Anda di halaman 1dari 3

Faktor yang berpengaruh memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor genetik, jenis

kelamin, umur, obesitas, dan konsumsi garam serta alkohol (Beevers, D. G, 2000). Tekanan darah
yang meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah jantung. Bila berlangsung lama akan terjadi
gagal jantung yang disusul dengan sesak nafas, akibat yang lebih serius lagi adalah terjadinya stroke
dan kematian karena aliran darah tidak lancar, sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh sel-sel darah
merah menjadi terlambat. Melihat kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan
pengobatan hipertensi secara farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun dan
mempunyai harga yang cukup mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan
terobosan baru kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non farmakologis (buah belimbing)
dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis maupun manfaatnya (Lastri,
2009). Seperti yang telah dijelaskan oleh Soedarya (2009), bahwa buah belimbing mempunyai kadar
potasium (kalium) yang tinggi dengan natrium yang rendah sebagai obat hipertensi yang tepat.
Sehingga, diharapkan dengan mengkonsumsi buah belimbing muda dalam jumlah tertentu (3 buah)
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Mengingat tanaman ini sering kita jumpai di lingkungan kita dan mempunyai manfaat yang besar
pula, sehingga diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara non farmakologis (buah
belimbing), tekanan darah pada penderita bisa menurun.

Terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh karena kandungan buah
belimbing yang kaya akan kalium dan rendah natrium. Dimana dalam hal ini awal mula
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya Angiostensin I yang diubah menjadi
Angiostensin II oleh ACE (Angiostensin I Converting Enzyme) yang memiliki peran dalam
menaikkan tekanan darah melalui 2 aksi utama, yaitu menurunnya cairan intraseluler dan
meningkatnya cairan ekstraseluler dalam tubuh. Namun dengan pemberian terapi buah
belimbing yang tinggi kalium dan rendah natrium kepada responden yang menderita
hipertensi, maka 2 aksi utama tersebut telah mengalami perubahan arah dari semula.
Dimana dengan tingginya kalium akan mampu menurunkan produksi atau sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urine. Dengan menurunnya ADH, maka urine yang diekskresikan
keluar tubuh akan meningkat, sehingga menjadi encer dengan osmolalitas yang rendah.
Untuk memekatkannya, volume cairan intraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian ekstraseluler. Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl akan dipekatkan
dengan cara menurunkan cairan ekstraseluler yang kemudian akan menurunkan tekanan
darah (Astawan Made, 2010).
Jumlah sampel yang digunakan sebesar 30 responden dengan teknik purposive sampling. Data dalam
penelitian ini diambil dengan menggunakan lembar observasi tekanan darah. Setelah dilakukan
tabulasi data, kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Paired t Test dengan tingkat
kemaknaan 0,05.
Hasil uji statistik didapatkan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi, dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05).
Dengan demikian responden dapat mengubah pola kebiasaan dalam mengontrol hipertensi dari obat
farmakologis menjadi obat non farmakologis dengan buah belimbing
Putri Indah Dwipayanti, S.Kep.Ns (2011)

Faktor yang berpengaruh memicu terjadinya tekanan darah tinggi diantaranya adalah faktor genetik,
jenis kelamin, usia, tingkat stres, obesitas, dan konsumsi garam serta alkohol. Tekanan darah tinggi
merupakan faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, gagal ginjal, stroke
dan kematian. Melihat kompleknya permasalahan tekanan darah tinggi atau hipertensi, dapat
disimpulkan bahwa apabila tidak dilakukan pengobatan dan pengontrolan tekanan darah maka akan
dapat menimbulkan komplikasi pada tubuh.Mengkudu terdiri dari zat aktif polisakarida, scopoletin,
ascorbic acid, -carotene, -arginine, proxeronine dan proxeroninase sejak berabad- abad
dipergunakan untuk obat peluruh kencing dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Kandungan
mengkudu scopeletin memiki efek menormalkan tekanan darah. Secara farmakologis bisa kita telaah
melalui khasiat antihipertensi dapat ditunjukkan dengan adanya efek spasmolitiksecara terjadi
pelebaran pembuluh (vasodilatasi) akibat relaksasi otot polos pembuluh darah, sebagaimana cara
kerja berbagai obat antihipertensi. Sedangkan khasiat antihipotensi ditunjukkan dengan adanya efek
menghambat iNOS , yang berarti menghambat pembentukan nitric oxide (NO) padahal NO memiliki
efek vasodilatasi(Dripa sjabana, 2002).
Hasil uji t-test diperoleh hasil = 0,000 maka < 0,05 berarti H0 ditolak berarti ada
pengaruh mengkudu terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa
Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Berbagai faktor pemicu terjadinya
hipertensi gaya hidup, konsumsi garam berlebihan, berat badan, alcohol, strees, dan kurang
olahraga. Sedangkan responden pada penelitian ini berusaha untuk minum mengkudu
dengan harapan tekanan darah dapat menjadi turun
Hartin Suidah, S.Kep.Ns 2011
Intensitas latihan yang dilakukan
dipantau melalui perhitungan denyut nadi
dengan cara meraba pergelangan tangan
menggunakan tiga jari tengah tangan yang
lain. Untuk mengetahui intensitas latihan
dapat dilihat pada daftar berikut ini. Usia 55
tahun berlatih dalam denyut nadi 115140/menit, usia 56 tahun berlatih dalam
denyut nadi 115-139/menit, usia 57 tahun
berlatih dalam denyut nadi 114-138/menit, 58
tahun berlatih dalam denyut nadi 113138/menit, Usia 59 tahun berlatih dalam
denyut nadi 113-137/menit, Usia 60 tahun
berlatih dalam denyut nadi 112-136/menit.
S ement a r a i tu ada pendapa t yang
mengemukakan bahwa latihan dengan
intensitas rendah yaitu antara 60% - 75%
dengan rincian usia 50 tahun berlatih dalam
denyut nadi 102-127/menit, usia 55 tahun
berlatih dalam denyut nadi 99-123/menit,
sedangkan 60 tahun berlatih dalam denyut
nadi 96-120/menit juga memiliki efek yang
signifikan bagi pengembangan kebugaran
lansia. (Satriyo, 2010)

Anda mungkin juga menyukai