Anda di halaman 1dari 43

WRAP UP TUTORIAL SKENARIO 1

BLOK KARDIOVASKULAR
TANGAN KESEMUTAN

KELOMPOK A-16
Ketua

: Irfan Arif Zulfikar

(1102013140)

Sekretaris

: Intan Marsela

(1102013136)

: Faiz Amali

(1102011094)

Anggota

Inna Nurrohmatul Karimah

(1102013135)

Intan Meila Tria Lestari

(1102013137)

Iqhbal Yunas Alfiansyah

(1102013139)

Ismy Drina Mutia

(1102013141)

Junita Putri Anwar

(1102013142)

Kalyana Alkila

(1102013143)

SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Jantung


LO. 1.1 Definisi Jantung
LO. 1.2 Anatomi Makroskopis Jantung
LO. 1.3 Anatomi Mikroskopis Jantung
LI. 2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Pengaturan Tekanan Darah
LO. 2.1 Hubungan Kardiovaskular dengan Tekanan Darah

LO. 2.2 Hubungan Sistem Saraf Otonom dengan Tekanan Darah


LO. 2.3 Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah
LO. 2.4 Hemodinamik

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Hipertensi


LO. 3.1 Definisi Hipertensi
LO. 3.2 Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi
LO. 3.3 Epidemiologi Hipertensi
LO. 3.4 Klasifikasi Hipertensi
LO. 3.5 Patofisiologi Hipertensi
LO. 3.6 Manifestasi Klinis Hipertensi
LO. 3.7 Pemeriksaan, Diagnosis, dan Diagnosis Banding Hipertensi
LO. 3.8 Tatalaksana Hipertensi
LO. 3.9 Komplikasi Hipertensi
LO. 3.10 Pencegahan Hipertensi
LO. 3.11 Prognosis Hipertensi

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Jantung

LO.1.1 Definisi Jantung


Jantung adalah salah satu organ yang terlibat langsung
dalam system peredaran darah atau sistem cardiovaskular.
Jantung berfungsi untuk pump the blood atau memompa
darah ke organ pulmo/paru-paru dan ke seluruh tubuh.
Jantung manusia terdiri atas 4 ruang dengan sekat dan katup
yang sempurna.

LO.1.2 Anatomi Makroskopis Jantung


Jantung terletak di rongga toraks di antara paru paru. Lokasi ini
dinamakan mediastinum (Scanlon, 2007). Jantung memiliki panjang kirakira 12 cm (5 in.), lebar 9 cm (3,5 in.), dan tebal 6 cm (2,5 in.), dengan
massa rata rata 250 g pada wanita dewasa dan 300 g pada pria dewasa.
Dua pertiga massa jantung berada di sebelah kiri dari garis tengah tubuh
(Tortora, 2012). Pangkal jantung berada di bagian paling atas, di
belakang sternum, dan semua pembuluh darah besar masuk dan keluar
dari daerah ini (Scanlon, 2007). Apeks jantung yang dibentuk oleh ujung
ventrikel kiri menunjuk ke arah anterior, inferior, dan kiri, serta berada
di atas diafragma.

Gambar 1. Struktur Anatomi Jantung Bagian Dalam.

LO. 1.3 Anatomi Mikroskopis Jantung


Berbeda dari otot rangka, otot jantung terdiri atas unit sel tersendiri
dengan panjang sekitar 80 mikro meter dan diameter 15 mikrometer.
Miosit jantung ini dirangkai ujung dengan ujung melalui taut khusus
disebut diskus interkalaris. Meskipun untaian yang terbentuk terutama
paralel, miosit itu sendiri bercabang dan membentuk hubungan oblik
dengan untaian di dekatnya, menghasilkan rangkaian tiga dimensti rumit
yang cukup berbeda dari susunan paralel serat-serat silindris dari otot
rangka. Sebelum diketahui bahwa diskus interkalaris adalah taut intersel,
unit struktural otot jantung disebut serat, seperti pada otot rangka.

Sifat untuk otot jantung adalah diskus interkalaris yang tersusun


melintang pada interval teratur sepanjang serat. Mereka relatif tidak
mencolok pada sediaan rutin namun terpulas kuat oleh hematoksilin besi.
Sebuah diskus dapat melintas serat secara lurus, namun lebih sering
berupa konfigurasi mirip-tangga. Pada pola garis-melintang, diskus
interkalaris selalu terdapat pada pita-I.

Gambar 2. Struktur Otot Jantung.

Endokardium Ventrikel dan Atrium

Otot Jantung Potongan Memanjang dan Potongan melintang


bv = blood vessel
c = capillary
CT = connective tissue
f = fibroblast nucleus
n = cardiac muscle nucleus
ID = intercalated disk

Serat Purkinye Potongan Memanjang dan Potongan melintang


bv = blood vessel
c = capillary
car = regular cardiac fibres
ID = intercalated disks
n = nuclei of Purkinje cells
CT = connective tissue
Gambar 3. Mikroskopis Jantung

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi


Pengaturan Tekanan Darah

LO. 2.1 Hubungan Kardiovaskular dengan


Tekanan Darah
Pengaturan tekanan darah jangka pendek
dilakukan oleh pusat pengontrolan tekanan darah di
medula oblongata melalui reflex baroreseptor.
Pengaturan tekanan darah jangka panjang
melibatkan sistem perkemihan.

Gambar 4. Pengaturan Tekanan Darah Jangka Pendek.

Sistem pengaturan sirkulasi oleh baroreseptor

Baroreseptor adalah reseptor regang di dinding jantung dan


pembuluh darah. Reseptor sinus karotikus dan arkus aorta memantau
sirkulasi arteri. Reseptor juga terletak di dingding atrium kanan dan kiri
pada tempat masuk vena cava superior dan inferior serta vena
pulmonalis, juga di sirkulasi paru. Reflex baroreseptor dimulai oleh
regangan struktur tempatnya berada sehingga baroreseptor tersebut
melepaskan impuls dengan kecepatan tinggi ketika tekanan dalam
struktur ini meningkat (Ganong, 2008)

Hubungan jantung dan tekanan darah

Pengaturan tekanan arteri rata rata bergantung pada dua kontrol


utamanya, yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah
jantung bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung dan
volume sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama ditentukan
oleh derajat vasokonstriksi arteriol.

LO. 2.2 Hubungan Sistem Saraf Otonom


dengan Tekanan Darah
Sistem saraf yang mengatur sirkulasi diatur oleh sistem saraf otonom
yaitu sistem saraf simpatis dan system saraf parasimpatis. Serabutserabut saraf vasomotor simpatis meninggalkan medulla spinalis melalui
semua saraf spinal thoraks satu atau dua saraf spinal lumbal pertama
(T1-L3) yang kemudian masuk ke dalam rantai spinalis yang berada di
tiap sisi korpus vertebra. Serabut ini menuju sirkulasi melalui dua jalan,
yaitu melalui saraf simpatis spesifik yang mempersarafi pembuluh darah
organ bisera interna dan jantung dan serabut saraf lainya mempersarafi
pembuluh darah perifer.
Inervasi arteri kecil dan arteriol menyebabkan rangsangan simpatis
untuk meningkatkan tahanan aliran darah yang akan menurunkan laju
aliran darah yang melalui jaringan. Sedangkan inervasi pembuluh darah
besar, terutama vena, memungkinkan rangsangan simpatis untuk
menurunkan volume pembuluh darah. Hal ini dapat mendorong darah
masuk ke jantung dan dengan demikian berperan penting dalam
pengaturan pompa jantung.

LO. 2.3 Faktor yang Mempertahankan


Tekanan Darah

Kekuatan memompa jantung

Viskositas (kekentalan) darah

Elastisitas dinding pembuluh darah

Tahapan tepi (resistensi perifer)

Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit

LO.2.4 Hemodinamik
Fase Fase Jantung dan Pergerakan Darah dalam
Jantung

Diastol ventrikel

Depolarisasi atrium

Kontraksi ventrikel 150 volumetrik

Ejeksi ventrikel

Relaksasi volume isovolumetrik

Gambar 5. Siklus Jantung

Sirkulasi

Sirkulasi Sistemik

Dimulai dari aliran darah yang telah mengandung oksigen


dipompakan dari jantung (ventrikel sinistra) aorta ascendens arcus
aorta melalui cabang cabang arteria sedang pembuluh darah kecil
sampai ke atriole untuk di bawa ke seluruh jaringan tubuh melepaskan
oksigen. Selanjutnya darah dikembalikan melalui kapiler vena sistem
vena kecil/sedang vena besar. Darah yang mengandung karbondioksida
dikumpulkan melalui vena cava superior dan inferior masuk ke jantung
pada atrium dextra ventrikel dextra dilanjutkan dengan sirkulasi
sisyem pulmonal.

Sirkulasi Pulmonal

Darah yang mengandung karbondioksida masuk lagi ke jantung


dimulai dari ventrikel dextra truncus pulmonalis arteria pulmonalis
dextra dan sinistra paru masuk oksigen. Melalui vena pulmonalis
dilanjutkan kembali ke jantung (atrium sinistra) ventrikel sinistra
dilanjutkan kembali sirkulasi sistemik.

Gambar 6. Sirkulasi Darah

LI. 3 Memahami dan Menjelaskan Hipertensi

LO. 3.1 Definisi Hipertensi


Menurut The Seventh Report of the Joint National
Committee on detection, education, and treatment
of high blood pressure (JNC VII), hipertensi adalah
suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih
dari atau sama dengan 140 mmHg dan tek anan
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg

LO. 3.2 Etiologi dan Faktor Resiko


Hipertensi
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak
diketahui dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial
atau hipertensi primer.
Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak
penyebab. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh
darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :

Penyakit Ginjal :

Stenosis arteri renalis

Pielonefritis

Glomerulonefritis

Tumor-tumor ginjal

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Kelainan Hormonal :

Hiperaldosteronisme

Sindroma Cushing

Feokromositoma

Obat-obatan :

Pil KB

Kortikosteroid

Siklosporin

Eritropoietin

Kokain

Penyalahgunaan alkohol

Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

Penyebab Lainnya

Koartasio aorta

Preklamsi pada kehamilan

Porfiria intermiten akut

Keracunan timbal akut

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,


yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya
hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam
dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan.
Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk
sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya
akan kembali normal.
Faktor Resiko Terkena Hipertensi :
Faktor usia
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Garam dapur
Merokok
Stress

LO.3.3 Epidemiologi Hipertensi


Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi.
Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila
telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau
stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada
waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat
dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana
hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan
hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi."Ini menunjukkan, 76%
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat
belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.

LO.3.4 Klasifikasi dan Derajat Hipertensi


Berdasarkan penyebab

Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi sekunder

Berdasarkan bentuk hipertensi

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)

Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)


Derajat Hipertensi

LO. 3.5 Patofisiologi Hipertensi


Rangsang pusat vasomotor di medulla otak
Merangsang Ganglia Simpatis
Neuron preganglion melepas asetil kolin

Merangsang saraf pasca ganglion


Ke pembuluh darah,
melepas norepinefrin
kontriksi pembuluh darah

merangsang kelenjar adrenal

merangsang korteks adrenal u/


medulla adrenal
Sekresi kortisol dan steroin lainnya sekresi epinefrin

memperkuat respon vasokontriktor


aliran darah ke ginjal menurun

vasokontriksi meningkat

pelepasan renin oleh ginjal

merangsang pembentukan angiotensin I


menjadi angiotensin II
sekresi antidiuretik hormon (ADH) meningkat

sekresi aldosterone meningkat

retensi Na dan Air oleh tubulus ginjal

ekskresi urin meningkat

peningkatan cairan intravaskuler


HIPERTENSI

LO. 3.6 Manifestasi Klinis Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa : Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan
kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen
dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tibatiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain

LO.3.7 Pemeriksaan, Diagnosis, dan


Diagnosis Banding Hipertensi

Pencatatan riwayat penyakit (anamnesis)

Lama menderita HT dan derajat tekanan darah

Indikasi adanya hipertensi sakunder: penyakitginjal kronik

Faktor resiko kardiovaskuler

Gejala kerusakan organ target

Pengobatan hipertensi sebelumnya

Faktor-faktor pribadi, keluarga, lingkungan

Pemeriksaan fisik (sphygomanometer)

Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan


berhubungvariabilitas tekanan darah. Posisi terlentang,
duduk atau berdiridilengan kanan dan kiri.

Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis.

Adanya pembesaran jantung, irama gallop.

Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal

Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis.

Pemeriksaan laboraturium

Pemeriksaan laboratorium awal meliputi

Urinalisis : protein leukosit, eritrosit, dan sislinder

Hemoglobin/hematocrit

Elektrolit darah : kalium

Ureum/kreatinin

Gula darah puasa

Kolestrol total

Elekrrokardiografi menunjukkan HVK sekitar 20-50% (kurang


sensitive) tetapi masih menjadi metode standar.

Apabila keuangan tidak menjadi kendala maka diperlukan pula pemeriksaan:

TSH

Leukosit darah

Trigliderida, HDL, dan kolestrol LDL

Kalsium dan fosfor

Foto toraks

Elektrokardiogafi

Diagnosis banding :

Penyakit Jantung Hipertensi

Hipertensi Pulmonal

Hipertensi Sekunder

Koarktasio Aorta

LO. 3.8 Tatalaksana Hipertensi


Pengobatan Nonfarmakologi
menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
Olah raga teratur yang tidak terlalu berat
Berhenti merokok
Farmakologis
Diuretik
Penghambat Adrenergik (Beta-Blocker)
Angiotensin Conferting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)
Angiotensin II Blocker
Kalsium Inhibitor
Vasodilator
Kedaruratan hipertensi

Tabel 1. Obat Untuk Hipertensi

LO. 3.9 Komplikasi Hipertensi

Stroke

Sistem Organ Komplikasi

Komplikasi Hipertensi

Ensefalopati

Jantung

Gagal jantung kongestif

Infark Miokard

Gagal Jantung

Gagal Ginjal

Angina pectoris
Infark miokard

Sistem saraf pusat

Ensefalopati hipertensif

Ginjal

Gagal ginjal kronis

Mata

Retinopati hipertensif

Pembuluh darah perifer

Penyakit pembuluh darah perifer

Tabel 2. Komplikasi Hipertensi

LO. 3.10 Pencegahan Hipertensi


Beberapa usaha untuk mencegah hipertensi :

Pertahankan berat badan ideal. Atur pola makan, antara lain tidak
mengonsumsi makanan tinggi garam dan tinggi lemak, serta
perbanyak konsumsi buah dan sayur

Olahraga teratur. Sedapat mungkin atasi stres dan emosi

Hentikan kebiasaan merokok

Hindari minuman beralkohol

Periksa tekanan darah secara berkala. Dan lakukan pengecekan


ulang minimal setiap 2 tahun untuk kelompok nomotensi dan
setiap tahun untuk kelompok pre hipertensi, yaitu tekanan darah
sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-90mmHg

Bila diperlukan konsumsi obat-obatan penurunan tekanan darah


serta makan secara teratur.

LO. 3.11 Prognosis Hipertensi


Hipertensi yang tidak di obati meningkatkan mortalitas
dan dapat digambarkan sebagai silent killer. Hipertensi yang
diobati tidak sempurna akan mengakibatkan penderita dapat
mengalami risiko penyakit aterosklerosis sebesar 30% dan
kerusakan organ sebesar 50%.
Penyakit jantung iskemik atau stroke meningkatkan
progresivitas meningkatnya tekanan darah sehingga
mortalitas penyakit ini lebih besar

DAFTAR PUSTAKA

www.organisasi.org

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37925/4/Chapter%20II.pdf

http://bioserv.fiu.edu/~walterm/GenBio2004/Chapter49_cardio/circulatory_system.ht
m

Fawcet, Don W.2002. A textbook of histologi (penerjemah : dr. Huriawati Hartanto)


edisi 12. Jakarta:EGC

http://digilib.upi.edu/

http://histologyolm.stevegallik.org/node/347

www.repository.unand.ac.id

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311011/BAB%20II.pdf

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 6. Jakarta : EGC

http://bioserv.fiu.edu/~walterm/GenBio2004/Chapter49_cardio/circulatory_system.ht
m

http://pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/TEKANAN_DARAH_TINGGI.pdf

Setiati Siti dkk. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed 6. Jakarta : Internal Publishing.

http://www.ilmukesehatan.com/114/cara-mencegah-penyakit-hipertensi.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf

Sudoya.A, Setiyohadi.B, Alwi.I, 2009. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: InternaPublshing
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21480/4/Cha
pter%20II.pdf
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed
5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
http://www.deherba.com/tekanan-darah-tinggi-pencegahan-

dan pengendalian.html#ixzz2EkgVNfyz

Anda mungkin juga menyukai