School Action Research
School Action Research
Abstrak:
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada dalam binaan pengawas
yaitu Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Jogjakarta. Subyek penelitian adalah 11 (sebelas) guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang tersebar pada 3 (tiga) SMK (SMKN 1 Depok, SMKN 2 Depok, dan
SMK Sanjaya). Pendekatan lesson study yang dilakukan selama kegiatan supervisi klinis di tiap
kunjungan ke sekolah binaan menghasilkan peningkatan yang signifikan dari kategori cukup ke amat
baik dalam kegiatan simulasi mengajar dengan tutor sebaya, sikap guru yang dinilai selama mengikuti
kegiatan simulasi mengajar, pembuatan RPP, dan proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari hasil pemantauan rata-rata skor pada siklus kedua bisa disimpulkan bahwa pengawasan
akademik yang dilakukan pengawas satuan pendidikan dengan cara supervisi klinis akan memperoleh
data obyektif tentang kekurangan-kekurangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang kemudian
dilakukan tindakan untuk memperbaikinya.
Kata kunci: Penelitian Tindakan Sekolah, profesionalitas guru, lesson study
I.
Pendahuluan
Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut guru (pendidik) dan tenaga kependidikan
mempunyai peranan menentukan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk itu kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan perlu terus ditingkatkan. Upaya untuk meningkatkan kualitas
kinerja guru di kelas di samping melalui supervisi klinis, dapat juga dilakukan secara kolaboratif
antara sesama guru, kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan. Pendekatan kolaboratif ini
disebut dengan lesson study, yakni suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sejenis dengan
difasilitasi oleh pengawas satuan pendidikan untuk menyusun
disain instruksional,
pengawas satuan pendidikan, sedangkan penegasannya dijelaskan pada pasal 55, yaitu
pengawasan dimaksud meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut
hasil pengawasan. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, pengawas satuan pendidikan
harus menguasai 6 dimensi kompetensi pengawas sekolah, seperti tercantum dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
meliputi : kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial,
kompetensi supervisi
serta
berkewajiban untuk mencari solusinya untuk mengatasi permasalahan guru dalam melaksanakan
pemelajaran dengan melakukan penelitian tindakan sekolah ( PTS ).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah supervisi klinis yang dilakukan oleh pengawas merupakan cara yang efektif
untuk meningkatkan profesionalisme guru?
2.
pendekatan lesson study yang dilakukan dalam supervisi klinis dapat meningkatkan
kompetensi guru dalam proses kegiatan belajar/mengajar.
satuan pendidikan, sedangkan penegasannya dijelaskan pada pasal 55, yaitu pengawasan
dimaksud meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil
pengawasan.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, pengawas satuan pendidikan harus
menguasai 6 dimensi kompetensi pengawas sekolah, seperti tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah meliputi :
kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial,
dapat
disintesiskan bahwa hal-hal yang dilakukan supervisor pada setiap langkahnya adalah (1)
Pertemuan awal, (2) Observasi mengajar, dan (3) Pertemuan balikan. Berdasarkan paparan di
atas, supervisi klinis pada dasarnya berfungsi memperbaiki kinerja guru di kelas secara
terbimbing oleh pengawas yang dinilai memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
lebih daripada yang disupervisi, meskipun dalam pelaksanaannya tidak boleh ditampakkan
dalam bentuk perilaku yang direktif.
II.4 Pendekatan Lesson Study
Ada beberapa pengertian tentang istilah lesson study. Menurut Hendayana dkk (2006),
lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun learning community. Pakar pendidikan yang lain seperti Fernandez
dan Yoshida (2004) mengemukakan 6 (enam) langkah dalam proses melaksanakan suatu lesson
study. Keenam langkah itu adalah (1) membentuk group lesson study, (2) memfokuskan lesson
study, (3) merencanakan research lesson (pelajaran yang diteliti), (4) memelajari dan mengamati
research lesson, (5) mendiskusikan dan menganalisis research lesson, dan (6) merefleksikan
lesson study.
III. Metodologi, Subyek, dan Kancah Penelitian
4
: Persentase
: Frekwensi
: Jumlah Responden
Sebagai patokan terhadap hasil analisis persentase digunakan klasifikasi sebagaimana
Persentase
85% - 100%
70% - 85%
56% - 70%
<56%
Klasifikasi
Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus satu kali pertemuan.
Menurut Depdiknas (2008) Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis yang
berdaur (cyclical methodology cycle) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi. Gambar 1 menunjukkan 2 siklus yang dilakukan.
melaksanakan evaluasi terhadap hasil supervisi akademik terhadap guru-guru pada SMK binaan
di Kabupaten Sleman DIJ , selanjutnya melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
Indonesia di sekolah binaan tidak ada yang melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan lesson study , semua guru masih menggunakan metode one way
traffic/teacher- centered, sehingga pembelajaran menjadi tidak dinamis/ tidak menarik.
Penelitian ini dilaksanakan setiap jadwal kunjungan supervisi manajerial dan akademik
pada sekolah binaan setiap bulan. Adapun kegiatannya adalah pertemuan awal, pengarahan/
bimbingan teknis, pelaksanaan simulasi mengajar/ turor sebaya dengan pendekatan lesson study,
observasi , refleksi, pembuatan dan revisi silabus dan RPP, supervisi kelas serta kesimpulan
untuk merencanakan tindak lanjut kegiatan selanjutnya.
4.1 Siklus Pertama
Pada siklus pertama ini, peneliti melakukan tindakan dengan melaksanakan pertemuan
awal dengan 3 (tiga) SMK binaan pada bulan Januari 2014 dengan memberikan pengarahan dan
pembinaan terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka supervisi akademik dan
manajerial yang diawali dengan simulasi mengajar/ tutor sebaya. Selanjutnya,
pemberian
angket untuk langsung menjawab dan mengambil kesimpulan sebagai rencana kegiatan /
pertemuan selanjutnya. Tabel 2 menunjukkan hasil wawancara pada pertemuan awal.
Tabel 2. Hasil Wawancara Pertemuan Awal
No
1
4
5
Pertanyaan
Jawaban
Ya/Tidak
Ya = 10
Pelaksanaan
kegiatan
pembinaan
Tdk = 1
Ya = 6
Tdk = 5
Ya = 9
Tdk = 2
Ya= 10
Tdk = 1
Ya = 10
Deskripsi Jawaban
-Sangat jelas dalam
penyampaian
-Terlalu banyak gambar
-Sangat mudah dipahami
siswa
-Masih bias dan
susah untuk diikuti
-Sangat tepat untuk
mencari solusi
permasalahan guru
-Perlu waktu banyak untuk
menyiapkan materi
-Sangat baik karena
mungkin menghadapi
masalah yang sama
Sangat baik untuk
meningkatkan kinerja guru
Tdk = 1
guru
melalui
supervisi
akademik/manajerial
dilaksanakan tiga kali pada sekolah binaan. Hasilnya rata-rata kehadiran guru pada tiga sekolah
7
binaan mencapai 100%. ( hadir semua ). Ini menunjukkan bahwa para guru sangat antusias untuk
mengikuti kegiatan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah binaan. Hasil pemantauan
melakukan simulasi mengajar/ tutor sebaya pada siklus pertama menunjukkan skor rata-rata
62,05 yang berarti masuk dalam kategori cukup. Sedangkan sikap guru dalam mengikuti
simulasi mengajar juga dinilai dan skor rata-rata hasil penilaian menunjukkan skor 67,06 yang
berarti cukup dan pada pembuatan Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP) para guru juga
dinilai dengan skor rata-rata hasil penilaian 60,2. Dan akhirnya, pada proses pembelajaran, hasil
skor rata-rata yang dinilai adalah 64,91. Skor rata-rata yang dihasilkan pada 4 (empat) kegiatan
pada siklus pertama menunjukkan kategori cukup. Tabel 3 menunjukkan skor rata-rata hasil
pemantauan kegiatan pada siklus pertama.
Tabel 3. Skor Rata-rata Hasil Pemantauan Kegiatan pada Siklus I
Rata-rata hasil
simulasi
mengajar/tutor
sebaya
62,05
Kategori: Cukup
Rata-rata nilai
pembuatan RPP
Rata-rata nilai
proses
pembelajaran
60,2
Kategori: Cukup
64,91
Kategori: Cukup
Setelah menganalisis hasil pemantauan pada tindakan yang dilakukan pada siklus 1, maka
direncanakan untuk melakukan strategi yang berbeda meskipun tidak semuanya, yaitu supervisi
klinis dengan menggunakan pendekatan lesson study. Strategi ini dipilih agar pembinaan
terhadap guru pada sekolah binaan lebih transparan, komunikatif dan saling melengkapi antar
sesama guru. Menurut Sudrajat (2008) manfaat lesson study adalah (1) guru dapat
mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota
lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson
study. Dalam penelitian ini lesson study dilakukan melalui tipe berbasis MGMP guru pelajaran
Bahasa Indonesia. Lesson study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang
terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); dan refleksi (see); dan kemudian
diikuti dengan tindak lanjut (act).
4.2 Siklus Kedua
Dari hasil evaluasi yang dilakukan selama siklus kedua, maka diperoleh gambaran skor
rata-rata hasil pemantauan dari ketiga kegiatan dalam supervisi klinis yang dilakukan dan
menggunakan pendekatan lesson study untuk meningkatkan kompetensi guru. Skor rata-rata
hasil dari kegiatan simulasi mengajar menunjukkan nilai 75,37 yang berada dalam kategori
baik, sedangkan sikap guru dalam mengikuti kegiatan simulasi mengajar meningkat pesat
menjadi amat baik dengan nilai 85,87. Peningkatan ini diikuti dengan peningkatan nilai pada
pembuatan RPP (85,10) dan proses pembelajaran dengan nilai 88,42. Tabel 4 menunjukkan skor
rata-rata hasil pemantauan pada siklus kedua.
Tabel 4. Rata-rata Skor Hasil Pemantauan Siklus II
Rata-rata hasil
simulasi
mengajar/tutor
sebaya
75,37
Kategori: Baik
Rata-rata nilai
pembuatan RPP
Rata-rata nilai
proses
pembelajaran
85,10
Kategori:
Amat baik
88,42
Kategori:
Amat baik
Hasil skor rata-rata dari ketiga kegiatan yang dilakukan selama siklus kedua
menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kategori cukup (56% - 70%) ke baik (70% 85%) dan amat baik (85% - 100%). Pendekatan lesson study yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dan konsisten akan menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap
perbaikan pembelajaran dan sekaligus kinerja guru. Kegiatan lesson study yang terintegrasi
dengan kegiatan supervisi klinis akan menghasilkan bentuk pelatihan yang nyata untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi guru dengan cara mengajak guru untuk
melakukan refleksi terhadap perilaku mengajarnya dan kemudian memperbaikinya.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan profesionalitas
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada
dalam binaan pengawas. Pendekatan lesson study yang dilakukan selama kegiatan supervisi
klinis di tiap kunjungan ke sekolah binaan menghasilkan peningkatan yang signifikan dari
kategori cukup ke amat baik dalam kegiatan simulasi mengajar dengan tutor sebaya, sikap
9
guru yang dinilai selama mengikuti kegiatan simulasi mengajar, pembuatan RPP, dan proses
pembelajaran.
Dari hasil pemantauan rata-rata skor pada siklus kedua bisa disimpulkan bahwa
pengawasan akademik yang dilakukan pengawas satuan pendidikan dengan cara supervisi klinis
akan memperoleh data obyektif tentang kekurangan-kekurangan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran. Guru akan senang hati menyampaikan keluhan-keluhan kepada pengawas dalam
situasi yang komunikatif dan harmonis. Pengawas dan guru dapat mendiskusikan untuk mencari
alternatif pemecahannya, yang akhirnya dapat meningkatkan profesionalisme guru.
Lebih lanjut lagi, pengawasan akademik dengan pendekatan lesson study yang dilakukan
selama supervisi klinis dengan akan lebih menumbuhkan motivasi guru untuk berprestasi dalam
rangka meningkatkan profesionalisme guru. Di lain pihak, pengawas satuan pendidikan sebagai
supervisor berperan sangat strategis dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru yang akan
berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
5.2 Saran
Penelitian tindakan sekolah ini telah terbukti meningkatkan profesionalitas guru melalui
supervisi akademik dan manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Untuk itu, skopa
penelitian yang bisa dilakukan akan menjadi lebih luas misalnya dengan menerapkan berbagai
macam supervisi dengan pendekatan yang berbeda yang disesuaikan dengan kebutuhan guru di
sekolah binaan. Selain supervisi klinis, penelitian lanjutan bisa dalam bentuk penelitian tindakan
sekolah dengan bentuk supervisi konvensional, ilmiah, maupun artistik.
Penelitian tindakan sekolah harus terus dilakukan baik oleh kepala sekolah maupun
pengawas untuk mendapatkan umpan balik dari para guru yang dibimbing. Hasil penelitian ini
sangat berguna untuk merancang tindakan selanjutnya demi peningkatan profesionalitas guru
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas anak didik yang menjadi aset suatu bangsa.
Apabila siswa Indonesia mempunyai kualitas yang tinggi karena didukung oleh sekolah dan guru
yang professional maka daya saing yang dimiliki oleh siswa Indonesia tidak akan kalah bersaing
dengan negara lain di era globalisasi ini.
Daftar Pustaka
10
Anwar, I. (2000). Admistrasi Pendidikan, Teori, Konsep & Issu. Bandung : UPI
Aqib, Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: CV Yrama Widya.
Bafadal, I. (2003). Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta : Bumi Aksara
Depdiknas, (2008) Penelitian Tindakan Sekolah.
Fadjar, 1993. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Fernandez, C. dan Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving
Mathematics Teaching and Learning. Mahmah, New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates.
Firestone, W. (1993). Why Professionalizing Teaching Is Not Enough? Educational
Leadership, 50 (6), pp. 6 - 11
Hendayana, S.; Suryadi, D.; Abdul K., Muchtar; S.; Ariswan; S.; Supriatna, A.; Sutiman; S.;
Imansyah, H.; Paidi; I.; Sriyati, S.; Permanasari, A.; Hikmat; N.; dan Joharmawan, R..
(2006). Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan
(Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lesson Study Research Group online: tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/
Madrasah
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Purwanto, N. (2006). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Slamet , M. (2007). Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Soepardi, I. (1988). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK, Dirjen Dikti
Dikbud
Sudrajat, A. (2008) Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran, Online:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untuk-meningkatkanpembelajaran/
Suharsimi, A., Suhardjono dan Soepardi, I. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara
UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
11
12