Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai sumber daya mineral sangat
berlimbah. Oleh karena itu industri pertambangan di Indonesia tersebar diseluruh penjuru
daerah. Dalam usaha industri pertambangan pemanfaatan sumberdaya mineral/bahan galian
dapat memberikan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu daerah. Untuk
mengetahui potensi sumber daya/ bahan galian dari suatu daerah perlu dilakukan proses
eksplorasi. Eksplorasi merupakan proses penyelidikan geologi yang dilakukan untuk
mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas
suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan
dilakukannya penambangan.
Untuk menunjang kemampuan mahasiswa dalam eksplorasi, perlu dilakukan
kegiatan lapangan dalam mata kuliah pemetaan eksplorasi. Pemetaan eksplorasi merupakan
kegiatan yang bertujuan memetakan bahan galian yang kemudian nantinya akan menjadi
cadangan bila dianggap ekonomis.

I.2 Maksud danTujuan


Maksud dan tujuan dari kegiatan ini sebagai berikut :
1. Kegiatan untuk mendapatkan suatu singkapan endapan bahan galian dengan
menggunakan metode tertentu,
2. Mengetahui jenis bahan galian, sebaran dan bentuk endapannya
3. Mengetahui volume dan nilai ekonominya (sumber daya mineral dan cadangan).

I.3 Waktu, Lokasi, dan Kesampaian Daerah


Penelitan dilaksanakan selama 5 hari dari tanggal 3 juni 8 juni 2011. Secara
administratif lokasi penelitian berada di Dusun Daccipong, Desa Anabanua Kecamatan
Barru Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian berjarak 120 km
dari kota Makassar dan dapat ditempuh menggunakan roda empat selama 3 jam
perjalanan. Secara geografis lokasi penelitian berada pada koordinat 04o2715 4o3030
S dan 119o4125 119o440 E

Gambar 1. Peta Kabupaten Barru

I.4 Pelaksana dan Peralatan


Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa peserta kuliah pemetaan eksplorasi Program
Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini sebagai berikut :
1. Kompas Brunton
2. Palu Geologi
3. Global Positioning System (GPS)
4. Buku Lapangan
5. ATK
6. Clipboard
7. Peta Topografi daerah Sumpatullang dan Paludda
8. Roll Meter
9. Pita Meter
10. Alat Dulang
11. Magnet
12. Kantong Sampel
13. 1 Set Restivity Meter
14. Kabel Elektroda Arus
15. Kabel Elektroda Potensial
16. Patok Elektroda

1.5 Penyelidikan Terdahulu


Sebelum kegiatan penelitian ini dilakukan pada daerah tersebut, terdapat beberapa
ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu pada daerah tersebut.
1. Van Bemmelen, 1949, yang menulis tentang lengan selatan pulau Sulawesi,
2. S. Sartono dan K.A.S. Atadireja, 1981, meneliti geologi kuarter Sulawesi Selatan
dan Tenggara,
3. Surtono dan Astadireja, 1981, menelit geologi Karst Sulawesi Selatan dan
Tenggara,
4. Rab. Sukamto, 1982, membuat peta geologi regional lembar Barru, Pangkajene dan
Watampone, Sulawesi Selatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
Dalam dunia pertambangan terutama dalam tahap awal melakukan kegiatan
Penambangan dimana pekerjaannya yang dimulai dari tahapan peninjauan, Eksplorasi,
Eksploitasi, sampling preparasi sampai pada perhitungan mutu atau kadar serta
pemasarannya kegiatan-kegiatan ini mutlak diperlukan selain itu kegiatan yang tidak kalah
pentingny juga dalam melakukan kegiatan penambangan adalah pada tahap peninjauan
adalah Orientasi Medan, kemudian Eksplorasi, Metode Geolistrik serta Metode Sampling
dan Pendulangan. Metode metode tersebut harus dilakukan secara bertahap mulai tahap
peninjauan sampai pada pemasarannya, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
pengeluaran dengan biaya yang sangat besar terutama pada tahap peninjauan sampai pada
tahap Eksplorasi, karena pada tahap ini sangat membutuhkan biaya yang sangat besar.
Pada tahap Peninjauan yang perlu diperhatikan adalah kondisi geologi dari suatu lokasi
yang sedang diamati dan dilakukan penelitian.

Pada tahap Eksplorasi juga merupakan suatu tahap yang penting dalam kegiatan
penambangan ini karena dalam tahap eksplorasi ini kita dapat me nentukan arah
penyebaran, bentuk, sampai pada nilai kadar suatu endapan mineral yang diamti serta
penentuan prospek tidaknya suatu lokasi penelitian tersebut. Pada tahap inilah proses
pencarian endapan mineral dan bahan galian dilakukan. Adapun beberapa metode atau
teknik yang dilakukan dalam Eksplorasi yang diharapkan akan membantu lancarnya
kegiatan Eksplorasi misalnya metode Geolistrik , Metode Sampling dan metode
pendulangan.

Tahapan metode Geolistrik (tahanan jenis) merupakan metode geofisika yang


sangat populer dan sering diguunakan baik dalam survey geologi maupun Eksplorasi. Hal
ini disebabkan karena metode geolistrik (tahanan jenis) sangat bagus untuk mengetahui
kondisi atau struktur geologi atau bawah permukaan berdasarkan variasi tahanan
batuannya. Terutama untuk daerah yang mmempunyai kontras atau tahanan jenis yang
cukup jelas terhadap sekitarnya, misalnya untuk keperluan eksplorasi air tanah atau panas
bumi (geothermal). Survey geolistrik (resistivity) pada umumnya bertujuan unutuk
mengetahui kkondisi atau struktur geologi bawah permukaan berdasarkan variasi tahanan
jenis batuannya. Prinsip pelaksanaan survey tahanan jenis adalah dengan menginjeksikan
arus listrik melalui elektroda arus dan mengukur responnya (tegangan) pada elektroda
potensial dalam suatu susunan konfigurasi tersebut.
Metode Geolistrik ini juga digunakan untuk mengetahui perubahan tahanan jenis
lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct
Current)

yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini

menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan
jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik
bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka
akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di
permukaan tanah diukur dengan menggunakan Multimeter yang dihubungkan melalui dua
buah elektroda tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elexktroda
AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang
terjdi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut
terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar dengan asumsi bahwa kedalaman
batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang
biasa disebut AB/2 (Anonim, 2007A)
Metode yang selanjutnya juga yang dianggap penting dalam melakukan peninjauan
pada tahap eksplorasi ini adalah metode Penyamplingan. Ada beberapah hal yang perlu
diperhatikan dalam metode penyamlingan ini antara lain lokasi pengambilan contoh harus
dicatat dan kalau memakai metode paritan (chanel sampling) maka lebar dan kedalaman
paritan tersebut supaya uniform, lebar dari setiap conto harus selalu dicatat, permukaan

batuan yang diambil contohnya harus bersih dan segar. Adapun teknik atau cara
penyamplinagan yang sering digunakan ialah cara paritan (chanel sampling), cara
treeching, Chip sampling, Grab sampling, dan bulk sampling.
Chanel sampling adalah suatu cara pengambilan sampling dengan membuat paritan
di sepanjang daerah atau lokasi yang terdapai singkapan mineral, sedangkan yang dimaksud
dengan dengan, Chip sampling adalah mengambil suatu conto atau sampel yang berupah
pecahan pecahan. Adapun Grab Sampling adalah metode penyamlingan dengan cara
mengambil sampling secara acak serta yang terakhir yaitu metode bulk sampling adaalh
metode penyamplingan dengan cara mengambil sampling dalam ukuran yang besar
biasanya sebesar kepalan tangan.
Metode pendulangan sering dilakukan pada penambangan endapan aluial yang
masih aktif (muda) yang dilakukan pada badan badan sungai. Seperti telah diketahui
bahwa metoda penambangan dan pengolahan yangpaling sederhana dan murah
serta mudah untuk diterapkan pada cebakan emas placer adalah penambangan
secara manual dengan cara pendulangan

yang dapat dilakukan secara

perorangan Pendulangan dilakukan denganmenggunakan Panning (dulang) yang


terbuat dari kayu bahkan ada yang menggunakanwajan (kuali). Pendulangan dilakukan di
badan sungai atau pada ceruk yang ada airnya,disamping lokasi keterdapatan emas
juga karena air menjadi faktor utama dalam proses pemisahan ini. Butiran emas
yang terdapat di sungai bercampur dengan lumpur, pasir, dan kerikil dikeruk dan
langsung didulang.Mekanisme dasar pemisahan emas dari material pengotornya
adalah perbedaanberat jenis (specifig gravity). dan aliran atau putaran air ketika
dulang digoyang-goyangkan dengan arah memutar. Material pengotor dengan
berat jenis lebih ringandibandingkan butiran emas (berat jenis: 14 - 19) akan
terlempar keluar, sedangkanbutiran emas tetap tertinggal pada dasar dulang
(panning). Kelemahan cara ini adalahtingkat perolehan yang masih rendah,
walaupun proses ini sangat ditentukan oleh ketrampilan pendulang. Namun
demikian, pada umumnya masih banyak butiran emasyang halus dan berbentuk pipih ikut
terbuang dengan material pengotornya. Analisis kualitatif terhadap tipologi
penambangan dalam rangka perolehan emasmenunjukkan bahwa penambangan

dengan cara pendulangan (panning) padaumumnya mempunyai kapasitas rendah dan


kurang

efisien

dalam

menangkap

emasberbutir

halus.

Hanya

dalam

pengoperasiannya sangat sederhana (simple ), tidak mahal(murah)


biayanya dan praktis konstruksinya. Pendulangan (panning) secara luasdigunakan
sebagai

metoda

perolehan

utama

dalam

awal

penambangan.

Namun

dalampengoperasiannya sangat terbatas, karena hanya emas berbutir kasar saja yang
dapat diperoleh, sedangkan partikel emas yang sangat halus pada umumnya
lolos bersamagravel. Hanya sejumlah gravel yang mengandung emas dapat
diproses, ini jugatergantung pengalaman pendulang
(panners).

II.2. Geologi Regional Daerah Penelitian

Kabupaten Barru dan sekitarnya merupakan pegunungan dan padan umumnya


terdapat didaerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan pedataran yang relative
sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini menyempit ke Utara dan dibatasi oleh
perbukitan dengan pola struktur yang rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh
pegunungan yang disusun oleh Batugamping.

II.3. Geomorfologi Regional Daerah Penelitian

Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan bumi


baik secara fisik secara fisik maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab dari proses
perubahan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :
1. Tenaga Eksogen
Tenaga ini bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan adanya
tenaga Eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa erosi,pelapukan,dan degradasi.
2. Tenaga Endogen
Tenaga ini cenderung untuk membangun,dapat berupa gempa,gaya-gaya pembentuk
struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka dapat terbentuk struktur
gunung api dan agradasi.

Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang alam


dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga yang
mempengaruhi pembentukannya.
Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah perbukitan
dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan sebagian lagi nampak
membulat.Perbedaan

tersebut

disebabkan

oleh

karakteristik

masing-masing

batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang telah berlangsung dan
akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti yang nampak sekarang ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di daerah
Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya serta proses
geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak sekarang
pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :
1. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.
2. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
3. Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih
dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap pembentukan
bentang alamnya.

A. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua

Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua mempunyai sudut


kemiringan lereng antara 5-20 %.Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur gawir
sesar turun,menempati daerah-daerah bagian utara daerah penelitian yang memanjang dari
dusun Galungsalawe,Bale,Ampela,dan Buludua dibagian timur.
Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan gawirnya
telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya gerakan tanah
berupa landslide di Aledjang yang akibatnya material-material hasil erosi tersebut
diendapkan pada dasar tebing.Kenampakan morfologi akibat pengaruh sesar dapat pula
terlihat pada kenempakan permukaan gawir yang memotong perlapisan batuan dilereng
selatan B.Laposso.Kenampakan lainnya berupa ebing yang terjal dengan dasar-dasar

lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai dibeberapa tempat disepanjang jalur
morfologi gawir sesar ini.
Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu dengan
beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan tipe genetic sungai
Obsekuen.Satuan

batuan

yang

menyusun

satuan

morfologi

ini

adalah

Breksi,Batugamping,dan Napal.
Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat batuannya yang
kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang mengadakan pengolahan
lahan untuk diguinakan sebagai daerah permukiman,perkebunan,dan persawahan yang
mempercepat terjadinya erosi.

B. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu

Penamaan satuan morfologi ini didasarkan pada proses geomorfologi serta bentuk
morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi yang terjadi dan
dominant terdapat pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa proses pelapukan,erosi,dan
longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak dan membentuk permukaan bumi.
Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Musula-B.Pitu menyabar dibagian timur
laut B.Laposso (931 m).Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa daerah
pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu B.Matjekke

(431 m),B.dua

(938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903 m).B.Pitu (342 m),dan Kalukku (407
m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 % Terdapat bebrapa perbukitan disekitar
B.Pitu,B.Masula,dan B.Matonrong dengan arah penyebaran pegunungan bukit yang
memanjang dari barat laut tenggara.
Aktivitas denudasi dipegunungan seperti B.dua memperlihatkan danya sisa-sisa
erosi dan pelapukan yang mengikis senagian pegunungan tersebut.Pada beberapa tempat
ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat adanya pengaruh erosi
dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak bukit sangat tipis namun pada
bagian lembah yang mempunyai soil yang tebal.

Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adlah S.Birunga dengan beberapa
anak sungainya yang mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe genetik sungai
Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi pegunungan denudasi ini pada
umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada daerah B.dua dan B.Matjekke batuan
penyusunnya terdiri dari dari batuan beku andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi
bentuk sill.Satuan morfologi ini sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai
daerah permukiman dan persawahan.

C. Stadia Daerah

Daerah Barru umumnya memperlihatkan kenampakan bentang akam berupa


perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak meruncing dan setempat-setempat
terjadi penggundulan pada bukit-bukit.Bentuk lembah umumnya masih sempit dengan
lereng terjal pada proses erosi lebih lanjut.
Sebagian sungai nampak menempati dasar lembah dan relative lurus dengan aliran
yang tidak begitu deras,disamping itu pula dataran pedaratan belum begitu meluas.
Berdasarkan pada kenampakan dari cirri-ciri bentang alam seperti yang telah disebutkan
maka dapatlah disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia muda manjelang
Dewasa.

II.4. Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis bentang
alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur sehingga
menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak beraturan.Sebagian
batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga nampak kurang segar
terutama pada napal.
Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri fisik
dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan dapat
dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan dalam 5
(lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua yaitu sebagai
berikut :

A. Satuan serpih balangbaru


Penyebaran batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian sungai umpung
dengan arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna segar ungu dan
jika lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran lempung, dan
ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir lempung dan struktur
berlapis.
Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri

litologi

dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang menunjukkan
lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam.
Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam formasi
Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah tidak selaras.

B. Satuan batupasir Mallawa


Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya serta cirri-ciri litologi. Penyebaran satuan batupasir ini meliputi bagian barat
daerah Barru dengan arah umum perapisan berarah Utara-Selatan. Kenampakan satuan
batuan ini menunjukkan adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar berwarna kuning
kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral kuarsa. Dalam satuan ini terdapat
angota-anggota berupa batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung dan napal.Dengan
sisipan batubar berupa lensa.
Umur satuan batuan ini diperkirakan antar

Paleosen sampai Eosen Bawah,

hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak selarasa dengan
satuan batuan diatasnya.

C. Satuan breksi batugamping

Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini terdiri
atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta matriks berupa
lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan satuan breksi
batugamping
Penyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah
Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana gawir sesar
Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %. Arah umum perlapisan
batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan 25-37. ketebalan relative
satuan breksi batugaming adalah 264 m.
Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan perlapisan
umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara 16-60
cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk berwarna abu-abu
kehitaman.

Klastik

kasar

dengan

sortasi

jelek

dan

mengandung

fosil,mineral

glukonit,muskovit,dan sekis.
Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites gizehensis
TAMARCK dan Discocyline indopacticia GALLOWAY. Berdasarkan cirri-ciri litologi
dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral mineral
berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan fosil
yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi antar satuan
breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan menjemari denga
nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang berasda diatasnya. Satuan
batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa.

D. Satuan Napal

Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan
sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati daerah
satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi terdapat pada
daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan beraraha baratlauttenggara dengan sudut kemiringan antara 23-840
Kenampakan satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n ketebalan
anatar 25-50 cm. dalam keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk
berwarna kuning keabuan, tekstur klastik.
Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera plantonik
yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks FINLAY sedang fosil foraminifera
bentonik yaitu Textularia agglutinans D` ORBTONY. Berdasarkan kandungan fosi lini
ditentukan lingkungan pengendapanya yaitu pada inner neritik-middle neritik denga n
kedalaman 0-100m, atau lingkungna laut dangkal(TIPSWORD & SITTZER 1975)
Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970) yang
ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan in derngan batuan
yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi batugamping menjemari dan dengan satuan
breksi vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam
formasi Tonasa

E. Satuan Breksi Vulkanik

Satuan breksi vulkanik penyebaranya meliputi beberapa pegunungan yaitu B.


laposso, B. masula, B. matonrong, B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman seperti
menrong,parjiro adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula tersingkap di daerah aliran
sungai kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi pegununga
ndenudasi B. masula,B. pitu denganarah perlapisan batuan umumnya barat laut timur
tenggara denga nsudut kemiringan antara 16 25 %.

Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya perlapisan


denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi vulkainik berupa
batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa yang disemen oleh silica denga nsortasi
buruk. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60 cm dan bentuk menyudut tanggung.
Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga satuan ini
disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen Tengah sampai
Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi dengan batuan yang ada di atasnya maupun yang ada
diaatasnya adalah tidak selaras.

F. Satuan batuan beku intrusi

Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit. Batuan
beku diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan sebagian kecil terdapat
disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan morfologi pegunungan
denudasi B.masula, B.pitu, dalam keadaa segar batua ini berwarna abu-abu dengan struktur
kompak,tekstur faneritik dan bentuk kristal subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm.
Penentuan umur batua ndiorit disebandingkan dengan hasil peneliti terdahulu (RA
SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan batuan ini dalam keadaan segara
menampakkan warna abu-abu kehitaman, struktur vasikuler,tekstur afanitik, komposisi
mineral plagioklas,hornblend. Umur batuan beku andesit ini adalah Miosen berdasarkan
hasil radiometri K/Ar terhadap mineral Hornblende.

BAB III
METODOLOGI
Metodologi dalam melakukan kegiatan ini adalah :
A. Orientasi Medan
Melakukan plotting lokasi dimana singkapan batuan ditemukan dengan
menggunakan kompas atau GPS
Mengambil Sampel dari singkapan batuan yang diamati
Mendeskripsi batuan atau singkapan batuan yang diamati
Menentukan atau mengukur arah pengammbaran dari sample yang diamati
ddengan mengunakan Kompas
Mengukur dan menentukan arah penyebaran Strike dan Dip nya
Mengambil data singkapan , data litologi, data geomorfologi, dari singkapn
batuan yang di amati.

B. Metode Geolistrik
Siapkan Resistivity satu set
Rangkaikan

alat

yang

akan

digunakan

untuk

pengamatan

dengan

menghubungkan patok dalam dan patok luar dengan kabel positif dan negative
yang ada pada Resistivity meter
Hidupkan daya dengan memutar Power On
Atur Voltase dengan memutar tombol kedua tombol pengatur kasar dan
halusnya sampai menunjuk angka nol
Setelah Voltasenya stabil dengan menunjukan angka nol , tekan tombol star dan
tunggu sampai arus listrik yang ditunjukan stabil
Setlah voltase dan arus istriknya stabil tekan tombol Hold dan jangan melepas
tombol Star
Baca dan catat angka yang ada pad pembacaan Voltase dan Arus Listriknya

C. Metode Sampling
Melakukan plotting lokasi dimana singkapan batuan ditemukan dengan
menggunakan kompas atau GPS
Mengambil Sampel dari singkapan batuan yang diamati
Mendeskripsi batuan atau singkapan batuan yang diamati
Menentukan atau mengukur arah pengammbaran dari sample yang diamati
ddengan mengunakan Kompas
Mengukur dan menentukan arah penyebaran Strike dan Dip nya
Mengambil data singkapan , data litologi, data geomorfologi, dari singkapn
batuan yang di amati.

D. Metode Pendulangan
Siapkan alat dulang atau Panning
Tentukan lokasi dimana Endapan yang didulang kemudian tentukan arah
utaranya untuk mengetahui arah pemasangan patoknya
Setelah arahnya diketahui tentukan titik tespitnya
Pasang patok dengan arah membentuk bujur sangkar
Patok yang dipasang dengan jarak masing-masing 30 cm
Kemudian lakukan penggalian sedalam 1 meter di dalam area titik tespit
Timbang hasil galiannya
Setelah melakukan penimbangan pindahkan kea lat dulang
Kemudian lakukan pendulangan sampai menghasilkan Recovery.

BAB VI
PEMBAHASAN

VI.1 Pemetaan Geologi dan Orientasi Medan


V1.1.1 Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi
permukaan dan membuat suatu peta yang menyajikan informasi geologi pada peta. Serta
memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola
penyebaran batuan pada daerah tersebut. Dengan peta ini dapat di ketahui letak suatu bahan
galian serta penyabarannya.
Informasi-informasi geologi permukaan tersebut dapat diperoleh dari batuan yang
telah mengalami transportasi sehingga dapat di cari tubuh batuannya (body ore), Singkapan
merupakan sebagai bagian dari tubuh batuan yang muncul di permukaan akibat adanya
erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian
permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :
1. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.
2. Pada lereng-lereng bukit/gunung terutama lereng dengan kemiring yang cukup
terjal.
3. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.
4. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
5. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk,
atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :

Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.

Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.

Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik,


tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi
endapan.

Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan


geologi antara lain :

Posisi atau letak singkapan endapan bahan galian

Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan bahan galian

Penyebaran dan pola alterasi yang ada.

Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).

Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik


dan hidrologi.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi


perlu diperhatikan, antara lain :

Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.

Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona


kekar, kelurusan-kelurusan, dll.

Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona


intrusi, dan proses sedimentasi.

Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona


pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.

V1.1.2 Orientasi Medan


A. Orientasi Peta
Setiap kegiatan lapangan atau penelitian perlu di ketahui keadaan medan yang ada
di daerah tersebar agar dapat mempermuda pencarian suatu endapan bahan galian.
Tanda medan itu dapat di interpretasikan di peta yang nantinya akan dipergunakan,
misal : titik ketinggian dan nama pegunungan, sungai, bentuk suatu relief bentang
alam,

jurang

dan

lain-lain

(dapat

bertanya

kepada

penduduk

setempat).

Perlu diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila
dilihat dari titik kedudukan yang berlainan, maka dalam hal orientasi perlu hati-hati.
Orientasi Peta adalah mengidentifikasi keadaan di medan dengan bentuk atau gambar
di peta. Hal ini merupakan cara/prosedur yang pertama kali harus dilakukan bila kita
akan melakukan orientasi peta dan medan, langkahnya adalah:

Carilah tempat terbuka, sehingga tanda-tanda medan terlihat dengan jelas.

Buka dan letakkan peta pada bidang datar.

Utarakan peta

Cari tanda moment yang paling menonjol, kemudian cocokkan dengan peta
dan beri tanda

Bidik bentang alam yang di ketahui posisinya di peta

Lakukan lagi pembidikan 2 kali atau lebih

Arah dari bidikan adalah azimut, cari nilai back azimutnya dengan cara arah
yang kurang 180 maka sudutnya di tambah 180 dan jika lebih dari 180 maka
di kurangi 180

Garis bentang alam yang ada di peta dengan arah back azimutnya

Titik pertemuan dari garis tersebut adalah posisi di mana keberadaan kita.

B. Orientasi Medan
Merupakan cara untuk membaca kenampakan medan dan disesuaikan dengan peta,
juga untuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan. Ada dua cara orientasi medan,
yaitu:
Resection
Penentuan posisi kita pada peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan.
Langkah-langkah resection :

Lakukan orientasi medan

Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan temukan di peta.
Minimal dua tanda medan

Ingat-ingat dan tandai tanda medan tersebut pada peta

Bidik tanda-tanda medan tersebut (ingatlah pada waktu membidik tanda medan
terebut posisi kita tidak boleh berubah/bergerak)

Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya dari
tanda medan tersebut dengan cara tambah 180 jika sudut yang di dapat kurang
dari 180 dan kurangi 180 jika lebih dari 180

Perpotongan garis yang ditarik dari sudut pelurus tersebut adalah posisi kita

Intersection
Menentukan posisi benda lain di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu
benda yang terlihat di lapangan, tetapi sulit untuk dicapai. Untuk melakukan
intersection kita harus yakin dengan posisi kita di peta dengan melakukan resection
lebih dulu. Langkah-langkah intersection :

Lakukan orientasi medan dan lakukan resection

Bidik obyek yang kita amati

Pindahkan sudut bidikan yang di dapat ke peta

Bergerak ke posisi lain dan lakukan resection

Lakukan langkah b dan c

Perpotongan garis memanjang dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek
yang dimaksud

Azimuth-Back Azimuth (Potong Kompas)


Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat.
Azimuth juga disebut sebagai sudut kompas. Bila kita bergerak dari satu titik ke titik
lain dengan sudut kompas tetap atau disebut potong kompas, maka harus diusahakan
agar lintasannya berupa satu garis lurus. Untuk itu digunakan teknik back azimuth.
Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan
kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkahnya :

Titik awal dan titik akhir perjalanan diplotkan di peta, tarik garis lurus dan hitung
sudut yang menjadi arah perjalanan. Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal.

Perhatikan tanda medan yang mencolok. Misalnya pohon besar, pohon tumbang,
longsoran tebing, dll

Bidikkan kompas sesuai dengan dengan arah perjalanan kita. Perhatikan tanda
medan lain yang ada di sekitar ujung lintasan yang akan dilalui

Setelah sampai di pada tanda medan tersebut, bidikkan kompas kembali ke belakang
untuk mengecek apakah kita sudah berada pada lintasan yang benar

Terkadang sulit menemukan tanda medan yang dapat dijadikan sasaran. Jika hal ini
terjadi, maka salah satu dari anggota tim kita dapat berperan sebagai tanda medan
tersebut

VI.2 Penyelidikan Geofisika


Survei geofisika yang digunakan dalam penelidikan ini adalah survey geolistrik
tahanan jenis.Geolostrik adalah metode geofisika yang mempelajari sifat fisika aliran listrik
tahanan jenis (densitas atau berat jenis) mineral atau batuan di bumi. Alat yang
digunakan yaitu alai geolistrik yang mendeteksi sifat fisika aliran listrik (flow
resistivity) di permukaan bumi untuk mendapatkan tahanan jenis listrik dari dalam
bawah ) permukaan bumi.
Pada prinsipnya pendugaan geolistrik didasarkan pada sifat-sifat fisik batuan terhadap
arus listrik yang bergantung pada kandungan air (larutan elektrolit), kekompakan,
kekerasan, dan ukuran butir batuan. Pendugaan dilakukan dengan cara mengalirkan arus
listrik search (direct current) ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus. Sebagai

akibat dari perbedaan jenis lapisan batuan yang dilalui arus tersebut maka akan
menimbulkan perbedaan potensial. Perbedaan potensial ini dapat diukur di permukaan
tanah melalui dua buah elektroda potensial.
Tahanan jenis dari lapisan batuan dapat dibedakan berdasarkan elemen-elemen
penyusun bumi dan dikelompokkan menjadi bagian bumi yang homogen dan bagian bumi
yang tidak homogen. Artinya, sistem bumi ditinjau dari ilmu geologi tersusun dari
monomineral atau polimineral yang membentuk batuan dan atau lapisan batuan.
Pengukuran tahanan jenis dari sifat fisika aliran listrik ke dalam bumi dapat ditinjau dari
tiga komplemen geofisika, geokimia, geologi; yaitu
1. Potensial ( V )
2. Medan elektromagnetik (E )
3. Kuat arus ( / )
Di dalam bumi, tahanan jenis diketahui sebagai electric properties yang terdiri dari
electric moment dan electric field, didefenisikan sebagai berikut
1. Resistansi bumi ( R= V11 )
2. Resistivitas bumi ( p E/J )
3. Konduktivitas bumi (Ilp)
Dimana
V = beds potensial
I = arus besar yang mengalir
E = medan magnet listrik
J = rapat jenis (massa jenis atau berat jenis) arus listrik persatuan lugs.
Resistansi bumi (R) dapat menyatakan "fungsi korelasi" dengan resistivitas bumi
( p ) dan konduktivitas bumi ( a ). Resistansi menyatakan true resistivity, rho adalah
apparent resisitivity dan sigma adalah electric field dan electric moment.
Metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode yang bersifat aktif dengan
mengalirkan arus listrik ke dalam lapisan bumi melalui dua elektroda arus,
sedangkan potensialnya diukur melalui dua bush elektroda potensial atau lebih.
Susunan posisi elektroda arus dan potensial pada metode geolistrik tahanan jenis
disebut sebagai konfigurasi elektroda. Hasil perbandingan nilai potensial
pengukuran dan besarnya injeksi arus, serta nilai faktor geometri dari susunan

konfigurasi elektroda yang digunakan dapat digunakan untuk menentukan nilai


tahanan jenis (resistivitas) batuan di bawah titik pengukuran. Nilai resistivitas inilah
yang akan dijadikan sebagai bahan untuk mempelajari sifat/karakteristik batuan
berdasarkan sifat kelistrikannya.

Konsep Resistivitas Semu


Bumi diasumsikan mempunyai sifat yang homogen isotropic. Dengan asumsi
ini, resistivitas yang terukur merupakan resistivitas yang sebenarnya dan tidak
tergantung pada spasi elektroda. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan
dengan p yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari
lapisan lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur merupakan harga
resistivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi yang lebar.
Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-masing
lapisan mempunyai harga resistivitas yang berbeda. Resistivitas semu merupakan
resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium berlapis
yang ditinjau. Sebagai contoh :

Gambar-5. Medium berlapis

Multi medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri dari 2 lapis yang
mempunyai resistivitas berbeda (1 dan 2) dianggap sebagai medium satu lapis homogen
yang mempunyai harga resistivitas yaitu resistivitas semu a dengan konduktansi lapisan
fiktif sama dengan jumlah konduktansi masing-masing lapisan f = 1 + 2

A. METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Perhitundan Nilai Resistivitas.


Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) diperlukan pengetahuan
mengenai perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak
titik tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Metode yang
biasa digunakan pada pengukuran resistivitas secara umum yaitu dengan menginjeksikan
arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda arus (C 1 dan C2) dan
pengukuran beda potensial dengan menggunakan dua elektroda potensial (P1 dan P2
)seperti pada Gambar-6

Gambar-6. Bentuk susunan elektroda pada survai


dengan:
r, = jarak dari titik P, ke sumber arus positif r, = jarak dari titik P,
ke sumber arus negatif r, = jarak dari titik

P2

ke sumber arus positif

r4 = jarak dari titik P2 ke sumber arus negatif


Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan dinamakan faktor
geometri. Faktor geometri dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial
(P1 dan P2 ) yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus adalah (C1 dan C2)

Dan besarnya arus dan beds potensial yang terukur maka nilai resistivitas dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
dimana K adalah faktor geometri yang tergantung oleh penempatan elektroda di
permukaan.
Arus listrik lebih mudah mengalir melalui bahan yang konduktivitasnya lebih tinggi
dan resistivitasnya lebih rendah. Sebagian besar mineral pembentuk batuan sangat
miskin konduktor elektronik, kecuali untuk beberapa jenis bip mineral. Listrik lebih
banyak dihantarkan oleh ion-ion dart fluids yang terdapat dalam port-port, rekahan
dan retakan Berta sepanjang batas butiran. Oleh karena itu faktor utama penentu
resistivitas batuan adalah porositas terhubung, permeabilitas, saturasi fluids dan
resistivitas fluids.

Resistivitimeter
Alat ukur yang digunakan dalam metode ini adalah resistivitimeter. Satu unit
resistivitimeter biasanya terdiri dari sebuah injektor arus dan unit ukur yang dapat
menampilkan nilai arus terinjeksi Berta potensial terukurnya. Selain itu alat ini
dilengkapi oleh elektroda arus dan elektroda potensial beserta kabel -kabel
penghubungnya.
Saat ini sudah mulai dikembangkan dan digunakan peralatan multi-elektoda yang
memiliki banyak elektroda. Elektoda-elektroda tersebut dapat diset sebagai elektroda
arus maupun potensial. Kelebihan alat ini adalah mampu mengukur banyak nilai

potensial dalam satu kali injeksi arus, sehingga pengukuran bisa menghasilkan data
yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Hak ini seiring dengan
berkembangnya metode pengukuran 2 dimensi dan 3 dimensi dalam metode geolistrik
tahanan jenis.

Konfigurasi Elektroda Pengukuran


Berdasarkan susunan penempatan elektroda pengukuran terdapat berbagai jenis
konfigurasi pengukuran, diantaranya konfigurasi Wenner, Schlumberger, bipoldipol, Lee
partition, rectangle line source dan gradien 3 titik. Masing-masing konfigurasi ini
memiliki karakterisitik tersendiri, sehingga setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan
kekurangan. Setiap konfigurasi tersebut menghasilkan faktor geometri yang berbedabeda, di mans faktor geometri ini akan digunakan dalam perhitungan hasil pengukuran.
Konfigurasi pengukuran yang relatif banyak digunakan dalam keperluan praktis di
antaranya konfigurasi Schlumberger, Wenner, Wenner-Schlumberger (gabungan) dan
dipol-dipol.

1. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini jugs dapat digunakan untuk resistivity mapping maupun resistivity
sounding. Cara pelaksanaan pengukuran untuk resistivity mapping jarak spasi elektroda
dibuat tetap untuk masing-masing titik amat (titik sounding). Sedang untuk resistivity
sounding, jarak spasi elektroda diubah-ubah secara graduil untuk titik amat. Untuk aturan
elektroda Schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih lebar dart spasi elektroda
potensial seperti pada Gambar-7.

Gambar-7. Susunan elektroda metode Schlumberger

Dan persamaan (18);


dengan
r, = jarak dari titik P, ke sumber arus positif (L I) r2= jarak dari titik P,
ke sumber arus negatif (L + 1)
r3 = jarak dari titik P2 ke sumber arus positif (L + 1)
r4 = jarak dari titik P2 ke sumber arus negatif (L 1)
Hal int menghasilkan faktor geometri K dan resistivitas semu untuk metode
Schlumberger adalah:

2. Konfigurasi Wenner
Seperti pada konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner memiliki Konfigurasi
yang sama, tetapi jarak antar elektrodanya sama. Jarak antar elektroda arcs adalah sama,
seperti terlihat dalam Gambar-8.

Gambar-8. Susunan elektroda metode Wenner


Dalam konfigurasi ini diketahui bahwa AM = MN = BN = a, sehingga harga faktor
geometri dan resistivitas semunya menjadi

Konfigurasi Dipol-dipol
Konfigurasi dipol-dipol memiliki beberapa variasi berdasarkan orientasi relatif
elektroda saat pengukuran. Sumbu dipol sumber (AB) dan sumbu dipol pengamatan
(MN), serta garis penghubungnya (s) digunakan sudut-sudut 0 dan . Variasi utama yang
mungkin adalah azimutal, radial, tegak, paralel, aksial dan ekuatorial (Parasnis, 1997).
Sounding dilaksanakan melalui pengukuran beda potensial antara kedua kutub dipolpengamatan dengan memperbesar jaraknya terhadap pusat dipol-arus (titik 0) secara
bertahap. Konfigurasi dipol-dipol merupakan konfigurasi bipol-dipol aksial (0 = 0) di
mans seluruh posisi elektroda berada dalam sebuah garis lurus, seperti terlihat dalam
Gambar-9

Gambar-9. Susunan elektroda metode dipol-dipol


Dalam konfigurasi dipol-dipol aksial (o = 0) atau konfigurasi dipol-dipol diketahui
bahwa AM = BN = (n+1)a, BM = na, AN = (n+2)a, dengan a adalah jarak antar
elektroda dipol (a = AB = MN). Sehingga harga faktor geometri dan resistivitas semu
untuk konfigurasi dipol-dipol (Parasnis, 1997) menjadi

Pengolahan Data
Pengukuran lapangan metode geolistrik tahanan jenis akan menghasilkan nilai faktor
konfigurasi, beds potensial dan arus. Seluruh data ini akan menjadi bahan untuk
menentukan besarnya nilai resistivitas terukur untuk setiap titik pengukuran.

Besarnya nilai resistivitas terukur (semu) ditentukan menggunakan persamaan untuk


setiap jenis konfigurasi pengukuran di atas.
Penentuan harga resistivitas sesungguhnya bisa dilakukan balk secara manual
maupun komputatif. Secara manual bisa dilakukan dengan metode pencocokan kurva
(curve matching). Metode pemodelan dengan bantuan komputer saat ini telah banyak
digunakan karena relatif lebih praktis. Pemodelan komputasi bisa dilakukan dengan
bantuan software yang banyak beredar saat ini seperti Resist, Resin52, RES2DIV dan
RES3DIV. Data p engukuran akan menjadi input bagi software tersebut dan melalui
tahapan pengolahan yang telah ditentukan dapat diperoleh output yang diinginkan.
Output tersebut bisa dalam bentuk 1 dimensi, 2 dimensi bahkan 3 dimensi, tergantung
dari pengukuran yang telah dilakukan.

B. Hubungan Antara Geologi dan Resistivitas Batuan


Survai

resisitivitas

memberikan

gambaran

distribusi

resistivitas

bawah

permukaan. Untuk mengkonversi gambaran resistivitas bawah permukaan menjadi


sebuah gambaran geologi maka pengetahuan untuk membedakan tipe dari material
bawah permukaan dan kenampakan geologinya berdasarkan nilai resistivitasnya sangat
dibutuhkan.
Tabel-1 memberikan nilai resistivitas dari beberapa jenis material dan batuan.
Resistivitas batuan tergantung dari derajat kekompakan dan besarnya persentase
kandungan fluids yang mengisi batuan. Bagaimanapun nilai dari beberapa jenis batuan
biasanya overlap. Hal ini disebabkan karena resistivitas dari batuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, porositas batuan, derajat saturasi dan konsentrasi garam yang
terlarut.
Tabel-1. Daftar Tahanan Jenis Beberapa Batuan dan Air

VI.3 Metode Sampling


Secara umum sampling dapat didefinisikan sebagai Suatu proses pengambilan
sebagian kecil contoh dari suatu material sehingga karakteristik contoh material tersebut
mewakili keseluruhan material. Berdasarkan teknis pengambilannya, sampling dapat
dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara mengambil
material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan pada semua fase
kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan,
bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja.
Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan
mengetahui recovery (perolehan) suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan

eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto
dengan sumur uji.
Chip sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan
lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat.
Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut
dikumpulkan dalam suatu kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang
seragam (baik ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat
yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti
oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak
daripada fragmen yang low grade.
Channel sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan membuat alur
(channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur
tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara
horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan (Gambar).

Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)

Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis (Chaussier et al.,
1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan
fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (subchannel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
o Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang diakibatkan
oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada pembuatan channel
dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual. Membagi panjang channel
dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona
mineralisasi.
o Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu analisis
kadar atau dibuat komposit.
o Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal seam
(lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).

Grab Sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara
mengambil bagian dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang
mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian
sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara lain :

Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran umum


kadar.
Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi material,
dengan tujuan pengecekan kualitas.
Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk memperoleh
kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
Kesalahan-kesalahan dalam sampling :

Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai akibat masuknya
material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.

Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam conto.

Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.

Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang representatif.

VI.4 Tes Pit, Trenching dan Panning


VI.4.1 Tes Pit
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan
jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series)
sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah
vertikal dan horisontal.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan
dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.

Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan


kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat
digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman
sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan
mineralisasi berupa urat (vein).

Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual),


pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona
tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing- masing zona, variasi vertikal
masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan
bentuk endapan.
Apabila sumur uji telah dibuat, maka kita harus mencatat data litologi dari
satu sumur uji dengan yang lain, kemudian dikorelasikan dengan menggunakan
software.

VI.4.2 Trenching
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi
singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.

Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali
tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada
endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan,
kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (adasplit atau
sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.

Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah
paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih
tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain; adanya zona alterasi,
zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi
sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

VI.4.3 Panning
Panning adalah salah satu metode eksplorasi yang memanfaatkan massa jenis batuan.
Panning biasanyadilakukan di daerah sungai ataupun daerah berair karena dalam
penggunaannya memerlukan media air. Dalam mencari sampel saat pendulangan harus
mengambil dalam ukuran butir. Cara pendulangan sebagai berikut :

Ambil sampel, apabiila ukuran sampel besar. Sampel harus dihancurkan menjadi
ukuran butir.

Timbang sampel dan hitung berapa volumenya

Masukkan sampel dan ke sungai

Masukkan sedikit air

Goyangkan pan/alat dulang sehingga material dalam pan keluar dengan massa jenis
ringan

Lakukan goyangan hingga tersisa konsentrat

Timbang konsentrat

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari kegiatan pemetaan Eksplorasi ini adalah :


Kegiatan pemetaan eksplorasil di Kabupaten Barru dilakukan pada beberapa daerah
sesuai dengan lokasi keterdapatan endapan-endapan aluvial tersebut. Secara
geologi, lokasi pemetaan eksplorasi ini dihuni oleh endapan-endapan aluvial muda
dan aluvial tua yang secara umum terdiri dari fragmen-fragmen batuan ultrabasa,
batuan

dan

batuan

sedimen.

Metode yang dilakukan umumnya disesuaikan dengan kondisi endapan alluvial dan
singkapan batuan yang diamati antara lain dengan cara mendulang secara langsung
pada

endapan

alluvial,

dengan

menggunakan

metode

Geolistik,

metode

pengambilan sampel dengan menggunakan palu.


Di daerah sekitar kampus lapangan Kabupaten Barru banyak dijumpai singkapan
batuan dan endapan bahan galian yang prospek.
Saran bagi Dosen dan Asisten Adalah sebaiknya waktu yang diberikan kepada para
peserta pemetaan Eksplorasi perlu diperhatikan karena biasanya waktunya tidak
cukup untuk melakukan pengambilan dan pendeskripsian sampel sudah diarahkan
lagi menuju kesatasiun berikutnya.

Daftar Pustaka
Diktat Bahan ajar dan Mata Kuliah Pemetaan Eksplorasi
Diktat Bahan ajar dan Mata Kuliah Petrologi
Asmatigma. Batuan Sedimen.http://batuan sediment.blogspot.com/2008/12 /bgp.html.
Diakses
Cikara Buana. Bahan Galian Industri .http://www.minerhe.co.cc/2009/07 /bahan-galianindustri.html.
Enyak. Geologi Regional Barru. http://www.scribd.com/doc/53071720/Geologi-regional-ba
Pustekmira.
Informasi
Mineral
dan
Batubara.
http://www.tekmira.
esdm.go.id/data/Batukapur/ulasan.asp?xdir=Batukapur&commId=35&comm=Batu%20
kapur/gamping.

Anda mungkin juga menyukai