Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka Saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Ejaan Yang
Disempurnakan. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
bahasa Indonesia semester 1.
Saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang Saya miliki. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amin.

Balikpapan, 7 September 2012

Junior Fernando

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat...................................................................................................................... 2
BAB 2 : LANDASAN TEORI............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Bahasa...................................................................................................... 3
2.2 Fungsi Bahasa............................................................................................................ 4
2.3 Ragam Bahasa............................................................................................................ 4
BAB 3: PEMBAHASAN...................................................................................................... 6
3.1 Arti Bahasa. 6
3.2 Fungsi Bahasa............................................................................................................ 9
3.3 Ragam Bahasa 10
BAB 4 : PENUTUP.............................................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan............................................................................................................... 14
4.2 Saran......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 15

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi.
Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya.
Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok
pembicaraan, dan sarana.
Ragam bahasa baku dipahami sebagai ragam bahasa yang dipandang sebagai ukuran yang
pantas dijadikan standar dan memenuhi syarat sebagai ragam bahasa orang yang
berpendidikan.
Bahasa dalam laporan penelitian, sebagaimana telah dijelaskan, memilih ragam baku
sebagai sarananya, benar kaidahnya, dan memenuhi ciri sebagai ragam standar bahasa orang
berpendidikan. Namun, pada kenyataannya masih banyak ditemukan kesalahan dalam
berbagai tataran bahasa, termasuk dalam penggunaan Ejaan bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD).
Ejaan sebagaimana telah dipahami bersama adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang itu. Secara
teknis yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca. Oleh karena itu, penguasaan ejaan mutlak diperlukan bagi seseorang yang
berkecimpung dalam kegiatan ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud tentang ejaan ?
1.2.2

Bagaimana tahapan-tahapan ejaan bahasa Indonesia mulai dari Ejaan van

Ophuysen hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)?


1.3 Tujuan
1.3.1

Untuk mengetahui pengertian ejaan

1.3.2 Dapat menjelaskan tahapan-tahapan ejaan bahasa Indonesia mulai dari Ejaan van
Ophuysen hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD
1.3.4 Dapat mengetahui kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

1.4 Manfaat
1.4.1 Agar Mahasiswa/i dapt mengetahui bagaimana bahasa Indonesia baku yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah ejaan.
1.4.2 Agar dalam laporan penelitian, sebagaimana telah dijelaskan,

Mahasiswa/I

memilih ragam baku sebagai sarananya, benar kaidahnya, dan memenuhi ciri
sebagai ragam standar orang berpendidikan.

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Ejaan
Kata ejaan berasal dari bahasa arab hija yang berarti huruf. Kemudian ke dalam bahasa
Indonesia menjadi eja yang mendapat akhiran an. Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang
dibakukan (distandardisasikan). Ejaan berarti pula lambang ujaran. Dengan kata lain, ejaan
merupakan lambang dari bunyi bahasa. Misalnya fonem /a/ dilambangkan dengan huruf a,
jeda dilambangkan dengan koma (,), kesenyapan dilammbangkan dengan titik (.), dan
sebagainya. 1
2.2 Tahapan-tahapan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
2.2.1 Ejaan van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan van Ophuilsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang
menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut :
a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajung, sajang, pajah.
b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk
menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa.2

2.2.2 Ejaan Soewandi


Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan
Ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru ini oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik.
Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai
berikut :
1 ZA Fitriyah Mahmudah. Pembinaan bahasa Indonesia.( Jakarta : UIN Jakarta Press,2007).
h.17
2 Arifin E. Zaenal. Cermat berbahasa Indonesia . (Jakarta: Akademika Pressindo). h. 164165

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.


b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,
pak, maklum.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2, berjalan2, kebarat2-an.
d. Awlan di- dan kata depan di- kedua-dunya ditulis serangakai dengan kata
yang mengikutinya, seperti kata depan di- pada dirumah,dikebun,
disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dibuang.3
2.2.3 Ejaan Melindo
Pada

akhir

tahun

1959

sidang

perutusan

Indonesia

dan

Melayu

(Slametmulyana-Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang


kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan
politik tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan ini.4
2.2.4 Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa
Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun
1972. Departemen Pendidikan dan Kubudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan an Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No.
156/P/1972, menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan sura putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
Pada tahum 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatakan
dengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.5
3 Arifin E. Zaenal. op. cit. h. 165
4 Arifin E. Zaenal. op. cit. h. 165
5 Arifin E. Zaenal. op. cit. h. 165-166

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa


Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan Huruf

Ejaan Soewandi

Ejaan yang Disempurnakan

dj

djalan,djauh

jalan, jauh

pajung, laju

payung, layu

nj

njonja,bunji

ny

nyonya, bunyi

sj

isjarat, masjarakat

sy

isyarat, masyarakat

tj

tjukup, tjutji

cukup, cuci

ch

tarich, achir

kh

tarikh, akhir

b. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan


Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, univeritas
z zeni, lezat
c. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai.
a : b = p : q
d. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di- atau ke- sebagai kata depan
dibedakan,yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di- atau ke- sebagai kata depan ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya :

di- (awalan)

di- (kata depan)

ditulis

di kampus

dibakar

di rumah

dilempar

di jalan

dipikirkan

di pasar

e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
anak-anak
berjalan-jalan
meloncat-loncat

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf,
penulisan kata, dan penulisan tanda baca.6
3.2 Ejaan Bahasa Indonesia Sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
3.2.1 Pemakaian Huruf
3.2.1.1 Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf
berikut. Nama tiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
Lafal
Aa
a
Bb
be - bukan bi
Cc
ce - bukan se
Dd
de
Ee
e
Ff
ef
Gg
ge - bukan ji
Hh
ha
Ii
i
Jj
je
Kk
ka
Ll
el
Mm
em
3.2.1.2 Huruf Vokal

Huruf
Nn
Oo
Pp
Qq
Rr
Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx
Yy
Zz

Lafal
en
o
pe
ki - bukan kyu
er
es
te - bukan ti
u
ve - bukan vi
we
eks - bukan ek
ye - bukan ey
zet

Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas a, e, i, o,


dan u.
Huruf vokal

Contoh Penggunaan dalam Kata


Di awal
Di Tengah
Di Akhir

6 Arifin E. Zaenal. op. cit. h. 164

A
E*

Api
Enak
Emas
Itu
Oleh
Ulang

I
O
U

Padi
Petak
Kena
Simpan
Kota
Bumi

Lisa
Sore
Tipe
Murni
Radio
Ibu

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan

Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (teras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras.
3.2.1.3 Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
3.2.1.4 Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan ai, au, dan
oi.7
Huruf
diftong
Ai
Au
Oi

Contoh Penggunaan dalam Kata


Di awal
Di tengah
Di akhir
Ai
Aula
-----

Syaitan
Saudara
Boikot

Pandai
Harimau
Amboi

3.2.2 Penulisan Huruf


3.2.2.1 Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
c. Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan ,keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.

7A Alek. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010).h. 260-263

d. Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan


nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
f. Dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
g. Dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
h. Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
i. Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, pangkat, jabatan dan sapaan.
3.2.2.2 Huruf Miring
a. Dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan.
b. Dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata.
c. Dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing yang telah
disesuaikan ejaannya.

3.2.3 Penulisan Kata


3.2.3.1 Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat tebal.
Ibu pergi ke pasar.
3.2.3.2 Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan,sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi, sebar luaskan

c. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus,unsure gabungan kata iu ditulis serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi ,
gabungan kata itu ditulis serngakai.
Misalnya :
adipati, biokimia, narapidana, swadaya
3.2.3.3 Bentuk Ulang
Ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya :
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda
3.2.3.4 Kata Ganti Ku, Mu, dan Nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya.
Misalnya :
bukumu, kumiliki
3.2.3.5 Kata Depan Di, Ke, dan Dari
Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya keculai di dalam gabungan kata
yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
3.2.3.6 Singkatan dan Akronim
a. Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau
lebih.

Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan pangkat diikuti

tanda titik.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas

huruf awal atau kata ditulis dengan huruf capital tanpa titik.
Singakata umun yang terdiri atas tiga huruf atau ebih diikuti satu tanda
titik

b. Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun babungan huruf dan suku kata yang diperlukan sebagai kata.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf capital.


Akronim nama diri yang berupa gabungan suku atau gabungan huruf

dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf capital.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
disingkat seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

3.2.4 Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsure dari pelbagai bahasa
lain, baik daerah maupun bahasa asing seperti Sansakerta, arab, Portugis, Belanda, dan
Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya,unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan. Pertama, unsur pinjaman yang sepenuhnya belum terserap ke
dalam bahasa Indonesia,seperti: reshuffle, shuttle, cock, dan lain-lain. Unsur-unsur ini
dipakai dakam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapannya dan penulisannya disesuiakan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.8
3.2.5 Pemakaian Tanda Baca
3.2.5.1 Tanda Titik (.)
a. Digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
b. Singkatan nama orang atau unsurnya.
c. Dipakai pada akhir singkatan atau unsur singkatan, gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan
d. Dipakai singkatan kata ungkapan yang sudah sangat umum.
e. Dipakai di belakang atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
f. Dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
8 A Alek, op. cit. h. 286

3.2.5.2 Tanda koma (,)


a. Dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu parincian atau pembilangan.
b. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari berikutnya yang didahului
oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
c. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat
mendahului induknya.
d. Dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
dalam posisi awal.
f. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain pada suatu kalimat.
g. Koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang lain
yang mengiringi dalam kalimat jika petikan lammgsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
3.2.5.3 Tanda Titik Koma (;)
Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

3.2.5.4 Tanda Titik Dua (:)


a. Dipakai pada akhir pernyataan lengkap bila diikuti rangkuman atau pemerian.
b. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlikan pemerian.
c. Dipakai dala teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan.

3.2.5.5 Tanda hubung (-)


a. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris.
b. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
c. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur ulang.
d. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja.
e. Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan dan penghilangan
bagian kelompok kat.a
f. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

3.2.5.6 Tanda Elipsis (.)


a. Dipakai untuk menggambarkan kalimat yang terputus-putus
b. Dipakai untuk menunjukkan dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
c. Dipakai untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri dari sebuah kalimat.
3.2.5.7 Tanda Pisah
a. Diapakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang nenberi penjelasan.
b. Dipakai untuk menegaskan adanya aposisi.
c. Dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti sampai dengan. Jika
diletakkan di antara nama dua tempat atau kota.
3.2.5.8 Tanda Seru
Dipakai sesudah ungkapan atau peryataan yang berupa seruan atau perintah atau
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.

3.2.5.9 Tanda Tanya (?)


a. Dipakai pada akhir kalimat Tanya
b. Dipakai diantara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
3.2.5.10 Tanda Kurung (())
a. Dipakai umtuk mengapit keterangan atau penjelasan
b. Dipakai untuk mengapit penjelasan yang bukan bagian yang integral dari pokok
pembicaraan.
3.2.5.11 Tanda Petik (.)
a. Dipakaiuntuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah
atau bahan tertulis lain. Kedua tanda petik itu di tuis sama tinggi di sebelah atas baris
b. Dipakai untuk mengapit judul syair, karangan dan bab buku apabila dipakai dalam
kalimat.
c. Dipakai untuk mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung
d. Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang memiliki
arti khusus.

3.2.5.12 Tanda Petik Tunggal ()


a. Dipakai untuk mengapit petikan dalam petikan
b. Dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
3.2.5.13 Garis Miring (/)
Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi tentang ejaan di atas dapat kita ketahui bahwa ejaan ialah
sistem tulis-menulis yang dibakukan (distandardisasikan). Dengan kata lain, ejaan
merupakan keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam
suatu bahasa).
Terdapat empat tahapan perkembangan ejaan bahasa Indonesia yaitu Ejaan Ophuijsen,
Ejaan Soewandi, Ejaan Melindo dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang masih
dipakai hingga sekarang.
Pokok-pokok penting dalam penerapan kaidah meliputi pemakaian huruf, penulisan
huruf, pemakaian kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Oleh karena
itu, penguasaan ejaan dengan baik dan benar mutlak diperlukan bagi seseorang yang
berkecimpung dalam kegiatan ilmiah.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapatkan pengetahuan mengenai
penerapan kaidah ejaan yang baik dan benar. Penulis mengharapkan kepada pembaca agar
pembaca juga dapat memahami penerapan kaidah ejaan tersebut sehingga dapat
meningkatkan kualitas dan memperdalam ilmu kebahasaan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
A, Aleka dan H. Achmad H.P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta:

Kencana. 2010
Arifin, Zaenal E dan S Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Akademika Pressindo. 2010
Gani, Ramlan A dan Mahmudah Fitriyah ZA. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta : FITK.
2010
Rahardi, Kunjana. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2010
ZA, Fitriyah Mahmudah dan Ramlan A. Gani. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN
Jakarta Press. 2007

Anda mungkin juga menyukai