Nama
NIM
Jabatan
Andrew
405080020
Ketua
Susan Natalia B
405080080
Sekretaris
Megawati Lohanatha
405070168
Penulis
Alain laurent
405080018
Anggota
Nina Apriyana M
405080028
Anggota
Silvina Isditya
405080088
Anggota
Rico Pratama
405080101
Anggota
405080172
Anggota
Ludolfus Bartolomeus
405080175
Anggota
Paullya Dwi P
405080177
Anggota
Suci Megasari
405080186
Anggota
Anissa Nurditasari
405080209
Anggota
SKENARIO 3B
Seorang perempuan usia 30 tahun datang bersama pasangannya berobat ke dokter
umum dengan keluhan timbul kutil di sekitar kemaluannya yang bertambah banyak sejak 5
bulan terakhir. Kutil tersebut bergerombol seperti bunga kol, tidak gatal dan tidak nyeri.
Pasien permapuan bekerja sebagai penyanyi dan pekerja seks komersial.
Sedangkan laki-laki pasangannya mengeluh nyeri pada ujung kemaluannya bila
buang air kecil sejak 1 minggu yg lalu dan kelur cairan putih susu sejak 2 hari yang lalu.
Coitus suspectus terakhir 1 minggu yang lalu. Sebelumnya ia sudah berobat ke mantri dan
diberi serbuk tetrasiklin tetapi tidak ada perubahan.
Sebelumnya laki-laki ini juga sering menderita luka lecet pada alat kelaminnya yang
didahului dengan lenting-lenting yang hilang timbul dan terasa nyeri, terakhir muncul sejak
2 minggu yang lalu.
Status venereologikus perempuan : ditemukan vegetasi bertangkai, eritematosa,
ukuran lentikler sedikit erosi pada vulva bagian lateral, labia mayora dan minora dan daerah
perianal. Tampak sedikit duh tubuh mukopurulen.
Status venereologikus laki-laki : tampak muara ostium uretra eksternum edematosa
dan erimatosa disertai keluarnya duh tubuh mukopurulen.tampak eritem dengan erosi
multipel di glans penis dan ulserasi di daerah perianal.
Apa yang dapat Anda pelajari dari kasus ini?
MIND MAPPING
Wanita
Condyloma acuminata
GO
Pria
GO
HSV
Definisi + epidemiologi
Etiologi
Prognosis
IMS
Pencegahan
Klasifikasi
Komplikasi
Patogenesis
Manifestasi klinik
DD
Pemeriksaan
penunjang
Penatalaksanaan
LEARNING OBJECTIVE
1.
2.
3.
Bakteri
Jamur
Virus
Parasit
LO 1
Mengetahui dan menjelaskan anatomi
genitalia
Testis
Epididimis
Funiculus spermaticus
Ductus deferens
Vesicula seminalis
Ductus ejakulatorius
Protata
Glandula bulbourethralis
Penis
Urethra
scrotum
TESTIS
Merupakan organ reproduksi utama pada pria
berbentuk oval seperti buah almond dan berukuran
sekitar 5cm X 3cm X 2,5 cm dan menghasilkan
spermatozoa.
Testis dan lapisan terbungkus dalam sebuah
kantong yang disebut scrotum.
sebagian testis tertanam di dalam sebuah lapisan
serosa yaitu tunica vaginalis testis yang berasal
dari peritoneum.
di dalam tunica vaginalis, testis dibungkus oleh
lapisan fibrosa padat yang tidak begitu elastis yaitu
tunica albuginea testis.
TESTIS
SALURAN KELAMIN
Tubulus rectus
Rete testis
Ductulus eferentes
Ductus epididymis
Ductus deferens
Ductus ejakulatorius
urethra
PENIS
Merupakan salah satu organ genitalia externa lakilaki.
Terdiri dari radix penis( bulbus penis dan crus
penis)
Bagian luar terdiri dari corpus carvenosum yang
merupakan jaringan erektil dan corpus spongiosum
yang di dalamnya terdapat urethra pas spongiosa.
VASKULARISASI PENIS
Penis mendapat aliran darah dari A.pudenda interna
A.penis komunis
A.kavernosa / A.sentralis
A.dorsalis penis
A.bulbourethralis
Arteriole helisine
Sinusoid
Venule
emisaria
V.dorsalis
penis
PERSARAFAN PENIS
LO 2
Mengetahui dan menjelaskan histologi
genitalia
1.
2.
3.
4.
Kelenjar tambahan
Penis
Tunica vasculosa
Fungsi:
1. Exokrin : sel benih / sel kelamin
2. Endokrin : testosteron
RETE TESTIS
DUCTULUS EFERENTES
LO 3
Mengetahui dan menjelaskan infeksi menular
seksual (definisi, epid, etio, klasifikasi,
patogenesis, manifestasi klinik, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan, DD, komplikasi,
pencegahan, prognosis)
BAKTERI
Gonore
DEFINISI
ETIOLOGI GONORE
Neisseria gonorrhoeae
Neisseria meningitidis
Neisseria catarrhalis
Neisseria pharyngis sicca
Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan
Fermentasi
EPIDEMIOLOGI
Insidens:
Pria = wanita
15 29 tahun
THE NEISSERIAE
Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis
patogenik thd manusia dan biasa ditemukan bersama
atau di dlm PMN
Biasa meningococci ditemukan di URT meningitis,
gonococci infeksi genital
Merupakan gram (-), diplokokus non-motil, diamternya
0.8 m.
Individual cocci berbtk seperti ginjal, biasa berpasangan
Neisseria tumbuh optimal pada kondisi aerobik.
Mengoksidasi KH, menghasilkan asam tp gas (-)
Menghasilkan oksidase reaksi oksidase (+) , turn dark
purple
NEISSERIA GONORRHOEAE
Struktur antigen
Neisseria gonorrhoeae heterogen antigennya, mampu
mengubah struktur permukaannya u/ menghindari defens
host.
A. Pili
Ekstremitas seperti rambut yg memanjang dari permukaan
gonokokal. Membantu pada penempelan pada sel host dan
resistensi thd fagositosis. Terbentuk dari protein pilin yg
tertumpuk, tdr dari rangkaian AA. Rangk. AA yg dekat terminal
karboksil sangat variable bperan dlm menghindari imun host.
B. Por
- Protein por memanjang melewati membran sel
gonokokal.
- Berupa trimer, membentuk pori2 di permukaan yg mana
nutrien dapat msk ke dlm sel.
- Mencegah dibunuhnya gonokoki scr intraseluler dlm
neutrofil dgn mencegah fusi fagosom-lisosom
C. Opa proteins
- Berperan pada adesi antar gonokoki dlm koloni &
penempelan ke reseptor sel host.
D. Rmp
Bersama dengan Por membentuk pori2 pada permukaan
sel.
Lipooligosakarida
LPS gonokokal tdk memiliki rantai O-antigen maka
disebut lipooligosakarida (LOS).
Gonokoki bs mengekspresikan lebih dari 1 rantai LOS yg
berbeda antigen secara bersamaan,
Toksisitas disebabkan o/ efek endotoksik LOS ini. Pada
tuba falopi buatan, LOS sebabkan hilangnya silia dan
kematian sel mukosa
Gonokoki bs membuat LOS menyerupai glikosfingolipid
sel membran pada manusia membantu menghindari
pengenalan o/ sistem imun. Prosesnya disebut sialilasi
gonokoki resisten thd sistem antibodi-komplemen dan
mengganggu penempelan gonokokal ke resepter sel
fagositik
Jg menghasilkan IgA1 protease yg memotong &
menginaktivasi IgA1, Ig utama mukosa manusia.
IMUNITAS HOST
Imunitas terhadap reinfeksi tdk tercipta karena
variasi antigenitas yg dimiliki gonokoki.
Antibodi IgA dan IgG hanya spesifik ke strain
tertentu atau kemampuan protektifnya rendah.
PATOGENESIS
Gonococcal urethritis
Bartholins abscess
Gonococcal cervicitis
Bartholins abscess
Gonococcal ophthalmia
KOMPLIKASI
Lokal : Tisonitis, Parauteritis, Littris,Cowperitis
Infeksi asendes : Prostatitis, Vesikulitis, Funikulitis,
Epididimitis, yg dapat menimbulkan infertilitas
Servisitis gonore : salpingitis, dan penyakit radang
panggul (PRP)
DIAGNOSIS GO
A.
B.
C.
D.
Sediaan Langsung
Tes Thomson
Mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung
Syarat:
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam 2 gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak: kandung kencing harus mengandeung air seni paling
sedikit 80-100 ml
Hasil pembacaan:
Gelas I
Gelas II
Arti
jernih
jernih
keruh
jernih
keruh
keruh
Panuretritis
jernih
keruh
Tidak mungkin
DIAGNOSIS:
Identifikasi
Tes oksidasi
gonorrheoae)
Neisseria gonorrhoeae
PENGOBATAN GO
Nama obat
Sefalosporin:
Seftriakson(g3)
Sefoperazon
Sefiksim
Dosis
250mg(i.m)
0,5-1 g(i.m)
400mg(oral)
Keterangan
Dosis ini cukup aman dan efektif dan tanpa
komplikasi disemua tempat, dan dpt
menutupi gejala sifilis
Spektinomisin
2 g(i.m)
Kanamisin
2 g(i.m)
KI : kehamilan
Tiamfenikol
Kuinolon:
Ofloksasin
Siprofloksasin
Levofloksasin
400mg (oral)
500mg(oral)
250mg (oral)
PENCEGAHAN
Selalu menggunakan kondom
Hindari hubungan seks sebelum sembuh
Tidak berganti ganti pasangan seksual
Pemeriksaan dan pengobatan pasangan seksual
pasien
PROGNOSIS
Sebagian besar infeksi gonore memberikan
respons yang cepat terhadap pengobatan dengan
antibiotik
Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan
lengkap
BAKTERI
Sifilis
DEFINISI
KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO berdasarkan
faktor epidemiologi
Sifilis dini:
Sifilis lanjut:
Perjalanan penyakit > 2 tahun
Bersifat tidak menular
Tidak ditemukan kuman di lesi kulit, kecuali ibu hamil
yang menderita stadium lanjut, Treponema
pallidum dapat melalui plasenta masuk ke tubuh
janin.
SK
Lesi dini:
Saddlenose
Gigi Hutchinson dan
gigi Mullberry
Ragades
Atrofi dan kelainan
akibat peradangan
Koroidoretinitis (daerah
parut putih dikelilingi
pigmentasi pada retina)
Lesi lanjut:
Kornea: kekaburan
kornea ghost
vessels
Lesi tulang: sabre tibia,
akibat osteoeriostitis
Atrofi optik
Ketulian saraf
Stadium I
Stadium II
Stadium laten : dini : menular
Stadium lanjut : tidak menular
Stadium III
Stadium kardiovaskular dan neurosifilis
KLASIFIKASI
SIFILIS AKUISITA
Menular
Antara 10 90 hari (2 4 mgg) sth kuman msk
lesi kulit tempat msk kuman
Umumnya lesi hanya 1 AFEK PRIMER : papel
papel erosi / ulkus : ULKUS DURUM
Lokasi afek primer: genital/ ekstra genital
Dpt sembuh sendiri tanpa pengobatan dlm 3 10
mgg
1 mgg sth afek primer penjalaran infeksi ke KGB
regional : regio inguinal medial KGB membesar,
soliter, padat kenyal, indolen, tidak supuratif,
periadenitis (-) & dpt digerak scr bebas dr jaringan
sekitarnya KOMPLEKS PRIMER
Ulkus durum
Kelainan kulit
Makula eritem, bulat lonjong (roseola sifilitika) t u dada,
perut, punggung, lengan, tangan ke seluruh tubuh
Transien dan berakhir hipopigmentasi (leukoderma
sifilitika)
Papel - batas kulit rambut kepala (korona veneris)
Papula arsiner, sirsiner & polisiklik
Papula diskret - telapak tangan dan telapak kaki
Papula korimbiformis
Kondiloma lata - kulit lipatan-lipatan yang lembab & hangat
Papula + folikulitis yang dapat alopesia sifilitika
Papuloskuamosa - mirip psoriasis (psoriasis sifilitika),
papulokrustosa - mirip frambusia (sifilis frambusiformis)
Pustula, - bersifat destruktif pd KU buruk (rupia sifilitika =
lues maligna)
PENATALAKSANAAN
Procain Penicillin +
2 % Aluminium
Monostearate (PAM)
Benzathine
Pecillin G
Golongan
Short acting
Intermediate acting
Long acting
Lama kerja
obat
24 jam
72 jam
2 3 minggu
Cara
pengobatan
Setiap hari
Setiap 3 hari
Seminggu
sekali
BAKTERI
Ulkus Mole
Ulkus Mole
Definisi
Sinonim
Epidemiologi
Etiologi
Patogenesis dan
imunokimia
Gejala klinis
Ulkus Mole
Predileksi tempat
Ulkus Mole
6. Phagedenic chancroid
Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan
nekrotik yang luas
7. Tipe sepinginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinnokulasi
dari lesi pertama ke daerah lipat paha atau paha
Bubo : Adenitis daerah inguinal. Sifatnya unilateral,
eritematosa, membesar, dan nyeri. Timbul beberapa
hari samapi 2 minggu setelah lesi primer.
Diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengobatan
Ulkus Mole
Komplikasi
Diagnosis Banding
1. Herpes genitalia
2. Sifilis stadium 1
3. Limgranuloma venerium
Mixed chancre
Giant chancroid
Fimosis dan parafimosis
Fistula uretra
Infeksi campuran
VIRUS
Herpes genitalis
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Beberapa
kepustakaan menyatakan
terjadinya HSV-II pada wanita lebih tinggi 510% dari laki-laki yang mungkin disebabkan
perbedaan anatomi dimana mukosa pada
genitalia wanita lebih luas daripada laki-laki,
atau karena transmisi laki-laki kepada wanita
lebih banyak daripada transmisi wanita
kepada laki-laki, atau dapat juga disebabkan
karena mereka tidak tahu jika terinfeksi
karena mereka memiliki sedikit simptom atau
tidak memiliki simptom.
Pada beberapa wanita, mereka atypical
outbreak dimana mereka hanya memiliki
simptom gatal sedang atau ketidak nyamanan
minimal.
ETIOLOGI
Penyebab
Herpes
PATOGENESIS
Kontak
Infeksi
rekurens
MANIFESTASI KLINIK
Infeksi
primer
Pada pria:
Pada wanita
vesikel atau lesi ulseratif pada serviks atau vesikel yang sakit
pada genital eksterna bilateral, dapat terjadi pada vagina,
perineum, pantat, dan dapat pada tungkai sejalan dengan
distribusi dari saraf sakral. Pada wanita dapat ditemukan
retikulopati lumbosakral, dan 25% wanita yang mendapat
infeksi primer HSV-II dapat terjadi aseptik meningitis.
Fase laten
Setelah infeksi primer, virus akan laten dalam beberapa bulan
sampai bertahun-tahun, sampai ada suatu trigger factor.
Pada fase laten ini virus dapat bertahan bertahun-tahun
bahkan seumur hidup penderita.
Pada fase ini berarti penderita tidak ditemukan gejala klinis,
tetapi HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada
ganglion dorsalis, sehingga sistem imun sulit untuk
mendeteksi dan merusaknya.
Infeksi rekuren
Infeksi ini berarti
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mikroskop cahaya
Mikroskop elektron
Serologi
dengan Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (ELISAs) dan
HSV-II serologic assay, imunofluoresensi, imunoperoksidasi
dapat mendeteksi antibodi yang melawan virus.
Tes ini dilakukan secara imunologik memakai antibodi
poliklonal atau monoklonal.
Deteksi antigen secara langsung dari spesimen sangat
potensial, cepat dan dapat merupakan deteksi paling awal
pada infeksi HSV.
Perkembangan
Deteksi
vesikel.
Kultur
virus
DIAGNOSA BANDING
Sifilis.
Ulkus mole.
Skabies.
Limfogranuloma venerum.
Trauma.
Infeksi bakterial.
Dermatitis kontak.
Infeksi virus yang lain.
PENATALAKSANAAN
Foscarnet (Foscavir),
adalah agen antivirus yang
kuat, yang
merupakan pilihan pertama pengobatan
strain herpes yang resisten Acyclovir dan
obat-obat yang sama.
Foscavir intravena dapat menyebabkan efek
toksik yang berat, seperti pemburukan fungsi
ginjal yang reversibel atau kejang.
Karena efek samping yang serius ini,
Foscarnet digunakan hanya untuk infeksi
herpes yang berat dan resisten.
Sebagaimana pengobatan anti virus yang
lain, Foscarnet tidak dapat mengobati
herpes.
Acyclovir intravena
diberikan secara perlahan-lahan
dan perlu
pengawasan. Oleh karena itu sebaiknya diberikan di
rumah sakit.
Dosis setiap kali pemberian adalah 5 mg/ kg BB,
dengan interval 8 jam.
Dosis ini diberikan untuk herpes genital episode I, yang
memerlukan waktu selama 5 sampai 10 hari, ternyata
tidak dapat mengurangi rekurensi, akan tetapi dapat
mengurangi viral shedding.
Acyclovir peroral
diberikan dengan
Penanganan
Acyclovir 5% cream
bekerja langsung pada
Valacyclovir
merupakan derivat
Famcyclovir
merupakan obat
KOMPLIKASI
Infeksi
Pada
PROGNOSIS
Selama
VIRUS
Human Papilloma Virus
PATHOGENESIS
HISTORY
Incubation Period
Several weeks to months to years.
Duration of Lesions
Months to years.
Skin Symptoms
Usually asymptomatic, except for cosmetic
appearance. Itching, burning, bleeding, vaginal or
urethral discharge, dyspareunia. Obstruction if large
mass.
PHYSICAL EXAMINATION
Mucocutaneous Lesions
Four clinical types of genital warts occur; small
papular, cauliflower-floret (acuminate or pointed)
lesions (Figs. 27-1, 27-2, and 27-3), keratotic warts,
and flat-topped papules/plaques (most common on
cervix). Lesions are skin-colored, pink, red, tan,
brown. Lesions may be solitary, scattered, and
isolated, or form voluminous confluent masses. In
immunocompromised individuals, lesions may be
huge. (Fig. 27-4) Acetic acid is helpful in visualizing
lesions on the cervix and anus but is of little help in
defining small EGW.
SITES OF PREDILECTION
Male
Frenulum, corona, glans penis, prepuce, shaft (Fig.
27-1), scrotum.
Female
Labia, clitoris, periurethral area, perineum, vagina
(Fig. 27-2), cervix (flat lesions) (Fig. 27-5).
Both Sexes
Perineal, perianal (Figs. 27-3 and 27-4), anal canal,
rectal; urethral meatus, urethra, bladder;
oropharynx.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Papular/Nodular External Genital Lesions
Normal anatomy (e.g., sebaceous glands, pearly
penile papules, vestibular papillae), squamous
intraepithelial lesions, SCCIS, invasive SCC,
benign neoplasms (moles, seborrheic keratoses,
skin tags, pilar cyst, angiokeratoma), inflammatory
dermatoses (lichen nitidus, lichen planus),
molluscum contagiosum, condylomata lata,
folliculitis, scabietic nodules.
LABORATORY EXAMINATIONS
Acetowhitening
Helpful in defining the extent of cervical and anal HPV
infection. Acetowhitening of external genital lesions is not
specific for warts. (See Appendix B.)
Pap Smear
All women should be encouraged to have an annual Pap
smear since HPV is the major etiologic agent in pathogenesis
for cancer of the cervix. Anal Pap test with a cervical brush
and fixative solution is helpful in detecting anal dysplasia.
Dermatopathology
Biopsy is indicated if diagnosis is uncertain; the lesions do not
respond to standard therapy; the lesions worsen during
therapy; the patient is immunocompromised; warts are
pigmented, indurated, fixed, and/or ulcerated; all suspect
cervical lesions. Indicated in some cases to confirm diagnosis
and/or rule out SCCIS or invasive SCC.
LABORATORY EXAMINATIONS
Detection of HPV DNA
Presence of HPV DNA and specific HPV types can
be determined on smears and lesional biopsy
specimens by in situ hybridization. However, no
data support the use of type-specific HPV nucleic
acid tests in the routine diagnosis or management
of visible genital warts.
Serology
Occurrence of genital warts is a marker of unsafe
sexual practices. Serologic tests for syphilis should
be obtained on all patients to rule out coinfection
with Treponema pallidum, and all patients offered
HIV testing.
DIAGNOSIS
MANAGEMENT
Prevention
Use of condoms reduces transmission to uninfected sex
partners. Goal of treatment is removal of exophytic
warts and amelioration of signs and symptomsnot
eradication of HPV. No therapy has been shown to
eradicate HPV. Treatment is more successful if warts
are small and have been present for <1 year. Risk of
transmission might be reduced by "debulking" genital
warts. Selection of treatment should be guided by
preference of patientexpensive therapies, toxic
therapies, and procedures that result in scarring
avoided.
Indications for Therapy
Cosmetic; reduce transmissibility; provide relief of
symptoms; improve self-esteem.
MANAGEMENT
Primary Goal of Treating Visible Genital Warts
Removal of symptomatic warts. Treatment can induce wart-free
periods in most patients. Genital warts are often asymptomatic.
No evidence indicates that currently available treatments
eradicate or affect the natural history of HPV infection. Removal
of warts may or may not decrease infectivity. If untreated, visible
genital warts may resolve on their own, remain unchanged, or
increase in size and number. No evidence indicates that
treatment of visible warts affects the development of cervical or
anal cancer.
Subclinical Genital HPV Infection (Without Exophytic Warts)
Subclinical genital HPV infection is much more common than
exophytic warts among both men and women. Infection is often
indirectly diagnosed on the cervix by Pap smear, colposcopy, or
biopsy and on the penis, vulva, and other genital skin by the
appearance of white areas after application of acetic acid.
Treatment is not indicated.
MANAGEMENT
External Genital/Perianal Warts
Patient-Applied Agents
Imiquimod, 5% cream
Podofilox 0.5% solution and gel
Clinician-Administered Therapy
Cryosurgery with liquid nitrogen
Podophyllin, 10 to 25%
Trichloroacetic acid (TCA) or bichloroacetic acid
bicarbonate (BCA), 80 to 90%
Surgical removal
Electrodesiccation/electrocautery
Carbon dioxide laser and electrodesiccation
MANAGEMENT
Cervical Warts
For women who have exophytic cervical warts,
high-grade squamous intraepithelial lesions (SIL)
must be excluded before treatment is begun.
Management of exophytic cervical warts should
include consultation with an expert.
Vaginal Warts
Cryosurgery with liquid nitrogen
TCA or BCA, 80 to 90%
Podophyllin, 10 to 25%
MANAGEMENT
Urethral Meatus Warts
Cryosurgery with liquid nitrogen
Podophyllin, 10 to 25%
Anal Warts
Management of warts on rectal mucosa should be referred
to an expert.
Cryosurgery with liquid nitrogen
TCA or BCA, 80 to 90%
Surgical removal As above.
Oral Warts
Cryosurgery with liquid nitrogen
Surgical removal
MANAGEMENT
Follow-Up
After visible warts have cleared, a follow-up evaluation is not mandatory. Patients
should be cautioned to watch for recurrences, which occur most frequently during
the first 3 months. Because the sensitivity and specificity of self-diagnosis of
genital warts are unknown, patients concerned about recurrences should be
offered a follow-up evaluation 3 months after treatment. Earlier follow-up visits may
also be useful to document a wart-free state, to monitor for or treat complications
of therapy, and to provide the opportunity for patient education and counseling.
Women should be counseled about the need for regular cytologic screening as
recommended for women without genital warts. The presence of genital warts is
not an indication for cervical colposcopy.
Immunosuppressed Patients
Persons who are immunosuppressed because of HIV or for other reasons may not
respond as well as immunocompetent persons to therapy for genital warts and
may have more frequent recurrences after treatment. SCC arising in or resembling
genital warts might occur more frequently among immunosuppressed persons,
requiring more frequent biopsy for confirmation of diagnosis.
Management of Sex Partners
JAMUR
Kandidiasis
Definisi
adalah suatu infeksi jamur pada vagina atau penis, biasanya dikenal sebagai thrush.
Etiologi
Gejala klinik
Wanita:
gatal atau iritasi pada vagina dan vulva dan bisa disertai pengeluaran sekret dari vagina.
Iritasinya berat, tetapi sekretnya sedikit
Vulva tampak kemerahan dan bengkak
Kulitnya kasar dan pecah-pecah
Dinding vagina biasanya tertutup oleh bahan seperti keju yang berwarna putih, tapi bisa
juga tampak normal
Pria:
tidak menunjukkan gejala-gejala, tetapi pada ujung penis (glans penis) dan pada kulitnya
(pada pira yang tidak disunat) bisa terjadi luka dan iritasi, terutama setelah melakukan
hubungan seksual.
Kadang-kadang keluar sedikit sekret dari penis.
Ujung penis dan kulitnya tampak merah, dengan keropeng kecil dan bisa tertutup oleh
bahan seperti keju yang berwarna putih.
Diagnosa
Penatalaksanaan
Wanita:
pencucian vagina dengan sabun dan air, mengeringkannya
dengan handuk dan kemudian mengoleskan krim anti jamur
yang mengandung klotrimazol, mikonazol, butokonazol atau
tiokonazol dan terkonazol
Pilihan lainnya adalah ketokonazol, flukonazol atau itrakonazol
yang diberikan per-oral
wanita yang memakai pil KB harus menghentikan
pemakaiannya untuk beberapa bulan, selama pengobatan
kandidiasis vaginalis, karena bisa memperburuk infeksi
Pria:
penis (dan kulitnya pada laki-laki yang tidak disunat) harus
dicuci dan dikeringkan sebelum diolesi dengan krim anti jamur
(misalnya yang mengandung nistatin).
PARASIT
TRIKOMONIASIS VAGINALIS
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Faktor resiko
Patofisiologi
Manifestasi
Klinik
Wanita:
gatal-gatal dan rasa panas pada vagina
sekret vagina yang banyak, berbau, dan berbusa
disuria dengan pruritus
edema vulva
perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks (serviks strawberry)
dispareunia dan nyeri
perdarahan pada waktu post coitus dan nyeri abdomen bagian
bawah
tetapi, lebih dari 50% asimptomatik
Pria:
disuri, nyeri urethra, nyeri testis, sering berkemih, nyeri abdomen
bagian bawah
kebanyakan asimptomatik, atau hanya mengalami gejala
sementara, meskipun terdapat infeksi subklinis yang menetap
Penatalaksanaan
Pemeriksaan
penunjang
Test Whiff
KulturDari penelitian Walner Hanssen dkk
Direct Imunfluorescence assay
Polimerase Chain Reaction
Diagnosa
Diagnosa banding
Komplikasi
Infeksi pelvis
Pada kehamilan : lahir premature, bayi berat lahir rendah,
selulitis posthysterectomy
Prognosis
KESIMPULAN
Pada kasus ini, kemungkinan wanita terkena
kondiloma acuminata dan GO.
Pada pria kemungkinan terkena herpes simpleks
dan GO.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Medical
microbiology. 23th ed. International Edition:
Lange/Mc. Graw Hill, 2010.
Daili SF, Indriatmi W, Zubier F, Judanarso J, ed.
Infeksi Menular Seksual. Jakarta: FKUI,2009
Harrisons principle of internal medicine, 17th
edition