Abyssal Plain, Daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi yang
terdapat dibagian sisi yang mengarah ke daratan.
Trench, Bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah
terpisah sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua.
Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan
berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau
lebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut.
Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount
tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara
dua laut dalam.
Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi
karena ingresi (aliran arus laut).
Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut
terjadi karena ingresi.
Untuk hasil yang lebih teliti, terdapat cara lain selain penginderaan jauh yang juga
merupakan pengukuran tidak langsung. Metode ini memanfaatkan transmisi sinar laser
dari pesawat terbang dan prinsip-prinsip optik untuk mengukur kedalaman perairan.
Dikenal dengan Laser Ariborne Bathymetry (LAB), Kanada : LIDAR (Light Detecting
and Ranging), Australia : LADS (Laser Airborne Depth Sounder), AS : AOL (Airborne
Oceanographic LIDAR) dan HALS (Hydrographic Airborne Laser Sounder). Prinsip
kerja LADS adalah transmisi sinar laser dari pesawat terbang dengan sudut tertentu
terhadap sumbu vertikal ke permukaan air. Sebagian gelombang sinar laser dipantulkan
dan dibiaskan ke segala arah dan salah satu berkasnya akan menembus ke dalam air.
Berkas sinar laser yang menembus ke dalam air adalah 98% dari energi awalnya dan
akan dibiaskan dengan arah mendekati garis normal akibat perubahan dari densitas
medium yang lebih renggang ke densitas medium yang lebih rapat. Berkas gelombang
sinar laser akan meneruskan perjalanan perambatannya di dalam air hingga menyentuh
dasar perairan dan dipantulkan ke segala arah dan salah satu berkasnya dipantulkan
kembali ke arah sudut datangnya. Berkas sinar yang memantul ke arah sudut datangnya
kemudian meneruskan perjalanan perambatannya dan menembus batas air dan udara.
Karena perubahan densitas medium yang lebih rapat ke medium yang lebih renggang,
berkas sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal dan merambat pada garis lintasan
yang searah dengan saat pertama kali ditransmisikan dan diterima kembali di pesawat
terbang oleh unit penerima gelombang. Teknologi LADS dioperasikan menggunakan
pesawat terbang sekelas Fokker-27 Seri 500 dengan kecepatan terbang sekitar 145 knot
pada ketinggian sekitar 500 m di atas permukaan laut menggunakan sistem penentuan
posisi kinematic differential GPS. Gelombang yang digunakan adalah sinar laser infra
merah dengan panjang gelombang 532 nm dan periode 5 ns dengan pembangkit daya
sebesar 1 MW. Sistem ini hanya untuk kedalaman 2-50 m dengan kondisi air jernih dan
terbuka, cakupan daerah survei yang luas dan untuk pemetaan skala kecil. Teknik
pengukuran kedalaman dengan metode optik efektif digunakan pada perairan dangkal
yang jernih dengan kedalaman sekitar 50 m.
Pada kasus tertentu, misalnya pemetaan detail dasar laut untuk kebutuhan analisa
geologis dalam upaya mencari sumber minyak, pengukuran langsung di lokasi perlu
dilakukan. Metode yang memanfaatkan prinsip dari gelombang akustik ini memberikan
ketelitian data yang lebih tinggi. Metode ini paling sering digunakan. Gelombang
akustik dengan frekuensi 5 kHz atau 100 Hz akan mempertahankan kehilangan
intensitasnya hingga kurang dari 10% pada kedalaman 10 km, sedangkan gelombang
akustik dengan frekuensi 500 kHz akan kehilangan intensitasnya pada kedalaman
kurang dari 100 m. Alat yang digunakan adalah echosounder (perum gema) yang
pertama kali dikembangkan di Jerman tahun 1920. Prinsip metode ini adalah
pengukuran jarak dengan memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari
tranduser. Tranduser adalah bagian dari alat perum gema yang mengubah energi listrik
menjadi mekanik (untuk membangkitkan gelombang suara) dan sebaliknya. Gelombang
akustik merambat pada medium air hingga menyentuh dasar perairan dan dipantulkan
kembali ke transduser.
Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut
bertambah maju dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan
Hydrosweep yang merupakan sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan
kedalaman air di sepanjang lantai laut di bawah kapal penarik, menghasilkan peta-peta
batimetri yang sangat detail.
Daftar Pustaka
Hasanuddin Z A. 2006. Satelit Altimetri High Tech Tool for Ocean data parameter
Collection. Kelompok Keilmuan Geodesi-FTSL. Institut Teknologi Bandung.
Supangat, Agus dan Susanna. 2003. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut
dan Sumberdaya Non-Hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Susilo, Setyo Budi. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
http://ilmukelautan.com/publikasi/oseanografi/fisika-oseanografi/404-penentuan-batimetri