Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Blefaritis merupakan peradangan subakut atau menahun dari margo


palpebra ditandai dengan kemerahan, edema, dan disertai pembentukan skuama
dan krusta.

1,2

Blefaritis dibagi menjadi blefaritis anterior dan posterior. Blefaritis

anterior merupakan radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra. Ada dua
jenis utamanya: blefaritis seboroik (skuamosa) dan blefaritis stafilokok
(ulserativa).

1,3,4,5

Blefaritis seboroik merupakan peradangan kelenjar kulit di

daerah bulu mata atau kelenjar bulu mata. Sering terdapat pada orang-orang yang
kulitnya berminyak dan banyak pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah bulu
mata. Blefaritis seboroik umumnya berkaitan dengan keberadaan Pityrosporum
ovale meskipun organisme ini belum terbukti menjadi penyebabnya. Sering kali
kedua jenis blefaritis ada secara bersamaan (infeksi campur). Blefaritis seboroik
hampir selalu berhubungan dengan adanya ketombe di kepala, alis mata atau
telinga. 1,2
Gejala utamanya adalah iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada tepi palpebra.
Terdapat sisik-sisik halus berwarna putih yang menggantung di bulu mata
palpebra superior dan inferior. Jika sisik halus diangkat maka terdapat dasar
permukaan kulit yang hiperemik tapi tak berulserasi. Pada blefaritis seboroik sisik
yang halus dan putih berkumpul sepanjang bulu mata mudah terlepas tetapi
mudah pula diganti tanpa kerusakan pada bulu matanya. Pengobatannya adalah
dengan membersihkan tepi kelopak mata terutama dari sisik yang halus,
memberikan salep yang terdiri atas salisil 1% dan HgNH 4OH (merkuri amoniak)
dengan vehikulum minyak (petroleum base). Penempelan salep dilakukan dengan
mengurut tepi kelopak mata.

1,2

Blefaritis stafilokok merupakan peradangan pada

tepi palpebra akibat infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau
Staphylococcus epidermid. 1,2
Blefaritis posterior merupakan peradangan palpebra akibat disfungsi
kelenjar Meibom. Seperti blefaritis anterior, kelainan ini terjadi secara kronik dan
bilateral. Blefaritis anterior dan posterior dapat timbul secara bersamaan.
Dermatitis seboroik umumnya disertai dengan disfungsi kelenjar Meibom. 1

Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang


mengenai palpebra, air mata, konjungtiva, dan kornea. Perubahan-perubahan
makroskopik pada blefaritis posterior identik dengan kelainan-kelainan mata yang
ditemukan pada acne rosacea.

1,6,7,8

Terapi blefaritis posterior tergantung pada

perubahan-perubahan di konjungtiva dan kornea terkait. Peradangan yang jelas


pada struktur-struktur ini mengharuskan pengobatan aktif, termasuk terapi
antibiotik sistemik dosis rendah jangka panjang biasanya doksisiklin (100 mg
dua kali sehari) atau eritromisin (250 mg tiga kali sehari), tetapi juga berpedoman
pada hasil biakan bakteri dari tepi palpebra dan steroid topikal lemah (sebaiknya
jangka pendek). Terapi topikal dengan antibiotik atau substitusi air mata
umumnya tidak perlu. Pengeluaran isi kelenjar Meibom secara periodik bisa
membantu, khususnya pada pasien dengan penyakit ringan yang tidak
memerlukan terapi antibiotik oral atau steroid topikal jangka panjang. 1,9,10

LAPORAN KASUS
I.

Identitas Penderita
Nama

: M.K

Umur

: 17 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Suku/Bangsa

: Minahasa/Indonesia

Agama

: Kristen Protestan

Tanggal Pemeriksaan : 14 Juni 2013


II.

Anamnesis
Keluhan Utama

: Nyeri pada kedua kelopak mata.

Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri pada kedua kelopak mata dialami


pasien sejak kurang lebih 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri pada mata juga
disetai dengan gatal dan rasa panas pada
kedua kelopak mata. Pada pagi hari mata
terasa lengket dan bulu mata sering rontok.
Benjolan pada kelopak mata (-), mata berair
(-), tak tahan cahaya (-).
Riwayat Penyakit Dahulu

: Riwayat hipertensi dan diabetes melitus


disangkal penderita.

Riwayat Penyakit Keluarga

: Hanya pasien yang sakit seperti ini dalam


keluarga.

Riwayat Sosial

: Merokok (-), alkohol (-)

III.

Pemeriksaan Fisik Umum

A.

Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu Badan
Jantung dan paru

: Baik
: Compos mentis
: 120/80 mmHg
: 80 kali permenit
: 36,70 C
: Dalam batas normal

Abdomen

: Datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar/lien


tidak teraba

B.

C.

Status Psikiatri
Sikap
Ekspresi Wajah
Respons

: Kooperatif
: Wajar
: Baik

Status Neurologis
Motoris
Sensoris
Refleks

: Normal
: Normal
: Normal

IV.

Pemeriksaan Status Oftalmologis

A.

Pemeriksaan Subjektif
Visus Oculus Dextra : 6/6
Visus Oculus Sinistra : 6/6

B.

Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Bagian Luar
1. Inspeksi

Jenis Pemeriksaan
Supersilia
Palpebra
Posisi
Warna
Bentuk
Edema
Pergerakan
Ulkus
Tumor
Margo
Posisi
Ulkus
Palpebra
Krusta
Silia
Skuama
Warna
Sekret
Edema
Injeksi
Sklera

Konjungtiva

Bulbus Okuli

Warna
Perdarahan
Benjolan

OD
Normal
Normal
Hiperemis
Normal
+
Normal
Normal
+

OS
Normal
Normal
Hiperemis
Normal
+
Normal
Normal
+

kekuningan
Lengket
+
Normal
Normal
-

kekuningan
Lengket
+
Normal
Normal
-

Kornea

Lain-lain
Kekeruhan
Ulkus
Sikatriks
Panus
Arkus

Jernih
-

Jernih
-

senilis
Permukaan
Refleks

Licin
+

Licin
+

Cukup

Cukup

dalam
Cokelat
Bulat
+ Normal
Jernih
13.4

dalam
Cokelat
Bulat
+ Normal
Jernih
17.3 mmHg

kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa

Perlekatan
Warna
Lain-lain
Bentuk
Refleks
Kekeruhan

2. Palpasi

Nyeri tekan
Tumor
Tensi Okuli Schiotz

mmHg
2. Pemeriksaan Kamar Gelap
Jenis Pemeriksaan
1. Slit
Lamp Palpebra
Konjungtiva
Biomikroskop
Bulbi
Kornea
COA
Iris
Lensa
4. Direct
Kornea
COA
Opthalmoscop
Lensa
e
Badan Kaca
Refleks Fundus
Pembuluh Darah
Makula Lutea

V.

Resume

OD
Edema (+)
Normal

OS
Edema (+)
Normal

Jernih
Cukup dalam
Reguler
Jernih
Jernih
Cukup dalam
Jernih
Jernih
+ uniform
Perdarahan (-)
Refleks fovea

Jernih
Cukup dalam
Reguler
Jernih
Jernih
Cukup dalam
Jernih
Jernih
+ uniform
Perdarahan (-)
Refleks fovea

(+)

(+)

Seorang perempuan, usia 17 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Prof


Dr. R.D. Kandou dengan keluhan utama nyeri pada kedua kelopak mata.
Nyeri pada kedua kelopak mata dialami pasien sejak kurang lebih 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri pada mata juga disertai dengan
gatal dan rasa panas pada kedua kelopak mata. Pada pagi hari mata terasa
lengket dan bulu mata sering rontok. Benjolan pada kelopak mata (-), mata
berair (-), tak tahan cahaya (-).
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal penderita.
Riwayat sosial : merokok (-), alkohol (-).
Status Oftalmologis:
Segmen anterior ODS :
Palpebra: edema (+), hiperemis (+), krusta (+) kekuningan,
skuama (+), benjolan (-).
Segmen posterior ODS :
Refleks fundus (+) uniform, papil bulat batas tegas. Makula
refleks fovea (+). Retina: perdarahan (-).
IV.

Diagnosis

: Blefaritis oculi dextra et sinistra

V.

Terapi

: Eyelid hygiene
Kompres hangat
Chloramphenicol zalf 3 x 1 app ODS
Gentamisin ED 3x1 gtt ODS

VI.

Anjuran

: Pewarnaan gram

VII.

Prognosis

: Dubia ad bonam.

PEMBAHASAN
Diagnosis blefaritis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis
serta pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan nyeri pada kedua
kelopak mata yang dialami pasien sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa blefaritis merupakan
suatu peradangan subakut dari margo palpebra.

1-10

Selain itu pasien juga

mengeluhkan adanya gatal dan rasa panas pada kedua kelopak mata, rasa lengket
pada mata terutama di pagi hari, serta rontoknya bulu mata. Gejala ini sesuai
dengan gejala pada blefaritis. Lengketnya bulu mata disebabkan adanya sekret
yang mengering dan melengketkan bulu mata. Sedangkan destruksi pada folikel
rambut di tepi palpebra menyebabkan rontoknya bulu mata dan tidak diganti oleh
bulu mata yang baru. 1,2
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan. Pada
pemeriksaan oftalmologis didapatkan adanya edema palpebra, palpebra hiperemis,
krusta kekuningan yang kering pada pangkal rambut di tepi palpebra. Hal ini
sesuai dengan gambaran klinik pada blefaritis ulserativa, yang mana penyebab
tersering adalah infeksi bakteri stafilokok. 1,2
Blefaritis dibagi menjadi blefaritis anterior dan posterior. Blefaritis
anterior merupakan radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra. Ada dua
jenis utamanya: blefaritis seboroik (skuamosa) dan blefaritis stafilokok
(ulserativa).

1,3,4,5

Blefaritis stafilokok merupakan peradangan pada tepi palpebra

akibat infeksi Staphylococcus aureus, yang sering ulseratif, atau Staphylococcus


epidermidis. Kerokan tepi kelopak mata bila diwarnai dengan metilen biru
memperlihatkan stafilokok dan sel polimorfonuklear. Pada gambaran klinik

terdapat krusta berwarna kuning, kering, dan melengketkan bulu mata. Bila krusta
dilepaskan, tampak ulkus-ulkus kecil di sepanjang tepi palpebra, dan bulu mata
cenderung rontok, tidak diganti oleh yang baru, karena terdapat destruksi dari
folikel rambut. 1,2
Blefaritis posterior merupakan peradangan palpebra akibat disfungsi
kelenjar Meibom. Kolonisasi atau infeksi strain stafilokok dalam jumlah memadai
sering disertai dengan penyakit kelenjar Meibom dan bisa menjadi salah satu
penyebab gangguan fungsi kelenjar Meibom. Lipase bakteri dapat menimbulkan
peradangan pada kelenjar Meibom dan konjungtiva.1
Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang
mengenai palpebra, air mata, konjungtiva, dan kornea. Perubahan pada kelenjar
Meibom mencakup peradangan muara Meibom, sumbatan muara kelenjar oleh
sekret yang kental, pelebaran kelenjar Meibom dalam lempeng tarsus, dan
keluarnya sekret abnormal mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Dapat juga timbul
hordeolum dan kalazion. Tepi palpebra tampak hiperemis. Palpebra juga
membulat dan melengkung ke dalam sebagai akibat parut pada konjungtiva tarsal.
Air mata mungkin berbusa atau sangat berlemak. Perubahan-perubahan
makroskopik pada blefaritis posterior identik dengan kelainan-kelainan mata yang
ditemukan pada acne rosacea. 1,6,7,8
Pada pasien ini belum ditemukan adanya penyulit seperti hordeolum,
kalazion, keratitis, maupun konjungtivitis. Menurut pustaka blefaritis terutama
blefaritis stafilokok dapat disertai komplikasi hordeolum, kalazion, keratitis epitel
sepertiga bawah kornea, dan infiltrat kornea marginal. Kedua bentuk blefaritis
anterior merupakan predisposisi terjadinya konjungtivitis berulang. Blefaritis
stafilokok diobati dengan antibiotik antistafilokok atau pemberian salep mata
sulfonamide dengan aplikator kapas sekali sehari pada tepian palpebra. 1
Pengobatan pada pasien meliputi kebersihan margo palpebra, yaitu dengan
membersihkan tepi palpebra dengan kain kasa hangat, di mana pada saat
membersihkannya, kelenjar ditekan-tekan untuk mengeluarkan isinya. Selain itu
diberikan juga antibiotika dalam bentuk salep mata yang diusapkan pada tepi
palpebra. Keadaan umum juga diperbaiki termasuk gizi dan kebersihan. 1-10

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Karena pada pasien ini
masih memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab, sehingga
bisa diterapi sesuai penyebab.

PENUTUP
Blefaritis merupakan peradangan subakut atau menahun dari margo palpebra,
ditandai dengan kemerahan, edema, dan disertai pembentukan skuama
maupun krusta.
Blefaritis dibagi menjadi dua, yaitu blefaritis anterior dan posterior. Blefaritis
anterior dikenal dua macam, yaitu blefaritis stafilokok (ulserativa) dan
blefaritis seboroik (skuamosa).
Gejala utama blefaritis: iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada kelopak mata,
disertai adanya sisik-sisik halus pada bulu mata.
Pengobatan blefaritis meliputi kebersihan kelopak mata, kompres hangat dan
pemberian antibiotika dalam bentuk salep mata.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Karena pada pasien ini
masih memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab,
sehingga bisa diterapi sesuai penyebab.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcher JP. Palpebra, apparatus lakrimalis, & air
mata. Dalam: Riordan P, Whitcher JP, penyunting. Vaughan & Asbury:
Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007;
h. 78-96.
2. Blefaritis. Dalam: Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z, penyunting. Sari Ilmu
Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008; h. 9-10.
3. American optometric association: blepharitis. Disitasi dari: http://www.aoa.org/Blepharitis.xml. Diakses pada 15 Juni 2013.
4. Roach M. Eye health and blepharitis. 2011. Disitasi dari: http://www.webmd.com/eye-health/blepharitis. Diakses pada 15 Juni 2013.
5. American academy of ophthalmology: blepharitis.

Disitasi

dari:

http://www.aao.org/theeyeshaveit/red-eye/blepharitis.cfm. Diakses pada 15


Juni 2013.
6. Blepharitis. Disitasi dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Blepharitis. Diakses
pada 15 Juni 2013.
7. Blepharitis. Disitasi dari: http://www.mayoclinic.com/health/blepharitis/DS00633. Diakses pada 15 Juni 2013.
8. Lowery
RS.
Blepharitis.

2011.

Disitasi

dari:

http://emedicine.medscape.com-/article/1211763-overview. Diakses pada 15


Juni 2013.
9. Blepharitis.

Diitasi

dari:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article-/001619.htm. Diakses pada


15 Juni 2013.
10. Blepharitis. Disitasi dari: http://blepharitis.com.au/. Diakses pada 15 Juni
2013.

10

Anda mungkin juga menyukai