UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN Susi Hariningsih Jl. Kotalama Gg. 2b / 11, RT. 03 / RW. 03 Malang Email : susihariningsih@yahoo.com ABSTRAK Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan diundangkannya UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara yuridis kedudukan guru dan dosen mendapatkan landasan hokum yang pasti yang dapat dijadikan payung hokum bagi guru dan dosen dalam jabatan profesi. Profesi guru sebagai tenaga profesional memiliki legitimasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang berimplikasi, bahwa profesi guru secara tegas dilindungi, dihargai, dijamin, diakui keberadaannya oleh hukum. Perlindungan dilakukan oleh pemerintah (pusat dan/atau daerah), Kepala Satuan Pendidikan (Kepala Sekolah), organisasi profesi (PGRI, IGI, dan lain-lain) dan atau masyarakat. Kata Kunci: Perlindungan hukum, Guru, dan UU tentang Guru dan Dosen. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru pada hakekatnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul tanggung jawab berat kemanusiaan, khususnya dalam mendidik generasi penerus bangsa menuju gerbang kecerahan dan melepaskan diri dari belenggu kebodohan. Betapa berat tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh guru, sehingga menuntut keseimbangan berupa hak. Hak pada dasarnya adalah apa yang seharusnya diperoleh seseorang melakukan tugas dan kewajibannya.
150
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
Pasal 40, ayat (1), Undang Undang, Nomor 20, Tahun
2003 tentang Sisdiknas menyebutkan, bahwa pendidik berhak memperoleh (1) penghasilan dan jaminan kesejahteraan social yang pantas dan memadai, (2) penghargaan sesuai tugas dan prestasi kerja, (3) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas, (4) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual dan (5) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Mempertegas hak profesi, Pemerintah menerbitkan Undang Undang, Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang Undang Guru dan Dosen dalam pasal 14, ayat (1), huruf (c) dan huruf (g) dinyatakan, bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berhak (c) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual dan (g) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas. Berpijak pada paparan di atas melalui undang undang Guru dan Dosen, hakekatnya hendak mengangkat harkat dan martabat guru dan dosen pada suatu dimensi terhormat dalam pandangan masyarakat sehingga berujung pada suatu kondisi, bahwa profesi guru dan dosen merupakan profesi yang idola bagi generasi muda. Dari hasil Seminar Nasional tentang Perlindungan Guru yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Universitas PGRI Adibuana, Surabaya bekerjasama dengan YPLP PGRI pada tahun 2001 di Surabaya (dalam Zainul Aqib, 2002 : 150 152) telah merekomendasikan beberapa perlindungan, antara lain (1) hak memperoleh keadilan dalam hukum, (2) hak kepegawaian / ketenagaan dan (3) hak mengembangkan karier. Seminar juga merekomendasikan kasus kasus di lapangan, antara lain seperti (1) peristiwa keterlambatan gaji, (2) peristiwa keterlambatan pangkat (menghambat pangkat), (3) peristiwa pengangkatan jabatan (menghambat pengangkatan jabatan) dan (4) peristiwa pemotongan gaji / rapelan (pemotongan Tunjangan Profesi Pendidik, pen). Dari apa yang disinyalir dalam hasil seminar tersebut di atas kenyataannya adalah benar adanya kasus yang direkomendasikan
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
151
seminar banyak terjadi yang menimpa guru berupa tindakan
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminasi (penunjukan penugasan guru sebagai Kepala Sekolah, menghambat kenaikan pangkat, dan sebagainya), intimidasi atau perlakuan tidak baik oleh birokrasi (Birokrasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988 : 120, adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan). Beberapa kasus yang patut diperhatikan yang dimuat dalam Radar Malang, Selasa, 31 Januari 2012 Kasus Sagusala Satu Guru Satu Laptop. Sasarannya guru sertifikasi wajib membeli laptop lewat vendor yang ditunjuk. Pembayaran laptop melalui pemotongan Tunjangan Profesi Pendidik. Pemotongan TPP dilakukan oleh BRI tanpa izin dan kuasa dari Pemilik Rekening BRI. BRI kemudian mentransfer ke pihak lain yang ditunjuk. Dalam kasus Sagusala dilihat dari segi administrasi dan hukum ada sedikitnya 5 (lima) elemen, yaitu birokrasi, organisasi profesi, vendor, BRI dan pihak penerima transfer uang dari BRI. Kasus guru yang membongkar praktik pungli TPP, 2013 yang diberi sanksi oleh Kepala Sekolah dengan (1) dimaki maki dan diintimidasi, (2) membuat pernyataan mohon maaf secara tertulis di atas materai dan (3) mengurangi jam mengajar dari 26 jam menjadi 8 (delapan) jam / pecan (Jawa Pos, Senin, 14 Januari 2013). Kasus IGTKI vs Disdik (Radar Malang, Sabtu, 19 Januari 2013). Kadisdik mengintervensi IGTKI untuk melakukan pemilihan ulang terhadap pengurus 2012 2017. Mengacu undang undang Sisdiknas, Undang Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah, secara hukum guru seharusnya berhak untuk mendapatkan perlindungan, berhak atas rasa aman dan berhak atas jaminan keselamatan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan paparan di atas dapat diidentifikasi, bahwa guru sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan tugasnya masih belum mendapatkan perhatian secara maksimal dari pemerintah (dalam hal ini adalah birokrasi) walaupun undang undang Guru dan Dosen sudah diberlakukan, yang seharusnya dan
152
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
wajib mendapatkan perhatian yang maksimal meliputi penegakan
dan kewajiban guru sebagai tenaga profesional, pembinaan dan pengembangan profesi guru, perlindungan hukum, perlindungan profesi serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. C. Kerangka Berpikir Guru dan dosen mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Pasal 39, ayat (2), Undang Undang, Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan, bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Berdasarkan uraian di atas, pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk melaksanakan tujuan undang undang Guru dan Dosen, sebagai berikut (1) mengangkat martabat guru dan dosen, (2) menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen, (3) meningkatkan kompetensi guru dan dosen, (4) memajukan profesi serta karier guru dan dosen, (5) meningkatkan mutu pembelajaran, (6) meningkatkan mutu pendidikan nasional, (7) mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antar daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik dan kompetensi, (8) mengurangi kesenjagan pendidikan antar daerah dan (9) meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Mengacu pada visi dan misi dan pertimbangan sebagaimana paparan di atas, maka pemerintah dalam hal ini birokrasi (pejabat teknis di lapangan termasuk Kepala Sekolah) dalam berprilaku hendaknya berdasarkan atas hukum (undang undang, peraturan pemerintah, permen dan peraturan lainnya) yang berlaku dan tidak berdasarkan kewenangan yang melekat pada jabatannya. Sehubungan dengan judul tulisan ini, yaitu Perlindungan Hukum Bagi Guru menurut Undang Undang Nomor 14 Tahun
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
153
2005 tentang Guru dan Dosen, yang hendak dikaji adalah
pengertian guru, profesi dan perlindungan hukum bagi guru. TINJAUAN HUKUM PROFESI GURU 1. Pengertian / Definisi Guru : Dengan diundangkannya UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 secara hukum kedudukan guru dan dosen mendapatkan landasan hukum yang pasti yang dapat dijadikan payung hukum bagi guru dan dosen dalam jabatan profesi. Pasal 39, ayat (2), Undang Undang, Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sisdiknas, menyatakan pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidkan pada perguruan tinggi. Pendidik dalam rumusan di atas dapat berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 39, ayat (4) ditegaskan, bahwa pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen. Pengertian guru dan dosen sebagai profesi dipertegas dalam Undang Undang, Nomor 14, Tahun 2005 yang ditegaskan secara jelas dalam pasal 1, ayat (1) jo Peraturan Pemerintah, nomor 74, tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Melalui pernyataan hukum tersebut jelas, bahwa guru merupakan tenaga profesional yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai mana profesi dokter, apoteker, advokat maupun profesi profesi lain. Termasuk juga perlindungan hukum di dalam menjalankan tugas dan kewajiban.
154
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
Kedudukan guru. Kedudukan guru dalam Undang Undang
nomor 14, tahun 2005 secara tegas dinyatakan dalam pasal 2, ayat (1) yang menyatakan, bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dapat dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Profesi guru merupakan tenaga profesional yang memiliki legitimasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. 2. Profesi Pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 702) adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Mc Cully (1969) dalam Nurdin, S., dan Usman B (2003 : 15), mengatakan : profession is a vocation in which professed knowledge of some department of learning or science is used in its application to the affairs of other or in the practice of an art founded upon it. Profesi adalah suatu pekerjaan profesional yang di dalamnya menggunakan teknik serta procedural yang bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan orang banyak. Lebih luas, seperti pendapat yang dikemukakan oleh E. Sumaryono dalam (Sadjijono, 2006 : 32), bahwa sebuah profesi terdiri dari kelompok terbatas dari orang orang yang memiliki keahlian khusus dan dengan keahlian itu mereka dapat berfungsi di dalam masyarakat dengan lebih baik bila dibandingkan dengan warga yang lain pada umumnya. Atau dalam pengertian lainnya, sebuah profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan di mana orang yang menyandangnya mempunyai pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain, atau bahkan diperoleh melalui keduanya, sehingga penyandang profesi dapat membimbing atau memberi nasihat / saran atau juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik pemahaman, bahwa profesi adalah suatu pekerjaan khusus yang dijalankan berdasarkan pengetahuan dan keahliannya yang
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
155
diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan dan dijalankan secara
terus menerus. Arti khusus di sini adalah konsentrasi pada bidang tertentu sesuai dengan keahlian yang ditekuninya. Profesi ini dikerjakan lebih cenderung pada pemberian pelayanan, sehingga memerlukan tanggung jawab profesi. Berpijak pada arti profesi, maka profesi memiliki unsur unsur atau elemen elemen tertentu, antara lain (a) suatu pekerjaan memiliki kategori khusus; (b) memerlukan suatu keahlian atau kemahiran; (c) keahlian diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan dan sejenis; (d) mendapatkan suatu pengakuan atau pengesahan standar keahliannya; (e) memperoleh penghasilan dari keahliannya; (f) dikerjakan secara rutin dan berlanjut (terus menerus); (g) adanya tanggung jawab atas pekerjaan dan profesinya. Berkaitan dengan profesi patut diperhatikan dan dipahami dengan sungguh sungguh pasal 41, Undang Undang Guru dan Dosen yang mengatakan, bahwa guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen, yang berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada masyarakat. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. Pembentukan organisasi profesi dilakukan sesuai dengan peraturan perundang undangan. Pemerintah dan / atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Organisasi profesi guru (PGRI, IGI, IGTKI, ISPI dan lain lain) yang diatur dalam pasal 43, Undang Undang Guru dan Dosen mempunyai kewenangan (1) menetapkan dan menegakkan kode etik guru, (2) memberikan bantuan hukum kepada guru, (3) memberikan perlindungan profesi guru, (4) melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru dan (5) memajukan pendidikan nasional. Kemudian dalam rangka menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik. Kode etik berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
156
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
Dalam organisasi profesi guru dibentuk dewan kehormatan
guru. Keanggotaan dan mekanisme kerja dewan kehormatan guru diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi. Dewan kehormatan dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus obyektif, tidak diskriminatif dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang undangan. Organisasi profesi guru wajib melaksanakan rekomendasi dewan kehormatan guru. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS Prinsip perlindungan hukum, menurut Philipus M. Hadjon (1987 : 38) pada dasarnya bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak hak azazi manusia. Konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak hak azazi manusia diarahkan / ditujukan kepada pembatasan pembatasan dan peletakan kewajiban pada individu dan pemerintah. Hak azazi manusia yang dinyatakan dalam pasal 1, ayat (1), Undang Undang, nomor 19, tahun 1999 tentang Hak Hak Asasi Manusia, menyatakan, bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Guru menurut Trianto dan Titik Triwulan Tutik (2006 : 152) merupakan individu yang dalam tugasnya banyak menimbulkan resiko, sehingga memerlukan rasa aman dan jaminan keselamatan. Oleh sebab itu diperlukan perlindungan dalam melaksanakan tugas profesinya. Jaminan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan diatur dalam pasal 39, Undang Undang Guru dan Dosen yang menentukan, bahwa perlindungan guru dalam melaksanakan tugas meliputi : Pertama, perlidungan hukum. Perlidungan hukum
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
157
terhadap guru dalam melaksanakan tugas mencakup perlindungan
hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak pihak lain (lihat juga dalam Pasal 41, ayat (1), Peraturan Pemerintah, Nomor 74, Tahun 2008, tentang Guru). Kedua, Perlindungan Profesi, mencakup perlindungan tehadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan / pelanggaran yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas (bandingkan dengan pasal 44, ayat (2), PP 74 / 2008) dan ketiga, Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan resiko lain selama menjalankan tugas keprofesian (bandingkan dengan pasal 41, ayat (3), PP 74 / 2008). Guru dalam melaksanakan tugas profesionalisme, terutama yang berkaitan dengan pengembangan profesi tidak sedikit yang menciptakan karya karya baik dalam penelitian, teknologi maupun karya cipta seni monumental. Yang kesemuanya memerlukan perlindungan hukum. Sesuai dengan pasal 122, ayat (1), UU No. 19, Tahun 2002 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa ciptaan yang dilindungi meliputi tiga bidang, yaitu : bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, seperti karya tulis, alat peraga, lagu atau music, drama dan sendra tari, berbagai jenis seni rupa, arsitektur, peta, fotografi, sinematografi, serta terjemahan dan sejenisnya. Siapakah yang wajib memberi perlindungan ? Yang wajib memberi perlindungan guru dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan adalah pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi dan / atau satuan pendidikan. (Bandingkan dengan pasal 39, ayat (1), UU Guru dan Dosen jo Pasal 40, ayat (1), PP Guru). Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau pemerintah kota. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non pemerintah yang mempunyai
158
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Satuan
pendidikan adalah jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan TK / RA, SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA dan SMK / MAK. Mengacu pada paparan di atas Kepala Satuan Pendidikan (Kepala Sekolah) dan Organisasi Profesi (PGRI / IGI, IGTKI dan lain lain) seharusnya mengambil langkah melakukan perlindungan hukum terhadap guru yang didahului dengan mediasi. SIMPULAN Berdasarkan paparan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut : (1) Profesi guru merupakan tenaga profesional yang memiliki legitimasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Hal ini memberikan implikasi, bahwa profesi guru secara tegas dilindungi, dihargai, dijamin, diakui keberadaannya oleh hukum. (2) Bentuk pengakuan kedudukan profesi guru adalah adanya perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya. (3) Kepala Satuan Pendidikan (Kepala Sekolah) mempunyai kewajiban dan bertanggung jawab atas rasa aman, menjamin keselamatan dan melakukan perlindungan hukum guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan yang dimiliki brdasarkan ketentuan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku. (4) Organisas profesi guru (PGRI, IGI, IGTKI dan lain lain) mempunyai kewajiban dan bertanggung jawab atas rasa aman, menjaga keselamatan dan melakukan perlindunga hukum guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan yang dimiliki berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. (5) Pemerintah (pusat dan / atau daerah) termasuk DPR / DPRD berkewajiban dan bertanggung jawab atas rasa aman, menjamin keselamatan dan melakukan perlindungan hukum guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Demikian pula masyarakat, orang tua peserta didik dan peserta didik (6) yang patut diperhatikan oleh para pihak yang bekaitan dengan kasus Sagusala, bahwa tindakan / perbuatan yang mereka lakukan, apabila ditinjau dari sisi hukum mempunyai akibat hukum. Akibat hukum tersebut antara lain (a) pencurian atau penggelapan yang dilakukan oleh BRI, karena tanpa kuasa pemilik rekening
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
159
melakukan pemotongan TPP, (b) yang menyuruh / memerintahkan
BRI untuk melakukan pemotongan TPP, (c) penerima transfer sebagai penadah, (d) perjanjian jual beli laptop batal demi hukum, karena dilakukan tanpa etikat baik dan tanpa kesepakatan (7) tidak sepatutnya Kepala Sekolah memaki maki dan mengintimidasi guru yang membongkar praktik pungli TPP, apalagi dengan menjatuhkan sanksi yang berakibat hilangnya hak untuk menerima TPP, jam mengajar kurang dari 24 jam mengajar / pekan. Tindakan Kepala Sekolah tersebut jelas bertentangan dengan Undang Undang Sisdiknas, Undang Undang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah tentang Guru dan Undang Undang Hak Asasi Manusia dan (8) Tindakan Kadisdik yang mengintervensi pemilihan pengurus IGTKI periode 2012 2017 kurang (bahkan tidak) tepat untuk dilakukan. Karena IGTKI adalah termasuk dalam organisasi profesi yang kedudukannya sama dengan PGRI, IGI, ISPI. Organisasi profesi bukan sayap dan di bawah Disdik. Organisasi profesi adalah organisasi independen. SARAN SARAN Melalui tulisan ini disarankan kepada (1) Kepala Satuan Pendidikan (Kepala Sekolah) hendaknya dan wajib memahami dengan betul tugas dan kewenangannya sebagai pemimpin pendidikan tidak hanya terbatas pada masalah administrasi dan proses pembelajaran, tetapi juga yang berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan (misal masalah hukum), (2) organisasi profesi (PGRI, IGI, IGTKI dan lain lain) sebagai organisasi massa yang bergerak di bidang profesi harus betul betul melaksanakan tugas dan kewenangannya untuk melindungi guru dengan memahami dan mensosialisasikan undang undang Guru dan Dosen beserta peraturan pemerintah tentang Guru kepada para anggotanya dengan melakukan rapat rapat dan / atau seminar, (3) organisasi profesi guru adalah independen, maka komposisi susunan kepengurusan harus diduduki / diisi oleh para guru, kepala satuan pendidikan dan pengawas saja dan tidak melibatkan dari unsur / komponen birokrasi (UPT, Dinas Pendidikan dan / atau Pejabat Pemerintah). Pada hakekatnya Kepala Satuan Pendidikan dan Pengawas adalah guru yang diberi tugas tambahan.
160
ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Aqib, Zainal, 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran.
Penerbit Insan Cendekia, Surabaya Chaerul Rochman, M.Pd., Dr. H. dan Heri Gunawan, S.Pd.I, M.Ag., 2011. Kepribadian Guru. Penerbit Nuansa Cendekia, Bandung. Philipus M. Hardjon, SH., Dr., 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. PT. Bina Ilmu, Surabaya. Sadjijono, SH., M.Hum., Dr., 2006. Etika Profesi Kepolisian. Suatu Telaah Filosofis, Konsep dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Tugas. Alfina Primatama, Surabaya. Trianto, S.Pd., M.Pd. dan Titik Triwulan Tutik, SH., MHl., 2006. Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut Undang Undang Guru dan Dosen. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.