Anda di halaman 1dari 17

Skenario A Blok 28

Dokter budi, seorang dokter keluarga yang sudah bekerja selama 3 tahun dikelurahan pulo kerto
yang terletak di kecamatan gandus, berpraktek di ruangan berukuran 2x3 yang merupakan ruang
tamu dari rumahnya dengan dibantu oleh 1 orang perawat yang juga bekerja sebagai pegawai
administrasi.
Pada sore hari, dokter budi didatangi oleh serombongan orang yang memintanya datang untuk
memeriksa seorang ibu yang sedang bersalin di rumh dukun desayang terletak 5 rumah dari
praktek doter budi. Ibu tersebut sedang melahirkan anaknya yang ke-5, tidak pernah melakukan
ANC pada dokter budi sebelumnya, dan dikatakan oleh dukun desa bahwa sudah ditolong
selama 1,5 jam tetapi anak tetap tidak lahir-lahir. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan :
Tekanan darah : 90/60 mmhg
Nadi : 120 kali permenit
Frekuensi pernafasan : 28 kali/ menit
Suhu : 37,9 derajat C
Pada pemeriksaan dalam di dapatkan bahwa permukaan 6 cm, ketuban (-), bau (-), meconium
(+), penurunan kepala hodge I-II, DJJ bayi didapatkan 180x/menit.
Dokter Budi menyarankan pasien untuk dipasang infusdan dirujuk secepatnya, akan tetapi
keluarga menolak karena menyatakan tidak ada biaya, dan menyatakan bahwa mereka tidak
mempunyai kartu BPJS.

Klarifikasi istilah
1. Dokter keluarga :
dokter yang menyeenggarakan pelayanan primer yg komprehensif,
continue, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga,
komunitas, dan lingkungannya, dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan.
2. Perawat :
seseorang yang memiliki pengetahun, keterampilan dan kewewnangan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan iat yang
dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yg dimilikinya.
3. Tenaga administrasi : pegawai yang mengurusi keperluan administrasi.
4. ANC :
pemeriksaan kehamilan yang dilkukan untuk memeriksa keadaan ibu dan
janin secara berkala, yang diikuti dg upaya koreksi jika ada penyimpangan yg ditemukan.
5. Meconium : bahan berlendir berwarna hijau tua di dalam usus bayi cukup bulan.
6. Ketuban :
adalah cairan amnion yang bening agak kekuning-kunigan dan
mengeliingi bay yang belum lahir atau janin selama kehamilan.
7. Hodge :
garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh penurunan
kepala janin pada panggul.
8. BPJS :
badan usaha milik Negara yang ditugaskan oleh pemerintah untuk
menyelengarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyatindonesia,
terutama untuk pegawai negeri sipil, penerima pension PNS, dan TNI Polri, veteran,
perintis kemerdekaan beserta keluarganya dan badan usaha lannya ataupun rakyat biasa.

Identifikasi masalah
1. Dokter budi, seorang dokter keluarga yang sudah bekerja selama 3 tahun dikelurahan
pulo kerto yang terletak di kecamatan gandus, berpraktek di ruangan berukuran 2x3 yang
merupakan ruang tamu dari rumahnya dengan dibantu oleh 1 orang perawat yang juga
bekerja sebagai pegawai administrasi.
2. Pada sore hari, dokter budi didatangi oleh serombongan orang yang memintanya datang
untuk memeriksa seorang ibu yang sedang bersalin di rumh dukun desayang terletak 5
rumah dari praktek doter budi. Ibu tersebut sedang melahirkan anaknya yang ke-5, tidak
pernah melakukan ANC pada dokter budi sebelumnya, dan dikatakan oleh dukun desa
bahwa sudah ditolong selama 1,5 jam tetapi anak tetap tidak lahir-lahir.
3. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan :
Tekanan darah : 90/60 mmhg
Nadi : 120 kali permenit

Frekuensi pernafasan : 28 kali/ menit


Suhu : 37,9 derajat C
Pada pemeriksaan dalam di dapatkan bahwa permukaan 6 cm, ketuban (-), bau (-),
meconium (+), pen urunan kepala hodge I-II, DJJ bayi didapatkan 180x/menit.
4. Dokter Budi menyarankan pasien untuk dipasang infusdan dirujuk secepatnya, akan
tetapi keluarga menolak karena menyatakan tidak ada biaya, dan menyatakan bahwa
mereka tidak mempunyai kartu BPJS.

Analisis masalah :
1. Apa beda dokter keluarga dan DLP?
2. Apa peranan dokter keluarga?
TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam (Azwar, 1995) :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan
sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga memang
lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian
tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai
manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan
lingkungannya masing-masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini,
maka pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan
karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga juga
lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan
pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila dapat
dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan.
Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini ialah

dapat dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang,


yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya
telah diketahui selalu bersifat terbatas.
II.3. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan banyak
manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge Research
Institute, 1976) :
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya,
bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin
kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan
suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan
tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan
sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.
II.4. FUNGSI, TUGAS DAN KOMPETENSI DOKTER KELUARGA
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai
bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu,
dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokterpasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif
yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga
memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri
kepada pasien dan komunitasnya

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)


Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi
kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan
pasien, nilai etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan
membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di
luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya
berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik,
sehat, sejahtera, dan bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan
kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok
penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan
masyarakat

3. Apa yang dimaksud dengan BPJS?


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan sosial yang dimaksud adalah salah
satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN , Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
(BPJS)
adalah:

1. Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (Pasal 1
angka 6)
2. Badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum)
3. Pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat (1)

4. Bagaimana peranan BPJS kesehatan?


Fungsi, Tugas dan Wewenang BPJS

FUNGSI
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan
kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja
mengalami
kecelakaan
kerja
atau
menderita
penyakit
akibat
kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta
menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal
dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang

layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun
atau
mengalami
cacat
total
tetap.
Jaminan

pensiun

ini

diselenggarakan

berdasarkan

manfaat

pasti.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan


prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang
dibayarkan
kepada
ahli
waris
peserta
yang
meninggal
dunia.
TUGAS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;


Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari
Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai
pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program
jaminan
sosial
dan
keterbukaan
informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
pendaftaran
atau
secara
aktif
dalam
arti
mendaftarkan
peserta.
WEWENANG
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang
dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana,
dan hasil yang memadai;

3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja
dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas
kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya
dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan
sosial.

Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal
terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan
pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada
BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.
5. Bagaimana syarat dan cara menjadi anggota BPJS?
Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional terbagi menjadi dua, yaitu
kelompok peserta baru dan pengalihan dari program terdahulu, yaitu Asuransi Kesehatan,
Jaminan Kesehatan Masyarakat, Tentara Nasional Indonesia, Polri, dan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja. Kepesertaan BPJS Kesehatan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, terdiri atas dua kelompok, yaitu peserta
penerima
bantuan
iuran
(PBI)
dan
peserta
bukan
PBI.
Peserta PBI adalah orang yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu, yang preminya
akan dibayar oleh pemerintah. Sedangkan yang tergolong bukan PBI, yaitu pekerja
penerima upah (pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pejabat negara, pegawai
pemerintah non-pegawai negeri, dan pegawai swasta), pekerja bukan penerima upah dan
bukan pekerja (investor, pemberi kerja, pensiunan, veteran, janda veteran, dan anak
veteran).
Dua kelompok selain kelompok pengalihan dan PBI memiliki prosedur pendaftaran
masing-masing. Berikut tata cara pendaftaran pekerja penerima upah non-pegawai
pemerintah:
1.
Perusahaan
mendaftar
ke
BPJS
Kesehatan.
2. BPJS Kesehatan melakukan proses registrasi kepesertaan dan memberikan informasi

tentang virtual account untuk perusahaan (di mana satu virtual account berlaku untuk
satu
perusahaan).
3. Perusahaan membayar ke bank dengan virtual account yang sudah diberikan BPJS
Kesehatan.
4.
Perusahaan
mengkonfirmasikan
pembayaran
ke
BPJS
Kesehatan.
5. BPJS Kesehatan memberikan kartu BPJS Kesehatan kepada perusahaan.

Berikut tata cara pendataran pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja:
1. Calon peserta melakukan pendaftaran ke BPJS Kesehatan dengan mengisi formulir
daftar isian peserta dan menunjukkan kartu identitas (KTP, SIM, KK atau paspor).
2. BPJS Kesehatan memberikan informasi tentang virtual account calon peserta. Virtual
account berlaku untuk masing-masing individu calon peserta. Kemudian calon peserta
melakukan pembayaran ke bank dengan virtual account yang sudah diberikan BPJS
Kesehatan.
4. Peserta melakukan konfirmasi pembayaran iuran pertama ke BPJS Kesehatan.
5. BPJS Kesehatan memberikan kartu BPJS Kesehatan kepada peserta.
Peserta pengalihan program terdahulu juga akan mendapatkan kartu BPJS Kesehatan.
Namun, bila peserta tidak membawa kartu BPJS ketika berobat, maka bisa menggunakan
kartu yang lama,. Rinciannya, anggota TNI/POLRI dapat memperlihatkan Kartu Tanda
Anggota atau Nomor Register Pokok dan mantan peserta Jamsostek bisa menggunakan
kartu JPK Jamsostek. Begitu juga dengan mantan peserta Askes dan Jamkesmas,
sepanjang data peserta tersebut terdaftar di master file kepesertaan BPJS Kesehatan

6. Apakah tindakan dokter Budi sudah tepat? (manajemen klinik dan kasus)
7. Apakah ruang praktek dokter budi sudah sesuai sebagai klinik atau praktek
pribadi dokter keluarga?
Belum, ruang praktek dokter keluarga seharusnya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen
atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki beberapa ruang
terpisah atau tergabung yang disesuaikan dengan kemampuan fasilitas
pelayanan dan fisik bangunan, antara lain:
1. Ruang pendaftaran dan administrasi

2. Ruang penyimpanan obat-obatan


3. Ruang tunggu
4. Ruang pemeriksaan fisik
5. Kamar kecil
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga terbukti merupakan bangunan
yang dapat melindungi dari panas dan hujan, serta dapat ditutup rapat bila
tidak sedang digunakan
Bangunan dan ruang dalam untuk pelayanan dokter keluarga terbukti
merupakan bahan bangunan yang relatif mudah dibersihkan
Ruang dalam untuk pelayanan dokter keluarga terbukti mempunyai ventilasi
yang cukup, atau berpendingin bila tidak memungkinkan ventilasi yang cukup
Ruang dalam untuk pelayanan dokter keluarga terbukti mempunyai sinar yang
cukup, atau menggunakan lampu untuk pencahayaan bila sinar matahari tidak
dapat masuk dengan baik
Sedapat mungkin tempat pelayanan dokter keluarga dapat merupakan tempat
berlindung dari keadaan cuaca pada saat pasien menunggu atau memperoleh
pelayanan
Untuk menghindari tempat bersarangnya kuman dan vektor penyakit, maka
tempat pelayanan dokter keluarga harus mudah dibersihkan, berventilasi dan
sinar matahari yang cukup
Luas tempat pelayanan dokter keluarga disesuaikan dengan kebutuhan/jumlah
pasien yang berkunjung pada satu waktu yang bersamaan

Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki keadaan ruang periksa dan ruang tunggu
yang:

1. Bersih
2. Terang
3. Ventilasi baik

4. Lantai tidak licin


5. Tidak berbau
6. Tidak bising
7. Suhu yang nyaman
8. Terpisah untuk pasien infeksius

8. Apakah yg seharusnya dilakukan dokter budi sebagai dokter keluarga dalam mengelola
pesertanya?
9. Apa yg seharusnya dokter budi lakukan dalam kasus ini?
10. Apa diagnosis yg mungkin pada ibu ini?
11. Bagaimana cara dokter budi meyakinkan ibu dan keluarganya untuk mau dirujuk ke RS?
(komunikasi efektif dan edukasi pasien)
Menjelaskan kepada pasien bahaya yang akan timbul bila pasien tidak mau dirujuk ke
yang lebih tepat. Tidak dilakukan dengan pemaksaan, namun harus dilakukan dengan
cara yang lebih edukatif agar dapat dimengerti oleh pasien.
12. Apa resiko yg mungkin terjadi apabila ibu ini tidak mau dirujuk ke RS?

Learning Issue
1. Dokter keluarga
2. BPJS
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
1. DEFINISI
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN , Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) adalah:
1. Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (Pasal 1
angka 6)
2. Badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum)
3. Pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat (1)
2. PEMBENTUKAN

Berdasarkan ketentuan Pasal 52 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2004, batas waktu paling
lambat untuk penyesuaian semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS dengan UU
No. 40 Tahun 2004 adalah tanggal 19 Oktober 2009, yaitu 5 tahun sejak UU No. 40
Tahun 2004 diundangkan.
Batas waktu penetapan UU tentang BPJS yang ditentukan dalam UU No. 40 Tahun 2004
tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah. RUU tentang BPJS tidak selesai dirumuskan.
DPR RI mengambil inisiatif menyelesaikan masalah ini melalui Program Legislasi
Nasional 2010 untuk merancang RUU tentang BPJS. DPR telah menyampaikan RUU
tentang BPJS kepada Pemerintah pada 8 Oktober 2010 untuk dibahas bersama
Pemerintah.
DPR RI dan Pemerintah mengakhiri pembahasan RUU tentang BPJS pada Sidang
Paripurna DPR RI tanggal 28 Oktober 2011. RUU tentang BPJS disetujui untuk disahkan
menjadi Undang-undang. DPR RI menyampaikan RUU tentang BPJS kepada Presiden
pada tanggal 7 November 2011. Pemerintah mengundangkan UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS pada tanggal 25 November 2011.
Petikan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
Pasal 5
(1) Berdasarkan Undang-Undang ini dibentuk BPJS.
(2) BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. BPJS Kesehatan; dan
b. BPJS Ketenagakerjaan.
Pasal 6
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b
menyelenggarakan program:
a. jaminan kecelakaan kerja;
b. jaminan hari tua;
c. jaminan pensiun; dan
d. jaminan kematian.
Pembentukan RUU BPJS
a. Pembentukan RUU Inisiatif DPR RI
- Program Legislasi Nasional 2010 - 2011
1. Konsep RUU tentang BPJS inisiatif DPR RI 2010
o Tim Pansus RUU tentang BPJS
2. DIM RUU tentang BPJS dari Pemerintah
3. RUU tentang BPJS (Draft Akhir - tanggal 7 November 2011)

4. UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS


b. Pembentukan RUU Inisiatif Pemerintah
- Periode Tahun 2007-2009
1. Naskah Akademik RUU BPJS
2. Konsep RUU BPJS
o Tim dan Kelompok Kerja Penyusun Peraturan Perundang-undangan Pelaksanaan
UU No. 40 Tahun 2004 , SK Menko Kesra No.
14A/KEP/MENKO/KESRA/VI/2006
o Izin Prakarsa Presiden No. B-540/m.Sesneg/D-4/10/2007, tanggal 2 Oktober 2007
3. TRANSFORMASI BPJS
1. PT ASKES (Persero)
o berubah menjadi BPJS Kesehatan dan mulai beroperasi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 (Pasal 60 ayat (1) UU BPJS)
2. PT (Persero) JAMSOSTEK
o berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014 (Pasal 62 ayat (1)
UU BPJS)
o BPJS Ketenagakerjaan paling lambat mulai beroperasi pada tanggal 1 Juli 2015, termasuk
menerima peserta baru (Pasal 62 ayat (2) huruf d UU BPJS)
3. PT (Persero) ASABRI
o menyelesaikan pengalihan program ASABRI dan program pembayaran pensiun ke BPJS
Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029 (Pasal 65 ayat (1) UU BPJS)
4. PT TASPEN (Persero)
o menyelesaikan pengalihan program THT dan program pembayaran pensiun ke BPJS
Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029 (Pasal 65 ayat (1) UU BPJS)
Proses selanjutnya adalah pembubaran PT ASKES (Persero) dan PT (Persero)
JAMSOSTEK tanpa likuidasi. Sedangkan PT (Persero) ASABRI dan PT TASPEN
(Persero) tidak secara tegas ditentukan dalam UU BPJS.
Fungsi, Tugas dan Wewenang BPJS

FUNGSI
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan
kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja
mengalami
kecelakaan
kerja
atau
menderita
penyakit
akibat
kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta
menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal
dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia

pensiun
Jaminan

atau
pensiun

mengalami
ini

diselenggarakan

cacat
berdasarkan

total
manfaat

tetap.
pasti.

Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan


prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang
dibayarkan
kepada
ahli
waris
peserta
yang
meninggal
dunia.
TUGAS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;


Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari
Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai
pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program
jaminan
sosial
dan
keterbukaan
informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
pendaftaran
atau
secara
aktif
dalam
arti
mendaftarkan
peserta.
WEWENANG
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang
dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana,
dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja
dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
jaminan sosial nasional;

4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas


kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya
dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan
sosial.

Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal
terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan
pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada
BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

Hipotesis
Dokter budi kurang berkompeten sebagai DLP

Manajemen klinik buruk : belum memenuhi standar fasilitas pelayanan kesehatan


Promosi serta edukasi kedokteran komunitas masih kurang baik : masih ada masyarakat
yang bersalin di dukun
Penanganan medis kurang baik : pasien langsung dirujuk tanpa penanganan yang yang
sesuai untuk kasus.

Ivanty : 1, 8, 9, 4 LI1
Tatia : 2, 7, 10, 3LI2
Wisnu : 3, 6, 11, 2 LI1
Ghea : 10, 5, 12, 1 LI2
Satria : 9, 4, 1, 12 LI1
Pierre : 8, 3, 2, 5 LI2
Fredy : 7, 2, 3, 10 LI1

Keyshia: 6, 11, 4, 9 LI2


Dika

: 1, 12, 5, 8 LI2

Sharan : 4, 11, 6, 7 LI1

Anda mungkin juga menyukai