Anda di halaman 1dari 12

ARGUMENTUM, VOL. 12 No.

2, Juni 2013

149

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU MENURUT


UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG
GURU DAN DOSEN
Susi Hariningsih
Jl. Kotalama Gg. 2b / 11, RT. 03 / RW. 03 Malang
Email : susihariningsih@yahoo.com
ABSTRAK
Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional. Tugas
utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik. Dengan diundangkannya UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen secara yuridis kedudukan guru dan
dosen mendapatkan landasan hokum yang pasti yang dapat
dijadikan payung hokum bagi guru dan dosen dalam jabatan
profesi. Profesi guru sebagai tenaga profesional memiliki
legitimasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang
berimplikasi, bahwa profesi guru secara tegas dilindungi,
dihargai, dijamin, diakui keberadaannya oleh hukum.
Perlindungan dilakukan oleh pemerintah (pusat dan/atau
daerah), Kepala Satuan Pendidikan (Kepala Sekolah),
organisasi profesi (PGRI, IGI, dan lain-lain) dan atau
masyarakat.
Kata Kunci: Perlindungan hukum, Guru, dan UU tentang
Guru dan Dosen.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru pada hakekatnya merupakan tenaga kependidikan
yang memikul tanggung jawab berat kemanusiaan, khususnya
dalam mendidik generasi penerus bangsa menuju gerbang
kecerahan dan melepaskan diri dari belenggu kebodohan. Betapa
berat tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh guru, sehingga
menuntut keseimbangan berupa hak. Hak pada dasarnya adalah
apa yang seharusnya diperoleh seseorang melakukan tugas dan
kewajibannya.

150

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

Pasal 40, ayat (1), Undang Undang, Nomor 20, Tahun


2003 tentang Sisdiknas menyebutkan, bahwa pendidik berhak
memperoleh (1) penghasilan dan jaminan kesejahteraan social
yang pantas dan memadai, (2) penghargaan sesuai tugas dan
prestasi kerja, (3) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan
pengembangan kualitas, (4) perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual dan (5)
kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Mempertegas hak profesi, Pemerintah menerbitkan
Undang Undang, Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Undang Undang Guru dan Dosen dalam pasal 14, ayat (1), huruf
(c) dan huruf (g) dinyatakan, bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan guru berhak (c) memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual dan (g)
memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas.
Berpijak pada paparan di atas melalui undang undang
Guru dan Dosen, hakekatnya hendak mengangkat harkat dan
martabat guru dan dosen pada suatu dimensi terhormat dalam
pandangan masyarakat sehingga berujung pada suatu kondisi,
bahwa profesi guru dan dosen merupakan profesi yang idola bagi
generasi muda.
Dari hasil Seminar Nasional tentang Perlindungan Guru
yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Universitas PGRI
Adibuana, Surabaya bekerjasama dengan YPLP PGRI pada tahun
2001 di Surabaya (dalam Zainul Aqib, 2002 : 150 152) telah
merekomendasikan beberapa perlindungan, antara lain (1) hak
memperoleh keadilan dalam hukum, (2) hak kepegawaian /
ketenagaan dan (3) hak mengembangkan karier. Seminar juga
merekomendasikan kasus kasus di lapangan, antara lain seperti
(1) peristiwa keterlambatan gaji, (2) peristiwa keterlambatan
pangkat (menghambat pangkat), (3) peristiwa pengangkatan
jabatan (menghambat pengangkatan jabatan) dan (4) peristiwa
pemotongan gaji / rapelan (pemotongan Tunjangan Profesi
Pendidik, pen).
Dari apa yang disinyalir dalam hasil seminar tersebut di atas
kenyataannya adalah benar adanya kasus yang direkomendasikan

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

151

seminar banyak terjadi yang menimpa guru berupa tindakan


kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminasi (penunjukan
penugasan guru sebagai Kepala Sekolah, menghambat kenaikan
pangkat, dan sebagainya), intimidasi atau perlakuan tidak baik oleh
birokrasi (Birokrasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988 :
120, adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai
pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang
jabatan).
Beberapa kasus yang patut diperhatikan yang dimuat dalam
Radar Malang, Selasa, 31 Januari 2012 Kasus Sagusala Satu
Guru Satu Laptop. Sasarannya guru sertifikasi wajib membeli
laptop lewat vendor yang ditunjuk. Pembayaran laptop melalui
pemotongan Tunjangan Profesi Pendidik. Pemotongan TPP
dilakukan oleh BRI tanpa izin dan kuasa dari Pemilik Rekening BRI.
BRI kemudian mentransfer ke pihak lain yang ditunjuk. Dalam
kasus Sagusala dilihat dari segi administrasi dan hukum ada
sedikitnya 5 (lima) elemen, yaitu birokrasi, organisasi profesi,
vendor, BRI dan pihak penerima transfer uang dari BRI.
Kasus guru yang membongkar praktik pungli TPP, 2013
yang diberi sanksi oleh Kepala Sekolah dengan (1) dimaki maki
dan diintimidasi, (2) membuat pernyataan mohon maaf secara
tertulis di atas materai dan (3) mengurangi jam mengajar dari 26
jam menjadi 8 (delapan) jam / pecan (Jawa Pos, Senin, 14 Januari
2013).
Kasus IGTKI vs Disdik (Radar Malang, Sabtu, 19 Januari
2013). Kadisdik mengintervensi IGTKI untuk melakukan pemilihan
ulang terhadap pengurus 2012 2017.
Mengacu undang undang Sisdiknas, Undang Undang
Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah, secara hukum guru
seharusnya berhak untuk mendapatkan perlindungan, berhak atas
rasa aman dan berhak atas jaminan keselamatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas dapat diidentifikasi, bahwa
guru sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan tugasnya
masih belum mendapatkan perhatian secara maksimal dari
pemerintah (dalam hal ini adalah birokrasi) walaupun undang
undang Guru dan Dosen sudah diberlakukan, yang seharusnya dan

152

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

wajib mendapatkan perhatian yang maksimal meliputi penegakan


dan kewajiban guru sebagai tenaga profesional, pembinaan dan
pengembangan profesi guru, perlindungan hukum, perlindungan
profesi serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
C. Kerangka Berpikir
Guru dan dosen mempunyai fungsi, peran dan kedudukan
yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat. Pasal 39, ayat (2), Undang Undang, Nomor 20,
Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan, bahwa Pendidik
merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai
profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan
pembelajaran sesuai dengan prinsip prinsip profesionalitas untuk
memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam
memperoleh pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan uraian di atas, pengakuan kedudukan guru dan
dosen sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk
melaksanakan tujuan undang undang Guru dan Dosen, sebagai
berikut (1) mengangkat martabat guru dan dosen, (2) menjamin
hak dan kewajiban guru dan dosen, (3) meningkatkan kompetensi
guru dan dosen, (4) memajukan profesi serta karier guru dan
dosen, (5) meningkatkan mutu pembelajaran, (6) meningkatkan
mutu pendidikan nasional, (7) mengurangi kesenjangan
ketersediaan guru dan dosen antar daerah dari segi jumlah, mutu,
kualifikasi akademik dan kompetensi, (8) mengurangi kesenjagan
pendidikan antar daerah dan (9) meningkatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu.
Mengacu pada visi dan misi dan pertimbangan
sebagaimana paparan di atas, maka pemerintah dalam hal ini
birokrasi (pejabat teknis di lapangan termasuk Kepala Sekolah)
dalam berprilaku hendaknya berdasarkan atas hukum (undang
undang, peraturan pemerintah, permen dan peraturan lainnya)
yang berlaku dan tidak berdasarkan kewenangan yang melekat
pada jabatannya.
Sehubungan dengan judul tulisan ini, yaitu Perlindungan
Hukum Bagi Guru menurut Undang Undang Nomor 14 Tahun

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

153

2005 tentang Guru dan Dosen, yang hendak dikaji adalah


pengertian guru, profesi dan perlindungan hukum bagi guru.
TINJAUAN HUKUM PROFESI GURU
1. Pengertian / Definisi Guru :
Dengan diundangkannya UndangUndang Nomor 14 Tahun
2005 secara hukum kedudukan guru dan dosen mendapatkan
landasan hukum yang pasti yang dapat dijadikan payung hukum
bagi guru dan dosen dalam jabatan profesi.
Pasal 39, ayat (2), Undang Undang, Nomor 20, Tahun
2003 tentang Sisdiknas, menyatakan pendidik adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidkan pada
perguruan tinggi.
Pendidik dalam rumusan di atas dapat berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor,
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 39, ayat (4) ditegaskan,
bahwa pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan
menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan
pendidikan tinggi disebut dosen.
Pengertian guru dan dosen sebagai profesi dipertegas
dalam Undang Undang, Nomor 14, Tahun 2005 yang ditegaskan
secara jelas dalam pasal 1, ayat (1) jo Peraturan Pemerintah,
nomor 74, tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan, bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Melalui pernyataan hukum tersebut jelas, bahwa guru
merupakan tenaga profesional yang memiliki hak dan kewajiban
yang sama sebagai mana profesi dokter, apoteker, advokat
maupun profesi profesi lain. Termasuk juga perlindungan hukum
di dalam menjalankan tugas dan kewajiban.

154

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

Kedudukan guru. Kedudukan guru dalam Undang Undang


nomor 14, tahun 2005 secara tegas dinyatakan dalam pasal 2, ayat
(1) yang menyatakan, bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai
tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang
undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional
tersebut dapat dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Profesi guru
merupakan tenaga profesional yang memiliki legitimasi dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
2. Profesi
Pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1988 : 702) adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.
Mc Cully (1969) dalam Nurdin, S., dan Usman B (2003 : 15),
mengatakan : profession is a vocation in which professed
knowledge of some department of learning or science is used in its
application to the affairs of other or in the practice of an art
founded upon it. Profesi adalah suatu pekerjaan profesional yang
di dalamnya menggunakan teknik serta procedural yang bertumpu
pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari dan
kemudian secara langsung dapat diabdikan bagi kemaslahatan
orang banyak.
Lebih luas, seperti pendapat yang dikemukakan oleh E.
Sumaryono dalam (Sadjijono, 2006 : 32), bahwa sebuah profesi
terdiri dari kelompok terbatas dari orang orang yang memiliki
keahlian khusus dan dengan keahlian itu mereka dapat berfungsi di
dalam masyarakat dengan lebih baik bila dibandingkan dengan
warga yang lain pada umumnya. Atau dalam pengertian lainnya,
sebuah profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan di mana orang
yang menyandangnya mempunyai pengetahuan khusus yang
diperolehnya melalui training atau pengalaman lain, atau bahkan
diperoleh melalui keduanya, sehingga penyandang profesi dapat
membimbing atau memberi nasihat / saran atau juga melayani
orang lain dalam bidangnya sendiri.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik
pemahaman, bahwa profesi adalah suatu pekerjaan khusus yang
dijalankan berdasarkan pengetahuan dan keahliannya yang

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

155

diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan dan dijalankan secara


terus menerus. Arti khusus di sini adalah konsentrasi pada bidang
tertentu sesuai dengan keahlian yang ditekuninya. Profesi ini
dikerjakan lebih cenderung pada pemberian pelayanan, sehingga
memerlukan tanggung jawab profesi.
Berpijak pada arti profesi, maka profesi memiliki unsur
unsur atau elemen elemen tertentu, antara lain (a) suatu
pekerjaan memiliki kategori khusus; (b) memerlukan suatu
keahlian atau kemahiran; (c) keahlian diperoleh melalui pendidikan
atau pelatihan dan sejenis; (d) mendapatkan suatu pengakuan atau
pengesahan standar keahliannya; (e) memperoleh penghasilan dari
keahliannya; (f) dikerjakan secara rutin dan berlanjut (terus
menerus); (g) adanya tanggung jawab atas pekerjaan dan
profesinya.
Berkaitan dengan profesi patut diperhatikan dan dipahami
dengan sungguh sungguh pasal 41, Undang Undang Guru dan
Dosen yang mengatakan, bahwa guru membentuk organisasi
profesi yang bersifat independen, yang berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan dan
pengabdian kepada masyarakat. Guru wajib menjadi anggota
organisasi profesi. Pembentukan organisasi profesi dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang undangan. Pemerintah dan /
atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi guru dalam
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Organisasi profesi guru (PGRI, IGI, IGTKI, ISPI dan lain lain)
yang diatur dalam pasal 43, Undang Undang Guru dan Dosen
mempunyai kewenangan (1) menetapkan dan menegakkan kode
etik guru, (2) memberikan bantuan hukum kepada guru, (3)
memberikan perlindungan profesi guru, (4) melakukan pembinaan
dan pengembangan profesi guru dan (5) memajukan pendidikan
nasional.
Kemudian dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas tugas
keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik.
Kode etik berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.

156

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

Dalam organisasi profesi guru dibentuk dewan kehormatan


guru. Keanggotaan dan mekanisme kerja dewan kehormatan guru
diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi. Dewan
kehormatan dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik
guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas
pelanggaran kode etik oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan
profesi guru harus obyektif,
tidak diskriminatif dan tidak
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta
peraturan perundang undangan. Organisasi profesi guru wajib
melaksanakan rekomendasi dewan kehormatan guru.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU DALAM MELAKSANAKAN
TUGAS
Prinsip perlindungan hukum, menurut Philipus M. Hadjon
(1987 : 38) pada dasarnya bersumber dari konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak hak azazi manusia.
Konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak hak
azazi manusia diarahkan / ditujukan kepada pembatasan
pembatasan dan peletakan kewajiban pada individu dan
pemerintah.
Hak azazi manusia yang dinyatakan dalam pasal 1, ayat (1),
Undang Undang, nomor 19, tahun 1999 tentang Hak Hak Asasi
Manusia, menyatakan, bahwa hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Guru menurut Trianto dan Titik Triwulan Tutik (2006 : 152)
merupakan individu yang dalam tugasnya banyak menimbulkan
resiko, sehingga memerlukan rasa aman dan jaminan keselamatan.
Oleh sebab itu diperlukan perlindungan dalam melaksanakan tugas
profesinya.
Jaminan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan
tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan diatur
dalam pasal 39, Undang Undang Guru dan Dosen yang
menentukan, bahwa perlindungan guru dalam melaksanakan tugas
meliputi : Pertama, perlidungan hukum. Perlidungan hukum

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

157

terhadap guru dalam melaksanakan tugas mencakup perlindungan


hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau
pihak pihak lain (lihat juga dalam Pasal 41, ayat (1), Peraturan
Pemerintah, Nomor 74, Tahun 2008, tentang Guru). Kedua,
Perlindungan Profesi, mencakup perlindungan tehadap pemutusan
hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang
undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan
dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan / pelanggaran yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas (bandingkan dengan pasal 44, ayat (2), PP 74 /
2008) dan ketiga, Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan resiko lain
selama menjalankan tugas keprofesian (bandingkan dengan pasal
41, ayat (3), PP 74 / 2008).
Guru dalam melaksanakan tugas profesionalisme, terutama
yang berkaitan dengan pengembangan profesi tidak sedikit yang
menciptakan karya karya baik dalam penelitian, teknologi
maupun karya cipta seni monumental. Yang kesemuanya
memerlukan perlindungan hukum. Sesuai dengan pasal 122, ayat
(1), UU No. 19, Tahun 2002 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa
ciptaan yang dilindungi meliputi tiga bidang, yaitu : bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra, seperti karya tulis, alat peraga, lagu
atau music, drama dan sendra tari, berbagai jenis seni rupa,
arsitektur, peta, fotografi, sinematografi, serta terjemahan dan
sejenisnya.
Siapakah yang wajib memberi perlindungan ? Yang wajib
memberi perlindungan guru dalam melaksanakan tugas dalam
bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan adalah pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi dan / atau
satuan pendidikan. (Bandingkan dengan pasal 39, ayat (1), UU
Guru dan Dosen jo Pasal 40, ayat (1), PP Guru).
Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah
Pusat. Pemerintah Daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten atau pemerintah kota. Masyarakat adalah kelompok
warga negara Indonesia non pemerintah yang mempunyai

158

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Satuan


pendidikan adalah jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program pendidikan TK / RA, SD / MI, SMP / MTs, SMA / MA dan
SMK / MAK.
Mengacu pada paparan di atas Kepala Satuan Pendidikan
(Kepala Sekolah) dan Organisasi Profesi (PGRI / IGI, IGTKI dan lain lain) seharusnya mengambil langkah melakukan perlindungan
hukum terhadap guru yang didahului dengan mediasi.
SIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas dapat diambil beberapa
kesimpulan, sebagai berikut : (1) Profesi guru merupakan tenaga
profesional yang memiliki legitimasi dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya. Hal ini memberikan implikasi, bahwa profesi guru
secara tegas dilindungi, dihargai, dijamin, diakui keberadaannya
oleh hukum. (2) Bentuk pengakuan kedudukan profesi guru adalah
adanya perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya. (3)
Kepala Satuan Pendidikan (Kepala Sekolah) mempunyai kewajiban
dan bertanggung jawab atas rasa aman, menjamin keselamatan
dan melakukan perlindungan hukum guru dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan kewenangan yang dimiliki brdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku. (4)
Organisas profesi guru (PGRI, IGI, IGTKI dan lain lain) mempunyai
kewajiban dan bertanggung jawab atas rasa aman, menjaga
keselamatan dan melakukan perlindunga hukum guru dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan yang dimiliki
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. (5)
Pemerintah (pusat dan / atau daerah) termasuk DPR / DPRD
berkewajiban dan bertanggung jawab atas rasa aman, menjamin
keselamatan dan melakukan perlindungan hukum guru dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku. Demikian pula
masyarakat, orang tua peserta didik dan peserta didik (6) yang
patut diperhatikan oleh para pihak yang bekaitan dengan kasus
Sagusala, bahwa tindakan / perbuatan yang mereka lakukan,
apabila ditinjau dari sisi hukum mempunyai akibat hukum. Akibat
hukum tersebut antara lain (a) pencurian atau penggelapan yang
dilakukan oleh BRI, karena tanpa kuasa pemilik rekening

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013

159

melakukan pemotongan TPP, (b) yang menyuruh / memerintahkan


BRI untuk melakukan pemotongan TPP, (c) penerima transfer
sebagai penadah, (d) perjanjian jual beli laptop batal demi hukum,
karena dilakukan tanpa etikat baik dan tanpa kesepakatan (7) tidak
sepatutnya Kepala Sekolah memaki maki dan mengintimidasi
guru yang membongkar praktik pungli TPP, apalagi dengan
menjatuhkan sanksi yang berakibat hilangnya hak untuk menerima
TPP, jam mengajar kurang dari 24 jam mengajar / pekan. Tindakan
Kepala Sekolah tersebut jelas bertentangan dengan Undang
Undang Sisdiknas, Undang Undang Guru dan Dosen, Peraturan
Pemerintah tentang Guru dan Undang Undang Hak Asasi
Manusia dan (8) Tindakan Kadisdik yang mengintervensi pemilihan
pengurus IGTKI periode 2012 2017 kurang (bahkan tidak) tepat
untuk dilakukan. Karena IGTKI adalah termasuk dalam organisasi
profesi yang kedudukannya sama dengan PGRI, IGI, ISPI. Organisasi
profesi bukan sayap dan di bawah Disdik. Organisasi profesi adalah
organisasi independen.
SARAN SARAN
Melalui tulisan ini disarankan kepada (1) Kepala Satuan
Pendidikan (Kepala Sekolah) hendaknya dan wajib memahami
dengan betul tugas dan kewenangannya sebagai pemimpin
pendidikan tidak hanya terbatas pada masalah administrasi dan
proses pembelajaran, tetapi juga yang berkaitan dengan kehidupan
sosial kemasyarakatan (misal masalah hukum), (2) organisasi
profesi (PGRI, IGI, IGTKI dan lain lain) sebagai organisasi massa
yang bergerak di bidang profesi harus betul betul melaksanakan
tugas dan kewenangannya untuk melindungi guru dengan
memahami dan mensosialisasikan undang undang Guru dan
Dosen beserta peraturan pemerintah tentang Guru kepada para
anggotanya dengan melakukan rapat rapat dan / atau seminar, (3)
organisasi profesi guru adalah independen, maka komposisi
susunan kepengurusan harus diduduki / diisi oleh para guru, kepala
satuan pendidikan dan pengawas saja dan tidak melibatkan dari
unsur / komponen birokrasi (UPT, Dinas Pendidikan dan / atau
Pejabat Pemerintah). Pada hakekatnya Kepala Satuan Pendidikan
dan Pengawas adalah guru yang diberi tugas tambahan.

160

ARGUMENTUM, VOL. 12 No. 2, Juni 2013


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aqib, Zainal, 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran.


Penerbit Insan Cendekia, Surabaya
Chaerul Rochman, M.Pd., Dr. H. dan Heri Gunawan, S.Pd.I, M.Ag.,
2011. Kepribadian Guru. Penerbit Nuansa Cendekia,
Bandung.
Philipus M. Hardjon, SH., Dr., 1987. Perlindungan Hukum Bagi
Rakyat di Indonesia. PT. Bina Ilmu, Surabaya.
Sadjijono, SH., M.Hum., Dr., 2006. Etika Profesi Kepolisian. Suatu
Telaah Filosofis, Konsep dan Implementasinya Dalam
Pelaksanaan Tugas. Alfina Primatama, Surabaya.
Trianto, S.Pd., M.Pd. dan Titik Triwulan Tutik, SH., MHl., 2006.
Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut
Undang Undang Guru dan Dosen. Prestasi Pustaka
Publisher, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi
Manusia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Anda mungkin juga menyukai