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi
sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
VI.4.3 Panning
Panning adalah salah satu metode eksplorasi yang memanfaatkan massa jenis batuan.
Panning biasanyadilakukan di daerah sungai ataupun daerah berair karena dalam
penggunaannya memerlukan media air. Dalam mencari sampel saat pendulangan harus
mengambil dalam ukuran butir. Cara pendulangan sebagai berikut :
Ambil sampel, apabiila ukuran sampel besar. Sampel harus dihancurkan menjadi
ukuran butir.
Goyangkan pan/alat dulang sehingga material dalam pan keluar dengan massa jenis
ringan
Timbang konsentrat
dan
batuan
sedimen.
Metode yang dilakukan umumnya disesuaikan dengan kondisi endapan alluvial dan
singkapan batuan yang diamati antara lain dengan cara mendulang secara langsung
pada
endapan
alluvial,
dengan
menggunakan
metode
Geolistik,
metode
Daftar Pustaka
Diktat Bahan ajar dan Mata Kuliah Pemetaan Eksplorasi
Diktat Bahan ajar dan Mata Kuliah Petrologi
Asmatigma. Batuan Sedimen.http://batuan sediment.blogspot.com/2008/12 /bgp.html.
Diakses
Cikara Buana. Bahan Galian Industri .http://www.minerhe.co.cc/2009/07 /bahan-galianindustri.html.
Enyak. Geologi Regional Barru. http://www.scribd.com/doc/53071720/Geologi-regional-ba
Pustekmira.
Informasi
Mineral
dan
Batubara.
http://www.tekmira.
esdm.go.id/data/Batukapur/ulasan.asp?xdir=Batukapur&commId=35&comm=Batu%20
kapur/gamping.