Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada praktikum

mineralogi acara mineral dalam batuan yang

dilaksanakan pada hari Jumat, 1 November 2014 serta Jumat, 8 November 2014
yang bertempat di ruang 301 Teknik Geologi Universitas Diponegoro.
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan secara megaskopis dengan tujuan
untuk mengidentifikasi batuan, mendeskripsikan mineral dalam batuan beku,
sedimen, dan metamorf, serta untuk menamakan batuan beku, sedimen, dan
metamorf sesuai dengan klasifikasi yang tersedia. Adapun hasil pengamatannya
sebagai berikut :

4.1. Pembahasan Batuan Peraga Nomor BI-50-A


Secara megaskopis batuan ini termasuk batuan beku, batuan beku ini
memiliki ciri-ciri yaitu berwarna abu abu, struktur batuan ini adalah masif,
batuan ini memiliki tekstur dengan kristalinitas holokristalin, granularitas
faneroporfiritik, bentuk butir subhedral serta hubungan antar kristal
inequigranular.
Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya
cenderung gelap. Struktur batuan ini adalah masif, karena batuan ini bersifat
keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada
permukaan batuan tesebut. Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena
batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada
batuan ini dapat terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat
pada batuan ini sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara
sempurna. Hubungan antar kristal pada batu peraga

ini adalah

inequigranular, yaitu besar mineral yang tidak sama, yang berjenis fanerik,
mineral kasar dapat dilihat secara megaskopis. Dan bentuk butirnya berupa
subhedral yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna karena batas-batas antar
mineral yang kurang jelas.

20

Proses pembentukan batu ini adalah melalui proses pembekuan magma


yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
plutonik jauh dari permukaan. Sifat kimia batu ini adalah basa dimana magma
yang membentuk juga bersifat basa. Magma basa tersebut membeku diarea
plutonik jauh dari permukaan bumi dan akhirnya batuan ini naik ke
permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut
(uplift).
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas dengan ciriciri warna putih, cerat putih,

kekerasan

6 skala mohs, kilap kaca,

transparansi transparan, dengan kelimpahan pada batuan sekitar 50%. Olivin


dengan ciri-ciri warna hijau, cerat putih, kekerasan 6,5-7 skala mohs, kilap
kaca, transparansi transparan, dengan kelimpahan pada batuan sekitar 20%.
dan piroksen dengan ciri-ciri warna hijau kehitaman, cerat putih, kekerasan
5,5-6 skala mohs, kilap kaca, transparansi opak, dengan kelimpahan pada
batuan sekitar 30%. Berdasarkan

hasil deskripsi di atas dan setelah

dimasukkan ke dalam klasifikasi Thorpe and Brown batu peraga nomor BI50-A merupakan batu Gabro (Thorpe and Brown, 1985).
Batuan Peraga Nomor BI-50-A, memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu
kehitaman, struktur masif, memiliki tekstrur dengan kristalinitas holokristalin,
granularitas faneroporfiritik, bentuk kristal subhedral, hubungan antar kristal
inequigranular, dengan komposisi mineral plagioklas (50%), olivin (20%),
piroksen (30%) merupakan batuan beku dengan nama gabbro (Thorpe and
Brown, 1985).
4.2. Pembahasan Batuan Peraga Nomor B2
Secara megaskopis batuan ini termasuk batuan sedimen, batuan sedimen
ini berwarna coklat kekuningan, struktur batuan ini adalah laminasi, batuan
ini memiliki tekstur dengan ukuran butir pasir sangat halus ( 1/16 1/8 mm
skala wentworth), kebundarannya

yaitu membundar baik, memiliki

pemilahan yang baik, serta kemas tertutup.

21

Batuan ini berwarna coklat kekuningan. Struktur batuan ini adalah


laminasi, karena menunjukan adanya perlapisan dengan ketebalan lapisan
kurang dari 1 cm. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran butir pasir
sangat halus ( 1/16 1/8
membundar

baik

karena

mm skala wentworth), kebundarannya yaitu


semua

permukaannya

konveks,

hampir

equidimensional, sferoidal. Memiliki pemilahan yang baik karena memiliki


ukuran besar butir yang seragam, serta kemas tertutup karena butirannya
saling bersentuhan satu sama lain.
Proses pembentukan batu ini diawali dengan proses pelapukan yang
terjadi pada batuan induk, kemudian material hasil pelapukan mengalami
erosi dan tertransportasi dengan cara menggelinding (rolling) serta jarak yang
jauh dari batuan induk, hal ini dapat dilihat dari ukuran butir yang kecil yaitu
1/16 1/8 mm skala wentworth serta bentuk butir yang membundar baik,
selain itu hal itu juga dapat disebabkan oleh adanya pengaruh erosi atau
abrasi yang menyebabkan bentuk butirnya membundar baik. Setelah
mengalami transportasi, material sedimen tersebut terdeposisi pada
lingkungan yang mengandung karbonat seperti laut dangkal dimana cahaya
matahari dapat menembus kedalaman laut dan suhu yang relatif rendah, dan
akhirnya material tersebut mengalami diagenesis berupa kompaksi dan
sementasi hingga membentuk batuan sedimen.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah fragmen pasir sangat
halus ( 1/16 1/8 mm skala wentworth), matriksnya lanau (1/256 1/16 mm
skala wentworth) , serta semen karbonatan karena saat ditetesi dengan larutan
HCl menunjukan reaksi dengan menghasilkan buih. Berdasarkan hasil
deskripsi di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wentworth
batu peraga nomor B2 merupakan batupasir (Wentworth, 1922).
Batuan Peraga Nomor B2 memiliki ciri-ciri berwarna coklat kekuningan,
struktur laminasi, memiliki tekstur dengan ukuran butir pasir sangat halus (
1/16 1/8 mm skala wentworth), kebundarannya yaitu membundar baik,
memiliki pemilahan yang baik, serta kemas tertutup dengan komposisi

22

fragmen pasir sangat halus, matriks lanau, dan semen karbonatan. Merupakan
batuan sedimen dengan nama batupasir (Wentworth, 1922).
4.3. Pembahasan Batuan Peraga Nomor 176
Secara megaskopis batuan ini termasuk batuan sedimen, batuan sedimen
ini berwarna coklat muda, struktur batuan ini adalah nonstruktur, batuan ini
memiliki tekstur dengan ukuran butir lempung ( 1/256 mm skala wentworth),
kebundarannya yaitu membundar baik, memiliki pemilahan yang baik, serta
kemas tertutup.
Batuan ini berwarna coklat muda. Struktur batuan ini adalah laminasi,
karena menunjukan adanya perlapisan dengan ketebalan lapisan kurang dari 1
cm. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran butir lempung ( 1/256 mm
skala wentworth), kebundarannya yaitu membundar baik karena semua
permukaannya konveks, hampir equidimensional, sferoidal. Memiliki
pemilahan yang baik karena memiliki ukuran besar butir yang seragam, serta
kemas tertutup karena butirannya saling bersentuhan satu sama lain.
Proses pembentukan batu ini diawali dengan proses pelapukan yang
terjadi pada batuan induk, kemudian material hasil pelapukan mengalami
erosi dan tertransportasi dengan cara menggelinding (rolling) serta jarak yang
jauh dari batuan induk, hal ini dapat dilihat dari ukuran butir yang kecil yaitu
kurang dari 1/256 mm skala wentworth serta bentuk butir yang membundar
baik, selain itu hal itu juga dapat disebabkan oleh adanya pengaruh erosi atau
abrasi yang menyebabkan bentuk butirnya membundar baik. Setelah
mengalami transportasi, material sedimen tersebut terdeposisi pada
lingkungan yang tidak mengandung karbonat seperti laut dalam dimana
cahaya matahari tidak dapat menembus kedalaman laut dan suhu yang
rendah, dan akhirnya material tersebut mengalami diagenesis berupa
kompaksi dan sementasi hingga membentuk batuan sedimen.
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah fragmen lempung (
<1/256 mm skala wentworth), matriksnya tidak dapat teramati karena
memiliki ukuran yang sangat kecil (afanitik) , serta semen non karbonatan
karena saat ditetesi dengan larutan HCl tidak menunjukan reaksi atau tidak

23

menghasilkan buih. Berdasarkan hasil deskripsi di atas dan setelah


dimasukkan ke

dalam klasifikasi Wentworth batu peraga nomor 176

merupakan batulempung (Wentworth, 1922).


Batuan Peraga Nomor 176 memiliki ciri-ciri berwarna coklat muda,
struktur adalah nonstruktur, memiliki tekstur dengan ukuran butir lempung (
1/256 mm skala wentworth), kebundarannya yaitu membundar baik, memiliki
pemilahan yang baik, serta kemas tertutup dengan komposisi fragmen
lempung, matriks tidak dapat teramati, dan semen nonkarbonatan. Merupakan
batuan sedimen dengan nama batulempung (Wentworth, 1922).

4.4. Pembahasan Batuan Peraga Nomor 224


Secara megaskopis batuan ini termasuk batuan metamorf, batuan
metamorf ini berwarna putih keunguan, struktur batuan ini adalah nonfoliasi,
batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik dengan derajat kristalisasi faneritik
serta bentuk butir subhedral.
Batuan ini berwarna putih keunguan. Struktur batuan ini adalah
nonfoliasi karena batuan ini tidak menunjukkan adanya penjajaran mineralmineral

penyusun

batuan

metamorf.

Batuan

ini

memiliki

tekstur

kristaloblastik karena telah mengalami rekristalisasi seluruhnya sehingga


tekstur batuan asalnya (protolith) sudah tidak terlihat, memiliki bentuk butir
subhedral yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna karena batas-batas antar
mineral yang kurang jelas, derajat kristalisasinya fanerik karena dapat diamati
secara megaskopis.
Batuan

ini

terbentuk

dari

batupasir

kuarsa

yang

mengalami

metamorfisme kontak yang disebabkan oleh adanya temperatur yang tinggi


sehingga menyebabkan rekristalisasi kuarsa. Akibat tekanan pada kuarsit
dapat mengakibatkan hancurnya kuarsit tersebut dan menghasilkan tekstur
granoblastik yaitu tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineralmineral yang membentuk butiran seragam . Kuarsit sangat keras karena
adanya sementasi silikat yang terendapkan di sekitar butir-butir kuarsa yang
lebih besar, sehingga menghasilkan ikatan butir yang sangat kuat. Kuarsit

24

dapat terbentuk akibat metamorfisme kontak atau metamorfisme regional dari


temperatur dan tekanan terhadap batupasir kuarsa.
Batuan ini memiliki komposisi mineral yaitu kuarsa dengan ciri-ciri
warna putih, cerat putih, kekerasan 7 skala mohs, kilap kaca, transparansi
transparan, dengan kelimpahan pada batuan sekitar 100%. Berdasarkan hasil
deskripsi di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi WT Huang
batu peraga nomor 224 merupakan batu Kuarsit (W.T. Huang, 1962).
Batuan Peraga Nomor 224 memiliki ciri-ciri berwarna putih keunguan,
struktur nonfoliasi, memiliki tekstur kristaloblastik dengan derajat kristalisasi
faneritik serta bentuk butir subhedral, memiliki komposisi mineral kuarsa
dengan kelimpahan sekitar 100%. Merupakan batuan metamorf dengan nama
kuarsit (W.T. Huang, 1962).
4.5. Pembahasan Batuan Peraga Nomor BI-02-A
Secara megaskopis batuan ini termasuk batuan beku, batuan beku ini
memiliki ciri-ciri yaitu berwarna abu abu, struktur batuan ini adalah masif,
batuan ini memiliki tekstur dengan kristalinitas holokristalin, granularitas
faneroporfiritik, bentuk butir euhedral serta hubungan antar kristal
inequigranular.
Dilihat dari warnanya, batuan ini bersifat basa karena warnanya
cenderung gelap. Struktur batuan ini adalah masif, karena batuan ini bersifat
keras dan tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada
permukaan batuan tesebut. Tekstur batuan ini adalah holokristalin karena
batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada
batuan ini dapat terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat
pada batuan ini sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara
sempurna. Hubungan antar kristal pada batu peraga

ini adalah

inequigranular, yaitu besar mineral yang tidak seragam, yang berjenis


faneroporfiritik, mineral kasar dapat dilihat secara megaskopis. Dan bentuk
butirnya berupa euhedral yaitu bentuk kristal yang sempurna karena batasbatas antar mineral yang jelas.

25

Proses pembentukan batu ini adalah melalui proses pembekuan magma


yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
plutonik jauh dari permukaan. Sifat kimia batu ini adalah basa dimana magma
yang membentuk juga bersifat basa. Magma basa tersebut membeku di area
plutonik jauh dari permukaan bumi dan akhirnya batuan ini naik ke
permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada daerah tersebut
(uplift).
Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah plagioklas dengan ciriciri warna putih, cerat putih,

kekerasan

6 skala mohs, kilap kaca,

transparansi transparan, dengan kelimpahan pada batuan sekitar 65%. Kuarsa


dengan ciri-ciri warna putih, cerat putih, kekerasan 7 skala mohs, kilap kaca,
transparansi transparan, dengan kelimpahan pada batuan sekitar 20%. Biotit
dengan ciri-ciri warna hitam, cerat putih, kekerasan 2,5-3 skala mohs, kilap
kaca, transparansi opak, dengan kelimpahan pada batuan sekitar 10% dan
Hornblende dengan ciri-ciri warna hitam, cerat putih, kekerasan 5-6 skala
mohs, kilap kaca, transparansi opak, dengan kelimpahan pada batuan sekitar
5%. Berdasarkan hasil deskripsi di atas dan setelah dimasukkan ke dalam
klasifikasi Thorpe and Brown batu peraga nomor BI-02-A merupakan batu
Diorit Porfir (Thorpe and Brown, 1985).
Batuan Peraga Nomor BI-02-A, memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu,
struktur

masif,

memiliki

tekstrur

dengan

kristalinitas

holokristalin,

granularitas faneroporfiritik, bentuk kristal euhedral, hubungan antar kristal


inequigranular, dengan komposisi mineral plagioklas (65%), kuarsa (20%),
biotit (10%), hornblende (5%), merupakan batuan beku dengan nama diorit
porfir (Thorpe and Brown, 1985).

26

Anda mungkin juga menyukai