Anda di halaman 1dari 32

PENDEKATAN

KLINIS ANEMIA
FITRI HAERANI
06-045

Pendahuluan

Anemia adalah penurunan jumlah


massa eritrosit (red cell mass) sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carrying capacity).
Anemia di tunjukkan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count)

KRITERIA ANEMIA
Kriteria anemia menurut WHO 1972 sebagai
berikut:

Dinyatakan anemia :
Anak 6 bulan - 6 tahun <11gr/100ml
6 tahun 14 thn <12gr/100ml
Pria dewasa
<13gr/100ml
Wanita dewasa tak hamil <12gr/100ml
Wanita dewasa hamil
<11gr/100ml

KLASIFIKASI ANEMIA
Terdapat 2 klasifikasi utama dari anemia:
1. Bedasarkan etiopatogenesis
2. Berdasarkan morfologi & etiologi sel
darah merah

ETIOPATOGENESIS ANEMIA

Gangguan pembentukan eritrosit oleh


sumsum tulang
Kehilangan darah keluar tubuh
(perdarahan)
Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya (hemolisis)

Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum


tulang

Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit


Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi vitamin B12
Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
Anemia sideroblastik
Anemia akibat penyakit kronik
Kerusakan sumsum tulang
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik
Anemia aplastik
Anemia mieloptisik
Anemia pada keganasan hematologi
Anemia diseritropoietik
Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada


gagal ginjal kronik

Anemia akibat hemoragik

Anemia pasca perdarahan akut


Anemia akibat perdarahan kronik

Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskuler
Gangguan ensim eritrosit (enzimopati): anemia akibat
defisiensi G6PD
Gangguan membran eritrosit (membranopati)
Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
Thalassemia
Hemoglobinopati struktural: HbS, HbE,, dll

1. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler


Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik mikroangiopatik
Lain-lain

Anemia dengan penyebab tidak diketahui


atau dengan patogenesis yang kompleks

MORFOLOGI SEL DARAH MERAH


Klasifikasi berdasarkan pada dua ciri-ciri :
rata-rata volume sel darah merah (MCV)
rata-rata kadar hemoglobin sel (MCH)
Atas dasar morfologik maka dikelompokkan:

1.
2.

1.
2.
3.

Mikrositik
Normositik
Makrositik

A.
B.

C.

A. Hipokrom Mikrositik bila MCV < 76 fl


(Wiliams ,2000 < 78 fl)
A. Normositik Normokrom bila MCV antara 7696 fl
A. Makrositik bila MCV > 96 fl (Williams, 2000
>100 fl)
nilai absolut SDM dapat dihitung dari Hb, Ht
dan jumlah SDM. Pada orang dewasa nilai
Normal MCV berkisar 77-93 fl, MCH 31-35 g/dl

TABEL SINDROM ANEMIA BESERTA PENYEBABNYA

PATOGENESIS

Oleh karena itu rendahnya kadar hemoglobin dari


seseorang penderita anemia bukanlah salah satusatunya faktor yang menentukan ada atau
tidaknya keluhan dan gejala anemia.
Apabila turunnya kadar hemoglobin terjadi secara
lambat laun lalu akan terjadi kompensasi dari
sistem kardiopulmonal sehingga kadar
hemoglobin yang tidak terlalu biasanya tidak
menimbulkan keluhan

PATOGENESIS

Manifestasi gejala dan keluhan anemia


tergantung dari beberapa faktor:
1.

2.

3.
4.

Penurunan kapasitas daya angkut oksigen dari


darah serta kecepatan dari penurunannya
Derajat serta kecepatan perubahan dari
volume darah
Penyakit dasar penyebab anemianya
Kapasitas kompensasi sistim kardiopulmonal

PATOGENESIS

Apabila penurunan kadar hemoglobin


terjadi secara cepat seperti yang terjadi
akibat suatu perdarahan masif, keluhan
timbul mendadak suatu renjatan apabila
perdarahannya masif, atau hanya berupa
hipotensi bahkan bisa tanpa gejal
terganutng berat-ringannya perdarahan
yang terjadi

PATOGENESIS

Penurunan kadar hemoglobin secara cepat akibat


destruksi eritrosit (hemolisis) tentu disamping
keluhan kardiopulmonal akan disertai dengan
tanda-tanda hemolisis seperti ikterus,
hemoglobinemia, hemoglobunuria dan lain-lain
Anemia kroniskonsentrasi pigmen pengangkut
oksigen dalam darah lebih menentukkan dengan
penyesuaian oleh sistim kardiovaskular daripada
tingginya deposit jumlah sel darah.

PATOGENESIS

Jumlah oksigen yang dilepaskan ke


jaringan tergantung dari:
1.
2.

3.
4.

Konsentrasi hemoglobin
Prosentase kejenuhan hemoglobin oleh
oksigen
Kurve disosiasi Hb-02
Tekanan O2 jaringan

PAGTOGENESIS

Dalam keadaan Hb yang rendah maka untuk


memenuhi kebutuhan jaringan akan O2 maka
akan terjadi peningkatan denyut jantung.
Peningkatan dan pelepasan O2 oleh hemoglobin
sangat tergantung dari konsentrasi 23difosfogliserida (2-3 DP6). Afinitas 02 pada Hb
berkurang bila kadar 2-3DP6 meninggi. Pada
anemia kronis kadar 2-3 DP 6 meninggi.

GEJALA KLINIS

Meskipun beberapa gejala ini disebabkan


langsung oleh adanya hipoksi jaringan,
terbanyak berhubungan dengan
mekanisme kompensasi yang terjadi untuk
mencegah bertambah buruknya jaringan
karena anoksia. Gejala akibat anemia yang
berat adalah dyspnoe deffort , palpitatio
cordis.

GAMBARAN KLINIS

Kelainan fisik yang akan dijumapi terutama pada kulit dan


selaput lendir.
Pada anemia yang berat (Hb 6 gr%) maka telapak tangan akan
pucat.
Kelainan kardiovaskular didapatkan pembesaran jantung
dengan bising sistolik disemua katub. Dekompensasio kordis
Pada Thoraks ditemukan basal ronchi
Pada abdomen didapatkan hepatomegali dan splenomegali
Pemeriksaan yang lain cukup penting rambut, kulit, bibir, gusi
dan kuku.

LABORATORIUM

Langkah pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan:


Hb, Ht, jumlah SDM, retikulosit, jumlah sel darah putih dan
trombosit, LDE dan membuat hapusan/ film darah perifer.
Bila dijumpai Ht yang menurun kemungkinan dapat
karena:
1. Perdarahan, maka perlu tes pemeriksaan perdarahan
2. Produksi kurang, maka dapat dilihat dari jumlah
retikulosit,index SDM dan perlu dilakukan aspirasi
sumsum tulang
3. Hemolis, maka dapat diketahui dari jumlah retikulosit,
bilirubin indirect, haptoglobulin, morfologi sel darah merah
abnormal

Jangan dilupakan mengenai pemeriksaan


retikulosit, bila penderita pernah ditransfusi
namun Hb kemudian turun lagi perlu
periksa tes coomb direct dan indirect. Jika
ternyata hasil tes positif, jangan ditransfusi.
Dalam keadaan demikian maka pemberian
kortikosteroid merupakan indikasi.

PEMERIKSAAN ANEMIA MAKROSITIK


ATAS DASAR MCH/MCHC

Tabel anemia karena turunnya produksi SDM


Index SDM

Hasil lab tambahan

Hasil sumsum
tulang

Diagnosis

Hipokrom mikrositik
MCV

Fe
TIBC
HbA2
HBF
HB A2

Fe = 0
Fe = (+)
Cincin sideroblas (+)

Defisiensi Fe
talasemia
A. sideroblastik

Makrositik MCV

Serum B12
Achlorhydria
Folat
Hipersegmen neutrofil
Leukosit > 5

Megaloblastik

A. Defisiensi vit B12


A. Pernisiosa
A. defisiensi folat

Fe TIBC
Kreatinin
LFT abnormal
T4

Non megablastik

A. Penyakit kronik
A. Pada uremia
A. Penyakit hati
A. Myxoedem

Pansitopeni
Lekosit alkali phosphatase
(LAP)

Aplastik
Infiltrat tumor
Limfoma
Fibrosis

A. Aplastik
A. Myelopthisic

Normoblas, teardrop

Catatan: A = anemia

Myeloid metaplasi

Laboratorium yang mengarah pada peningkatan


destruksi SDM meliputi:
Anemia
Pada gambaran film darah perifer akan didapati
kemungkinan bentuk-bentuk abnormal
Urobilinobin, unconjugated bilirubin, LDH
Haptoglobin
Haemoglobinaemia
Haemoglobin urea
Haemosiderinuria
Methaemalbuminaemia

LABORATORIUM

Pemeriksaan penyaring (screening test)


Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan khusus

PEMERIKSAAN KHUSUS

Anemia defisiensi besi : serum iron. TIBC (total


iron binding capacity), saturasi transferin,
protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor
transfcrin dan pengecatan besi pada sumsum
tulang (Perl's stain).
Anemia megaloblastik: folat serum, vitamin B12
serum, tes supresi deoksiuridin dan tes Schiling.
Anemia hemolitik: bilirubin serum, tes Coomb,
elektroforesis hemoglobin dan lain-lain.
Anemia aplastik: biopsi sumsum tulang

Anemia hemolitik: bilirubin serum, tes


Coomb, elektroforesis hemoglobin dan lainlain.
Anemia aplastik: biopsi sumsum tulang
Pemeriksaan non hematologik :
pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal
tiroid

TERAPI

Pengobatan diberikan berdasarkan


ditegakkannya diagnosis definitif terlebih
dahulu
Pemberian hematinik
Terapi untuk keadaan darurat seperti
misalnya pada perdarahan akut akibat
anemia aplastik yang mengancam jiwa
pasien, atau pada anemia pasca
perdarahan akut yang disertai gangguan
hemodinamik

TERAPI

Terapi suportif
Terapi yang khas untuk masing-masing anemia
Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar
yang menyebabkan anemia tersebut
Bila diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan,
berikan terapi percobaan (terapi ex juvantivus).
Transfusi diberikan pada anemia pasca
perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguan
hemodinamik

Anda mungkin juga menyukai