Anda di halaman 1dari 12

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI

SUPERVISI KLINIS DAN PENDEKATAN LESSON STUDY:


SEBUAH PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
OLEH:
SIGIT SRI HARTINI

Abstrak:
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada dalam binaan pengawas
yaitu Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Jogjakarta. Subyek penelitian adalah 11 (sebelas) guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang tersebar pada 3 (tiga) SMK (SMKN 1 Depok, SMKN 2 Depok, dan
SMK Sanjaya). Pendekatan lesson study yang dilakukan selama kegiatan supervisi klinis di tiap
kunjungan ke sekolah binaan menghasilkan peningkatan yang signifikan dari kategori cukup ke amat
baik dalam kegiatan simulasi mengajar dengan tutor sebaya, sikap guru yang dinilai selama mengikuti
kegiatan simulasi mengajar, pembuatan RPP, dan proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari hasil pemantauan rata-rata skor pada siklus kedua bisa disimpulkan bahwa pengawasan
akademik yang dilakukan pengawas satuan pendidikan dengan cara supervisi klinis akan memperoleh
data obyektif tentang kekurangan-kekurangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang kemudian
dilakukan tindakan untuk memperbaikinya.
Kata kunci: Penelitian Tindakan Sekolah, profesionalitas guru, lesson study

I.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Peningkatan mutu pendidikan merupakan fokus perubahan dalam rangka peningkatan
kualitas sumberdaya manusia. Sekolah merupakan satuan pendidikan formal yang mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa. Guru
sebagai pendidik dan pengajar di sekolah haruslah seorang yang professional dalam perannya di
sekolah. Definisi guru profesional adalah kemampuan seorang guru untuk melaksanakan tugas
pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang meliputi kemampuan dalam
merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Prinsipnya adalah setiap
guru harus dilatih secara periodik di dalam menjalankan tugasnya. Apabila jumlah guru sangat
banyak, maka seorang kepala sekolah bisa meminta wakilnya atau guru senior untuk membantu
melakukan supervisi. Kegiatan supervisi ini bisa juga dilakukan oleh pengawas yang memang
mempunyai tugas yang salah satunya adalah memberi bimbingan atau supervisi klinis kepada
para guru.
1

Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut guru (pendidik) dan tenaga kependidikan
mempunyai peranan menentukan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk itu kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan perlu terus ditingkatkan. Upaya untuk meningkatkan kualitas
kinerja guru di kelas di samping melalui supervisi klinis, dapat juga dilakukan secara kolaboratif
antara sesama guru, kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan. Pendekatan kolaboratif ini
disebut dengan lesson study, yakni suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sejenis dengan
difasilitasi oleh pengawas satuan pendidikan untuk menyusun

disain instruksional,

melaksanakan proses pemelajaran, mengamati proses pemelajaran serta merefleksi secara


bersama-sama tentang pelaksanaan pemelajaran di kelas.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005
Pendidikan pasal 39 ayat (1)

tentang Standar Nasional

bahwa pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh

pengawas satuan pendidikan, sedangkan penegasannya dijelaskan pada pasal 55, yaitu
pengawasan dimaksud meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut
hasil pengawasan. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, pengawas satuan pendidikan
harus menguasai 6 dimensi kompetensi pengawas sekolah, seperti tercantum dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
meliputi : kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial,

kompetensi supervisi

akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan


kompetensi sosial. Berdasarkan latar belakang tersebut,

serta

peneliti sebagai pengawas sekolah

berkewajiban untuk mencari solusinya untuk mengatasi permasalahan guru dalam melaksanakan
pemelajaran dengan melakukan penelitian tindakan sekolah ( PTS ).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah supervisi klinis yang dilakukan oleh pengawas merupakan cara yang efektif
untuk meningkatkan profesionalisme guru?
2.

pendekatan lesson study yang dilakukan dalam supervisi klinis dapat meningkatkan
kompetensi guru dalam proses kegiatan belajar/mengajar.

II. Kajian Pustaka


2

2.1 Profesionalisme dan Kompetensi Guru


Profesionalisme ditandai dengan adanya standar atau jaminan mutu seseorang dalam
melakukan suatu upaya profesional. Jaminan mutu ini dapat saja dalam kalangan terbatas
dilingkungan profesi atau dapat juga dalam lingkungan yang luas oleh masyarakat umum
membuat penilaian terhadap kinerjanya. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi (UU RI No. 14 tahun 2005).
Kedudukan guru sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Pada Bab IV pasal 8 UURI No. 14 th 2005 disebutkan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik dapat
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma IV.
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 39
ayat (1) menyebutkan

bahwa pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas

satuan pendidikan, sedangkan penegasannya dijelaskan pada pasal 55, yaitu pengawasan
dimaksud meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil
pengawasan.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, pengawas satuan pendidikan harus
menguasai 6 dimensi kompetensi pengawas sekolah, seperti tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah meliputi :
kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial,

kompetensi supervisi akademik,

kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan serta kompetensi sosial.

II.3 Supervisi Klinis


Suharsimi dalam Anwar (1988) menyatakan bahwa supervisi menunjuk kepada suatu
pekerjaan pengawasan yang sifatnya lebih manusiawi. Artinya, supervisor selama melaksanakan
supervisi bukan untuk mencari-cari kesalahan atau kekurangan tetapi lebih banyak mengandung
unsur pembinaan. Waller dalam Purwanto (2006) menyatakan bahwa supervisi klinis merupakan
salah satu model supervisi yang difokuskan pada peningkatan kemampuan mengajar melalui
siklus yang sistematis, baik dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif tentang
penampilan mengajar yang nyata, serta berujuan mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional. Sementara itu, Acheson dan Gall dalam Purwanto ( 2006) menyatakan bahwa supervisi
klinis adalah proses membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar
yang nyata dengan tingkah laku yang ideal.
Berdasarkan pendapat Cogan (1973)

yang dikutip oleh Bafadal (2003),

dapat

disintesiskan bahwa hal-hal yang dilakukan supervisor pada setiap langkahnya adalah (1)
Pertemuan awal, (2) Observasi mengajar, dan (3) Pertemuan balikan. Berdasarkan paparan di
atas, supervisi klinis pada dasarnya berfungsi memperbaiki kinerja guru di kelas secara
terbimbing oleh pengawas yang dinilai memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
lebih daripada yang disupervisi, meskipun dalam pelaksanaannya tidak boleh ditampakkan
dalam bentuk perilaku yang direktif.
II.4 Pendekatan Lesson Study
Ada beberapa pengertian tentang istilah lesson study. Menurut Hendayana dkk (2006),
lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun learning community. Pakar pendidikan yang lain seperti Fernandez
dan Yoshida (2004) mengemukakan 6 (enam) langkah dalam proses melaksanakan suatu lesson
study. Keenam langkah itu adalah (1) membentuk group lesson study, (2) memfokuskan lesson
study, (3) merencanakan research lesson (pelajaran yang diteliti), (4) memelajari dan mengamati
research lesson, (5) mendiskusikan dan menganalisis research lesson, dan (6) merefleksikan
lesson study.
III. Metodologi, Subyek, dan Kancah Penelitian
4

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode


Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Menurut Suharsimi (2006) dikemukakan bahwa pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif ini
bertujuan untuk mencari data secara merata dari guru secara komprehensif tentang peningkatan
profesionalitas guru melalui supervisi klinis dan lesson study. Subyek penelitian adalah 11
(sebelas) guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di SMK yang berada di bawah
binaan pengawas di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Jogjakarta. Penelitian tindakan ini
dilaksanakan di SMKN 1 Depok, SMKN 2 Depok, dan SMK Sanjaya Pakem yang semuanya
berlokasi di daerah binaan pengawas. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan mulai bulan
Januari sampai dengan Mei 2014.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah, dengan langkah-langkah:
penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang disertai
dengan observasi, interpretasi dan replikasi. Penelitian tindakan dengan melakukan supervisi
klinis dengan pendekatan lesson study. Tindakan yang pernah dilakukan akan selalu dipelajari
dan dievaluasi untuk menentukan tindakan selanjutnya. Tindakan lanjutan ini akan berguna
untuk perbaikan skenario yang tentunya akan memberikan gambaran pasti terhadap pelaksanaan
tindakan dalam penelitian. Data yang yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis yaitu interpretasi data hasil observasi, hasil analisis kegiatan lesson study dan analisis
pelaksanaan pemelajaran/ simulasi mengajar: P = F/N x 100% yang berarti:
P

: Persentase

: Frekwensi

: Jumlah Responden
Sebagai patokan terhadap hasil analisis persentase digunakan klasifikasi sebagaimana

tertera pada Tabel 1:


Tabel 1. Persentase Taraf Keberhasilan (Sumber: Suharsimi, 2006)
No
1
2
3
4

Persentase
85% - 100%
70% - 85%
56% - 70%
<56%

Klasifikasi
Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus satu kali pertemuan.
Menurut Depdiknas (2008) Penelitian tindakan sekolah berbentuk siklus metodologis yang
berdaur (cyclical methodology cycle) yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi. Gambar 1 menunjukkan 2 siklus yang dilakukan.

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah


(diadaptasi dari Suharsimi, 2008)
IV.

Paparan Data dan Temuan Penelitian


Dalam pengamatan pendahuluan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah

melaksanakan evaluasi terhadap hasil supervisi akademik terhadap guru-guru pada SMK binaan
di Kabupaten Sleman DIJ , selanjutnya melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran di kelas.

Diperoleh hasil bahwa dari 11 orang guru mata pelajaran Bahasa


6

Indonesia di sekolah binaan tidak ada yang melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan lesson study , semua guru masih menggunakan metode one way
traffic/teacher- centered, sehingga pembelajaran menjadi tidak dinamis/ tidak menarik.
Penelitian ini dilaksanakan setiap jadwal kunjungan supervisi manajerial dan akademik
pada sekolah binaan setiap bulan. Adapun kegiatannya adalah pertemuan awal, pengarahan/
bimbingan teknis, pelaksanaan simulasi mengajar/ turor sebaya dengan pendekatan lesson study,
observasi , refleksi, pembuatan dan revisi silabus dan RPP, supervisi kelas serta kesimpulan
untuk merencanakan tindak lanjut kegiatan selanjutnya.
4.1 Siklus Pertama
Pada siklus pertama ini, peneliti melakukan tindakan dengan melaksanakan pertemuan
awal dengan 3 (tiga) SMK binaan pada bulan Januari 2014 dengan memberikan pengarahan dan
pembinaan terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka supervisi akademik dan
manajerial yang diawali dengan simulasi mengajar/ tutor sebaya. Selanjutnya,

pemberian

angket untuk langsung menjawab dan mengambil kesimpulan sebagai rencana kegiatan /
pertemuan selanjutnya. Tabel 2 menunjukkan hasil wawancara pada pertemuan awal.
Tabel 2. Hasil Wawancara Pertemuan Awal
No
1

4
5

Pertanyaan

Jawaban
Ya/Tidak
Ya = 10

Apakah anda merasa senang


dengan tampilan mengajar rekan
anda ?
Apakah anda sependapat dengan
strategi/metode/teknik penyajian
yang digunakan teman anda dalam
mengajar ?
Apakah anda setuju jika
kegiatan supervisi klinis dengan
pendekatan lesson study
diagendakan rutin setiap
akhir semester ?
Apakah anda setuju, jika kegiatan
ini dilakukan khusus guru mata
pelajaran yang sama ?
Apakah kegiatan ini bermanfaat
bagi Anda dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran ?

Pelaksanaan

kegiatan

pembinaan

Tdk = 1
Ya = 6
Tdk = 5
Ya = 9

Tdk = 2
Ya= 10
Tdk = 1
Ya = 10

Deskripsi Jawaban
-Sangat jelas dalam
penyampaian
-Terlalu banyak gambar
-Sangat mudah dipahami
siswa
-Masih bias dan
susah untuk diikuti
-Sangat tepat untuk
mencari solusi
permasalahan guru
-Perlu waktu banyak untuk
menyiapkan materi
-Sangat baik karena
mungkin menghadapi
masalah yang sama
Sangat baik untuk
meningkatkan kinerja guru

Tdk = 1

guru

melalui

supervisi

akademik/manajerial

dilaksanakan tiga kali pada sekolah binaan. Hasilnya rata-rata kehadiran guru pada tiga sekolah
7

binaan mencapai 100%. ( hadir semua ). Ini menunjukkan bahwa para guru sangat antusias untuk
mengikuti kegiatan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah binaan. Hasil pemantauan
melakukan simulasi mengajar/ tutor sebaya pada siklus pertama menunjukkan skor rata-rata
62,05 yang berarti masuk dalam kategori cukup. Sedangkan sikap guru dalam mengikuti
simulasi mengajar juga dinilai dan skor rata-rata hasil penilaian menunjukkan skor 67,06 yang
berarti cukup dan pada pembuatan Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP) para guru juga
dinilai dengan skor rata-rata hasil penilaian 60,2. Dan akhirnya, pada proses pembelajaran, hasil
skor rata-rata yang dinilai adalah 64,91. Skor rata-rata yang dihasilkan pada 4 (empat) kegiatan
pada siklus pertama menunjukkan kategori cukup. Tabel 3 menunjukkan skor rata-rata hasil
pemantauan kegiatan pada siklus pertama.
Tabel 3. Skor Rata-rata Hasil Pemantauan Kegiatan pada Siklus I
Rata-rata hasil
simulasi
mengajar/tutor
sebaya
62,05
Kategori: Cukup

Sikap guru dalam


mengikuti simulasi
mengajar/tutor
sebaya
67,06
Kategori: Cukup

Rata-rata nilai
pembuatan RPP

Rata-rata nilai
proses
pembelajaran

60,2
Kategori: Cukup

64,91
Kategori: Cukup

Setelah menganalisis hasil pemantauan pada tindakan yang dilakukan pada siklus 1, maka
direncanakan untuk melakukan strategi yang berbeda meskipun tidak semuanya, yaitu supervisi
klinis dengan menggunakan pendekatan lesson study. Strategi ini dipilih agar pembinaan
terhadap guru pada sekolah binaan lebih transparan, komunikatif dan saling melengkapi antar
sesama guru. Menurut Sudrajat (2008) manfaat lesson study adalah (1) guru dapat
mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota
lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson
study. Dalam penelitian ini lesson study dilakukan melalui tipe berbasis MGMP guru pelajaran
Bahasa Indonesia. Lesson study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang
terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); dan refleksi (see); dan kemudian
diikuti dengan tindak lanjut (act).
4.2 Siklus Kedua

Dari hasil evaluasi yang dilakukan selama siklus kedua, maka diperoleh gambaran skor
rata-rata hasil pemantauan dari ketiga kegiatan dalam supervisi klinis yang dilakukan dan
menggunakan pendekatan lesson study untuk meningkatkan kompetensi guru. Skor rata-rata
hasil dari kegiatan simulasi mengajar menunjukkan nilai 75,37 yang berada dalam kategori
baik, sedangkan sikap guru dalam mengikuti kegiatan simulasi mengajar meningkat pesat
menjadi amat baik dengan nilai 85,87. Peningkatan ini diikuti dengan peningkatan nilai pada
pembuatan RPP (85,10) dan proses pembelajaran dengan nilai 88,42. Tabel 4 menunjukkan skor
rata-rata hasil pemantauan pada siklus kedua.
Tabel 4. Rata-rata Skor Hasil Pemantauan Siklus II
Rata-rata hasil
simulasi
mengajar/tutor
sebaya
75,37
Kategori: Baik

Sikap guru dalam


mengikuti simulasi
mengajar/tutor
sebaya
85,87
Kategori:
Amat baik

Rata-rata nilai
pembuatan RPP

Rata-rata nilai
proses
pembelajaran

85,10
Kategori:
Amat baik

88,42
Kategori:
Amat baik

Hasil skor rata-rata dari ketiga kegiatan yang dilakukan selama siklus kedua
menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kategori cukup (56% - 70%) ke baik (70% 85%) dan amat baik (85% - 100%). Pendekatan lesson study yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dan konsisten akan menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap
perbaikan pembelajaran dan sekaligus kinerja guru. Kegiatan lesson study yang terintegrasi
dengan kegiatan supervisi klinis akan menghasilkan bentuk pelatihan yang nyata untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi guru dengan cara mengajak guru untuk
melakukan refleksi terhadap perilaku mengajarnya dan kemudian memperbaikinya.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan profesionalitas
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada
dalam binaan pengawas. Pendekatan lesson study yang dilakukan selama kegiatan supervisi
klinis di tiap kunjungan ke sekolah binaan menghasilkan peningkatan yang signifikan dari
kategori cukup ke amat baik dalam kegiatan simulasi mengajar dengan tutor sebaya, sikap
9

guru yang dinilai selama mengikuti kegiatan simulasi mengajar, pembuatan RPP, dan proses
pembelajaran.
Dari hasil pemantauan rata-rata skor pada siklus kedua bisa disimpulkan bahwa
pengawasan akademik yang dilakukan pengawas satuan pendidikan dengan cara supervisi klinis
akan memperoleh data obyektif tentang kekurangan-kekurangan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran. Guru akan senang hati menyampaikan keluhan-keluhan kepada pengawas dalam
situasi yang komunikatif dan harmonis. Pengawas dan guru dapat mendiskusikan untuk mencari
alternatif pemecahannya, yang akhirnya dapat meningkatkan profesionalisme guru.
Lebih lanjut lagi, pengawasan akademik dengan pendekatan lesson study yang dilakukan
selama supervisi klinis dengan akan lebih menumbuhkan motivasi guru untuk berprestasi dalam
rangka meningkatkan profesionalisme guru. Di lain pihak, pengawas satuan pendidikan sebagai
supervisor berperan sangat strategis dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru yang akan
berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
5.2 Saran
Penelitian tindakan sekolah ini telah terbukti meningkatkan profesionalitas guru melalui
supervisi akademik dan manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Untuk itu, skopa
penelitian yang bisa dilakukan akan menjadi lebih luas misalnya dengan menerapkan berbagai
macam supervisi dengan pendekatan yang berbeda yang disesuaikan dengan kebutuhan guru di
sekolah binaan. Selain supervisi klinis, penelitian lanjutan bisa dalam bentuk penelitian tindakan
sekolah dengan bentuk supervisi konvensional, ilmiah, maupun artistik.
Penelitian tindakan sekolah harus terus dilakukan baik oleh kepala sekolah maupun
pengawas untuk mendapatkan umpan balik dari para guru yang dibimbing. Hasil penelitian ini
sangat berguna untuk merancang tindakan selanjutnya demi peningkatan profesionalitas guru
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas anak didik yang menjadi aset suatu bangsa.
Apabila siswa Indonesia mempunyai kualitas yang tinggi karena didukung oleh sekolah dan guru
yang professional maka daya saing yang dimiliki oleh siswa Indonesia tidak akan kalah bersaing
dengan negara lain di era globalisasi ini.

Daftar Pustaka
10

Anwar, I. (2000). Admistrasi Pendidikan, Teori, Konsep & Issu. Bandung : UPI
Aqib, Z. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: CV Yrama Widya.
Bafadal, I. (2003). Peningkatan Profesionalisme Guru. Jakarta : Bumi Aksara
Depdiknas, (2008) Penelitian Tindakan Sekolah.
Fadjar, 1993. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Fernandez, C. dan Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving
Mathematics Teaching and Learning. Mahmah, New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates.
Firestone, W. (1993). Why Professionalizing Teaching Is Not Enough? Educational
Leadership, 50 (6), pp. 6 - 11
Hendayana, S.; Suryadi, D.; Abdul K., Muchtar; S.; Ariswan; S.; Supriatna, A.; Sutiman; S.;
Imansyah, H.; Paidi; I.; Sriyati, S.; Permanasari, A.; Hikmat; N.; dan Joharmawan, R..
(2006). Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan
(Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lesson Study Research Group online: tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/
Madrasah
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Purwanto, N. (2006). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Slamet , M. (2007). Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Soepardi, I. (1988). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK, Dirjen Dikti
Dikbud
Sudrajat, A. (2008) Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran, Online:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untuk-meningkatkanpembelajaran/
Suharsimi, A., Suhardjono dan Soepardi, I. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara
UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
11

Wikipedia. (2007). Lesson Study. en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study


Lampiran:

12

Anda mungkin juga menyukai