Meskipun permeabilitas oksigen plasenta tinggi, konsentrasi oksigen janin (PO2)
ternyata rendah jika dibandingkan dengan ibu (40 mm Hg di vena umbilikalis vs 95 mm Hg di arteri Ibu). Namun, saturasi dan kandungan oksigen dalam vena umbilikalis hampir sama dengan darah arteri ibu. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsentrasi hemoglobin yang lebih tinggi dan kemampuan mengikat oksigen yang lebih tinggi pada darah janin. Kurva disosiasi oksigen janin bergeser ke kiri dan lebih curam dibandingkan dengan kurva ibu. Hal ini memungkinkan janin memiliki saturasi dan kandungan oksigen yang lebih tinggi pada nilai PO2 rendah, dan menghasilkan penurunan saturasi oksigen yang lebih besar (pelepasan oksigen ke jaringan). Mekanisme kompensasi yang penting lainnya bagi PO2 janin yang rendah adalah meningkatnya pengambilan oksigen jaringan dan tingginya aliran darah organ sekunder terhadap tingginya cardiac output (Rurak, 1994). Kontraksi uterus selama persalinan menurunkan aliran darah uteroplasenta. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen ke plasenta berkurang, dan dari plasenta ke janin. Kebanyakan janin mentolerir pengurangan aliran oksigen ini dan tidak mengalami efek samping. Distribusi oksigen ke janin tergantung pada pengiriman oksigen dari paru-paru ibu ke rahim dan plasenta, difusi dari plasenta ke darah janin, dan distribusi darah janin ke berbagai jaringan janin melalui aktivitas kardiovaskular janin. Gangguan pada salah satu dari tiga ini akan mengurangi ketersediaan oksigen untuk janin. Definisi Hipoksia janin adalah suatu keadaan dimana terdapat kadar oksigen yang rendah dan meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah janin. Keadaan tersebut dapat terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum.3
Daftar Pustaka
Holm M B., 2012. The fetal response to acute perinatal hypoxia and the pathophysiological mechanisms behind hypoxic-ischemic encephalopathy. University Of Oslo. [Online] Available at: .[Accesed 30 April 2014]