Anda di halaman 1dari 22

PERLUKAH ANAK-ANAK MENDAPAT HUKUMAN BADAN?

Melihat anak berbuat salah, orang tua ataupun guru sering tak kuasa untuk tidak
memberikan hukuman badan pada si anak.

Padahal, hukuman fisik itu belum tentu perlu. Sebab, hukuman macam ini justru sering
berdampak buruk. Ada cara lain yang lebih baik dan patut dianut.

Kita masih ingat, pada tahun 1960-an atau 1970-an, masih banyak orang tua yang
menghukum anak dengan sabetan gagang kemucing atau sapu, hanya gara-gara anak
memecahkan piring murahan, tidak mau disuruh ke warung atau mengerjakan PR. Atau
kalau di sekolah, ada guru yang menghukum anak push up sampai pucat pasi lantaran
terlambat datang. Pikir mereka, si anak bakal jera melakukan kesalahan yang sama.

Kini, hukuman badan justru sering digugat efektivitasnya oleh kalangan orang tua, para
pendidik, maupun psikolog. Hukuman badan ada kalanya memang berdampak positif.
Namun, terbuka pula peluang untuk melahirkan dampak negatif.

Secara filosofis, orang tua merasa bertanggung jawab untuk mendisiplinkan dan
menghukum anak demi kebaikan si anak sekarang dan kelak. Bahkan, secara tradisional
pun, hukuman badan telah diterima sebagai salah satu metode sangat efektif untuk
mengendalikan dan mendisiplinkan anak. Hal ini didukung oleh masyarakat yang percaya
bahwa hukuman badan penting untuk mencegah degradasi moral, baik dalam kalangan
rumah tangga maupun masyarakat.

Di sekolah, hukuman badan masih sering digunakan. Banyak guru atau para pendidik
berpendapat, ketakutan murid pada hukuman fisik akan menambah kekuatan atau
kewibawaan guru. Dengan demikian sang murid akan lebih mudah dikendalikan. Namun,
ini bukanlah satu-satunya cara untuk mengendalikan murid atau anak. Ada banyak
metode yang bisa dipilih untuk menumbuhkan kepatuhan atau kedisiplinan. Namun, jika
semua metode tersebut sudah tidak mempan, hukuman badan bisa dijadikan jalan terakhir
untuk menumbuhkan kepatuhan.

Bisa berakibat buruk

* Terhadap hukuman yang diterima, si anak bakal memberikan reaksi aktif atau pasif.

Reaksi aktif dapat dilihat saat hukuman berlangsung. Umpamanya, berteriak, mengentak-
entakkan kaki, dll. Sedangkan reaksi pasif pada umumnya tidak ditunjukkan di depan
orang tuanya. Contohnya, menyalurkan kemarahan kepada adiknya atau pembantu rumah
tangganya.

Sebenarnya secara psikologis, manusia mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk


berbuat baik atau buruk. Hukuman badan mungkin akan mendukung perbaikan perilaku
buruk mereka. Jika digunakan secara tepat, hukuman badan akan menjadi cara paling
tepat untuk menurunkan atau mengurangi kelakuan yang tidak bisa diterima.
Contohnya, acap kali orang tua memberikan hukuman badan bila anak tidak mau
melakukan aktivitas tertentu macam membuat PR atau melakukan latihan-latihan lain.
Dalam kasus ini, hukuman badan dapat merusak keinginan atau motivasi anak untuk
mengerjakan aktivitas tersebut. Sehingga aktivitas berikutnya dilakukan karena paksaan
atau rasa takut, bukan karena keinginannya sendiri, dan dilaksanakan semata-mata hanya
untuk menghindari hukuman. Pekerjaan yang demikian akan dirasakan anak tidak
nikmat.

Hukuman fisik, menurut Neil A.S. Summerheil asal AS dalam bukunya A Radical
Approach to Children Rearing, merupakan suatu usaha untuk memaksakan kehendak.
Walaupun tujuan utamanya untuk menegakkan disiplin anak, tindakan ini dapat berakibat
sebaliknya. Anak menjadi frustrasi. Selanjutnya, anak hanya merespons pada tujuan
hukuman itu sendiri. Banyak anak merasa bahwa menerima hukuman badan tidak
terhindarkan, sehingga mereka menjadi resisten (kebal) terhadap hukuman tersebut.
Hukuman badan tidak membuat mereka melaksanakan suatu aktivitas dengan baik.
Sebaliknya, anak akan cenderung membiarkan dirinya dihukum daripada melakukannya.

James Dobson asal Illinois, AS, dalam bukunya Dare to Dicipline menekankan, hukuman
badan tidak akan mencegah atau menghentikan anak melakukan tindakan yang salah.
Ganjaran fisik ini justru bisa berakibat buruk. Bahkan, dapat mendorong anak untuk
meneruskan dan meningkatkan tingkah lakunya yang salah. Riset ahli lain, Leonard D.
Eron, menunjukkan hukuman fisik dikhawatirkan malah mendorong anak untuk
bertingkah laku agresif.

Celakanya, orang tua sering kali malah bereaksi terhadap agresivitas ini dengan
menggunakan cara yang salah, misalnya dengan meningkatkan intensitas serta frekuensi
hukuman badan. Tidak heran kalau anak kemudian malah meniru tingkah laku agresif
orang tua atau orang dewasa yang menghukumnya. Di sini secara tidak sadar orang tua
telah mengajarkan anak untuk berperilaku agresif.

Gunakan hukuman variatif

* Hukuman badan secara fisiologis dan psikologis memiliki dampak jangka pendek
dan panjang.

Efek fisik jangka pendek misalnya luka memar, bengkak, dll. Sedangkan dampak fisik
jangka panjang misalnya cacat seumur hidup. Efek psikologis jangka pendek, misalnya
merasa marah, sakit hati, jengkel untuk sementara waktu. Dampak ini tentu lebih ringan
dibandingkan dengan efek psikologis jangka panjang, seperti merasa dendam yang
mungkin sampai bertahun-tahun.

Bahkan, Philip Greven dalam bukunya Spare the Child: The Religious Roots of
Punishment and the Psychological Impact of Physical Abuse menyatakan, efek psikis
jangka panjang itu termasuk disasosiasi bermacam bentuk seperti represi atau amnesia,
pikiran terbelah serta kekurangpekaan perasaan.
Hukuman yang muncul karena orang tua khawatir kehilangan kewibawaan, bukan upaya
untuk menunjukkan kasih sayang atau melatih anak agar disiplin pada aturan, akan
menimbulkan reaksi negatif. Menurut Neil, anak akan merasa hukuman sebagai lambang
kebencian orang tua kepada mereka. "Tidak heran kalau kemudian anak bereaksi
negatif," tegasnya.

Arnold Buss seorang psikolog dalam bukunya Man in Perspective mengingatkan, bila
hukuman diberikan terlalu sering dan anak merasakan hal ini tidak dapat dihindarkan,
anak akan membentuk rasa ketidakberdayaan (sense of helplesness). Anak tidak belajar
apa pun dari hukuman tersebut, tetapi cenderung menerimanya tanpa merasa bersalah.
Konsekuensinya, menurut ahli dari Kanada ini, hukuman tidak mempunyai arti apa-apa
bagi mereka. Rasa tidak berdaya ini dapat dikurangi dengan menggunakan hukuman yang
variatif, tidak monoton.

Kondisi bertambah parah apabila anak mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya
sendiri sehingga anak tidak dapat memisahkan antara perilaku dengan kepribadian
mereka yang sebenarnya. Mereka lalu menganggap dirinya memang bukan anak yang
baik, tidak lagi memandang bahwa kelakuan mereka yang salah. Akibatnya, anak akan
merasa rendah diri. Bila rasa tidak berdaya terhadap rasa rendah diri ini terbentuk, maka
anak akan terus memandang diri mereka sebagai anak yang tidak baik. Akibatnya,
mereka akan terus berperilaku buruk. Mereka pikir memang begitulah orang lain
memandang dirinya. Dalam kasus ini kemungkinan untuk memperbaiki keadaan itu
sangat sulit.

Tanpa hukuman badan

* Menurut Debby Campbell, seorang pendidik asal Ottawa, Kanada, dalam bukunya
About Dicipline and Punishment, efektivitas hukuman badan lebih tergantung pada
metodenya ketimbang frekuensinya.

Setiap kali menerima hukuman, memang anak akan jera untuk melakukan kesalahan yang
sama. Namun setelah menerima hukuman, pada umumnya anak akan berusaha menarik
perhatian orang tuanya untuk memperlihatkan penyesalan mereka atas perbuatan
buruknya. Setelah situasi emosional berakhir, sering kali anak ingin berada dalam
pelukan orang tuanya.

"Saat ini orang tua harus menyambut dengan pelukan hangat, penuh kasih sayang. Di sini
pembicaraan dari hati ke hati antara anak dan orang tua perlu dilakukan," tambah
Dobson. Di sinilah hukuman berdampak positif karena dapat meningkatkan perasaan
cinta kasih antara anak dan orang tua.

Sebenarnya ada berbagai cara untuk mendidik anak agar mereka menaati suatu aturan
atau melaksanakan suatu aktivitas. Tidak perlu harus dengan hukuman badan. Sekali lagi,
hukuman badan harus dipandang sebagai jalan terakhir.
Jalan terbaik antara lain dengan memberikan teladan yang baik. Dengan demikian si anak
akan mempelajari tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka perbuat. Metode non-
hukuman badan bentuk lain adalah metode time out dengan mengisolasi si anak dalam
ruangan kurang nyaman baginya selama beberapa menit. Atau, anak diminta
mengerjakan sesuatu yang kurang menyenangkan baginya, misalnya membersihkan
kamar mandi, menyapu, dilarang menonton TV seharian, dll. Namun hendaknya anak
diberi peringatan sebelum hukuman dilaksanakan.

Jika hukuman badan tidak dapat dihindarkan, A.M. Cooke dalam bukunya Family
Medical Guide memberikan beberapa saran hukuman badan seperti apa yang patut
dilakukan:

* Memukul anak dengan menggunakan telapak tangan terbuka pada pantat, kaki, atau
tangan.

* Hukuman diberikan cukup satu kali sehari.

* Jangan memberikan hukuman badan pada anak yang berusia kurang dari 1 tahun.

* Sedapat mungkin hindari hukuman pada saat orang tua sedang pada puncak emosi.

* Hukuman diberikan singkat dan sungguh-sungguh, segera setelah kesalahan


dilakukan. *
KEGUNAAN JERUK NIPIS

Perasan jeruk nipis ternyata berguna bagi penderita batu ginjal.


Kesimpulan tersebut adalah sari penelitian Mochammad Sj ‘bani, ahli ginjal dari Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta, yang dimuat dalam buku 90 Tips
Kesehatan.

Gagasan penelitian ini berawal dari pengalaman sebuah keluarga yang memiliki
kecenderungan batu ginjal. Seluruh anggota keluarga terkena batu ginjal kecuali seorang
anak gadisnya. setelah diteliti ternyata si gadis rajin minum jeruk nipis. Dugaan
sementara, jeruk nipis inilah yang menekan pembentukan endapan batu ginjal.

Sementara itu, dalam dunia kedokteran, kalium sitrat selalu diberikan kepada pasien batu
ginjal pasca operasi. Senyawa ini menguraikan zat-zat, seperti sulfat, fosfat, dan natrium
yang berpotensi membentuk endapan batu yang memicu gagal ginjal.

Sayangnya, harga kalium sitrat lumayan mahal, dan harus diminum empat butir sehari
selama beberapa minggu. Sja’bani kemudian meneliti kemungkinan jeruk nipis sebagai
pengganti kalium sitart. Kebetulan, jeruk nipis bulat (Citrus aurantifolia) mengandung
sitrat yang lebih tinggi ketimbang jeruk nipis oval, jeruk lemon, jeruk manis, atau jeruk
keprok.

Berikutnya, Sj’bani, melakukan uji klinis terhadap 72 pasien batu ginjal pascaoperasi.
Responden dibagi dua kelompok. Kelompok kedua hanya diberikan plasebo. Sebelum
dan sesudah penelitian, kondisi kesehatan ginjal responden terus dimonitor. Setengah
tahun kemudian, Sja’bani melanjutkan penelitian selama sepuluh hari, responden dibagi
dalam dua kelompok. Yang pertama diberi minuman perasan dua buah jeruk nipis bulat
yang diencerkan menjadi dua gelas air jeruk, sekali sesudah makan malam. Dan
kelompok kedua diberikan plasebo.

Hasilnya, kalium sitrat menekan berbagai kondisi, yakni kenaikan kadar pH dan
penurunan kalium yang memicu endapan batu ginjal. “Hasil serupa juga terjadi pada
kelompok yang minum air jeruk nipis.” Dengan demikian, menurut Sja’bani, minum air
jeruk nipis sehari-hari juga berguna bagi mereka yang punya kecenderungan berpenyakit
batu ginjal. (*)
SI KECIL BATUK? PERHATIKAN PENGATURAN MAKANANNYA!!

Seusai Lebaran, sudah merupakan hal yang tidak aneh lagi bila si kecil tiba-tiba menjadi
batuk. Banyaknya konsumsi makanan yang manis-manis ataupun kurangnya istirahat
karena lelah di perjalanan mudik, memang bisa membuat pertahanan tubuh buah hati
Anda melemah dan terserang penyakit. Salah satunya yang lazim adalah batuk.

Walaupun tampak sepele dan seperti penyakit ringan yang biasa diderita pada iklim
seperti sekarang ini, gejala batuk juga bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada
penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan
sebagainya.

Kadang saat menderita batuk, si kecil juga kehilangan nafsu makan atau malahan sama
sekali tidak doyan makan. Tentunya ini membuat Anda sebagai orang tua semakin kuatir
akan kesehatannya. Pikiran Anda akan cemas, bagaimana bisa cepat sembuh dari
batuknya bila makan saja tidak doyan? Untuk itu sebaiknya Anda pintar-pintar
menyiasati pengaturan makan si kecil.

Perhatikan beberapa kunci sederhana pengaturan makanan di bawah ini agar kondisi
tubuhnya bisa cepat membaik..

1. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak. Jangan lupakan untuk memberi banyak
cairan atau minum air putih.

2. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang
cukup supaya kondisi tubuh membaik.

3. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan saja makanan dalam porsi kecil
tetapi sering dengan cara bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.

4. Usahakan suplai dengan cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk
membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.

5. Jangan berikan ia makanan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak
menimbulkan batuk. Kurangi juga konsumsi makanan yang terlalu manis dan bisa
menimbulkan batuk seperti coklat, permen, manisan dan minuman manis.

6. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi
makanannya. Mulailah dengan makanan favoritnya.
Untuk mendukung pengaturan makanan tersebut, jangan lupa tentunya konsumsi obat
batuk anak-anak yang cocok untuk si kecil..
9 KEINGINAN ANAK DARI ORANG TUA

Ternyata, anak pun punya harapan kepada orang tua. Mereka menginginkan orang tua
yang punya waktu luang untuknya, yang mau berbagi, dan sebagainya. Apa lagi?

Sudah seminggu ini Tesa diam membisu. Tak mau makan, enggan belajar, bahkan
berbicara pun pelit. Selidik punya selidik, ternyata gadis 8 tahun ini tengah ngambek dan
kesal pada orang tuanya. Menurutnya, orang tuanya hanya peduli pada diri mereka
sendiri, dan membiarkan dirinya tumbuh sendiri bersama orang lain alias pembantu yang
setiap hari mengasuhnya.

Terlalu sibuk, itu alasan klise kenapa banyak orang tua yang akhirnya menyerahkan
urusan si kecil pada baby sitter atau pembantu. Padahal, anak menginginkan orang tua
yang mau memerhatikan mereka. Apa lagi keinginan anak yang perlu diketahui orang
tua?

1. WAKTU LUANG

"Mama, kok, sibuk terus, sih? Memangnya kerja enggak ada liburnya?" protes Tesa suatu
hari pada sang mama.

Ya, boleh-boleh saja Anda sibuk berkarier di luar rumah, karena tujuan bekerja pasti
untuk anak juga. Namun, anak pun menginginkan Anda memiliki waktu luang baginya.
Jadi, Anda harus pintar me-manage waktu. Yang pasti, Anda harus menetapkan hari libur
yang tak boleh lagi diusik dengan pekerjaan. Pergunakanlah waktu libur bersama anak.

2. KASIH SAYANG

Kebutuhan anak tak hanya kebutuhan fisik. Hal ini seringkali tidak disadari para orang
tua yang sibuk berkarier. Mereka berpikir, melimpahi anak dengan harta benda sudah
cukup.

Padahal tidak, kasih sayang dan perhatian Andalah yang paling penting untuk anak.
Bentuk perhatian tidak melulu harus hadiah, tetapi dengan menemaninya belajar ataupun
bermain, sudah cukup membuat anak senang.

3. TIDAK BERTENGKAR

Orang tua kadangkala tidak menyadari, saat emosi mereka memuncak, masalah anak
dikesampingkan. Cekcok di depan anak lalu tak lagi jadi masalah, tidak peduli apakah
anak merasa tertekan atau tidak, yang penting amarah itu bisa terlampiaskan.

Cara ini jelas salah. Boleh-boleh saja Anda dan pasangan bertengkar, tetapi janganlah di
depan anak. Secara psikologis, ini tidak baik untuk perkembangan anak. Jiwanya akan
tertekan dan ia akan bingung, siapa yang harus dibela dan disalahkan. Ayahnya-kah atau
ibunya-kah? Nah, jika persoalan muncul, sebaiknya selesaikan saat anak tidak di rumah
atau sedang tidur, sehingga ia tidak melihat atau mendengar orang tuanya tengah
’berantem’.

4. TIDAK PILIH KASIH

Ninies mempunyai 2 anak. Tesa dan Oiya. Nah, si kecil Oiya diberi perhatian yang lebih
dibandingkan Tesa. Pikirnya, si kakak juga akan mengerti bahwa adiknya itu bungsu.
Jadi, wajar saja jika ia berlaku demikian.

Padahal, cara ini jelas salah dan tidak mendidik. Jangan sekali-sekali membedakan kasih
sayang antara anak yang satu dengan anak yang lain. Jelas ini akan membuat anak yang
dinomorduakan cemburu. Jangan pernah membuat batasan, yang bungsu harus lebih
disayang daripada yang besar. Kalau tidak

5. RAMAH

"Mama jahat, Mama judes! Tesa benci sama Mama!", protes Tesa suatu hari pada sang
Mama. Pasal kekesalannya, karena ketika temannya berkunjung ke rumah, mamanya
tidak bersikap ramah. Memang, sih, ia tidak memberitahukan teman-teman sekolahnya
akan datang, sehingga merepotkan mamanya menyiapkan makanan.

Sikap orang tua yang tidak bersahabat pada teman-teman si kecil jelas akan membuat
anak merasa tidak nyaman. Dan ini sangat sering terjadi. Saat orang tua bete dan tidak
siap menerima kedatangan teman anaknya, timbullah sikap tidak bersahabat. Untuk itu,
meski suasana hati sedang tidak nyaman, cobalah tetap bersikap ramah pada teman-teman
si kecil. Ingat, anak tak siap menerima perlakuan seperti itu dan akan berontak jika orang
tuanya mempermalukannya.

6. MENEPATI JANJI

Janji adalah utang yang harus ditepati. Hal ini seringkali terlupakan para orang tua.
Mereka menganggapnya sepele dan merasa tidak perlu harus selalu menepati janjinya
pada si kecil. Bisa jadi, orang tua memang lupa, tapi sebaiknya hindari ingkar janji.

Ninies misalnya. Ketika Tesa sakit dan sulit minum obat, ia menjanjikan akan
memberikan hadiah tas baru kalau mau minum obat. Namanya anak, diiming-iming dapat
hadiah jelas saja bersemangat. Setelah sembuh, janji itu ditagih. Ternyata janji tinggal
janji. Jelas saja si anak kecewa yang berujung dengan aksi ngambek dan nangis.

Sebaiknya, jangan pernah memberikan janji pada anak, jika hal itu hanya Anda
maksudkan bercanda atau tidak sungguh-sungguh. Anda tidak mau, kan, dicap anak
sebagai orang tua pembohong? Jika Anda sudah telanjur janji, sebaiknya ditepati.
7. PINTAR

Hal lain yang perlu Anda ketahui, anak ternyata juga menginginkan punya orang tua yang
pintar dan cekatan. Tidak harus menjadi seorang profesor, tetapi setiapkali ia bertanya,
Anda bisa menjawabnya.

Berikan jawaban yang masuk akal. Sebaiknya, berikan jawaban yang simpel dan tidak
terlalu rumit, karena justru akan membuat anak bingung. Dalam hal pelajaran misalnya,
Anda bisa mengikuti perkembangan belajar anak dari hari ke hari dan membaca buku
pelajarannya. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan solusi saat si anak mengalami
kesulitan dalam belajar.

8. JADI TEMAN

Hubungan antara orang tua dan anak seringkali tidak harmonis, karena orang tua
membuat batasan, tidak mau mengakrabkan diri pada anak dengan alasan agar anak
segan. Padahal, sebagai anak, mereka juga menginginkan orang tua tidak saja menjadi
tempat untuk meminta ataupun berlindung, melainkan juga bisa diajak berbagi alias
curhat.

Nah, inilah yang terkadang tidak disadari para orang tua. Sulit membaur dalam kehidupan
anak, membuat jarak, dan tidak mau tahu masalah yang dihadapi anak. Mulai sekarang,
cobalah menata kembali hubungan Anda dan anak agar lebih akrab. Sehingga posisi
Anda tak hanya sebagai orang tua, tetapi juga bisa sebagai teman.

9. MAMPU MENGATASI MASALAH

Seringkali, orang tua tidak menyadari sikapnya, dan mengeluh di depan anak. Keluhan
Anda pun bermacam-macam, dari masalah keluarga sampai urusan pekerjaan yang
membuat bingung si kecil. Mau tidak mau, ini melibatkan anak untuk turut berpikir
dalam persoalan yang Anda hadapi. Padahal, itu tidak perlu. Kenapa harus berbagi
masalah dengan anak? Apa yang dapat Anda harapkan dari seorang anak yang masih
kecil dan pola pikirnya belum luas? Kalaupun anak memberikan pendapat, pasti Anda
tidak puas karena tidak sesuai dengan yang Anda harapkan. Jadi, bicarakan masalah
Anda dengan pasangan ataupun orang yang lebih tua dan memahami masalah tersebut.
(Tabloid Nova)
BAYI TAK PERLU BEDAK DAN MINYAK

Oleh dr. Eric Gultom, Dokter spesialis anak, di Jakarta

Apakah bayi saya perlu diberi bedak?

Jawabannya, bisa ya dan bisa tidak! Jika tujuannya untuk membuat tubuh bayi menjadi
harum, untuk mengeringkan keringat, dan menyeka bekas BAK (buang air kecil) atau
sesudah cebok, sebaiknya bedak tidak diborehkan.

Pasalnya, di daerah tropis bayi Anda cenderung lebih sering berkeringat. Kalau Anda
mengoleskan bedak di tubuhnya, akan terjadi persenyawaan antara bedak dengan
keringat. Padahal, campuran keduanya merupakan media yang baik untuk berkembang
biaknya kuman di permukaan kulit. Terutama di bagian tubuh tertutup macam lipatan
leher, ketiak, atau selangkangan.

Selain itu, campuran air dan bedak akan menutup pori-pori kulit bayi yang sangat halus.
Bahkan, bisa pula menyumbat pernapasan kulit dan saluran kelenjar keringat bila
diborehkan terlalu tebal. Masalah lain yang dapat timbul adalah menyebabkan lebih
banyak keringat buntet dan ruam di permukaan kulit.

Untuk membersihkan bayi, sebenarnya cukup gunakan air, lalu seka sampai benar-benar
kering. Cukup seperti itu, tanpa ditambah-tambahi dengan bedak atau minyak lainnya.
Bedak hanya boleh dipakai untuk mencegah tergoresnya kulit kering.

Akan tetapi kulit kering jarang terjadi di negeri tropis, mengingat udara yang cukup
lembap dan kulit cenderung lebih basah. Berbeda dengan di negara empat musim yang
mempunyai kelembapan udara lebih rendah.

Bila ingin juga memakai bedak, sebaiknya bubuhkan tipis-tipis saja di permukaan kulit.
Caranya, taburkan sedikit bedak di tangan kita, lalu oleskan tipis-tipis di bagian tubuh,
terutama yang mudah tergores.

Bagaimana dengan berbagai minyak, baby oil, atau baby cream?

Bahan minyak-minyakan, misalnya minyak telon dan minyak kayu putih, sering
diborehkan dengan alasan mencegah masuk angin dan menghangatkan tubuh bayi
(terutama minyak kayu putih). Padahal, bahan minyak-minyakan, terutama baby oil dan
baby cream, lebih parah lagi dampaknya dalam hal menyumbat pori-pori kulit dan
saluran kelenjar keringat.

Oleh karena itu, sebaiknya produk minyak-minyakan itu tidak diborehkan pada kulit bayi
Anda. Selain menyumbat pori, bahan minyak-minyakan, seperti minyak telon dan
minyak kayu putih, dapat menyebabkan iritasi bagi kulit bayi Anda. Akibatnya, sering
kali kulit menjadi kering seperti terbakar dan bersisik (beruntusan).
Kalau alasannya untuk menghangatkan tubuh, cukup kenakan baju hangat untuk bayi
Anda. Tidak kalah penting, dekaplah bayi Anda. Selain memberi kehangatan, juga
menambah erat ikatan emosional antara Anda dengan bayi Anda.

Bagaimana? Mudah dan murah bukan? (intisari)

SI MEONG DAN SI GUGUG SUMBER PENYAKIT!!

Selain rabies dan leptospirosis, banyak lagi penyakit hewan yang bisa menjangkiti
manusia. Jadi, masih perlukah memelihara hewan buat anak?

Banyak jenis hewan peliharaan untuk anak yang bisa dipelihara di rumah. Kucing dan
anjing cuma salah dua di antaranya. Masih ada lagi iguana, ular, monyet, kelinci, tupai,
tikus, ikan, berbagai jenis burung, sampai hewan yang rada seram seperti anak macan.

Tapi, amankah hewan-hewan peliharaan ini untuk si kecil maupun anggota keluarga
lainnya? "Selama hewan itu dipelihara dengan baik dan benar oleh pemiliknya, aman-
aman saja," ungkap Drh. Yeye Seri Danti. "Tapi tentu saja, kesehatan hewan peliharaan
itu juga mesti diketahui lebih dulu."

Dokter hewan lulusan UGM ini mengingatkan, ada beberapa penyakit dari hewan
peliharaan yang bisa menular pada pemiliknya. Entah melalui kontak fisik dengan hewan,
dengan tempat makan, tempat feses, kandang, atau melalui perantara seperti udara dan
air.

Sumber Bakteri & Parasit


Masih segar dalam ingatan kita, tiga tahun lalu sewaktu wabah banjir melanda Jakarta.
Wabah penyakit leptospirosis menyerang manusia dan hewan-hewan peliharaan, bahkan
sampai menimbulkan korban jiwa. Penyakit akibat bakteri Leptospira yang dibawa tikus
ini punya mekanisme penularan yang sangat mudah, yakni melalui urine tikus. Penyakit
ini tak hanya menyebar ke manusia, namun juga anjing dan kucing. "Urine tikus yang
mencemari tempat makan hewan itulah yang menularkan penyakit ini pada binatang
peliharaan kita," ujar Yeye.

Lesu, lemah, tidak nafsu makan, muntah-muntah, adalah gejala yang bisa kita lihat bila
anjing atau kucing mengidap penyakit tersebut. "Bila infeksi berlanjut, bakteri leptospira
akan menyerang livernya sehingga selaput lendir anjing akan berwarna kuning," ungkap
Yeye. "Akibatnya, tubuh hewan akan berwarna kuning."
Yang perlu diwaspadai, si kecil juga bisa terjangkit penyakit ini. Luka yang terbuka, bila
bersentuhan dengan selaput lendir hewan yang sudah terjangkit penyakit ini bisa menjadi
jalan masuknya bakteri ke tubuh anak. Begitu juga melalui gigitan. "Gejala yang mudah
diamati pada anak biasanya flu yang berkepanjangan. Segera bawa ke dokter anak supaya
dites darahnya, apakah ada infeksi bakteri ini atau tidak."

Selain bakteri, parasit juga mudah hinggap pada hewan peliharaan kita. Ektoparasit
merupakan parasit yang biasa menyerang tubuh bagian luar hewan peliharaan, sehingga
menimbulkan scabies (kudis) pada kucing atau demodex pada anjing. Dengan
bersentuhan langsung dengan kucing atau anjing yang terkena parasit ini, parasit ini
dengan mudah juga hinggap ke kulit anak.

Scabies pada kucing mudah diamati, yakni melalui ujung telinganya, karena bagian ini
paling mudah diserang. "Scabies ini bisa disembuhkan dengan suntikan ivermectin
dengan dosis tertentu atau dengan salep scabicid atau scabimite," terang dokter hewan
yang enerjik ini. "Ulangi lagi pengobatan ini setelah 2 minggu dari pengobatan pertama
sampai kucing sembuh."

Sedangkan demodex biasanya menyerang anjing. Parasit yang satu ini hidup di akar
rambut, sehingga bila anjing kita terus menggaruk-garuk badannya, bisa dipastikan ia
terserang parasit itu. "Penanganannya, mandikan anjing dengan shower yang bertekanan
tinggi (hydrobath). Akan lebih efektif lagi bila dipadu dengan obat-obatan yang biasa kita
sebut Amitras," ungkapnya. "Lakukan lagi pengobatan ini setelah 1 minggu dari
pengobatan pertama, sampai minimal 8 kali. Kalau demodex-nya terbilang parah, dokter
akan memberikan antibiotik Lincosin."

Masih ada lagi jenis endoparasit, yakni parasit yang menyerang hewan dari dalam tubuh,
misalnya cacing. Anjing maupun kucing yang telah terserang penyakit ini biasanya lesu
dan nafsu makannya berkurang. "Untuk mengurangi dan menghilangkan parasit ini,
gunakan obat cacing khusus untuk hewan," terang dokter hewan yang telah bertugas di
RS Hewan Jakarta sejak tahun 1993 ini. "Sebaiknya setiap 2 bulan sekali obat cacing
diberikan, selama 6 bulan."

Hati-hati Lalapan!
Lalapan, telur dan daging setengah matang, bagi sebagian orang adalah makanan favorit.
Namun makanan tersebut juga sangat berisiko dihinggapi parasit toksoplasma dan
menyebabkan toksoplasmosis, bila penanganannya tidak benar. "Parasit ini sebenarnya
berasal dari feses kucing yang mengandung ookista. Tetapi makhluk bersel satu ini akan
berkembang biak dengan sempurna bila bersentuhan dengan tanah. Sebaliknya bila
kotoran itu langsung terkena air yang mengalir seperti selokan, tidak akan menimbulkan
dampak apa-apa," jelas Yeye.

Feses kucing yang kering dengan mudah terbawa angin, sehingga bersentuhan dengan
banyak benda, termasuk rerumputan dan sayuran. Anjing, ayam, kambing, atau hewan
ternak lainnya, bila mengonsumsi rumput yang telah terkontaminasi parasit ini dengan
sendirinya tubuh atau daging mereka mengandung parasit ini. Jika daging hewan yang
mengandung parasit ini cuma dimasak setengah matang, parasit ini akan dengan nyaman
hinggap dan hidup di dalam tubuh kita. Sayuran segar untuk lalapan, bila tidak dicuci
dengan air bersih yang mengalir, juga berisiko menyumbangkan parasit ini.

Bagi wanita hamil, parasit ini bisa menjadi biang keladi terjadinya keguguran.
Karenanya, wanita hamil sebaiknya tidak berhubungan langsung dengan hewan
peliharaan, sebelum hewan peliharaan bebas dari segala macam penyakit. Sedangkan
pada anak, parasit toksoplasma yang hidup di dalam tubuh, sedikit banyak akan
mengganggu proses metabolisme. Flu, kejang atau pegal-pegal pada otot, biasanya gejala
awal yang dirasakan penderita, 4-5 hari setelah terinfeksi parasit ini. Bila ini diabaikan,
akan timbul gejala lain yang lebih gawat lagi, yakni meningitis. "Tes darah khusus untuk
parasit toksoplasma, merupakan cara tepat untuk memastikan apakah penyakit yang
sedang diderita anak disebabkan oleh parasit toksoplasma atau bukan," tegas Yeye. "Jadi
kuncinya, memelihara hewan peliharaan boleh-boleh saja, tapi menjaga kesehatan
mereka juga mutlak dilakukan."

Bleki, Puspus, Ayo Vaksinasi Dulu!


Anjing dan kucing pun perlu divaksinasi, layaknya manusia. Bahkan jenis vaksinasinya
hampir sama banyak!

Anjing

1. Di usia 2 bulan, beri vaksinasi parvovirus, distemper, adenovirus (hepatitis), dan


leptospira parainfluenza

2. Tiga bulan kemudian, ulangi vaksinasi di atas

3. Empat bulan kemudian, beri vaksinasi rabies (boleh diberikan saat usia anjing lebih
dari 3 bulan). Bisa juga vaksinasi ulang parvo, distemper, hepatitis, dan leptospira

4. Ulangi semua vaksinasi setahun kemudian, lalu setiap 3 tahun.

Kucing

1. Di usia 2 bulan, beri vaksinasi klamidia, rhinotracheitis, calicivirus, panleukopenia.


Ketiga vaksinasi terakhir untuk mencegah virus yang menyerang saluran pencernaan.
Tapi vaksinasi ini bukan untuk kucing yang bunting atau berusia kurang dari 1 bulan

2. Setelah 3 bulan, ulangi lagi vaksinasi di atas

3. Empat bulan kemudian, beri vaksinasi rabies. Bisa juga vaksinasi ulang rhinotracheitis,
calicivirus, panleukopenia dan klamidia

4. Ulangi semua vaksinasi setahun kemudian, lalu setiap 3 tahun.


Feses Burung Bisa Bermasalah

Burung tak cuma menyebabkan flu burung, seperti yang baru-baru ini kembali melanda
Vietnam dan Hongkong. Jamur Criptococcus neoformans yang tumbuh di feses burung
pun bisa menjadi penyebab gangguan pernafasan dan batuk kronis pada manusia. Kontak
langsung dengan burung juga berisiko bila burung itu telah mengidap jamur cripto.

Sayangnya, pengobatannya belum ada. Yang bisa dilakukan ya, rajin membersihkan
kandang burung. Jangan biarkan kotoran burung menumpuk di kandang.

Haa..chiii!! (Akibat Si Gugug?)

Hidung si kecil meler terus, sementara matanya berair? Bisa jadi dia kena alergi akibat
serpihan kulit atau bulu si gugug atau si meong. Sekitar 6-15% masyarakat diperkirakan
rentan alergi hewan peliharaan. Apalagi jika kecenderungan alergi memang sudah ada
pada keluarga. Anak pengidap asma lebih rentan lagi kena alergi ini, dan bisa membuat
asma makin parah.

Jalan satu-satunya ya, jaga kebersihan dan kesehatan hewan, sehingga tidak jadi
'produsen' serpihan ini. Hindari terlalu sering kontak dengan hewan. Ceklah sensitivitas si
kecil terhadap alergi dengan membawanya ke klinik alergi.

Jangan Mencium, Jangan Mau Dijilati!

Mau aman dari penyakit akibat hewan peliharaan? Yuk, simak petunjuk Centers for
Disease Control and Prevention ini:

Selalu basuh tangan dengan air dan sabun setelah bermain atau memegang hewan
peliharaan, apalagi kalau hendak makan atau memegang makanan

Perhatikan makanan dan minuman hewan. Beri hanya makanan khusus hewan atau yang
dimasak matang betul. Jangan beri makanan mentah atau setengah matang. Jangan
biarkan hewan minum dari lubang toilet, mengorek-ngorek sampah, atau mencari kotoran
hewan lain

Jangan memegang hewan yang tengah kena diare. Jika diare si pus atau si gugug lebih
dari 2 hari, bawa ke dokter hewan

Jangan membawa ke rumah hewan yang tengah sakit. Jika membawa hewan dari pet shop
atau pembiakan hewan, periksa kondisi dan sanitasi tempat tersebut

Jangan menyentuh atau hewan yang telantar karena kita bisa dicakar atau digigit. Hewan
ini juga bisa membawa banyak bibit penyakit

Jangan pernah menyentuh feses hewan apapun!


Jika sedang sakit atau hamil, minta orang lain membersihkan kandang atau tempat
kotoran hewan. Jika harus membersihkan sendiri, kenakan sarung tangan plastik atau
karet dan segera basuh tangan dengan air dan sabun

Potong kuku kucing agar tidak mencakar kita. Jika kena cakar atau digigit, segera basuh
dengan air dan sabun dan segera ke dokter hewan

Jangan biarkan si meong atau si gugug menjilati mulut atau luka di badan kita

Jangan mencium hewan peliharaan!

Bersihkan kutu, lalat dan serangga lain dari hewan peliharaan

Hindari memelihara hewan langka atau liar seperti monyet, musang, anak singa, kucing
liar, kelelawar, atau tupai

Hindari reptil seperti ular, biawak, iguana, atau kura-kura. Jika menyentuh reptil apapun
segera basuh tangan dengan air dan sabun

Jika mengunjungi rumah teman atau saudara yang memelihara hewan, lakukan tindakan
pencegahan yang sama.

10 CARA BEROBAT SECARA EFISIEN

Dalam keadaan sekarang ini hidup terasa semakin sulit. Segala hal menjadi mahal. Dulu,
jika sakit, tinggal pergi ke dokter. Tapi sekarang ini banyak orang yang tidak bisa selalu
menebus obatnya, jika pergi ke dokter.

Sama seperti harga barang lain, harga obat pun ikut-ikutan terbang ke langit. Sementara
upaya untuk mengobati diri sendiri pun bukan tanpa bahaya. Jika yang diobati sendiri
bukan penyakit ringan, ongkos pengobatannya menjadi lebih besar. Misalnya, jika harus
dirawat di rumah sakit. Memang ada kondisi yang bisa diobati sendiri dengan obat
warung. Tapi ada saatnya pula kapan harus ke dokter, serta bagaimana bersikap kritis dan
rasional dalam penggunaan obat.

Berikut ini ada sepuluh panduan yang mungkin bisa dimanfaatkan agar lebih efisien
dalam berobat.

1. Tidak semua keluhan sakit memerlukan obat.

Betul. Bagaimanapun obat menjadi "racun" jika salah alamat dan dipakai secara
berlebihan. Sekalipun itu obat warung, pasti ada efek sampingannya. Lebih-lebih jika
sering dipakai. Efek sampingan obat sakit kepala terhadap ginjal dan hati, misalnya.
Orang Amerika sudah jera, sebab obat sakit kepala (aspirin) dulu diperlakukan
masyarakat mirip kacang goreng. Sakit kepala sedikit, langsung minum obat.

Pihak yang konservatif lebih takut menggunakan obat, sehingga tidak sebentar-sebentar
minum obat. Betapa ringannya pun obat itu pasti ada efek buruknya bagi tubuh. Mereka
yang bergerak di bidang pengobatan alternatif merasa prihatin atas pemakaian bahan
kimia obat pada tubuh. Pengobatan homeopathy, mixobition, prana, orthomoleculer
medicine, accupressure, maupun akupungtur, sebetulnya hendak menjauhkan tubuh dari
imbas bahan kimiawi obat. Jika masih bisa sembuh atau meringankan tanpa obat,
sebaiknya tidak memilih obat.

2. Tidak semua obat menyembuhkan penyakit.

Memang, tidak semua obat menyembuhkan penyakit. Jika pemakaian obat yang sama
untuk waktu lama tidak mengubah penyakit, mungkin obatnya memang tidak tepat.
Dalam keadaan begini, sebaiknya obat segera dihentikan. Prinsip dalam memakai obat
memperhitungkan unsur manfaat dan melupakan efek buruknya. Jika masih punya
manfaat, efek buruk obat boleh dilupakan. Tapi jika minum obat tidak memberi manfaat,
orang cuma memikul efek buruknya. Ini yang harus dicegah.

Banyak pasien kanker juga tidak sudi diberi obat, sebab efek buruk obat kanker dianggap
menyengsarakan: rambut rontok, kulit jelek, dan sel darah rusak. Karena manfaatnya
cuma memperpanjang hidup dan efek buruknya dirasa menyengsarakan, maka orang
tidak memilih obat.

Obat menjadi tidak bermanfaat kalau dokter salah mendiagnosis. Pemakaian obat untuk
penyakit baru yang tanpa reaksi kesembuhan harus dicurigai. Dalam hal ini selain salah
mendiagnosis, bisa saja dokter salah memberi obat, atau obatnya memang palsu.

Rata-rata obat sudah memberikan reaksi setelah beberapa kali diminum. Obat suntik
segera memberikan reaksi. Jika tidak ada reaksi sama sekali, tanyakan pada dokternya.
Melanjutkan obat tanpa khasiat, selain merugikan kocek, juga memikul efek buruk obat.

3. Tidak semua obat dalam resep harus diterima.

Benar. Dalam meresepkan obat, dokter berpola pada dua hal. Pertama, memberikan jenis
obat untuk meringankan keluhan dan penderitaan pasien. Jenis obat ini sebetulnya perlu
tidak perlu. Jika pasien bisa tahan dengan keluhan demam, nyeri, batuk, mual, atau
muntahnya, dan dokter memperkirakan tidak akan mengancam jiwa, obat pereda keluhan
dan gejala tidak begitu perlu.

Yang lebih perlu tentu obat pokok. Obat ini yang membasmi atau meniadakan sumber
penyakitnya. Kalau infeksi, ya, antibiotiknya. Kalau darah tinggi, ya, penyebab darah
tingginya. Soal pereda demam, pereda nyeri kepala, pusing, boleh diberi boleh tidak.
Orientasi dokter sering memihak pada permintaan pasien. Kebanyakan pasien mengira
keluhan dan gejala yang mereda identik dengan sembuh. Karena itu pasien (dan sering-
sering juga dokter) lebih mementingkan obat simptomatik daripada obat untuk
meniadakan penyebab penyakitnya. Dengan atau tanpa obat simptomatik, asal pilihan
obatnya tepat, sebetulnya penyakit akan sembuh juga.

4. Mutu obat tidak ditentukan oleh harganya.

Bukan sebab harganya tinggi maka obat lebih bermutu. Semua obat generik, yang meniru
obat aslinya, jika dibuat dengan standar pembuatan obat yang baik (CPOB), pasti sama
manjurnya.

Banyak kali kesembuhan pasien ditentukan pula oleh faktor psikisnya. Rasanya kurang
tokcer kalau tidak minum obat mahal. Pasien dari awal sudah tidak percaya pada obat
yang berharga rendah. Sugesti begini bisa berpengaruh terhadap proses kesembuhan dan
memang bisa tidak sembuh betulan. Efek placebo begini banyak menghantui orang kota.
Imbasnya, dokter yang tak mau dianggap kurang bonafid akan selalu memberi resep yang
mahal, walaupun ia tahu ada pilihan yang lebih murah. Takut pasien nggak sembuh.
Padahal obat sama yang lebih murah mengobati lebih banyak pasien (di pedesaan) yang
dari awalnya memang percaya saja.

5. Kebanyakan obat bisa menimbulkan penyakit baru.

Benar. Orang sekarang doyan sekali banyak minum berbagai jenis obat sekaligus. Minum
obat jadi kebanggaan. Padahal di negara-negara maju, orang mampu pun semakin
membatasi pemakaian obat.

Semakin berderet resep yang diberikan dokter, mungkin saja bisa mencerminkan keragu-
raguan dokter. Tapi itu juga bisa untuk menenteramkan hati pasien, yang dianggap dokter
punya efek menyembuhkan juga.

Banyak ahli obat mencemaskan kecenderungan dokter sekarang yang menulis resep lebih
banyak. Resep yang disebut bersifat polypharmacy menjadikan perut pasien mirip apotek.
Semua jenis obat masuk. Hal ini sering tidak rasional.

Pemakaian obat secara berlebihan yang tidak jelas manfaat dan tujuannya, jelas
merugikan pihak pasien. Kasus kesalahan pihak dokter dalam memberi obat atau
iatrogenic menjadi pembicaraan masyarakat modern. Kini, semakin banyak kasus orang
sakit akibat kebanyakan obat yang tidak perlu. Penyakit iatrogenic sedang dicemaskan
masyarakat yang sadar akan bahaya obat.

6. Pasien tetap punya hak bertanya.

Kesalahan selama ini sebab pasien tidak memanfaatkan haknya untuk bertanya pada
dokter yang memeriksanya. Jangankan bertanya obat yang diberikan, soal apa
penyakitnya pun sering pasien belum tahu. Pasien cenderung menerima saja apa yang
dikatakan dan diberikan dokter.

Di pihak lain, kondisi yang tersedia pada kebanyakan dokter di negara berkembang
kurang cukup waktu bagi dokter untuk menjawab pertanyaan pasien. Dokter berpikir,
yang penting sembuh, pasien tak perlu banyak bertanya.

Namun dalam hal obat, pasien perlu bertanya. Kultur pasien di Barat selalu
memanfaatkan haknya untuk bertanya. Bahkan bertanya apa saja, sebab memang
kewajiban dokter untuk menjelaskan, apa yang dilakukan dokter terhadap diri pasiennya.
Termasuk obat apa yang diberikan, bagaimana cara kerjanya, apa efek buruknya, dan
seterusnya.

Pasien yang banyak bertanya menguntungkan dirinya dalam banyak hal. Begitu juga
dalam hal resep yang dia terima. Mestinya, pasien menanyakan jenis-jenis obat yang
diresepkan dokter. Apa gunanya dan apa bahayanya. Apakah boleh dikurangi? Misalnya,
obat-obat yang cuma meringankan keluhan dan gejala, apa bisa dicoret dari resep atas
kesepakatan dokternya.

7. Apotek tidak berhak menukar obat lain dari yang ditulis dokter.

Ya, acap kali terjadi apotek menukar obat yang tidak sesuai dengan yang dituliskan
dokter tanpa sepengetahuan dokter. Motifnya lebih karena alasan ekonomi. Mungkin obat
yang diminta dokter memang tidak ada. Agar pasien tidak mencari ke apotek lain, apotek
menukarnya sendiri dengan obat yang sama dari pabrik yang lain.

Mungkin juga sebab kenakalan apotek, misalnya sengaja menukarnya dengan obat yang
walaupun sama tapi harganya lebih tinggi, atau yang memberi untung lebih besar bagi
apotek. Ini berarti merugikan kocek pasien, padahal khasiat kesembuhannya tidak
berbeda. Sekali lagi obat yang lebih tinggi harganya tidak berarti selalu lebih manjur.

8. Tidak semua obat harus dihabiskan.

Pasien sering bingung apa obat yang diberikan dokter perlu dihabiskan atau tidak. Juga
karena komunikasi pasien - dokter yang buntu, pasien dirugikan sebab memakai obat
secara salah. Sebab, tidak semua obat yang diberikan dokter perlu dihabiskan. Obat jenis
simptomatik, yaitu untuk meredakan keluhan dan gejala pasti tidak perlu dihabiskan.
Hanya diminum kalau keluhan dan gejalanya masih ada atau muncul lagi.

Obat yang masih sisa sebaiknya disimpan baik-baik. Jika tahu indikasinya, obat yang
disimpan baik bisa dipakai kembali jika mengalami keluhan yang sama.

9. Tidak setiap kali sakit perlu ke dokter.

Benar. Demi penghematan dan efisiensi, masih arif kalau tidak selalu pergi berobat setiap
kali sakit.
Untuk dapat berperan demikian tentu perlu pengetahuan medis dari bacaan dan
pergaulan. Jika batuk pilek saja, bisa minum obat sendiri. Begitu juga jika mulas, pening,
pusing, atau mual.

Hampir kebanyakan penyakit harian, biasanya akan sembuh sendiri walaupun tidak
diobati. Tubuh kita punya mekanisme penyembuhannya yang besar. Intervensi obat yang
terlalu cepat atau berlebihan justru mengganggu mekanisme alamiah tubuh.

Obat warung dibutuhkan jika orang sudah merasa terganggu dengan keluhannya.
Misalnya, peningnya bikin susah tidur, atau mualnya sampai nggak bisa makan, obat baru
diperlukan. Selama bisa tanpa obat, biarkan tubuh menyembuhkannya sendiri.

Jadi, kapan kita harus ke dokter? Yaitu bila keluhan dan gejala yang sama tidak
menghilang sampai beberapa hari. Atau keluhan dan gejala yang sama berkembang
progresif. Semakin hari keluhan dan gejalanya semakin berat. Ini tanda penyakitnya
bertambah parah dan perlu intervensi medis.

Batuk-pilek lebih dari seminggu pun perlu diwaspadai. Siapa tahu sudah radang paru-
paru, sinusitis, atau congekan. Mengobati sendiri memang tidak selamanya aman, selain
berisiko membiarkan penyakit telanjur bertambah parah. Tapi dengan pengetahuan dan
wawasan medis yang semakin banyak, di saat harga obat dan berobat menjadi semakin
mahal, upaya pengobatan sendiri menjadi pilihan untuk efisiensi.

10. Banyak upaya untuk pencegahan bisa dilakukan.

Motto lebih baik mencegah daripada mengobati harus diingat kembali. Sebetulnya,
banyak upaya bisa dilakukan supaya tidak gampang sakit.

Pertama, kondisi tubuh jangan sampai diperlemah. Dalam kondisi seperti sekarang, stres
bisa merusak badan juga. Orang kurang doyan makan, menu menurun mutunya, istirahat
terganggu sebab semakin susah tidur, pekerjaan bertambah berat karena harus cari
tambahan kiri-kanan. Semua itu memperburuk pertahanan tubuh.

Dalam kondisi pertahanan tubuh yang buruk penyakit mudah menyerang. Selain infeksi,
maag, darah tinggi, herpes zoster, sering flu, atau kena virus lain yang kesemuanya lazim
menyerang orang dengan kondisi tubuh yang dibiarkan menurun terus.

Dalam keadaan seperti sekarang ini, tetaplah hidup teratur. Dalam musim penghujan
perlu membuat tubuh lebih hangat. Pilih menu yang hangat, seperti soto, sop, dan
berprotein tinggi. Jauhkan menu dan jajanan yang dingin seperti gado-gado, rujak,
asinan, buah dingin, masakan Padang, serta semua yang dihidangkan secara instan, tidak
panas, atau dimakan mentah.

Ketika tubuh mulai terasa kurang enak, stop kerja berat, makan makanan yang lebih
banyak mengandung protein (daging, ikan, susu, telur), dan beristirahat lebih banyak atau
lebih sering. Jika merasa lesu dan mengantuk berarti tubuh memang mengajak kita untuk
beristirahat. Isyarat ini jangan dilawan. Kalau memang maunya tidur terus, bawalah tidur
dan jangan melakukan aktivitas apa pun, sekali pun menonton TV atau membaca.

Banyak penyakit yang menyerang orang yang tubuhnya sedang lemah. Semua penyakit
virus, termasuk demam berdarah (yang kini cenderung menyerang orang dewasa juga,
selain anak-anak), cacar air, herpes zoster dan herpes simpleks mulut, flu, dan banyak
penyakit perut disebabkan oleh virus dari jajanan dan lingkungan kotor.

Semua ancaman di sekitar kita tidak mungkin kita redam. Yang bisa dilakukan hanya
membuat tubuh lebih kuat dengan menu bergizi, cukup beristirahat, dan olahraga untuk
melawan semua ancaman itu. Jika tubuh terasa loyo, mungkin diperlukan vitamin C, E,
dan mineral lebih banyak, selain buah dan sayur-sayuran. *

MEMARAHI DAN MENCUBIT TIDAK SEHAT BUAT ANAK

Dewi, seorang Ibu yang tinggal di Jakarta, mengeluhkan kedua anak laki-lakinya yang
kelewat bandel. "Kadang kala anak kami (terutama yang sulung) berperilaku yang
membuat kami marah. Padahal, sebelumnya dinasihati secara halus, tetapi tetap tidak
mau mendengar. Akibatnya, terkadang keluar kata-kata dengan nada yang tinggi bahkan
mencubit," ujarnya dengan nada menyesal.

Kepada HM Ihsan Tanjung yang dimintai konsultasi, Dewi menanyakan tentang


bagaimana sikap yang sebaiknya diambil dalam memarahi anak yang masih balita ini.
Dewi khawatir bertindak di luar kontrol dan "menyakiti" anaknya.

Dewi juga menanyakan bagaimana seharusnya cara mendidik anak, baik secara fisik
maupun mental, bagi anak-anak balita.

Menurut Ihsan, sebagai orangtua mestinya bersikap bijak dalam memperlakukan anak-
anaknya sesuai dengan perkembangan usia mereka. Untuk anak usia 0-7 tahun, Ihsan
menganjurkan agar orangtua lebih mengajak anak untuk bermain. Pada usia sekecil itu,
bermain adalah masa mereka dan itu secara psikologis sangat baik bagi perkembangan
kejiwaan anak.

Ihsan juga menganjurkan untuk usia tujuh hingga 14 tahun anak diajari disiplin mengenai
etika bergaul. Pada usia itu anak memang sangat membutuhkan bimbingan dengan
disiplin yang lebih tegas.

Sedangkan untuk anak usia 14 tahun ke atas, Ihsan menganjurkan agar orangtua
mengambil sikap tepat dengan menjadikan anak sebagai sahabat. Pada usia seperti itu,
anak mengalami perubahan kejiwaan yang dipengaruhi oleh lingkungannya dalam
pandangan yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga mereka membutuhkan tempat curhat
untuk menumpahkan uneg-unegnya.
Ihsan menyebutkan pembagian tersebut sebagai tahapan sikap orangtua terhadap anak.
Menurut konsultan keluarga itu, anak belum mencapai kesempurnaan akalnya sebelum
usia tujuh tahun. Sebelum usia itu ia belum sempurna dalam memahami perintah dan
larangan serta belum memahami kewajiban dan tanggung jawab.

Bagi mereka yang berusia di bawah itu, bermain adalah bekerja itu sendiri, bermain
adalah kehidupannya dan kegembiraannya, bermain adalah mata pelajaran resminya.

Dengan bermainlah ia belajar. Karena itu, anak di bawah usia itu sering belum bisa serius
dalam aktivitas keagamaan selain ikut-ikutan.

Jika Anda mengharapkan anak usia tiga tahun untuk mengikuti aturan sikap anak usia
tujuh tahun ke atas, misalnya duduk diam ketika bertamu. Atau tidak penasaran
mengkotak-katik barang yang bukan mainannya, tidak berlari kian ke mari di dalam
rumah, berarti harapan itu berlebihan.

Selain anak itu belum sanggup mengikuti aturan demikian, juga kasihan sebab kita akan
mengganggu keasyikannya menjelajah dunia dengan pola pikirnya sendiri.

Demikianlah, sering kali kemarahan dan kekesalan kita terhadap anak lebih disebabkan
oleh anak itu yang tidak memenuhi harapan kita, ketimbang karena anak itu memang
sengaja membuat kita marah. Persoalannya sekarang, apakah harapan kita memang wajar
ataukah berlebihan?

Alasan Sepele

"Saya sering menemukan bahwa anak seusia itu bahkan memukul anak lain dengan
alasan sepele, senang melihat anak lain menangis.

Bahkan, terkadang anak usia tiga tahun itu belum benar-benar tahu bahwa memukul
adalah ekspresi kemarahan atau membalas pukulan. Bagaimana pun kita dapat menuduh
bahwa anak tersebut dengan sengaja memang ingin menyakiti anak lain.

Anak belajar dari apa yang ia lihat di lingkungan terdekatnya. Jika di lingkungan
terdekatnya ia biasa melihat kekerasan, ia adalah penggemar kekerasan dan pelaku
kekerasan kecil-kecilan. Jika yang dilihatnya di lingkungan terdekatnya adalah ekspresi
kelemahlembutan, kasih sayang dan saling menghormati, ia pun akan menjadi anak yang
penyayang, santun, dan lemah lembut.

Kemudian, jika kita membahas masalah pengaruh lingkungan terhadap anak, lingkungan
yang buruk sangat potensial membuat anak berkembang menjadi karakter yang buruk
pula.
Kata-kata yang buruk, perilaku yang buruk dan kasar, bahkan sampai ke gaya dan
kebiasaan hidup dipelajari anak dari lingkungan.

Karena itu, sebagai orangtua kita wajib menjaga dengan siapa anak Anda bermain, apa
yang biasa ia dengar, apa yang biasa ia lihat dan siapa yang biasa berinteraksi dengannya
setiap hari.

Jika, orangtua mengabaikan faktor itu, jangan heran jika orangtua tidak sanggup
mengendalikan anaknya saat bandel sebab orangtua sudah tidak tahu lagi siapa dan apa
yang menyebabkan anaknya demikian. (L-11)

Anda mungkin juga menyukai