PENDAHULUAN
sekitar
sepertiga
penduduk
dunia
telah
terinfeksi
oleh
Mycobacterium tuberculosis.
Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2002.
Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang
atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti
tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi
HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Di Indonesia masih menempati urutan ke tiga di dunia untuk jumlah kasus
TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan
sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberculosis adalah pembunuh
nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor
3 setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan
usia. Pada tahun 2008 prevalensi TB Paru di Indonesia mencapai 253 per 100.000
penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000
penduduk. Sementara itu, Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 telah
menurun tajam menjadi 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari
70% usia produktif (15-50 tahun).
Strategi penanganan TB berdasarkan World Health Organization (WHO)
tahun 1990 dan International Union Against Tuberkulosa and Lung Diseases
(IUATLD) yang dikenal sebagai strategi Directly observed Treatment Shortcourse (DOTS) secara ekonomis paling efektif (cost-efective), strategi ini juga
berlaku di Indonesia. Pengobatan TB paru menurut strategi DOTS diberikan
selama 6-8 bulan dengan menggunakan paduan beberapa obat atau diberikan
dalam bentuk kombinasi dengan jumlah yang tepat dan teratur, supaya semua
kuman dapat dibunuh. Obat-obat yang dipergunakan sebagai obat anti
tuberkulosis (OAT) yaitu : Isoniazid (INH), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),
Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Efek samping OAT yang dapat timbul antara
lain tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi, kesemutan sampai rasa
terbakar di kaki, gatal dan kemerahan kulit, ikterus, tuli hingga gangguan fungsi
hati (hepatotoksik) dari yang ringan sampai berat berupa nekrosis jaringan hati.
Obat anti tuberkulosis yang sering hepatotoksik adalah INH, Rifampisin dan
Pirazinamid. Hepatotoksitas mengakibatkan peningkatan kadar transaminase
darah (SGPT/SGOT) sampai pada hepatitis fulminan, akibat pemakaian INH dan/
Rifampisin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency . Laporan WHO tahun
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun
2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik
ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di
Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari
jumlah pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2
kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3
juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi
terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang
cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB
setelah India dan China. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar
140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor
satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan
usia.2,3
3
C.
Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan
batang aerob tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M.
Bovis dan M. Avium.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3
0,6 mm dan panjang 1 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri
dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.
tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa
dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan
dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60
C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada
dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri
M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan
terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asamalkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu
komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis
dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah
dikenal purified antigens dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38
kDa, 65 kDa yang memberikan sensitifitas dan spesifisitas yang berfariasi dalam
mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen M.tuberculosis dalam
kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen
yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000
a, protein MTP 40 dan lain lain.4,5,6
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko untuk menderita TB adalah:
1.
Jenis kelamin.
Penyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Hampir tidak
ada perbedaan di antara anak laki dan perempuan sampai pada umur
pubertas .
2.
Status gizi.
Telah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh
sehingga akan menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit
termasuk TB. Faktor ini sangat berperan pada negara-negara miskin
dan tidak mengira usia
3.
Sosioekonomi.
Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang berasal dari
kalangan sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan
permukiman yang terlampau padat sangat potensial dalam penyebaran
penyakit TB.
4.
Faktor-faktor Toksis.
Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor penting
dapat menurunkan daya tahan tubuh
E.
Patogenesis
Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius
yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yang
sangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini melayang-layang di udara yang dihirup
oleh penderita lain. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan
durasi kontak serta derajat infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang
berada dengan penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan
dihirupnya.
1. Tuberkulosis Primer
Penyebaran tuberkulosis ini terjadi pada penderita yang belum pernah
terinfeksi sebelumnya. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran
napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu
sarang pneumoni disebut sarang primer (afek primer). Peradangan akan
kelihatan dari sarang primer saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) yang diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di
hilus (limfangitis regional). Limfangitis regional bisa sembuh tanpa
mengalami cacat, sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas dan
mengalami penyebaran. Penyebarannya dengan beberapa cara yaitu:
a. Perkontinuitatum adalah penyebaran kuman tuberkulosis di sekitar
paru yang terserang kuman tuberkulosis tersebut .
b. Bronkogen adalah penyebaran baik di paru bersangkutan maupun
ke paru sebelahnya atau tertelan.
c. Hematogen dan limfogen adalah penyebaran yang berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Penyebaran
ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat apabila tidak terdapat
imunitas yang adekuat
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi TB Paru diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1.
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura.
a. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
1) Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: Sekurang-kurangnya 2
dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
2) Tuberkulosis paru BTA (-)
a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA
negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologis
menunjukkan tuberkulosis aktif
b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA
negatif dan biakan M. tuberculosis positif.
b.
pasien
ditentukan
berdasarkan
riwayat
pengobatan
II.
III.
Infeksi jamur
TB paru kambuh
Bila meragukan harap konsul ke ahlinya.
Catatan:
a. Kasus pindahan (transfer in):
Adalah pasien yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Pasien pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan / pindah.
b. Kasus Bekas TB:
1) Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung.
2) Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi.
2.
Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan
fisik/jasmani,
pemeriksaan
bakteriologik,
radiologik
dan
paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala lokal sesuai
organ yang terlibat).
a) Gejala respiratorik
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Demam
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung
dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang
10
11
c. Pemeriksaan Bakteriologi
1) Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman TB.
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal
dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, urin, feses, dan jaringan biopsi.
2) Cara pengumpulan dahak
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
b) Biakan kuman
Biakan dimaksudkan untuk mendapat diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi M. Tuberculosis dan Mycobacterium
lainnnya.3,4,6
d. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan standard ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi: foto lateral, oblik, CT-scan. Pada pemeriksaan foto toraks
12
Fibrotic
Kalsifikasi
biopsi pleura
3) Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan
indikator yang spesifik untuk TB. Laju endap darah (LED)
jam pertama dan jam ke 2 dapat digunakan sebagai
indicator penyembuhan pasien.
pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak
menyingkirkan diagnosis TB. Limfosit pun kurang spesifik.
4) Uji tuberculin
13
H.
ELISA
Mycodot
ICT 1,2,4,5
Penatalaksanaan
1. Pengobatan Suportif/simptomatik
Bila keadaaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap pasien dapat
dirawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau
simptomatik untuk mengatasi gejala atau keluhan. Misalnya pemberian
vitamin, obat antipiretik jika ada demam, obat gejala batuk dan sesak napas
atau keluhan lain.
polusi.
2. Medika mentosa obat anti TB (OAT)
pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari paduan obat utama dan tambahan.
a. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
14
langsung
(DOT
Directly
Observed
persister
sehingga
mencegah
terjadinya kekambuhan
b. Obat yang dipakai yaitu:
1) Lini 1: INH, rifampisin, pirazinamid, streptomycin dan
etambutol
2) Lini 2: kanamicin, amikasin, kuinolon dan lain-lain
15
R
H
Z
E
S
Dosis
(mg/kgBB/hr)
8-12
4-6
20-30
15-20
15-18
Dosis
yg Dosis
dianjurkan
maksimal
(mg/kgBB/hr) (mg)
10
5
25
15
15
300
150
750
750
Sesuai
BB
600
300
1000
< 40
40-60
450
300
1000
1000
750
> 60
600
450
1500
1500
1000
30-37
38-54
55-70
>71
Harian
Harian
(RHZE)
(RHZ)
(150/75/400/275) 150/75/400
3x/minggu
Harian
(RHZ)
(RH)
150/150/500 150/75
2
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5
2
3
4
5
3x/mingg
u
(RH)
150/150
2
3
4
5
Kategori 1 untuk:
- Penderita TB paru baru , sputum BTA positif
- Penderita TB paru, sputum BTA negatif, rontgen positif dengan kelainan paru
luas
- Penderita TB ekstra paru berat
- diterapi dengan 2 RHZE/ 4RH atau 2 RHZE/ 6HE atau 2 RHZE/4 R3H3
Kategori 2 untuk:
-
Penderita kambuh
Penderita gagal pengobatan
Penderita putus berobat
Diterapi dengan
o 2RHZES/1 RHZE / 5 RHE
o 2RHZES/1 RHZE / 5 R3H3E3
Kategori 3 untuk:
-
16
o 6 RHE
o 2 RHZE / 4 R3H3
Kategori 4 untuk:
-
evaluasi pengobatan
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan
efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
a. Evaluasi klinik
Penderita dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi penyakit
Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisik.
b. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9)
Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
Sebelum pengobatan dimulai
Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intens
c. Evaluasi radiologi (0-2-6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan sebelum pengobatan
dimulai, setelah fase intensif dan pada akhir pengobatan
d. Evaluasi efek samping secara klinis
Bila mungkin sebaiknya dari awal dilakukan pemeriksaan fungsi
hati, fungsi ginjal dan darah lengkap
Fungsi hati: SGOT, SGPT, bilirubin; fungsi ginjal: ureum, kreatinin
dan gula darah serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta
atau efek samping pengobatan
Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol
(jika ada keluhan)
17
Pada
foto
toraks,
gambaran
radiologi
serial
tetap
sama/perbaikan
I.
Komplikasi
Komplikasi
paru:
atelektasis,
hemoptisis,
fibrosis,
bronkiektasis,
Prognosis
Dubia: tergantung derajat berat , kepatuhan pasien, sensitivitas bakteri, gizi
18
Pencegahan
1) Pencegahan Primer
a) Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
b) Usahakan setiap hari tidur cukup dan teratur
c) Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mempunyai
udara segar.
d) Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG
e) Kebersihan Lingkungan
f)
19
sekaligus
mempunyai
efek
yang
dapat
mencegah
20
B III
KUNJUNGAN RUMAH
A.
Tinjauan kasus
Tanggal kunjungan: 18 Agustus 2014
Perumahan Bumi Andonohu Permai, kecamatan Poasia
B.
C.
Biodata
Nama Penderita
Umur
: 49 Tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Guru
Suku
: Bugis
Agama
: Islam
Nama Istri
: Ny. Kasri
Umur
: 44 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Honor
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Susunan keluarga
Tabel 3. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah
No.
1.
2.
3.
Nama
anggota
Tn. Muh.
Fajar
Ny.
Kasmi
tn.
Ahmad
4.
Nn. Vita
5.
An. vera
Umur
L/P
Hubungan
keluarga
Pendidikan/
pekerjaan
Imunisasi
Keadaan
fisik
L/49tahun
KK
S1/ Guru
Sakit
P/44Tahun
Istri
SMA/ honor
Sehat
Anak
Mahasiswa
Lengkap
Sehat
Anak
Mahasiswa
Lengkap
Sehat
Anak
SMP
Lengkap
Sehat
L/ 19
tahun
L/17
Tahun
13 tahun
21
D.
Genogram keluarga
Suami/penderita
Istri
:
: Penderita
: istri
: perempuan
: Laki-laki
E.
Anamnesis
a)
Keluhan Utama
Batuk berdahak disertai darah sejak 5 bulan yang lalu
b)
Keluhan tambahan
Nafsu makan berkurang, keringat malam, demam, berat badan turun
dan cepat lelah.
c)
22
mengatakan dia mulai batuk ketika pulang dari tempat kerja dan saat
itu pasien sedang sakit typoid.
Sekarang pasien masih menjalani pengobatan dan OS rutin
mengkonsumsi OAT dengan pengawas minum obat oleh istri OS
sendiri. OS mengatakan setelah menjalani pengobatan selama hampir
5 bulan berat badan sebelum menjalani pengobatan 56 kg naik
menjadi 65 kg, nafsu makan sudah baik, tidak batuk, namun masih
terasa cepat loyo kalau berolahraga.
tanggal 16-04-2014.
d)
F.
e)
f)
g)
Pemeriksaan fisis
: Normosefal
Mata
Hidung
Telinga
Leher
tampak membesar.
Thorak
23
Paru :
Inspeksi: dada simetris kira=kanan, retraksi intercosta (-)
Auskultasi: BP : Bronkovesikuler
BT : Rh-/- Wh : -/-
: 65Kg
Hasil laboratorium
-
H.
BTA SPS/+
Diagnosis kerja
-TB Paru
24
oleh basil
25
promotion:
penyuluhan
tentang
penyakit
TB
26
2. Pencegahan sekunder
-
3.
Pencegahan tersier
-
27
Diagnosis holistik
D
Aspek personal
Pasien datang berobat dengan harapan rasa sakit yang dirasakan dapat
berkurang dengan bantuan dokter di puskesmas.
28
H. Ekonomi
Penggunaan
pelayanan kesehatan
.
J. Perilaku yang tidak
menunjang kesehatan.
29
Keterangan
Kesimpulan tentang
faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan
kesehatan yang
sakit
Memuaskan
Naik motor
Memuaskan
Tarif pelayanan
(sangat mahal,mahal,
Terjangkau
kesehatan yang
dirasakan
Kualitas pelayanan
kesehatan yang
Baik
dirasakan
Milik sendiri
Daerah perumahan :
Luas rumah :
14m x 8 m
30
Bertingkat / tidak
Tidak bertingkat
5orang
2 m x 2m
Kondisi halaman :
Kurang bersih
Tehel
Tembok
Kurang bersih
Tanggal
TINDAK LANJUT.
Kunjungan
pertama,
Kamis / 21
Agustus 2014
Tindak lanjut
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih merupakan masalah utama kesehatan
yang dapat menimbulkan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan
adalah saat batuk/bersin, bakteri menyebar ke udara dalam bentuk droplet terhirup
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sampai ke
alveolus dan menetap di sana. Kelanjutan dari proses ini bergantung dari daya
tahan tubuh masing-masing individu.
B. Saran
Saran kepada pasien dan keluarganya
a)
b)
c)
d)
jendela sebaiknya dibuka pagi- sore hari dan ventilasi diperbaiki kalau
perlu ditambah agar cahaya yang masuk ke dalam rumah cukup
e)
2)
3)
32
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Puspitawati, herein. Konsep dan teori keluarga. [Serial online] 2011. [cited
2014
Agustus
18].
Available
from:
http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/ teori.pdf
9.
33
34