Egdt 1
Egdt 1
PENDAHULUAN
Sepsis merupakan masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi jutaan
manusia di seluruh dunia, dengan insidens yang diperkirakan terus meningkat.
Hingga saat ini, sepsis masuk ke dalam 10 besar penyakit yang menjadi penyebab
kematian tertinggi di Amerika Serikat, dengan angka mortalitas mencapai 215.000
kasus kematian tiap tahunnya. Pada populasi anak, angka mortalitasnya di tahun
1995 berkisar 10,3% di antara anak-anak yang dirawat di bangsal anak rumah
sakit di Amerika Serikat. Sekitar 30% kasus sepsis dapat mengalami perburukan
menjadi sepsis berat dan syok septik, dengan angka mortalitas mencapai 84%. Di
Afrika, 50% kematian anak di rumah sakit dapat terjadi dalam 24 jam pertama
sejak anak masuk rumah sakit, dan syok menjadi komplikasi pada banyak kasus di
antaranya.1,2,3
Dalam sepuluh tahun terakhir telah banyak didapatkan perkembangan
dalam tatalaksana sepsis, yaitu dalam hal resusitasi cairan, terapi inotropik dan
pemberian antibiotika. Namun dalam penanganan sepsis terkini diketahui bahwa
waktu memegang peranan penting dan krusial. Early Goal Directed Therapy
(EGDT) merupakan penatalaksanaan pasien dengan sepsis berat dan syok septik,
yang bertujuan memperbaiki penghantaran oksigen ke jaringan, dalam jangka
waktu tertentu.1,2,3
Telah diketahui bahwa perfusi jaringan yang buruk pada keadaan sepsis
berat dan syok septik menyebabkan terjadinya global tissue hypoxia dan berbagai
konsekuensi yang menyertainya, dan hal tersebut berhubungan dengan tingginya
angka mortalitas. EGDT mulai berkembang di tahun 2001 setelah penelitian
Rivers dkk menemukan bahwa penatalaksanaan yang agresif dalam jangka waktu
6 jam, dengan tujuan mencapai target-target tertentu di unit gawat darurat pada
pasien sepsis berat dan syok septik ternyata berhasil mengurangi mortalitas hingga
16,5% dibandingkan dengan kelompok yang mendapat terapi standar dengan
mortalitas mencapai 46,5%. EGDT kini telah banyak diterapkan di berbagai
rumah sakit, sebagai bentuk implementasi Surviving Sepsis Campaign.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Perkembangan Early Goal-Directed Therapy (EGDT)
Awal mula berkembangnya tatalaksana kasus dengan pendekatan goal
oriented tampaknya didahului oleh penelitian Shoemaker dkk di tahun 1988, yang
berusaha memberikan kadar oksigen di atas normal pada pasien post operatif,
untuk meningkatkan prognosis survival pasien tersebut. Shoemaker dkk
menemukan bahwa kekurangan oksigen pada pasien bedah sakit kritis
menyebabkan terjadinya kegagalan multi-organ dan berhubungan dengan
meningkatnya mortalitas. Tindakan resusitasi dengan target spesifik meningkatkan
penghantaran oksigen ke jaringan melalui kateter arteri pulmonalis berhasil
menurunkan mortalitas sebesar 38% menjadi 4%.1,2
Rivers dkk (2001) mempublikasikan penelitian mereka tentang EGDT,
yaitu pada 263 pasien dewasa yang didiagnosis sepsis berat dan syok septik di
unit gawat darurat. Pasien tersebut mendapat resusitasi cairan kristaloid dan
koloid untuk mempertahankan tekanan vena sentral >8 mmHg, pemberian
vasodilator dan vasopresor untuk mempertahankan mean arterial pressure (MAP)
antara 65-90 mmHg, transfusi PRC untuk mempertahankan hematokrit >30%
pada pasien dengan saturasi oksigen vena sentral <70%, serta pemberian
inotropik. Resusitasi dini dilakukan dalam 6 jam pertama dan berhasil mengurangi
mortalitas selain juga berhasil mencegah terjadinya kegagalan multiorgan.1
Keberhasilan pendekatan tatalaksana pasien sepsis berat dan syok septik
dengan pendekatan EGDT yang dilaporkan oleh Rivers dkk berupa menurunnya
angka mortalitas hingga 16,5% dibandingkan dengan kelompok yang mendapat
terapi standar tanpa pendekatan EGDT dengan angka mortalitas mencapai 46,5%.2
Penelitian Han dkk (2003) menemukan bahwa penatalaksanaan syok
septik yang dilakukan dalam waktu rata-rata 75 menit berhubungan dengan
keberhasilan survival pasien hingga 96%, dan setiap tambahan waktu 1 jam
keterlambatan penanganan syok berhubungan dengan peningkatan risiko kematian
2 kali lebih tinggi. Dari ilustrasi di atas dapat dilihat bahwa hal mendasar yang
menjadi fokus perhatian, adalah perbedaan waktu dilakukannya tindakan. Namun
target-target
resusitasi
yang
telah
ditentukan
dalam
protokol
meningkatkan
preload,
pemberian
inotropik
untuk
memperbaiki
Keterangan:
MAP, Mean Arterial Pressure; CVP, central venous pressure; ScvO2, central venous O2
saturation; CI, Cardiac Index; PICCO, pulse contour cardiac output; FATD, femoral
arterial thermodilution; ECMO, extracorporeal membrane oxygenation; CRRT,
continuous renal replacement therapy; IV, intravenous; IO, intraosseus; IM, intramuscular
Pediatric Advanced
Life
Support
(PALS), di
antaranya
dengan
10
klinis.
Terapi
kombinasi
antimikroba
dilaporkan
lebih
baik
11
12
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
4. Aneja RK, Carcillo JA. Dirreferences between adult and pediatric septic
shock. Minerva Anestesiologica 2011;77:1-7.
5. Dellinger RP, Levy MM, Carlet JM, Bion J, Parker MM, et al. Surviving
Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe
Sepsis and Septic Shock: 2008. Critical Care Medicine 2008;36:296- 327.
6. Han YY, Carcillo JA, Dragotta MA, Bills DM, Watson RS. Early Reversal
of Pediatric-neonatal Septic Shock by Community Physicians is
Associated with Improved Outcomes. Pediatrics 2003;112:793-799.
7. Ferrer R, Artigas A, Levy MM, Blanco J, Gonzlez-Diaz G, et al.
Improvement in Process of Care and Outcome after a Multicenter Severe
Sepsis Educational Program in Spain. JAMA 2008;299:2294-2303.
8. Kisson N, Orr RA, Carcillo JA: Updated American College of Critical
Care Medicine Pediatric Advanced Life Support Guidelines for
Managementof Pediatric and Neonatal Septic Shock. Relevance to the
EmergencyCare Clinician. Pediatric Emergency Care 2010;26;867869.
9. Larsen GY, Mecham N, Greenberg R: An emergency department septic
shock protocol and care guideline for children initiated at triage.
Pediatrics 2011; 127:e1585-1992
16